Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NISAR
NIM. 60300112004
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
NIM : 60300112004
Tempat/Tgl. Lahir : Jeneponto,17 Mei 1994
Jur/Prodi : Biologi Sains
Fakultas : Sains dan Teknologi
Alamat : Jl. Rappocini raya Lr. 5H no.8
Judul : Daya Hambat Ekstrak Alga Merah (Euchema spinosum)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Diare
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Agustus 2017
Penyusun,
NISAR
iii
Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi dengan seksama skripsi berjudul, “Daya Hambat Ekstrak Alga merah (Euchema spinosum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Diare”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses lebih lanjut.
Makassar, Agustus 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Hafsan S.Si., M.Pd Ar. Syarif Hidayat S.Si., M.Kes
v
yang berjudul “Daya Hambat Ekstrak Alga merah (Euchema spinosum)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Diare” yang merupakan salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Tekhnologi UIN Alauddin Makassar.
Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis hanturkan kepada nabi besar kita
Muhammad Saw. Nabi yang telah mengajarkan beberapa ilmu pengetahuan yang
dijadikan lampu penerang dalam mengarungi bahtera kehidupan ini
Penulis menyadari banyak pihak yang telah berpartisipasi dan membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua tercinta, ayah Rusli dan Nurhaeda, dengan penuh kasih sayang dan
pengorbanan serta dukungan penuhnya baik berupa materi, nasehat yang tulus,
serta saudariku yang senantiasa memberikan restu dan doa’nya.
2. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si., selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
3. Prof. Dr. H. Arifuddin, M. Ag., sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
vi
5. Ibu Hafsan, S. Si, M. Pd. Sebagai pembimbing I sekaligus pembimbing akademik
dan bapak Ar Syarif Hidayat, S.Si, M. Kes. Sebagai pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan masukan selama menempuh studi dan penyelesaian
skripsi ini.
6. Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Kes, sebagai penguji I, Fatmawati Nur,S.Si.,M,Si.
sebagai penguji II dan bapak Dr. Muhammad Shuhufi sebagai penguji III.
7. Bapak dan Ibu Dosen dalam jajaran Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN Alauddin
Makassar yang selama ini telah mendidik penulis dengan baik sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi.
8. Kak Sukri S. Farm selaku Laboran Farmasi Biologi yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian.
9. Rotterdam coffee sebagai penyedia sarana lokasi untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsinya saya ucapkan terima kasih
10.Teman-teman BANTA’S yang selama 4 tahun berjuang bersama-sama dan
menghadirkan cerita indah.
11.Teman-teman seangkatan “RANVIER” (Biologi Angkatan 2012) yang senantiasa
memberikan semangat dan terima kasih untuk kekeluargaan kalian selama ini.
12.Untuk para sahabat yang selalu memberikan semangat memotivasi terima kasih
vii Amin.
Makassar, 23 November 2017
Penulis,
Nisar
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ...iv
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. kegunaan Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8-25 A. Ayat Yang Relevan... ... 8
B. Tinjauan Umum Alga merah (Euchema spinosum) ... 9
C. Tinjauan Umum Bakteri Penyebab Diare ...14
D. Kerangka Pikir ...26
x
oleh beberapa konsentrasi ekstrak alga merah (Euchema spinosum)... 33 Tabel 4.2.Rata-rata diameter zona bening (mm) pertumbuhan bakteri Shigella
dysentriae oleh beberapa konsentrasi estrak alga merah (Euchema
spinosum).... ...34 Tabel 4.3. Rata-rata diameter zona bening (mm) pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae
xi
Gambar 2.2. Bakteri Eschericia coli ...20
Gambar 2.3. Bakteri Vibrio cholera ...23
Gambar 2.4. Bakteri Shigella dysentriae ...25
Gambar 4.1. Histogram zona hambat bakteri Eschericia coli ...33
Gambar 4.2. Histogram zona hambat bakteri Shigella dysentriae ...34
Gambar 4.3. Histogram zona hambat bakteri Vibrio cholera ...35
xiii
Terhadap Pertumbuhan Bakteri penyebab Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab suatu kesakitan dan kematian yang hampir terjadi pada seluruh daerah geografis dunia. Diare dapat menjadi penyakit serius jika tidak diberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat guna. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui daya hambat ekstrak alga merah (Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan memberikan ekstrak alga merah (Euchema spinosum) dalam beberapa konsentrasi, yaitu konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm serta kontrol positif dan negatif ( klorofenikol dan aquadest) pada bakteri Eschericia coli, Shigella dysentriae dan Vibrio cholera dengan 3 kali pengulangan. Parameter yang di amati dalam penelitian ini yaitu jumlah zona bening (zona hambatan) pada bakteri Eschericia coli, Shigella dysentriae dan Vibrio cholera
dengan menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (uji-F) pada taraf kepercayaan α 0,01 dimana diperoleh hasil bahwa pemberian ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan mikroba uji (Escherichia coli,
Shigella dysentriae, dan Vibrio cholera), yang mana semakin tinggi konsentrasi ekstrak alga merah (Euchema spinosum), maka semakin besar pula zona hambat yang terbentuk di sekitaran paper disk.
