• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA KATA KOMISI Sebuah Uji Persepsi Pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKNA KATA KOMISI Sebuah Uji Persepsi Pa"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA KATA

“KOMISI”

(Sebuah Uji Persepsi Pada Komunitas Pandu Hizbul Wathan Banten)

Oleh:

Drs. Zalzulifa, M.Pd

Kandidat Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa

Universitas Negeri Jakarta

zalzulifar@yahoo.co.id

PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCA SARJANA (S3)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

Jurnal Penelitian ini sudah dipresentasikan pada berbagai kegiatan forum diskusi, diantaranya:

No Nama Kegiatan Tempat Waktu PesertaJmlah

1 Perkuliahan Reguler Program S3 Universtas Negeri Jakarta KampusUNJ 10 Sept2013 20 org

2 Diskusi Panel Rakowil PWM Muhammmadiyah Banten Serang 18 Jan2014 40 org

3 Presentasi hasil penelitian di Politeknik Negeri Media Kreatif PolimediaJakarta 22 Jan2014 67 org

4 Pengarahan dalam Acara Pelantikan Pengurus Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kwarda Kota Tangerang, Universitas Muhamamdiyah Tangerang

Kampus

UMT 25 Jan2014 60 org

(3)

ABSTRAK

Sebetulnya tidak ada yang keliru dengan penggunaan kata komisi. Bukankah hampir disemua sektor kehidupan terdapat fenomena kegiatan yang pada akhirnya memungkinkan seseorang mendengar kata komisi. Tujuan studi persepsi ini, antara lain: 1) Memvalidasi sikap positif dan sikap negatif responden terhadap pemakaian kata komisi dalam kegiatan bisnis, politik, birokrasi, organisasi sosial dan kemasyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan; dan 2) Menginventarisasi usulan alternatif pengganti pemakaian kata komisi dalam kegiatan bisnis, politik, birokrasi, organisasi sosial dan kemasyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan sasaran komunitas gerakan kepanduan hizbul wathan yang ada di Tangerang Banten. Data menunjukan bahwa pemakaian kata komisi berterima secara baik apabila digunakan dalam konteks bisnis dengan jumlah responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 orang. Sementara dalam kegiatan politik dan birokrasi masing-masing sebanyak 35 orang menyatakan setuju dan 8 orang menyatakan tidak setuju.

Untuk kegiatan yang berhubungan dengan organisasi sosial kemasyarakatan tampak adanya penolakan yang cukup kuat, yakni sebanyak 13 orang responden menyatakan setuju dan 30 orang menyatakan tidak setuju. Untuk kegiatan pendidikan tampak sikap yang imbang antara setuju dan tidak setuju. Hal ini tampak dari perbedaan yang tipis dimana yang setuju sebanyak 20 responden sementara yang tidak setuju dinyatakan oleh 23 responden.

Adapun sikap penolakan yang tinggi terlihat pada kegiatan keagamaan, dengan jumlah responden yang menolak sebanyak 39 orang. Sikap positif responden terhadap pemakaian kata komisi pada umumnya didasari oleh kenyataan pragmatis bahwa kata komisi dipergunakan juga di berbagai Negara. Sementara sikap negatif responden muncul lebih disebabkan oleh semangat anti korupsi dan sinisme kepada perilaku koruptor yang tampil dipublik seakan tanpa salah.

Penelitian dengan jumlah responden dan lokus komunitas yang terbatas ini menjadi titik awal para pemerhati bahasa untuk berkontribusi dalam mengubah pola pikir (midset) warga bangsa dari budaya instan menuju budaya kerja dan karya. Tentunya apabila penelitian ini dilakukan dalam skala lebih luas sehingga layak menjadi representasi pendapat publik secara nasional.

(4)

ABSTRACT

There is no wrong with the use of word “commission”. Almost in all life sectors available with phenomenon activities which finally it is possible for one to hear the word commission. The purpose of this research is (1) to validate positive and negative persception toward the use of word comission in activities of business, politic, beurocracy, social and civil organization, education and religion; and (2) to invent the alternative word used for changing the word commission in activities of business, politic, beurocracy, social and civil organization, education and religion.

The study was executed through descriptive qulitative quantitative approaches with the target community movement of boys’ scout existing in Kota Tangerang Banten. The data shows that the use of word “commission” is wisely acceptable in business contex. From 43 respondents 40 persons agree with the use of word “commission” in business, while disagree is expressed by 3 persons. For the politic and beurocracy each is supported by 35 persons agree and 8 person disagree with the use of word “commission”.

For the activities related with social and civil activities, data shows the strong disagree, namely 13 persons agree and 30 person disagree. In addition, data shows the balance perception of using word commission” for the education activities. This conclusion can be seen from the slightly different agree 20 respondent, while disagree 23 respondent.

The most highly disagree is indicated from 4 respondents agree with the use of word “commission” in religion activities, in the contrary, 39 respondens disagree. The positive attitude of respondent toward the use of word “commission” is generally derived from the pragmatic fact that the word commission is already used in various countries. While the negative attitude of respondent come from the spirit of anti corruption and synical view on innocent performance of corruptor in public.

The study with the limited respondents and locus is the starting point for the linguist to contribute in shifting the public mindset of nation society from instant culture toward the working and action culture. It is of course, when this study can be done with the larget scope of respondents to represent the public view nationally.

(5)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan mesti selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga merupakan identitas suatu kelompok sosiolinguistik yang dituntut keikutsertaannya dalam memberikan informasi dalam pengambilan kebijakan-kebijakan kebahasaan. Untuk itu, bahasa tidak dapat terlepas dari budaya sebuah masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, karena perkembangan bahasa tentu beriringan dengan masyarakat penggunanya. Dalam hal ini, sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dan masyarakat yang mengaitkan dua bidang yang dapat dikaji secara terpisah, yaitu struktur formal bahasa oleh lingustic dan struktur masyarakat oleh sosiologi

Memahami konsep dasar hubungan bahasa dan masyarakat bahasa yang terjadi dalam suatu kelompok manusia dimana anggota-anggotanya saling berkomunikasi secara teratur telah menginspirasi peneliti untuk melakukan sorot balik terhadap apa yang dilakukan selama 10 tahun aktif di Organisasi Masyarakat Muhammadiyah. Bagi peneliti sudah pasti semua muslim itu Muhammadiyah (pengikut Nabi Muhammad), akan tetapi menjadi bagian dari warga Organisasi Muhammadiyah secara formal boleh dikatakan sebagai berkah dibalik peristiwa bersejarah ikut membantu warga organisasi yang didirikan tokoh filem sang pencerah (KH. Achmad Dahlan) membangun gedung sekolah di lahan fasos fasum lokasi peneliti menjadi Ketua Rukun Warga di Perumahan Pondok Rejeki Kutabaru Pasar Kemis Tangerang (periode 1998-2004). Adalah satu kata “Bangun Baduy” dalam sambutan pelantikan pengurus Ortom Gerakan Kepanduan Hizbul

Wathan (GKHW) Banten pada saat peletakan batu pertama (12 September 2007) dimulainya pembangunan gedung sekolah untuk anak-anak baduy menuntut peneliti untuk berpikir kreatif ditengah kegalauan perasaan bahwa sejujurnya keinginan peneliti kalaulah menjadi pengurus cukup pada lapisan kedua atau sekretaris mengingat Banten bagaikan hutan yang belum peneliti kenal karakter dan wataknya.

Akan tetapi, dengan semangat anak rantau “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” sekalipun tanpa bekal yang cukup, kalimat sosok pribadi bersahaja Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten “Hasan Alaydrus” yang dalam sebuah pertemuan keluarga (Muhammadiyah Family Gathering) di Pantai Anyer memelesetkan istilah B'Scout menjadi Banten Scout, Boys Scout, dan Brandalan Scout seakan semakin menantang peneliti agar GKHW Banten tidak dibangun dengan semangat kepemudaan masa kini yang penuh fasilitas. GKHW Banten harus dibangun dengan sekecil apapun potensi yang dimiliki dalam rangka menjawab tantangan zaman sesuai karakter pandu yang diharapkan mampu hadir dengan segala keterbatasan untuk menjadi role model

bagi pemecah masalah (problem solver), bukan pembuat masalah (problem maker) apalagi pemelihara masalah (problem keeper) dan penyebar masalah (problem provider) bagi problematik kehidupan barbangsa dan bernegara.

