• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu spesies ikan yang cukup luas dibudidayakan dan dipelihara di Indonesia adalah ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan ikan koi dipelihara karena keindahannya. Tingginya permintaan dunia maupun domestik terhadap ikan-ikan tersebut, membawa konsekuensi meningkatnya lalulintas ikan mas dan koi, baik antar negara maupun antar area di dalam wilayah negara Indonesia.

Salah satu resiko meningkatnya perdagangan ikan adalah terbawanya hama dan penyakit ikan berbahaya yang apabila tidak dilakukan tindakan-tindakan pencegahan penyebarannya, maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang tidak kecil. Pada bulan Maret tahun 2002, dilaporkan telah terjadi wabah kematian masal pada ikan mas dan koi yang menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang cukup besar. Serangan pertama kali terjadi di Blitar Jawa Timur. Wabah terjadi pada ikan koi yang baru datang dari Surabaya. Ikan koi ini diimpor dari Cina ke Surabaya melalui Hong Kong kurang lebih pada bulan Desember 2001-Januari 2002 (Sunartoet al., 2004). Pada waktu yang tidak terlalu lama sejak kejadian pertama kalinya di Blitar, wabah penyakit ini dilaporkan telah menyebar di beberapa lokasi pembudidayaan maupun penampungan ikan mas dan koi di beberapa provinsi. Umumnya, wabah terjadi setelah hujan deras dengan total kematian mencapai 80-95%. Ikan yang sakit memperlihatkan gejala klinis antara lain kerusakan insang, pendarahan pada

(2)

pangkal dan ujung sirip serta permukaan tubuh, sunken eyes, sering juga ditemukan adanya kulit yang melepuh. Agen penyakit ini diketahui sangat ganas dan cepat menular, baik melalui ikan-ikan yang terinfeksi maupun media air pemeliharaan ikan yang terkontaminasi (Sunarto et al., 2005, Taukhid et al., 2004).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) dengan Network of Aquaculture Centres in Asia-Pacific (NACA) menemukan beberapa bukti ilmiah yang mendukung bahwa wabah ini disebabkan oleh koi herpesvirus (KHV) (Sunarto et al., 2004). KHV merupakan salah satu anggota Herpesviridae yang menyerang ikan mas dan koi di banyak negara dan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar (Perelberg et al., 2003). Selain Indonesia, beberapa negara yang dilaporkan telah terserang wabah penyakit KHV yaitu Israel, Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, Afrika Selatan, Cina, Taiwan, dan Jepang (Hedricket al., 2005).

Koi herpes virus disease (KHVD) telah menjadi wabah pada ikan mas dan koi hampir di seluruh Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini data dan informasi tentang variasi genetik KHV dan wilayah persebarannya di Indonesia masih terbatas. Demikian pula halnya dengan informasi tentang perubahan patologis infeksinya pada ikan mas dan koi, padahal data dan informasi tersebut sangat diperlukan untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi KHV di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menggali informasi tentang hal tersebut di atas.

(3)

1. Menganalisis variasi genetik KHV yang menginfeksiCyprinus carpio. 2. Memetakan sebaran biogeografis variasi genetik KHV di Indonesia.

3. Menganalisis perubahan patologis jaringan Cyprinus carpio yang terinfeksi KHV.

4. Menganalisis penyebaran KHV pada jaringan organ-organ pada Cyprinus carpioyang terinfeksi KHV.

1.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

KHV diketahui telah menyebabkan kematian masal pada golongan ikan mas (Cyprinus carpio carpio) dan koi (Cyprynus carpio koi). Virus ini telah tersebar terutama di Amerika Utara , Eropa, Israel, dan Asia. Di Indonesia, wabah kematian masal pada ikan mas dan koi akibat KHV pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 2002, yang menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang cukup besar. Serangan pertama kali terjadi di Blitar Jawa Timur, kemudian dengan cepat menyebar ke tempat-tempat pembudidayaan maupun penampungan ikan mas dan koi di banyak provinsi. Berdasarkan hasil pemantauan hama dan penyakit ikan karantina (HPIK) yang dilakukan unit-unit pelaksana teknis (UPT) karantina ikan di Indonesia, pada tahun 2010 KHV ditemukan pada 17 provinsi di Indonesia (Pusat Karantina Ikan, 2010).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. Kep.03/MEN/2010 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya, KHV merupakan salah satu jenis HPIK dari golongan virus yang dicegah masuk dan tersebarnya ke/di dalam wilayah Republik Indonesia. Selain itu, penyakit akibat

(4)

infeksi KHV juga termasuk kategori Diseases Listed by The OIE, yang termasuk jenis penyakit berbahaya yang perlu diwaspadai di dunia (OIE, 2010).

Dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit KHV di Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan antara lain melalui deteksi dini KHV dengan metoda polymerase chain reaction (PCR). Sampai saat ini, penerapan metoda PCR untuk deteksi KHV sudah meluas dan berbagai disain primer digunakan untuk pengujian KHV. Banyak lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang menerapkan metoda ini sebagai satu-satunya metoda yang dianggap paling sensitif dan spesifik untuk mendeteksi KHV. Namun demikian, dalam perkembangannya, seringkali ditemukan hasil uji yang variatif. Diduga telah terjadi mutasi atau ada variasi genetik KHV di Indonesia. Menurut Walker (2000), variasi genetik karena mutasi sekuen nukleotida dapat mencegah mengikatnyaprimerPCR pada sekuen target.