xiv
on Growth Bacteria Cause Diarrhea
Diarrheal disease is one of the causes pain and death that occur in all consentration. That concentration 1000ppm ,500ppm, 100ppm along with control negative and positif (klorofenicol and aquadest) of bacteries Escherichia coli,
Shigella dysentriae dan Vibrio cholerae with 3 times repeates. Parameter that observed in this research is amount of transparent zonq (obstacle zona) in Escherichia coli, Shigella dysentriae dan Vibrio cholera with using calipers. The data obtained were analyzed using analysis of variance (F-test) the degree of α 0.01 trust where obtained that the granting of extacts of the leaves of red alga (Euchema spinosum)
influential are real on the growth of microbaterial testing (Escherichia coli, Shigella dysentriae, and Vibrio cholera), which is the higher concentration of extracts of the red algae (Euchema spinosum) then the greater the amounts that had been established in the vicinity papper the disk.
Keywords: Inhibition, diarrhea, red algae extract, Escherichia coli, Shigella dysentriae, Vibrio cholera.
1 A. Latar Belakang
Ada beberapa hal yang dapat memotivasi seseorang untuk terus menerus berusaha dalam mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya salah satunya ialah adanya keyakinan dan perlindungan serta pertolongan Allah swt. Karena semua penyakit yang diderita oleh semua manusia pasti bisa disembuhan dan diobati Karena sudah dijelaskan oleh Rasulullah saw. lewat sabdanya bahwa:
Artinya :
Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya. (HR. Al-Bukhari no. 5678).
Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit dapat diobati yang mana dapat digunakan untuk menyembuhkan, mencegah, ataupun untuk meringankan penyakit tersebut dan di Hadits ini juga berisi dorongan untuk mempelajari cara pengobatan penyakit-penyakit yang tidak dapat di obati sebagaimana yang dipelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah swt telah menjelaskan dalam Al-qur’an untuk umatnya bahwa seluruh jenis penyakit memiliki obat, sehingga kita mempelajari dan kemudian mempraktikkannya.
sangat dibutuhkan untuk penyembuhan sebagaimana kondisi semula. Kebutuhan akan pengobatan masyarakat secara proses alam terjadi pola penggunaan fasilitas kesehatan di masyarakat (Notoatmodjo, 1999).
Menurut ketentuan WHO (World Health Organization) dan APHA (American Public Health Association), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri didalamnya. Kemunculan bakteri disebabkan oleh masuknya tinja, kotoran hewan,sampah, air kencing, dahak, ekskresi luka, dan sebagainya, ke dalam badan air atau adakalanya pencemar yang masuk ke dalam air tidak disengaja, seperti masuknya kembali air buangan kedalam sumur, adanya pipa air yang bocor yang menyebabkan hubungan pipa air yang bersih menimbulkan penyakit yang serius yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari salah satunya ialah penyakit diare
(Suriawiria, 2008)
Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua kelompok usia diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama didapatkan pada bayi dan anak balita. Di negara Amerika Utara anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali pertahun (Pitono et al, 2006). Sementara menurut (Zubir et al,
Pada umumnya sebagian orang menganggap bahwa diare merupakan penyakit yang tidak berbahaya karena diare merupakan penyakit yang umum terjadi, namun perlu diketahui bahwa diare yang berlangsung dalam beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang kuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di dalam tubuh yang mengakibatkan gangguan irama jantung, rasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak (Umar, 2004).