(6)

Syamsuddin dianalogkan dengan istilah membangun sifat iri positif bagi ciri-ciri warga Muhammadiyah. Sifat iri positif ini menjadi modal dasar dalam membangun semangat berlomba dalam kebaikan baik ketika berinteraksi dalam internal komunitas maupun dengan pihak eksternal organisasi masyarakat atau keagamaan lainnya.

Sejalan dengan pemikiran bahwa bahasa menjadi alat penyampaian informasi dalam setiap aktifitas pergerakan masyarakat baik masyarakat bisnis, masyarakat sosial, masyarakat budaya, maupun masyarakat politik maka penelitian ini dilakukan dengan pemahaman empirik bahwa bahasa seyogyanya dapat jadi alat dalam rangka mendorong terbentuknya masyarakat pembelajar menuju kebangkitan era kewirausahaan nasional. Ini semua menjadi akumulasi dari alasan penting perlunya dilakukan studi akademis yang kebetulan peneliti selaku dosen bahasa Inggris memanfaatkan momentum penulisan tugas akhir mata kuliah Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa dengan harapan akan semakin memastikan terus mensosialisasikan pemakaian kata kelompok kerja alih-alih kata komisi dalam setiap kegiatan formal dan informal keorganisasian.

Studi persepsi pemakaian makna kata “Komisi” dilakukan melalui pengamatan langsung dan tidak langsung. Pengamatan langsung dilakukan dengan meminta komunitas sebagai responden mengisi quesioner serta melakukan diskusi dan mengamati perilaku komunitas dalam pergaulan sehari-hari. Sementara pengamatan tidak langsung dilakukan dalam bentuk mencermati perkembangan perilaku komunitas dalam berpartisipasi aktif menjadi bagian dari komunitas anak pandu di Banten. Bentuk partisipasi tersebut tampak pada keaktifan komunitas pada berbagai program kerja yang sudah, sedang dan akan dilakukan. Program kerja yang dimaksud adalah rumusan

program yang menjadi bentuk kesepakatan partisipasi nyata Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kwatir Wilayah Banten dalam upaya mewujudkan visinya Menjadi Organisasi Pandu Pembelajar yang Peduli (selengkapnya baca Majalah B'Scout Creative edisi 1,2,3).

Melalui roh kebahasaan, peneliti berkeyakinan pada saatnya nanti gagasan mendorong terbentuknya “Rumah Pandu sebagai Rumah Inovasinya Komunitas Anak Pandu Masa Kini” akan membuahkan kontribusi cinta negeri dalam bentuk karya bukan hanya bicara. Selain itu, slogan “Jangan Cari Hidup, tapi Hidup Hidupi” yang hanya relevan untuk disampaikan bagi dakwah dikalangan atas, akan saling melengkapi dengan kalimat “Hidup dengan Menghidupkan” dan lebih rasional dan berterima bagi kepentingan dakwah untuk pengikut pemula. Ini semua akan tercapai apabila segala bentuk aktifitas model yang dirintis melalui fasilitasi rumah pandu sejak awal segala sesuatunya dipersiapkan dan dilakukan secara professional dalam rangka mendorong kemandirian organisasi komunitas dengan memegang prinsip kebersamaan, keterbukaan dan kejujuran.

Disamping keinginan untuk beroleh manfaat dalam pengembangan organisasi kepanduan, penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari tugas akhir mata kuliah “Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa” dengan dosen pengampu Prof. Dr. Emzir, M.Pd. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan terhitung sejak pertama kali dosen pengampu menjelaskan silabus perkuliahan (Maret 2013) dan proses pengambilan data serta analisis data berlangsung secara simultan sampai akhir perkuliahan (Juni 2013).

(7)

kebijakan publik untuk mempertimbangkan pemakaian kata komisi dalam setiap aktifitas sosial, politik, keagamaan, pendidikan maupun birokrasi. Masukan ini tentunya menjadi kontribusi para pemerhati bahasa dalam ikut membangun era kewirausahaan nasional dengan meminimal mental instan dan koruptif alih-alih membangun semangat kerja dan karya yang dibutuhkan dalam implementasi empat pilar berbangsa dan bernegara kedepan. Setidaknya kontribusi ini akan menjadi masukan kecil dalam upaya membantah hasil survei lembaga konsultan Political and Economic Risk Consulancy (PERC, 2012) yang berbasis di Hongkong, bahwa Indonesia masih dinilai sebagai negara paling korup diantara 12 negara Asia tujuan investasi.

2. Identifikasi Masalah

Kata komisi saat ini sudah jamak dipakai dalam berbagai kegiatan keorganisasian baik formal maupun non-formal. Penggunaan kata komisi dapat ditemui di lembaga legislatif (misalnya: Komisi A, Komisi B, Komisi Anggaran, dll), lembaga eksekutif dan bahkan sebuah lembaga pemberantasan korupsi pun menggunakan kata komisi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bagi kalangan aktifis kata komisi tidak lagi mengandung makna substansial. Kata komisi seringkali menjadi bahan lelucon dan lucu-lucuan ketika dalam rapat-rapat organisasi muncul pertanyaan, seperti: Komisi saya dimana? Komisi saya apa? Berapa komisi saya?

Sebetulnya tidak ada yang keliru dengan kata komisi karena hampir semua negara menggunakannya. Permasalahan muncul ketika kata komisi yang secara masif digunakan pada nama lembaga negara ternyata memiliki berbagai persepsi. Kata komisi bisa merujuk ke aspek usaha yang berarti sejenis upah atau pembayaran pada seorang agen yang kepadanya tugas dipercayakan. Dalam skala negara kita menemukan

istilah Komisi konstitusi, Komisi Eropa, Komisi Kepresidenan. Bahkan di Amerika ada istilah Komisi Perdagangan dan Kurs Amerika Serikat.

Secara spesifik pemakaian kata komisi bermasalah ketika kata komisi berpotensi menimbulkan berbagai persepsi positif maupun negatif terhadap sikap mental seseorang. Sikap mental dapat berupa: mental instan, tidak mau bekerja keras, tidak kreatif yang kesemua ini berimplikasi kuat terhadap produktifitas kerja seseorang. Untuk itu, apakah diperlukan peninjauan kata komisi alih-alih kelompok kerja misalnya.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti mencoba melakukan verifikasi pandangan sikap mental diatas melalui uji dikalangan internal komunitas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Banten. Penetapan lokus uji persepsi adalah karena terhitung sejak pertama kali peneliti menjabat ketua (2007), hal utama yang peneliti bangun adalah sikap mental komunitas melalui pendekatan bahasa untuk tidak menggunakan istilah kata komisi baik secara lisan maupun tulis.

3. Batasan Masalah

Uji persepsi pemakaian kata “komisi” dibatasi pada upaya pencarian data organisasi sosial/ organisasi masyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan

2. Nilai-nilai negatif pemakaian kata “Komisi” pada organisasi kelembagaan yang bergerak dalam bidang bisnis, politik, birorasi, organisasi sosial/ organisasi masyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan

(8)

kelembagaan yang bergerak dalam bidang bisnis, politik, birorasi, organisasi sosial/ organisasi masyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan

4. Pertanyaan Penelitian

Kegiatan studi persepsi pemakaian kata “komisi” ini merupakan salah satu upaya memeperoleh respon para responden yang diharapkan menjadi masukan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian (question research) “Sejauhmana tingkat persepsi makna kata “KOMISI” oleh komunitas pandu di Banten”.

5. Tujuan Penelitian

Tujuan uji persepsi pemakaian kata “komisi” ini, antara lain:

1. Menginventarisasi sikap positif responden terhadap pemakaian kata komisi dalam kegiatan bisnis, politik, birokrasi, organisasi social dan kemasyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan.

2. Menginventarisasi sikap negatif responden terhadap pemakaian kata komisi dalam kegiatan bisnis, politik, birokrasi, organisasi social dan kemasyarakat, organisasi pendidikan dan organisasi keagamaan.