Berkaitan dengan variasi genetik, Aokiet al. (2007) telah meneliti secara molekuler 3 isolat KHV yang berasal dari Jepang, Amerika Serikat, dan Israel, dan menemukan bahwa ketiganya merupakan strain baru KHV. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Sano et al. (2007) ditemukan adanya perbedaan isolat-isolat KHV dari berbagai negara seperti Israel, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan negara-negara Eropa. Di Indonesia, data dan informasi yang berkaitan dengan varian-varian KHV dan wilayah persebarannya secara geografis masih terbatas. Sejauh ini laporan KHV di seluruh Indonesia masih berupa laporan kejadian, dan belum diteliti perbandingan genetika molekulernya.

(5)

Indonesia memegang peranan penting untuk mengidentifikasi varian-varian virus yang berkembang di Indonesia dan patogenesanya. Hal tersebut akan memberikan petunjuk berharga berkaitan dengan pola transmisi virus, sehingga memberikan informasi bagi tindakan pencegahan maupun pengendaliannya. Perubahan patologis varian KHV yang diperiksa melalui penelitian ini, juga akan menyajikan gambaran gejala klinis dan kerusakan yang ditimbulkan oleh virus dalam tubuh hospes. Melalui hal tersebut, pengenalan infeksi oleh KHV dapat bersifat variatif dalam memberikan informasi terhadap deteksi dini infeksi KHV di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informasi ilmiah tentang variasi genetik KHV yang menginfeksi Cyprinus carpio.

2. Informasiilmiah tentang sebaran geografis variasi genetik KHV di Indonesia. 3. Informasi ilmiah tentang perubahan patologis infeksi varian KHV di Indonesia. 4. Informasi ilmiah sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan, strategi, program dan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit KHV di Indonesia yaitu antara lain:

a) Pengembangan vaksin sesuai dengan varian KHV yang ada di Indonesia. b) Pengembangan metode deteksi dan diagnosa penyakit berdasarkan variasi

genetik KHV.

c) Pengembangan kegiatan pemantauan dan surveilen berdasarkan variasi genetik KHV yang ada di Indonesia.

d) Pengembangan teknik pencegahan dan pengendalian penyakit KHV lainnya.

(6)

5. Informasi ilmiah sebagai bahan evaluasi keberhasilan program dan kegiatan intervensi yang sudah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit KHV di Indonesia.

1.5. Kebaruan (Novelty)

Hal-hal baru yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Variasi genetik KHV pada Cyprinus carpiodi Indonesia. 2. Sebaran biogeografis variasi genetik KHV di Indonesia. 3. Perubahan patologis infeksi varian KHV di Indonesia.

1.6. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini meliputi pengamatan gejala klinis dan deteksi KHV dengan uji PCR pada ikan-ikan yang diduga terinfeksi KHV. Selanjutnya dilakukan DNA sequencing untuk mengetahui profil DNA KHV dari ikan-ikan yang positif KHV yang berasal dari berbagai lokasi yang diteliti, dan dianalisis variasi genetiknya. Pengamatan dan analisis selanjutnya dilakukan terhadap histopatologi ikan-ikan yang diketahui terinfeksi KHV. Konfirmasi hasil uji PCR dan mengetahui penyebaran KHV pada jaringan atau organ-target, dilakukan pengujian dengan teknik imunohistokimia.

1.7. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada variasi genetik KHV yang ditemukan pada Cyprinus carpio di berbagai lokasi budidaya di Indonesia.

(7)

2. Varian KHV sudah menyebar secara geografis di berbagai lokasi budidaya di Indonesia.

3. Ada hubungan antar kelompok (cluster) variasi genetik KHV dengan perubahan patologis yang ditimbulkan pada jaringanCyprinus carpio.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai R 2 yang diperoleh pada tabel 5 adalah sebesar 0.620 atau 62,0% yang menunjukkan kemampuan variabel kepribadian, kemampuan dan motivasi dalam menjelaskan variasi yang

1) Pengucapan seperti fonologi.. Yang lain menyebutkan kesulitan mereka dalam intonasi, stres, aksen, dan kelancaran atau laju bicara. Lexis juga muncul sebagai salah

Hasil analisis keanekaragaman menggunakan indeks Shannon Wiener (H’) dan indeks kemerataan jenis Evennes (E), tingkat keanekaragaman burung di tiga lokasi Ruang Terbuka

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai

kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan HTI yaitu sesuai dengan izin IUPHHK Hutan Tanaman dan RKUPHHK-HT serta RKTUPHHK-HT

Isi laporan sering pula disebut laporan, yaitu bagian yang memuat isi utama, sisi laporan ini akan ditentukan oleh maksud dan tujuan laporan isi laporan

Permasalahan pencemaran air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas saat ini menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus

Pada sampel dengan lama pemeraman 4 minggu sampel yang peningkatan suhunya paling tinggi terdapat pada sampel A3B1 (dosis EM4 20 ml/L dan lama fermentasi 4 minggu)