Diare dapat menjadi penyakit yang serius jika tidak diberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat guna, terutama pada anak-anak. Ini adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di Negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia, (Ramaiah, 2007). Dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian penting pada anak-anak (Tjay, 2007). Beberapa faktor yang meningkatkan resiko diare lainnya antara lain kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan peyimpanan makanan yang tidak layak dan menjaga kebersihan lingkungan (Nelly, 2007).
Allah swt berfirman dalam QS al-anbiyaa: ayat 21/84
Terjemahnya:
Maka kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah (Kementrian Agama RI, 2012).
Ayat diatas menjelaskan tentang kisah Nabi Ayyub yang mendapat ujian dan musibah terhadap harta yang dilenyapkan dan diberipula ujian terhadap tubuhnya. Yakni penyakit hingga tak seorang pun yang dapat mendekatinya selain istri yang mengurusnya.dan mereka dikembalikan kepadanya terhadap diri-diri mereka. Dijelaskan pula bahwa manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian orang-orang yang sebanding dan seterusnya (Tafsir al mishbah, 2009)
Banyak tanaman obat yang digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai obat diare. Tanaman obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare mempunyai efek sebagai adstringen (pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan pada diare, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri. Salah satunya adalah alga merah (Rhodophyceae) (Tjay,Kirana, 2002).
Alga merah (Rhodophyceae) merupakan salah satu organisme laut yang dapat menyediakan sumber bahan alam dalam jumlah yang melimpah dan mudah untuk dibudidayakan. Berbagai bahan aktif dari alga telah ditemukan penggunaannya seperti antibakteri, antivirus, antijamur, sitotoksik dan antialga (Haniffa, 2012).
merupakan senyawa metabolit primer rumput laut tersebut diperkirakan senyawa metabolit sekundernya juga dapat menghasilkan aktivitas antibakteri (Shanmugam, 2002). Sejak 2700 SM alga telah digunakan oleh bangsa Cina sebagai bahan sayuran,obat-obatan dan kosmetik sedangkan di Indonesia digunakan sebagai bahan sayuran, kue, manisan dan obat-obatan (Indriani, 2003).
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang daya hambat ekstrak alga merah (Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana daya hambat
ekstrak alga merah (Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab
diare?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017, sampel yang
digunakan adalah ekstrak alga merah yang di uji dengan bakteri Escherichia coli,
Vibrio cholera, Shigella dysentriae, Pengujian dilakukan di Laboratorium
D. Kajian Pustaka
Adapun penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:
1. Iskandar rusmiati (2013), Uji aktivitas bakteri ekstrak etanol rumput laut
(Euchema Cottoni). Terhadap bakteri Eschericia coli dan Basillus sp. Dengan hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri uji dengan konsentrasi hambat minimum (KHM)
terhadap bakteri Bacillus cereus adalah 0,1% dan terhadap Escherichia coli adalah
0,5%
2. Yusuf Subchan (2012), pengaruh ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Dengan hasil penilitian yaitu bahwa ekstrak
alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat bakteri E. coli 107 sel/ml dan
konsentrasi ekstrak Sargassum sp. yang dapat menghambat E. coli 107 sel/ml
sesuai standar antibiotika adalah konsentrasi 80%, 90% dan 100% dengan
diameter hambat 13mm (cukup peka), 15,7 mm dan 18,6 mm (sangat peka).