3. Menginventarisasi usulan alternatif pengganti pemakaian kata komisi mata kuliah Sosiolingustik dan Pengajaran Bahasa, dalam kontek sebanyak-banyak manfaat maka hasil studi ini dapat dijadikan titik awal menyiapkan bahan kajian lebih lanjut sebagai kontribusi masyarakat pemerhati bahasa terhadap upaya mengubah pola pikir (mindset) warga bangsa dari budaya komisi menuju

budaya kerja dan karya dalam kegiatan bisnis, politik, birokrasi, sosial, kemasyarakat, pendidikan dan kegiatan keagamaan

7. Metode Studi Perspsi

Metode penelitaian atau studi persepsi pemakaian kata “komisi” ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif kuantitatif. Secara teknis prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut:

a. Pengambilan data penelitian 1 berupa data primer yang dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada responden berupa angket persepsi positif dan persepsi negatif terhadap pemakaian kata komisi

b. Pengambilan data penelitian 2, melalui wawancara dan diskusi mendalam untuk mengetahui pengaruh perilaku responden dalam keterlibatan aktifitas komunikasi pandu

c. Melakukan analisis data untuk melihat persepsi positif dan persepsi negatif terhadap pemakaian kata komisi dalam aktifitas bisnis, politik, birokrasi, sosial, kemasyarakat, pendidikan dan kegiatan keagamaan. Selain itu melakukan inventarisasi kuantitatif untuk memperoleh usulan alternatif kata pengganti dari pemakaian kata komisi

(9)

edisi. Untuk itu, responden terdiri atas pengurus organisasi, guru dan siswa SMK Grafika bentukan komunitas, serta tamu yang pernah berkunjung ke kantor sekretariat usaha bersama Graha Hw Banten di Ruko Komplek Telaga Bumi Asri Desa Sepatan Tangerang Banten.

A. KAJIAN TEORITIK

1. Pemahaman Makna Kata Komisi Sebetulnya tidak ada yang keliru dengan penggunaan kata komisi. Bukankah hampir disemua sektor kehidupan terdapat fenomena kegiatan yang pada akhirnya memungkinkan dalam dunia seni dapat diartikan sebagai pembayaran atas kreasi atau karya seni yang seringkali dibeli atas nama pihak lain (Commission art, the purchase of the creation of a piece of art most often on behalf of another).

Disamping komisi yang diperoleh atas jasa layanan dokumen, komisi dapat juga berupa proses atau jasa yang diberikan untuk memvalidasi keakuratan suatu proyek (commissioning of a project or venture). Dalam hal ini, sebuah komisi proyek dapat berupa proses memastikan semua system dan komponen bangunan atau industri dirancang, dipasang, diuji, dioperasikan dan dipelihara berdasarkan persyaratan operasional yang ditetapkan oleh pelanggan atau pemilik (Project commissioning, the process of assuring that all systems and components of a building or industrial plant are designed, installed, tested, operated, and maintained according to the operational requirements of the owner or final client).

Dalam kontek keIndonesiaan, disamping contoh dan penjelasan pemakaian kata komisi diatas, ada banyak

lagi contoh-contoh penggunaan kata komisi. Berikut ini hasi penelusuran di media online yang terkait dengan pengertian komisi, seperti:

1.

Komisi Yudisial Republik Indonesia, dalam www.komisiyudisial.go.id

terhadap kalimat Tegakkan Kewibawaan Hakim Demi Keadilan – Laporkan Hakim Yang Terima Suap Ke Komisi Yudisial Republik Indonesia,

2.

Komisi Informasi Republik Indonesia, dalam www.komisiinformasi.go.id

berupa Pengumuman: Presiden sudah menyampaikan 21 nama calon anggota komisioner Komisi Informasi Pusat periode 2013-2017 ke DPR RI untuk dilakukan fit …

3.

Komisi Hukum Nasional-Republik

Indonesia,dalam www.komisihukum. go.id (Nasir Jamil, anggota komisi III DPR). Lainnya Di Pojok Bebas … Komisi Hukum Nasional Usul Izin Presiden Memeriksa Pejabat Dihapus 07/11/2007.A TEMPO … 4. Berita untuk komisi dalam Republika

Online, Komisi III Akan Panggil Keluarga Ruben Okezone – 7 jam yang lalu. Komisi III DPR menyesalkan kasus salah tangkap yang melibatkan Ruben Pata Sambo dan anaknya Markus Pata Sambo. Komisi yang …

5. Tak Tahu Kepala BKKBN, Anggota Komisi IX Interupsi di Raker JPNN.com – 7 jam yang lalu

6.

Kunjungan Tantowi ke Israel Tidak Mengatasnamakan Komisi I Berita Satu – 9 jam yang lalu

7.

Komisi Pemilihan Umum, dalam

www.kpu.go.id Berisi undang-undang

Pemilu, keputusan dan peraturan, laporan media, serta materi pendidikan pemilih dan hasil Pemilihan Umum.

(10)

USAHA, dalam www.kppu.go.id “Tiga Fokus Amandemen UU 5/1999. Lembaga Pengkajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Universitas Indonesia selenggarakan diskusi tentang …

9.

KPK–Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam www.kpk.go.id KPK bertugas melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang …

10.

pengumuman penerimaan calon anggota komisi penyiaran …

www.kpi.go.id/31286-pengumuman-penerimaan-calon-anggota-komi...

11.

DPR-RI–Komisi-I,dalam www.dpr.go. id/id/ Berita/Komisi-I Komisi I DPR RI menilai hingga menjelang batas waktu yang ditentukan, yaitu selama tiga bulan sejak Kesepakatan Komisi I dengan Kemeninfo pada …

12.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam www.kpai.go.id

Jakarta: PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta akan membangun kerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam menertibkan anak-anak …

2. Pemahaman Makna Kata Korupsi Dalam Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 84 – 96 Vol. 18, No. 1, ISSN: 1412-3126, tentang Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Lembaga Anti Korupsi di Indonesia, Achmad Badjuri (Program Studi Akuntansi Universitas Stikubank) mencermati bahwa dari segi bahasa, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu

corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata kerja corrumpere yang berarti buruk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan atau menyogok. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi

adalah penyelewengan atau

penyalahgunaan uang negara, perusahaan, dsb, untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah korupsi yang pengertiannya mendekati definisi korupsi. Di China, Hongkong dan Taiwan, korupsi dikenal dengan nama yum cha, atau di India korupsi diistilahkan bakhesh,

di Filiphina dengan istilah lagay dan di Thailand dengan istilah gin muong.

Korupsi bukanlah merupakan sesuatu yang baru dalam sejarah peradaban manusia. Fenomena ini telah dikenal dan menjadi bahan diskusi bahkan sejak 2000 tahun yang lalu ketika seorang Perdana Mentri Kerajaan India bernama Kautilya menulis buku berjudul

Arthashastra. Demikian pula Dante yang pada tujuh abad silam juga menulis tentang korupsi (penyuapan) sebagai tindak kejahatan. Bahkan seorang Shakespeare juga menyinggung korupsi sebagai bentuk kejahatan. Sebuah ungkapan terkenal pada tahun 1887 mengenai korupsi dari sejarawan Inggris, Lord Action, yaitu “power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely”, hal ini menegaskan bahwa korupsi berpotensi muncul dimana saja tanpa memandang ras, geografi maupun kapasitas ekonomi. Kriminolog Noach (2009) mengatakan bahwa korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan. Kejahatan merupakan suatu tindakan yang tidak mungkin bisa dihilangkan sepanjang manusia masih ada di Bumi. Korupsi sebagai bentuk kejahatan harus dibatasi, diupayakan berkurang bahkan diberantas secara tuntas walaupun memerlukan usaha yang tidak mudah

(11)

adalah akar kejahatan” sedangkan pandangan kedua berasumsi “kurang uang adalah akar kejahatan”. Apabila kita menelaah 2 pandangan ini dapat disimpulkan bahwa orang korupsi karena cinta uang dan orang melakukan korupsi karena kurang uang. Dinegara kita masih ada puluhan juta masyarakat tergolong miskin (kurang uang) tetapi tidak otomatis menjadi penjahat korupsi.