3. Anggana Madyasta (2016), daya hambat Eucheuma spinosum dengan konsentrasi
berbeda terhadap Bacillus cereus dengan hasil penilitian yaitu perlakuan
konsentrasi 400 ppm, 800 ppm dan 1600 ppm dengan 4 ulangan. Analisis data
diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan uji
pembeda (UjiF). Hasil penelitian menghasilkan daya antibakteri terbaik pada
ekstrak E.spinosum dengan konsentrasi 800 ppm. Hal ini ditunjukkan dengan
rata-rata diameter zona hambat terhadap Bacillus cereus pada ekstrak E. spinosum
metode GC-MS, diduga terdapat 9 senyawa antibakteri yang terekstrak dari
E.spinosum, antara lain Phenol, Eugenol, Pentadecane, Heptadecane, 3- Eicosene,
9- Eicosene, 1- Hexadecane, Docosane dan 1- Octadecene
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat
ekstrak alga merah (Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab
diare.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan terutama pada daya hambat ekstrak alga merah
(Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare.
2. Sebagai referensi tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam dunia kesehatan.
8 A. Ayat yang Relevan
Allah swt. Berfirman dalam QS al-maaidah: 5/96
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (Kementrian Agama RI, 2012)
Ayat diatas dijelaskan menurut quraish shihab tafsir al- mishbah Melalui ayat ini bahwa dihalakan bagi kamu berburu binatang buruan laut juga sungai, danau atau tambak dan makanannya yang berasaal dari laut seperti ikan dan apapun yang hidup laut yang tidak dapat hidup didarat walau telah mati dan mengapung, adalah
makanan lezat bagi kamu, baik yang bertempat tinggal tetap di satu tempat tertentu, dan juga bagi orang-orang yang dalam perjalanan dan diharamkan atas kamu
Alga merah (Euchema spinosum) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang belum dapat dibedakan antara batang, akar dan daunnya, alga merah menjadi salah satu bahan yang dijadikan bahan dasar dalam pembuatan obat, kosmetik dan bahan makanan sehingga alga merah menjadi salah satu bahan alam yang sudah diuji dari segi halalnya karena makanan atau minuman yang dapat dikategorikan halal atau tidaknya dapat dilihat dari segi kandungan serta proses pemanfaatannya. Alga merah tergolong dalam tumbuhan yang mengandung minyak nabati kering karena alga merah yang sebelum digunakan menjadi bahan dasar dalam pembuatan obat, kosmetik dan makanan terlebih dahulu mengalami proses pengeringan bahan dengan panas secara alami atau dengan bantuan alat, baik dalam bentuk utuh atau telah melalui proses pemotongan atau penghancuran, serta tidak ada penambahan bahan aditif dan penggunaan bahan penolong (LPPOM MUI, 2013).
B.Alga merah (Euchema spinosum)
Indonesia merupakan Negara bahari dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia yang memiliki total luas perairan Nusantara seluas 2,8 juta Km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta Km. Indonesia mempunyai luas daratan sekitar 1,9 juta Km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 Km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau. Laut beserta kawasan pesisir Indonesia mempunyai manfaat dan potensi ekonomi (pembangunan) yang sangat besar dan beraneka ragam (Romimohartarto, 2001). Sehingga hampir 70% wilayah Indonesia terdiri atas lautan yang memiliki sumber daya alam laut yang melimpah dan beragam baik hayati maupun non hayati (Soerawidjaja, 2005).
Beberapa biota laut seperti spons dan alga telah banyak diteliti, dieksplorasi dan dikembangkan untuk digunakan sebagai sumber bahan baku obat di industri farmasi. Eksplorasi dan penelitian biota laut untuk keperluan farmasi telah berkembang pesat dalam kurun waktu 30-40 tahun terakhir. Hal ini diakselerasi dengan meningkatnya kesadaran pelaku industri dan konsumen obat (farmasi) dalam dan luar negeri untuk memprioritaskan penggunaan obat dari bahan alami yang dikenal dengan istilah "back to nature" (Rismana, 2001).