Kenyataan yang ada adalah pelaku kejahatan korupsi sebagian besar adalah orang kaya yang berkecukupan bahkan berlebihan uang. Klitgaard membuat suatu teori atau persamaan sederhana untuk menjelaskan tentang tindakan korupsi atau penyebab seseorang melakukan korupsi:

C = M + D – A

Rumus tersebut dijelaskan sebagai berikut:

C = Corruption (korupsi) M = Monopoly (monopoli) D = Discreation (keleluasaan)

A = Accountability (pertanggungjawaban)

3. Pemahaman Makna Kata Persepsi Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever dalam Susanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas

yang memungkinkan manusia

mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.

Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan penginderaan, tahapan organisir dan tahapan stimulasi pada

penginderaan yang telah

diinterprestasikan dan dievaluasi. Mar'at (1981) mengatakan bahwa persepsi

adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kondisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru di lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Mar'at selanjutnya mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis.

Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum yang berlaku dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor personal antara lan pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat.

Jurnal hasil studi persepsi standar kompetensi industri Penertiban (Polimedia, 2010) membagi dua pandangan mengenai proses persepsi. Pertama, persepsi sosial yang berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas. Kedua, persepsi social sebagai sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.

4. Pengertian Uji Persepsi

(12)

makna kata “Komisi” dan makna kata eksternal individu meliputi keberadaan obyek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap obyek tersebut. Dalam hal ini sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan.

Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol, 1994). Komisi bisa juga digunakan untuk surat paten, surat terbuka yang pemerintahan seperti that Knight Commission on Intercollegiate Athletics. Demikian juga jenis kontrak untuk pertunjukan atau pembuatan karya spesifik (Komisi Seni), sejenis pembelian kreasi potongan seni yang sering diatasnamakan orang lain.

Pemahaman diatas menjelaskan bahwa korupsi hanya bisa terjadi apabila seseorang atau pihak tertentu mempunyai hak monopoli atas urusan tertentu serta ditunjang oleh diskresi (keleluasaan) dalam menggunakan kekuasaannya

sehingga cenderung

menyalahgunakannya namun lemah dalam hal pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada public. Menurut

United Nations Convertion Against Corruption (UNCAC) yang merupakan

penyembunyian (concealment) dan pencucian uang (money laundering) dan memperkaya diri sendiri secara tidak sah (illicit enrichment).

Menurut Fishman (1972) pemilihan penggunaan bahasa oleh penutur tidak terjadi secara acak, melainkan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain siapa yang berbicara, siapa lawan bicara, topik apa yang sedang dibicarakan dan di mana peristiwa tutur itu terjadi. Sementara Dell Hymes menggolongkan faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu peristiwa tutur dalam komponen tutur yang disusun sedemikian rupa sehingga huruf awal tiap komponen membentuk singkatan yang mudah diingat. Komponen singkatan itu adalah SPEAKING yang terdiri atas S=Setting and Scene (latar), P=Participants (peserta), E=Ends (hasil), A=Act Sequence (amanat), K=Key (cara), I=Instrumentalities (sarana), N=Norms (norma), dan G=Genre (jenis).

B. ANALISIS

1. Pernyataan Positif dan Negatif terhadap Pemakaian Kata “Komisi”

Kepada responden diminta memberikan pendapat secara bebas perihal persepsi pribadinya baik bersifat positif maupun negatif terhadap penggunaan kata komisi dalam kehidupan sehari-hari. Semua persepsi tersebut dikelompokkan kedalam persepsi yang berhubungan dengan kegiatan bisnis, politik, birokrasi, sosial kemasyarakat, pendidikan dan agama. Dari 43 responden yang memberikan pendapat persepsinya terhadap pemakaian kata “Komisi” terdapat sebanyak 103 sikap positif dan 94 sikap negatif.

(13)

massif dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara sikap negatif lebih didorong oleh fenomena umum yang secara kasat mata muncul di publik berupa fenomena korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

Kajian tentang korupsi di Indonesia sudah banyak disampaikan kepada publik, baik melalui diskusi, seminar, hasil survei, media masa dan sebagainya. Kesadaran kolektif masyarakat tampaknya sudah mulai terbangun dengan memandang bahwa perilaku korupsi sudah seharusnya dibuang. Hal ini tampak pada hampir semua pernyataan negatif pemakaian kata “komisi” selalu dikaitkan dengan tumbuh suburnya perilaku korupsi di berbagai aspek kehidupan.

Dari semua pernyataan aspek positif

(14)

Table 1

TABULASI PERSEPSI MAKNA KATA KOMISI

No

Responden Persepsi Positif Persepsi Negatif

1 (Uum Mulyati)

1.Dalam pemerintahan kita mengenal adanya komisi yudisial yang menangani hukum

1.Komisi dalam artian pemberian bonus yang tidak sehat (uang pelicin) dalam bidang birokrasi untuk memudahkan penyelesaian masalah

2.Dalam pemerintahan kita mengenal beberapa komisi di lembaga-lembaga DPR yang menangani bidang masing - masing.

2.Dalam segi hukum biasanya ada uang tanda jasa/tanda terima kasih keringanan hukum bagi narapidana.

3.Dalam urusan bisnis kita mengenal adanya uang komisi atau yang bonus sebagai penghargaan atau usaha pengorbanan yang telah di berikan.

3.Dalam masyarakat juga dapat dijumpai adanya uang pelicin/iming-iming untuk memilih salah satu peserta pemilu, baik tingkat kelurahan dll

2 (Thresia Sugini)

4.Dalam pemerintahan kita mengenal adanya Komisi Yudisial yang menangani hukum

4. Komisi dalam artian pemberian bonus yang tidak sehat (uang pelicin) dalam bidang birokrasi untuk memudahkan penyelesaian masalah

5.Dalam pemerintahan kita mengenal beberapa komisi di lembaga-lembaga DPR yang menangani bidang masing - masing.

5.Dalam segi hukum biasanya ada uang tanda jasa/tanda terima kasih keringanan hukum bagi narapidana.

6.Dalam urusan bisnis kita mengenal adanya uang komisi atau yang bonus sebagai penghargaan atau usaha pengorbanan yang telah di berikan.

6.Dalam masyarakat juga dapat dijumpai adanya uang pelicin/iming-iming untuk memilih salah satu peserta pemilu, baik tingkat kelurahan dll

3

(Winarti) 7.Dalam pemerintahan kita mengenal adanya Komisi Yudisial yang menangani hukum

7. Komisi dalam artian pemberian bonus yang tidak sehat (uang pelicin) dalam bidang birokrasi untuk memudahkan penyelesaian masalah

8.Dalam pemerintahan kita mengenal beberapa komisi di lembaga-lembaga DPR yang menangani bidang masing - masing.

8. Dalam segi hukum biasanya ada uang tanda jasa/tanda terima kasih.

9.Dalam urusan bisnis kita mengenal adanya uang komisi atau yang bonus sebagai penghargaan atau usaha pengorbanan yang telah di berikan.

9. Dalam masyarakat juga dapat dijumpai adanya uang pelicin/iming-iming untuk memilih salah satu peserta pemilu. 4

(Siti Sumiyati)

10. Dalam pemerintahan kita mengenal beberapa komisi di lembaga-lembaga DPR yang menangani bidang masing - masing.

10. Dalam segi hukum biasanya ada uang tanda jasa/tanda terima kasih keringanan hukuman bagi narapidana

11. Dalam pemerintahan kita mengenal adanya Komisi yang menangani hukum Yudisial.

11. Komisi dalam artian pemberian bonus yang tidak sehat dalam bidang birokrasi

No

Responden Persepsi Positif Persepsi Negatif

(15)

5 (Sulis Tiyaningsih)

13. Dalam pemerintahan kita mengenal adanya Komisi Yudisial yang

menangani hukum.

12. Komisi dalam artian pemberian bonus yang tidak sehat (uang pelicin) dalam bidang birokrasi untuk memudahkan penyelesaian masalah

14. Dalam pemerintahan kita mengenal beberapa komisi di lembaga-lembaga DPR yang menangani bidang masing - masing.

13. Dalam segi hukum biasanya ada uang tanda jasa/tanda terima kasih keringanan hukuman bagi narapidana

15. Dalam urusan bisnis kita mengenal adanya uang komisi atau yang bonus sebagai penghargaan atau usaha pengorbanan yang telah di berikan/dikerjakan.

14. Dalam masyarakat juga dapat dijumpai adanya uang pelicin/iming-iming untuk memilih salah satu peserta pemilu, baik tingkat kelurahan dll

6 (Lilis)

16.Pembagian hasil atau jasa sesuai dengan apa yang orang tersebut kerjakan

15.Pemberian uang atau jasa yang diberikan seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu agar memuaskan dirinya. 17.Keuntungan berdasarkan apa yang

dilakukan 7

(Rostina Malinda)

18. Pembagian hasil atau jasa sesuai dengan apa yang orang tersebut kerjakan

16.Pemberian berdasarkan kerjasama yang diberikan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu

19.Komisi suatu system yang berada disuatu perubahan yang mengatur tentang luang lingkup pemerintahan agar suatu Negara berjalan dengan baik yang disebut komisi DPR. 20.Sekelompok orang yang ditunjuk/diberi wewenang oleh pemerintah

8 (Siti Fadilatul Aslamiyah)

21.Sekelompok orang yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan.

17.Uang komisi adalah uang sogokan agar kegiatan berjalan Lancar sesuai rencana.

22.Uang komisi adalah uang upah yang diberikan atas jasa.

18.Sekelompok orang yang mengharapkan imbalan berupa uang komisi atau sogokan.

9 (Iin Handayani)

23.Panitia yang terdiri dari beberapa orang yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan suatu kegiatan.

19.Pemberian uang sogokan atas suatu kegiatan/tindak kejahatan atas suatu kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar.

24.Uang (upah) yang diberikan atas jas penjualan barang.

20.Suatu bentuk atau kelompok orang yang dapat melakukan sesuatu dan mengharapkan imbalan atas

No

25.Panitia yang ditunjuk untuk melakukan suatu kegiatan.

21.Pemberian uang tip (sogokan) atas pekerjaan (atau kegiatan) yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan

itu sendiri agar cepat terselesaikan dengan mudah.

26.Uang (upah) yang diberikan atas

jasa penjualan barang. 22.Suatu bentuk atau kelompok orang yang dapat melakukan sesuatu dan mengharapkan imbalan atas

(16)

11 (Desi Sulistiawati)

27.Sebagai tanda terima kasih atau balas budi jasa seseorang yang sudah membantu

23.Mempermudah hal-hal yang seharusnya ada proses. 28.Sebagai penghargaan atas jasa

yang sudah diberikan karena bantuannya kita memperoleh kemudahan.

24.Kompetensi seseorang belum tentu bagus.

25.Hal-hal yang tidak baik dianggap baik. 12.

(Yeni Trisnawati)

29.Sebagai tanda balas budi atau jasa seseorang yang sudah membantu.

26.Mempermudah hal-hal yang seharusnya ada proses. 30.Sebagai penghargaan atas jasa

yang sudah diberikan karena bantuannya kita memperoleh kemudahan.

27.Kompetensi seseorang yang belum tentu bagus.

28.Hal-hal yang tidak baik dianggap baik. 13

(Renaldi Wisnu)

31.Sebagai tanda proses tidak jika yang dilakukan seberang dalam hati melaksanakan tugasnya.

29.Mempermudah orang tua yang sering gunakan yang menentang sebagai hak komisi.

14

(Sunengsih)

32.Sebagai tanda balas jasa yang diberikan kepada seseorang dalam hal melaksanakan tugasnya.

30.Mempermudah orang untuk

menyalahgunakan komisi tersebut untuk hal-hal yang tidak di inginkan

33.Sebagai imbalan untuk seseorang agar ia mau melaksanakan tugasnya. 15

(Nilvik) 34.Hadiah atau upah yang diterima karena hasil kerja yang diatas rata-rata. 31.Suap => Cenderung untuk melancarkan/melicinkan tujuan tuk meraih keuntungan.

35.Menangani bidang tertentu atau badan tertentu => Komisi x DPR =>

32.Pembagian hasil/pemerataan sebuah hasi dari konspirasi.

16 (Evis .S)

36.Sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah rapat & sebagainya untuk menjalankan fungsi (tugas tertentu ia menjadi anggota) khusus untuk menyelidiki kecelakaan kapal terbang.

33.Imbalan (uang) presentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yg diberikan.

37.Pembagian hasil atau jasa sesuai dengan apa yang orang tersebut

No

38.Sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah rapat & sebagainya untuk menjalankan fungsi (tugas tertentu ia menjadi anggota) khusus untuk menyelidiki

34.Imbalan (uang) presentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yg diberikan. 40.Komisis kecelakaan kapal terbang.

41. .Pembagian hasil atau jasa sesuai dengan apa yang orang tersebut kerjakan

18. (Ahmad Adi Santoso)

42.Panitia terdiri dari beberapa orang yang ditunjuk oleh pemerintah rapat dan sebagainya untuk melakukan suatu tugas tertentu.

(17)

43.Komisi barang dagangan yang

disuruh menjualkan. 36.Suatu bentuk atau kelompok orang yang dapat melakukan sesuatu dan mengharapkan imbalan atas

pekerjaannya. 44.Uang komisi uang upah menjualkan

barang. 19

(Heri Irawan)

45.Komisi panitia terdiri dari beberapa orang yang ditunjuk oleh pemerintah rapat dan sebagainya untuk melakukan suatu tugas- tugas tertentu.

37.Pemberian uang sogokan atas suatu kegiatan/tindak kejahatan atas suatu kegiatan, atas suatu kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.

46.Komisi barang dagangan yang disuruh menjualkan uang komisi uang upah menjualkan barang.

38. Suatu bentuk atau kelompok orang yang dapat melakukan sesuatu dan mengharapkan imbalan atas pekerjaannya.

20 (Ade Adriansyah)

47.Komisi bagus karena bisa dipakai untuk memberantas korupsi contoh KPK.

39.Komisi bisa menjadikan manusia lupa akan kewajibannya.

48.Komisi bagus karena bisa semngat dalam berbisnis kalau dipakai dalam hal yang benar.

40.Sogok menyogok. 49.Komisi bisa mendatangkan gairah

dalam bekerja.

41.Imbalan atas suatu kerjaan bisa mengakibatkan kematian.

21 (Anwar)

50.Komisi suatu sistem yang berada di suatu pemerintahan yang mengatur tentang ruang lingkup pemerintahan agar suatu Negara berjalan dengan baik yang disebut Komisi III DPR.

42.Di zaman sekarang masyarakat Indonesia erat benar ikatannya dengan kata komisi karena terjadinya korupsi di Negara Indonesia ini segala apapun yang berhubungan dengan aspek kehidupan. 43.Kerjasama atau yang menghasilkan uang pasti mereka akan memnita uang tersebut dengan kata sandi komisi.

No

51.Insentif yang diberikan kepada seseorang akibat transaksi yang dilakukan seseorang dan mengalami keuntungan.

44.Potongan dana yang diberikan kepada seseorang yang menjadi mediator proyek-proyek pemerintah.

52.Kumpulan dua orang atau lebih yang melaksanakan tugas tertuai sesuai dengan turologi dalam sebuah lembaga.

45.Kumpulan dua orang atau lebih yang melakukan pelaksanaan untuk mengontrol tugas-tugas pemerintah.

23 (M. Zaenul Arifin)

53.Digunakan untuk sebutan pemberian uang kepada orang tersebut.

46.Komisi sering disebut upah atau penghasilan dari luar kerja, sering di salah gunakan oleh pihak-pihak tertentu hanya untuk kepentingan individual atau kelompok.

54.Kata komisi sering digunakan juga untuk inisial kepada orang yang diberi upah atau uang sampingan.

47.Korupsi berawal dari komisi yang berlebih, dan penghasilan yang bukan seharusnya untuk mereka yang merasa korupsi.

(18)

24

(Ufah) 56.Untuk mempercepat proses kerja atau suatu permintaan agar bisa cepat dilaksanakan atau dijalankan.

48.Sebagai alat atau bahan untuk suap-menyuap

57.Menambah semangat pada diri

seseorang. 49.Di salah gunakan permintaan yang seharusnya sedikit tapi malah dilebi-lebihkan (Korupsi)

58.Menambah isi dompet 25

(Dwi Septiani)

59.Kelompok orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas tertentu.