Salah satu potensi biota laut perairan Indonesia adalah makro alga atau dikenal dalam perdagangan sebagai rumput laut. Saat ini sudah ditemukan 555 jenis alga yang berdasarkan kandungan pigmennya dikelompokkan menjadi 4 kelas, yakni Rhodophyceae, Phaeophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae (Romimohtarto, 1999).
luas dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan bahan baku industri (Indriani dan Sumiarsih, 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang dikandungnya, sehingga dikenal rumput laut penghasil karaginan (karagenofit), agar (agarofit) dan alginat (alginofit). Berdasarkan cara pengelompokan tersebut, maka ganggang merah (Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp. dikelompokkan sebagai rumput laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang demikian tinggi, sekitar 62-68% berat keringnya (Alfiansi,2011).
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi selatan adalah
Eucheuma spinosum. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan, dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain (Bachtiar, 2007).
Eucheuma merupakan jenis yang banyak dicari. Ini disebabkan karena industri makanan, kosmetika, dan farmasi memerlukan “carrageenin” yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan sebagai bahan campuran (Alfiansi, 2011)
Alga merah (Euchema spinosum) merupakan salah satu organisme laut yang dapat menyediakan sumber bahan alam dalam jumlah yang melimpah dan mudah untuk dibudidayakan. Berbagai bahan aktif dari alga telah ditemukan penggunaannya seperti antibakteri (Haniffa dkk, 2012), antivirus, antijamur, sitotoksik, antialga dan lainnya (Shanmughapriya et al., 2008, Vallinayagam etal., 2009).
Klasifikasi alga merah (Rhodophyceae) dalam taksonomi (Atmaja et al
Regnum : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum
Gambar 2.1 Alga merah (Euchema spinosum)
datangnya sinar matahari. Cabangcabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk (Hidayat, 1994).
Daur hidup beberapa jenis alga merah sangat majemuk. Pada bentuk-bentuk yang lebih tinggi tingkatnya menjadi pergantian generasi secara morfologik yang teratur. Dalam hal ini dapat saja sporofit dan gametofit kelihatan dari luar sama. Salah satu sifat yang menarik dari perkembangbiakan alga merah ini adalah sama sekali tidak adanya spora atau gamet berenang yang berbulu getar atau bercambuk. Ini merupakan penyimpangan dari kebiasaan yang diikuti oleh perkembangan jasad hidup yang terjadi dalam media air. Hal ini membuat penyebaran dan pertemuan intim antara sel-sel perkembangbiakan tergantung pada arus dan karena itu semuanya tergantung pada faktor kesempatan atau keberuntungan (Iskandar, 2005).
Menurut Hidayat (1994), alga merah ini ditandai dengan sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
b. Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
c. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial
(banyak sel di ujung thallus).
d. Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
e. Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan
fikosianin (berwarna biruaaa)
f. Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen
dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna
g. Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
h. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran.
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora
dapat pula secara seksual (oogami). Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai
bulu cambuk sehingga tidak dapat bergerak aktif (Tjitrosoepomo, 2009).
Pada alga reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru
melalui perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan
spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari
tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada alga merah. Pada alga yang
bersel satu (uniseluler) setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri
dan membentuk individu baru. Pada alga yang multiseluler (bersel banyak) seperti
Enteromorpha, Polysiphonia, Gracilaria dan Eucheuma, potongan thallusnya
mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan (Alfiansi, 2011).
Reproduksi yang terjadi pada jenis alga merah ini terjadi secara aseksual yaitu
dengan cara membelah sel atau dengan cara spora, sedangkan proses reproduksi
secara seksualnya belum banyak diketahui (Iskandar, 2005).
pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Karaginan dapat digunakan dalam pembuatan permen jelly dan produk makanan lainnya sebagai gel pengikat (Hidayat, 1994).
Temuan terakhir membuktikan bahwa rumput laut berpotensi sebagai antivirus antibakteri, antijamur, antitumor dan antioksidan (Suparmin, 2009).