50.Imbalan yang diberikan dalam suatu perjanjian tertentu.

60.Suatu bagian dari lembaga Negara yang memiliki tugas tertentu, seperti Komisi Yudisial

51.Presentasi (Bagian) yang dibayarkan atas jasa yang diberikan.

61.Lembaga/badan yang dibentuk dengan diberi wewenang untuk menangani suatu masalah khusus, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi.

52.Uang sogok 26

(Yulli S) 63. Presentasi (Bagian) yang dibayarkan atas jasa yang dikerjakan. 53.Uang suap 64.Untuk menambah semangat

seseorang yang diberikan Pelayanan Jasa.

54.Uang yang diberikan lebih dari yang seharusnya.

27 (Muhyi Mustadiron)

65.Menambahkan Penghasilan 55.Adanya pensogokan.

No

66.Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 56.KPI serpti tidak pnya taring karena tidak mempunyai kekuatan hukum untuk memberikan sanksi jika ada pelanggaran. 67.Imbalan atas jasa yang telah

dilakukan seseorang.

68.Adanya upah untuk menambahkan penghasilan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

69.Sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah, rapat, dsb untuk menjalankan fungsi (tugas) tertentu.

59.Adanya sesuatu yang menjadi pertanyaan dipikiran saya tentang arti “komisi” jika dihubungkan dengan institusi-institusi yang ada di Indonesia, mereka rata-rata memakai kata “komisi” 70.Imbalan (uang) atau presentase

tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan dalam jual beli.

60.Bahkan di dalam isntitusi terdapat banyak “komisi: coba kita renungkan, bagaimana Negara kita memakai kata “komisi” kan “komisi” berarti imbalan (uang).

(19)

62.Tapi justru sibuk meraup imbalan & proyek-proyek pemerintah karna memang yang utama bagi mereka adalah “komisi” ini hanya sekedar usulan buat pemerintah. 63.Bagaimana institusi-institusi tsb mengganti nama mereka, jangan memakai nama “komisi” mungkin negara kita akan terbebas dari korupsi.

31 (Mitha)

71.Untuk penyemangat pelayanan jasa. 64.Uang pelicin.

65.Sebagai suatu syarat untuk mendapatkan sesuatu. 32

(Bocol)

72.Komisi suatu lembaga kepemerintahan.

66.Komisi atau uang yang diberikan secara tidak wajar kepada orang-orang yang bukan menjadi haknya.

73.Komisi adalah uang yang diberikan kepada seseorang yang berjasa.

67.Komisi tempat perdebatan antara petinggi Negara.

74.Komisi member suatu tanggung jawab terhadap Negara dan bangsa kesatuan republic Indonesia yang harus dilestarikan oleh suatu komisi tertentu.

68.Komisi tempat perebutan kekuasaan seseorang.

75.Komisi: Suatu lembaga kepemerintahan yang ditugaskan menyampaikan suara rakyat

69. Kurang berjalan sebagaimana mestinya.

76.Tempat menampung aspirasi. 70.Jadikan seseorang mengharap imbalan atas jasa yang kita buat.

77.Bertugas mengawasi jalannya pemerintahan.

71.Dapat dijadikan mata pencaharian. 78.Komisi: uang atau imbalan jasa yang

dapat menambah penghasilan. 34

(Dani)

79.Tips atau imbalan yang kita terima atas jasa yang telah kita lakukan (biasanya berupa uang).

72.Jadi banyak orang yang mengharap tips dari jasanya.

80.Dapat membantu orang lain atau kita mendapatkan kepuasan.

73.Ada tanggung jawab dibalik komis yang diterima.

81.Suatu lembaga dapat menegakan kebenaran dan keadilan.

Contoh: komisi pemberantasan korupsi.

74.Banyak sedikti komisi atau tips tidak dapat ditentukan.

35 (Ira Novitasari)

82.Komisi penyiaran independen daerah (lembaga penyiaran untuk menampung dampak-dampak positif maupun negatif yang akan masuk ke Negara kita melalui penyiaran)

75.Penuh intrik dan politik untuk kekuasaan

83.Komisi penyiaran independen daerah (tempatnya kerja pak mamat, Bu Nur Saadah, Pak Ivan, Pak Ervan, Gita Mba Zenita, Pak Khaerudin.

(20)

84.Tempat bercanda, tempat belajat dengan Pak Mamat.

Pak Ivan, Ella dan ibu Nur Saadah serta tempat belajar alquran dengan pak’Khaerudin, dan tempat belajar politik dan sportifitas sana Pak Minan dan tempat belajar untuk menggunakan hati nurani.

36

(Reza 85.Komisi => pembgian hasil barang atau jasa yang dilakukan 77.Komisi negatif: pembagian hasil barang/jasa yang tidak merata antar Erdiansyah) oleh suatu kelompok atau individu yang

bersifat sama rata/adil.

kedua pihak (kelompok/individu). 86.Agar dapat saling menguntungkan

dan tidak berdampak negative antar kedua pihak.

78.Yang mengakibatkan perselisihan antar dua kelompok tersebut.

79.Komisi negatif: pertikaian antar dua kelompok yang diakibatkan ketidakadilan dalam perjanjian yang di tetapkan.

No

87.Komisi itu pendapatan sebagian dari suatu penjualan (menurut saya)

80.Bisa berupa sogokan untuk sesuatu yang tidak baik atau kebohongan. 88.Pembayaran. 81.Bisa hasil korupsi

38 (Pak Haji Trisna)

89.Lembaga Khusus (LSW) 82.Potongan Harga (bisnis) 90.Gabungan beberapa anggota yang

menangani bidang tertentu (politik). 83.Hadiah atas jasa (bisnis) 91.Bidang atau seksi atau bagian

(pemerintah)

84.Premi (bisnis) 39

(Nita Nurhikmah)

92.Imbalan dalam jual beli. 85.Uang Suap. 93.Suatu bagian dalam lembaga

Negara pada Komisi DPR

86.Komisi pengawasan usaha dalam pengadaan barang dan jasa. 40

(Rangga Fathir)

94.Komisi atau bagian bernilai positif dalam meningkatkan kinerja

87.Komisi akan berubah drastis dalam kehidupan apabila setiap manusia menilai kehidupan harus selalu mendapatkan komisi.

95.Besar atau kecilnya seseorang mendapatkan komisi itu akan tetap meningkatkan kinerja seseorang. 41

(Adeng Hudaya)

96.Bagian dari usaha. 88.Bagian dari politik.

97.Bagian dari pendapatan 89.Pertanggung jawaban yang tak searah. 42

(Sunarya)

98.Komisi untuk orang hilang 90.Kelebihan dari suatu jasa tentang pengadaan sesuatu.

99.Komisi anggota dewan perwakilan Rakyat, Komisi A B atau C

Komisi I, II, III dan seterusnya.

91.Pemberian Jasa

100.Bagian yang mengurusi sesuatu 92.Pembagian jika ada kelebihan dari suatu urusan

43 (Yaya)

101.Suatu bagian yang dibentuk untuk mengurusi sesuatu

(21)

102.Bagian yang dibentuk dalam suatu

lembaga 94.Pembagian jika ada kelebihan dari suatu urusan 103.Bagian yang mengurusi sesuatu di

(22)

Responden terhadap Pemakaian Kata Komisi

Data menunjukkan bahwa

pemakaian kata komisi berterima secara baik apabila digunakan dalam konteks bisnis. Dari 43 responden sebanyak 40 orang menyatakan setuju pemakaian kata komisi untuk kegiatan bisnis, sementara yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 orang. Untuk kegiatan politik dan birokrasi masing-masing sebanyak 35 orang menyatakan setuju dan 8 orang menyatakan tidak setuju.

Untuk kegiatan yang berhubungan dengan organisasi sosial kemasyarakatan tampak adanya penolakan yang cukup kuat, yakni sebanyak 13 orang responden menyatakan setuju dan 30 orang

untuk kegiatan pendidikan tampak sikap yang imbang antara setuju dan tidak setuju. Hal ini tampak dari perbedaan yang tipis dimana yang setuju sebanyak 20 responden sementara yang tidak setuju dinyatakan oleh 23 responden.