C.Tinjauan umum bakteri penyebab diare
1. Escherichia coli
Air minum isi ulang adalah air yang mengalami proses pemurnian baik secara penyinaran Ultraviolet, Ozonisasi, ataupun keduanya melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada era sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut maka dewasa ini semakin menjamur pula Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang menyediakan air siap minum. Selain murah, air minum isi ulang juga bisa dijumpai di berbagai tempat, tetapi kemungkinan besar bisa ditumbuhi bakteri. Hal ini disebabkan karena tidak semua DAMIU melakukan pengolahan secara tepat dan benar, misalnya kualitas air baku yang digunakan, jenis peralatan yang digunakan, perawatan peralatan dan penanganan air hasil pengolahan. Selain itu pengolahan air minum di DAMIU tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis sehingga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan, dengan demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka pengamanan kualitas airnya (Athena, dkk., 2003).
Coliform dan Escherichia coli. Coliform merupakan bakteri fecal yang berasal dari sisa hewan atau tumbuhan yang sudah mati termasuk juga manusia, Escherichia coli adalah bakteri komensial pada usus manusia dan umumnya bukan patogen penyebab penyakit, namun apabila di dalam air tersebut terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli yang bersifat fecal jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan empedu (Suriawiria,2008).
Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme yang patogen, di mana mikroba masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan (Waluyo, 2004). Di antara bakteri yang dapat menyebabkan infeksi tersebut diantaranya Escherichiacoli (Jawetz dkk, 2005).
Escherichia coli merupakan flora normal didalam usus manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk kedalam organ atau jaringan lain (Sri, 2010).
Escherichia coli juga sebagai salah satu contoh terkenal yang mempunyai beberapa spesies yang hidup dalam saluran makanan dan manusia (Suriawiria, 2008).
Escherichia coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan.
Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O,
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichiau coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (jawetz et al.,
1995).
Bagi negara-negara berkembang timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Selain itu cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi yaitu munculnya bakteri yang multiresister terhadap antibiotik. Bahaya terjadinya resistensi kuman adalah pengobatan penyakit menjadi sulit dan lamanya sakit menjadi panjang juga resiko timbulnya komplikasi atau kematian akan meningkat Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah bakteri untuk bertahan hidup (Tjay dan Rahardja, 2002).
Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain (jawetz et al., 1995). Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu:
1. Infeksi saluran kemih
Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
2. Diare
setiap kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada lima kelompokgalur Escherichia coli yang patogen, yaitu:
a. Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC)
EPEC penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
b. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)
ETEC penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
c. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC)
EIEC menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Penyakit yang paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju negara tersebut. Galur EIEC bersifat non-laktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
d. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEK)
EHEK menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksisnya pada sel Vero, suatu ginjal dari monyet hijau Afrika
e. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang.
3. Sepsis
4. Meningitis
Escherichia coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. Escherichia Coli merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal (Jawetz etal., 1996).
WHO memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia pada tahun 2007 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun (Depkes RI, 1997). WHO juga menyebutkan penyakit infeksi seperti diare (18%), pneumonia (14%), dan campak (5%) merupakan beberapa penyebab kematian anak-anak usia balita di Indonesia (Solares, 2011). Dari beberapa penilitian bakteri Escherichia coli menjadi salah satu bakteri selalu dijumpai dalam kehidupan manusia sehingga manusia menjadi rentang dengan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang pada dasarnya merupakan flora normal yang terdapat pada usus manusia (Eriana, 2009).
Klasifikasi Escherichia coli adalah (Brooks et al. 2005): Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria Divisio : Firmicutes Classis : Cocci Ordo : Bacillales
Gambar2.2Bakteri Eschericia coli
Morfologi Escherichia coli yaitu berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , bersifat gram-negatif, motil dengan flagella peritrikus dan tidak berspora. Bakteri Escherichia coli merupakan organisme penghuni utama usus besar, hidupnya komensal dalam kolon manusia dan berperan dalam pembentukan vitamin K (Irianto, 2006).
Pada beberapa penilitian sebelumnya menyatakan bahwa bakteri Escherichia coli pada media EMBA membentuk koloni khas berwarna hijau metalik dengan pusat koloni berwarna gelap. Pada media SIM, bakteri Escherichia coli bersifat motil dan menghasilkan indol. Escherichia coli khas memberi hasil positif pada tes indol, lisin, dekarboksilase dan peragian manitol serta membentuk gas dari glukosa (Jawetz et al. 1996),
2. Vibrio cholerae
ditandai oleh terjadinya diare yang disertai oleh muntah-muntah yang akut dan hebat sebagai akibat dari enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Bentuk gejala klinis yang khas pada penderita adalah dehidrasi, berlanjut dengan rejatan metabolik yang terjadi dalam waktu singkat akibat diare sekretorik ( Jawetz et al., 2007).
Bakteri Vibrio cholera masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar. Bakteri ini merupakan salah satu spesies dari genus Vibrio yang merupakan famili Vibrionaceae. Vibrio cholerae banyak ditemukan pada permukaan air yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung bakteri tersebut (Yuwono, 2005).
Bakteri Vibrio cholerae adalah bakteri berbentuk batang bengkok atau batang lurus, gram negatif, bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Bakteri Vibrio cholerae dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai flagel kutub (flagel monotrik). Pada isolasi pertama Vibrio cholerae berbentuk batang bengkok dengan panjang kira-kira 2-4 mikron. Bakteri ini tidak membentuk spora. Pada pembiakkan yang lama bakteri Vibrio cholerae dapat berubah menjadi bentuk batang lurus, mirip dengan bakteri enterik gram negatif lainnya (Jawetz, 1991).
Vibrio cholera bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu umum untuk pertumbuhananya adalah pada suhu 18-370C dan dapat tumbuh pada berbagai jenis media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Bakteri ini juga tumbuh baik pada agar Thiosulfate Citrate Bile Sucroce (TCBS) (Amelia,2005).
bakteri kedalam saluran cerna. Seseorang dengan asam lambung yang normal akan dapat terinfeksi (Ananta, 2008)
Manusia dalam keadaan lemah, Vibrio cholerae bersifat pathogen. Organisme ini tidak pernah mencapai peredaran darah, tetapi tetap terlokalisasi dalam saluran pencernaan. Vibrio cholerae berkembang biak dalam epitel superfisial, dan mengeluarkan toksin kolera yang kemungkinan musinase dan enditoksin. Toksin kolera diabsorbsi kedalam sel-sel epitel dan merangsang hipersekresi air pada semua bagian usus halus, akibatnya terdapat pengeluaran darah dan elektrolit, yang akan mengakibatkan diare, dehidrasi, asidosis, syok dan kematian (Bonang. G, 1992).
Salah satu ciri khas dari bakteri Vibrio cholera dapat hidup pada suhu yang tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati pada kondisi asam. Itu sebabnya bakteri ini sangat patogen pada manusia yang mempunyai penyakit asam lambung (Amelia, 2005)
Menurut Todar (2013), Klasifikasi Vibrio cholerae adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria
Divisio : Proteobakteria
Classis : Gammaproteobskteria
Ordo : Vibrionales
Familia : Vibrioaceae
Genus : Vibrio
Gambar 2.3. Bakteri Vibrio Cholerae
(www.parasites.czu/food/parasite.php) 3. Shigella dysentriae
Bakteri Shigella dysentriae merupakan bakteri penyebab penyakit disentri, termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek atau basil tunggal,tidak berspora, tidak berflagel sehingga tidak bergerak. Bakteri ini mengasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik dan enterotoksik sehingga anak-anak yang terjangkiti shigellosis dapat menderita kejang. Eksotoksin ini adalah protein terlarut yang tidak tahan panas. Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat bagi shigelosis. Bakteri ini mampu menembus dan masuk ke dalam sel-sel lapisan epitel permukaan usus di ileum terminal dan kolon. Setelah menembus sel, bakteri ini memperbanyak diri sehingga lapisan sel yang telah mati akan mengelupas dan terjadi tukak pada mukosa usus (Todar, 2009).
adanya lendir dan darah. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada anak umur 1-10 tahun dan menjadi suatu masalah kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan, karena pada penyakit ini, penderita dapat mengalami diare yang hebat hingga 20-30 kali sehari yang dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi, dan bila tidak segera diatasi dehidrasi tersebut akan dapat mengakibatkan terjadinya kematian (pelzar dan chan 1998).