Adapun sikap penolakan yang tinggi terlihat pada 4 responden yang menyatakan sikap setuju menggunakan kata komisi dalam kegiatan keagamaan, sebaliknya yang menolak sebanyak 39 responden. Secara lengkap data table 2 menggambarkan sikap responden terhadap pemakaian kata komisi dalam kegiatan yang berhubungan dengan dunia bisnis, politik, birokrasi, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan agama.

Tabel 2

Sikap Setuju dan Tidak Setuju Responden Dalam Makna kata “Komisi” pada Kegiatan Berikut

No Bentuk Kegiatan Setuju Tidak Setuju 1 Bisnis 40 3 2 Politik 35 8 3 Birokrasi 35 8 4 Organisasi Sosial / Masyarakat 13 30 5 Pendidikan 20 23 6 Keagamaan 4 39

Sebagai ilustrasi penguatan data yang ada pada tabel 2 maka grafik dibawah ini mengilustrasikan perbandingan sikap menerima dan menolak pemakaian kata komisi dalam kegiatan yang berhubungan dengan dunia bisnis, politik, biropkrasi, social kemasyarakatan pendidikan dan agama.

(23)

3. Saran Responden Jika Tidak Setuju Pemakaian kata Komisi

Responden memberikan alasan tertulis kenapa mereka tidak setuju dengan pemakaian kata komisi. Pada urusan bisnis terdapat 2 saran, urusan politik 4 saran, urusan birokrasi 3 saran, urusan sosial kemasyarakatan 9 saran, urusan pendidikan 9 saran, dan urusan keagamaan sebanyak 17 saran. Dari total sebanyak 43 saran ini tampak pada dunia bisnis kecendrungan responden menerima istilah komisi digunakan. Hal ini dimungkinkan karena dalam dunia bisnis bagaimanapun juga harus berorientasi kepada untung rugi. Artinya disini faktor ekonomi menjadi faktor penentu kenapa istilah komisi berterima secara baik.

Data juga menunjukkan bahwa saran atas ketidak setujuan penggunaan kata komisi pada dunia politik dan birokrasi cukup kecil sebanyak masing-masing politik 4 saran dan birokrasi 3 saran. Apabila dikaitkan dengan cukup besarnya

(24)

35 berbanding 8 responden setuju tidak setuju---lihat table 2) maka data ini memberi gambaran bahwa ternyata dunia politik dan birokrasi seakan mendapat permakluman untuk tetap menggunakan kata komisi.

Justru penolakan yang cukup tinggi terhadap pemakaian kata komisi ada pada kegiatan sosial kemasyarakat (13:30), pendidikan (20:23) dan keagamaan (4:39). Dengan kemampuan responden untuk mengemukakan pendapat dalam bentuk kalimat alasan ketidak setujuan yang juga cukup tinggi, masing-masing untuk kegiatan sosial kemasyarakatan (9 alasan), pendidikan (9 alasan) dan keagamaan (23 alasan) maka tampaknya

alternatif kata lain yang sesuai dan berterima seeara baik.

Yang cukup menarik untuk dicermati adalah hampir dari kesemua alasan maupun saran terkandung maksud untuk mengahapus budaya korupsi yang saat ini tumbuh subur di tanah air. Faktor bahasa dianggap mampu memainkan peran penting dalam mengubah perilaku serba instan menjadi budaya kerja dan karya. Tabel 3 adalah rekapitulasi saran responden jika tidak setuju pemakaian kata komisi pada masing-masing kegiatan yang berhubungan dengan dunia bisnis, politik, birokrasi, sosial kemasyarakatan , pendidikan dan keagamaan.

Tabel 3

Saran Responden Jika Tidak Setuju

Menggunakan kata “Komisi" pada Masing-masing Kegiatan

No Bentuk Kegiatan

Alasan jika jawaban “Tidak Setuju”

Sara n

1 Bisnis 1) Karena dalam berbisnis ada hasil/komisi

2 2) Karena segala bisnis ada hubungannya dengan uang

2 Politik 1) Karena politik sangat rentan

4 2) Karena politik sangat rentan suap

3) Berakibatkan korupsi

4) Karena kalau politik ada komisinya pasti hancur Negara ini 3 Birokrasi 1) Harus sesuai dengan politik birokrasi yang ada

3 2) Harus sesuai dengan politik yang ada

3) Kalau birokrasi ada iming-iming komisi hancurlah Negara ini 4 Organisai

Sosial/ Masyarakat

1) Organisasi merupakan kegiatan sukarela

9 2) Karena orgaisasi ini tidak mengharapkan komisi

3) Organisasi masyarakat biasanya terbentuk atas keinginan pribadi yang mencerminkan rasa gotong royong tanpa mengharapkan imbalan

No Bentuk Kegiatan

Alasan jika jawaban “Tidak Setuju”

Sara n

4) Organisasi masyarakat biasanya terbentuk atas keinginan pribadi yang mencerminkan rasa gotong royong tanpa mengharapkan imbalan

(25)

ikhlas masa sudah dapat gaji mau komisi juga 7) Masyarakat tidak mengharapkan komisi,

masyarakat lebih memilih kerjasama atau kerja bakti 8) Masyarakat tidak mengharapkan komisi berakibat korupsi 9) Karena masyarakat itu bukan lahan uang tapi masyarakat itu

selalu ingin yang terbaik

5 Pendidikan 1) Didalam pendidikan harus diberikan gaji yang cukup agar mensejahterakan kehidupan guru bukan dalam bentuk komisi

9 2) Karena pendidikan tidak mendapatkan uang komisi, tetapi

mendapatkan gaji

3) Kegiatan pendidikan tidak mendapatkan komisi tetapi mendapatkan gaji dari pemerintah

4) Kegiatan pendidikan tidak mendapatkan komisi tetapi mendapatkan gaji dari pemerintah

5) Penilaian harus sesuai dengan kemampuan 6) Penilaian harus sesuai dengan kemampuan

7) Pendidikan hanya membutuhkan biaya dan bahan ajar dan tidak ada komisi

8) Komisi mengakibatkan lupa dalam kerjaan

9) Karena pendidikan ada komisinya generasi baru rusak 6 Keagamaan 1) Berhubungan langsung dengan Tuhan

17 2) Urusan langsung dengan Tuhan

3) Urusan dengan Tuhan

4) Urusan langsung dengan Tuhan 5) Berurusan langsung dengan Tuhan

6) Keagamaan bersumber dari hati nurani dan bersumber dari diri sendiri

7) Urusan dengan Tuhan

8) Karena keagamaan tidak menerima uang komisi 9) Kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan 10) Kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan 11) Bersifat pribadi

12) Bersifat pribadi

13) Karena keagamaan akan menimbulkan permasalahan dari sesuai konflik yang dalam terpuji

14) Dimana kita harus melakukannya dengan tanpa mengharapkan imbalan karena keagamaan

sangat erat hubungannya dengan sang Maha Pencipta (Allah SWT)

15) Agama suatu kewajiban dan tidak ada komisi 16) Berakibat korupsi

17) Karena agama itu tidak ada ikatan dengan kaya komisi

Total Saran 43

4. Kata Komisi dalam Perpektif Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Kajian tentang korupsi di Indonesia sudah banyak disampaikan kepada publik,

(26)

macam pendekatan mengenai korupsi dalam bentuk indeks global, misalnya

Corruption Perception Indeks (CPI) dan

Global Corruption Barometer (GCB). CPI adalah Indeks mengenai persepsi korupsi di suatu negara. Indeks ini diumumkan setiap tahurmya oleh Transparency International (TI). TI adalah organisasi masyarakat madani global (global civil society) yang memelopori pemberantasan korupsi. TI mempertemukan bangsa-bangsa dalam suatu koalisi untuk mengakhiri dampak buruk yang dahsyat dari korupsi terhadap manusia dengan misi menciptakan perubahan menuju dunia yang bebas korupsi.

Dalam Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Ahmad Badjuri menyampaikan catatan kritis tentang faktor kegagalan pemberantasan korupsi di Indonesia, dapat disebabkan beberapa hal sebagai berikut

1. Belum adanya dukungan politik secara menyeluruh.

2. Penerapan hukum terhadap pelaku korupsi kurang efektif, ambigu bahkan disinyalir dalam proses peradilan korupsi terdapat adanya mafia hukum yang “bermain”.

3. Upaya pemberantasan korupsi belum fokus, banyak tekanan, tidak ada prioritas dan tidak didukung oleh struktur birokrasi antar lembaga peradilan yang memadai.

4. Lembaga anti korupsi masih dianggap sebagai organisasi yang tidak efektif dan efisien serta tidak sesuai harapan masyarakat.

5. Lembaga peradilan sering terlibat konflik kepentingan dengan lembaga pemerintah lainnya, misalnya ijin presiden bagi pelaku korupsi dari kalangan birokrat pemerintah menjadi penghambat penanganan korupsi secara cepat dan efektif.

kegagalan pemberantasan korupsi diatas, tampaknya belum ada yang mencermatinya dari aspek pembangunan mental, khususnya peran bahasa. Mari kita lihat upaya-upaya pemberantasan korupsi di Indonesia yang pada dasarnya dimulai sejak tahun 1957. Dalam perjalanannya, upaya tersebut merupakan sebuah proses pelembagaan yang cukup lama dalam penanganan korupsi.

Upaya-upaya tersebut antara lain: 1. Operasi militer khusus dilakukan pada

tahun 1957 untuk memberantas korupsi di bidang logistik.

2. Dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) pada tahun 1967 dengan tujuan melaksanakan pencegahan dan pemberantasan korupsi.

4. Operasi Penertiban (Opstib) dibentuk pada tahun 1977 untuk memberantas korupsi melalui aksi pendisiplinan administrasi dan operasional. Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) di bawah naungan Kejaksaan Agung. Pada tahun yang sama juga dibentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN).

7. Pada tahun 2002 dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedangkan KPKPN melebur dan bergabung didalamnya.

(27)

Pemberantasan Korupsi Nasional” menyimpulkan bahwa salah satu sebab kegagalan pemberantasan korupsi ialah lemahnya aparat pemerintah. yang menangani korupsi. Hasil studi tersebut didokumentasikan dalam strategi pemberantasan KKN yang dikelompokkan menjadi :

1. Strategi preventif yang menguraikan langkah-langkah yang harus dilakukan agar semaksimal mungkin dapat mencegah terjadinya korupsi. 2. Strategi detektif yang menguraikan

langkah-langkah yang harus dilakukan bila suatu perbuatan korupsi yang sudah terlanjur terjadi, maka semaksimal mungkin korupsi tersebut dapat diidentifikasikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 3. Strategi represif menguraikan

langkah-langkah yang harus dilakukan agar perbuatan korupsi yang sudah berhasil diidentifikasi, semaksimal mungkin dapat diproses menurut ketentuan hukum secara cepat, tepat dan tingkat kepastian hukum yang tinggi.

Mencermati berbagai strategi pemberantasan korupsi diatas, tampaknya peran bahasa dalam mengubah cara pandang (mindset) anak bangsa belum tersentuh. Untuk itu, kajian persepsi pemakaian kata “komisi” dalam berbagai kegiatan kelembagaan baik formal maupun non formal menjadi penting sebagai salah satu solusi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

D. SIMPULAN

Data menunjukkan bahwa

pemakaian kata komisi berterima secara baik apabila digunakan dalam konteks bisnis. Dari 43 responden sebanyak 40 orang menyatakan setuju pemakaian kata komisi untuk kegiatan bisnis, sementara yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3

masing-masing sebanyak 35 orang menyatakan setuju dan 8 orang menyatakan tidak seuju.

Untuk kegiatan yang berhubungan dengan organisasi sosial kemasyarakatan tampak adanya penolakan yang cukup kuat, yakni sebanyak 13 orang responden menyatakan setuju dan 30 orang menyatakan tidak setuju. Sementara untuk kegiatan pendidikan tampak sikap yang imbang antara setuju dan tidak seuju. Hal ini tampak dari perbedaan yang tipis dimana yang setuju sebanyak 20 responden sementara yang tidak setuju dinyatakan oleh 23 responden.

Adapun sikap penolakan yang tinggi terlihat pada 4 responden yang menyatakan sikap setuju menggunakan kata komisi dalam kegiatan keagamaan, sebaliknya yang menolak sebanyak 39 responden. Sikap positif responden terhadap pemakaian kata komisi pada umumnya didasari oleh kenyataan bahwa kata komisi dipergunakan juga di berbagai Negara. Sementara sikap negatif responden muncul lebih disebabkan oleh semangat anti korupsi dan sinisme kepada perilaku koruptor yang tampil dipublik seakan tanpa salah.

(28)

masih tepat atau tidak.

(29)

Aslinda dan Syafyahya, Leni. 2007.

Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika.

Bloomfield, Leonard. 1995. Languages.

Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995.

Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Depertemen Pendidikan Nasional. 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka

Fishman, Johua A. 1972. The sociology of language. Rowley: Newbury House.

Gumperz, John, J. Types of linguistic Communities. Paris: Mouton. McKay, Sandra Lee and Hornberge,

Nancy H. 2009. Sosiolinguistic

and Language Teaching. Combridge the University Press. Nababan, P.W.J . 1984. Sosiolinguistik:

Suatu Pengantar. Jakarta Gramedia

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1976. Kode dan Alih. Yogyakarta: balai penelitian bahasa Yogyakarta R.A. Hudson. 1985. Sociolinguistics. New

York: Cambridge University Press.

Wardaugh, Ronald. 2010. An Introduction to Sosiolinguistics (edisi 6). Oxford: Basil Blackwell.

(30)

QUESTION

Petunjuk:

Bagi Anda yang sudah membaca jurnal hasil penelitian ini, kami berharap Anda

bersedia menjadi reponden untuk kepentingan hasil penelitian lebIh luas. Untuk itu,

tulislah persepsi Anda tentang makna kata komisi sebanyak-banyaknya. Kemudian

tentukan apakah Anda setuju atau tidak setuju terhadap pemakaian kata komisi pada

setiap bidang organisasi (bisnis, politik, birokrasi, pendidikan, ormas, keagamaan).

Bagi jawaban yang tidak setuju diharapkan Anda memberikan usul kata alternatif

pengganti kata komisi.

Jawaban Anda dapat diemail ke:

ibupandunusantara@gmail.com atau granezhapubly@gmail.com

A.

Dalam Organisasi Bisnis

1.

Persepsi Positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata Pengganti kalau tidak setuju ...

B.

Dalam Organisasi Politik

1.

Persepsi Positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata Pengganti kalau tidak setuju...

C.

Dalam Organisasi Birokrasi

1.

Persepsi positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

(31)

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata pengganti kalau tidak setuju...

D.

Dalam Organisasi Sosial/ Kemasyarakatan

1.

Persepsi positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata pengganti kalau tidak setuju...

E.

Dalam Organisasi Pendidikan

1.

Persepsi positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata pengganti kalau tidak setuju...

F.

Dalam Organisasi Keagamaan

1.

Persepsi positif

...

...

2.

Persepsi Negatif

...

...

Setuju/ Tidak Setuju

Usulan kata pengganti kalau tidak setuju...

Gambar

Grafik l: Sikap setuju dan Tidak Setuju Pemakaian kata Komisi
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan protein pada pakan komersil (kontrol) belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi benih ikan nilem, sehingga menghasilkan nilai konversi pakan yang

Dari survey dan identifikasi permasalahan kedua mitra dikelompokan menjadi 3 ; yaitu pada sisi (1) belum memiliki alat untuk produksi minyak bekatul, (2)

Jadi, bagaimana kita bisa membicarakan permasalahan nepotisme kalau batasan-batasan terhadap istilah ini adalah terlalu relatif dan normatif (dengan kata lain

bekerja optimum pada konsentrasi 30 ppm dalam mendegradasi zat warna tekstil jenis azo, kemudian mengalami penurunan pada konsentrasi 40 dan 50 ppm, alasan yang mendasari

pada tahun 2008 juga melakukan penelitian tentang pencirian struktur dan sifat mekanik film plastik menggunakan bahan glukomanan dari umbi porang, pati kacang polong,

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu

Dalam kehidupan sosial politik Indonesia yang plural dan menganut asas demokrasi, maka toleransi menjadi sikap yang penting untuk dianut masyarakat Indonesia.. Namun