Habitat alami Shigella dysenteriae terbatas pada usus besar manusia dan binatang menyusui, dimana Shigella dysenteriae memproduksi eksitoksin yang tidak tahan panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat. Penyebaran Shigella dysenteriae selalu terbatas pada saluran pencernaan, penyebaran ke dalam aliran darah sangat jarang. Bakteri Shigella dysenteriae dapat menimbulkan penyakit yang sangat menular (Jawetz et al., 2005).
Disentri adalah salah satu jenis penyakit diare akut yang disertai dengan tinja cair yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri telah menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan sangat cepat tanpa diikuti proses absorbsi air (Adnyana dkk., 2004)
Bakteri penyebab disentri adalah Shigella dysentriae dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan demam. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin sehingga dapat mematikan penderita. Aktivitas yang bersifat toksik ini menyebabkan diare awal yang encer, kemudian mengakibatkan disentri lebih lanjut dengan tinja yang disertai darah dan nanah (Jawetz et al., 1996).
bagi manusia, namun antibiotik juga menimbulkan dampak negatif yaitu kemampuan bakteri dalam mempertahankan diri sehingga makin sulit untuk diberantas (Winarsih dkk., 2010).
Menurut Garrity (2004), Klasifikasi Shigella dysentriae adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria Divisio : Probacteria
Classis : Gammaprotebacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobactericeae Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae
D.Kerangka Fikir
Alga merah salah satu organisme laut yang dapat menyediakan sumber bahan alam dalam jumlah yang besar
INPUT
Alga merah mengandung berbagai bahan aktif sebagai antibakteri
PROSES
Peremajaan bakteri uji Pembuatan suspensi mikroba
Pembuatan sampel ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
Daya hambat ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan lokasi penilitian
1. Jenis penilitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif eksprimental dengan model penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3
pengulangan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di laboratorium Biologi Farmasi dan
laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar untuk melaksanakan proses ekstraksi alga merah
(Euchema spinosum) dan uji daya hambat ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Vibrio cholera dan Shigella
dysentriae
B. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian ini yaitu daya hambat ekstrak alga merah
C. Defenisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional variabel penelitian ini yaitu :
a. Ekstrak alga merah adalah sediaan pekat dengan mengekstraksi zat aktif dari
alga merah dengan menggunakan pelarut methanol dengan konsentrasi
1000ppm, 500ppm, 100ppm. Serta kontrol negatif menggunakan pelarut
aquadest dan untuk kontrol positif dengan menggunakan kloromfenikiol 1%
b. Alga merah (Euchema spinosum) merupakan salah satu organisme laut yang
tumbuh dilaut dan menjadi salah satu jenis alga yang sementara banyak
dibudidayakan salah satunya dikawasan takalar desa punagayya.
c. Diameter zona hambat penyakit diare adalah diameter zona bening yang
muncul pada paper disk yang diukur dengan menggunakan jangka sorong
(dalam milimeter) untuk mengetahui kekuatan daya hambat ekstrak alga
merah terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare didasarkan atas ukuran
diameter zona hambatnya, yaitu lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat
(10-20 mm) dan sangat kuat (>(10-20 mm).
D. Instrumen Penelitian
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu cawan petri, jangka
sorong, autoklaf, labu takar 100 ml, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk,
aluminium foil, lemari pengering, rotavavor, corong, neraca analitik, inkubator
dan tabung reaksi.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah daun alga merah (Euchema
spinosum), medium Nutrient Agar (NA), kultur murni Escherichia coli, Vibrio
cholera, Shigella dysentriae, methanol, DMSO, kertas saring, kapas, es kristal,
aquadest, alcohol dan antibiotik.
E. Prosedur Kerja
Penilitian ini dilakukan dengan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan yaitu:
A0 = kontrol negatif ( dengan menggunakan aquadest)
A1 = konsentrasi ekstrak alga merah (Euchema spinosum) 1000 ppm
A2 = konsentrasi ekstrak alga merah (Euchema spinosum) 500 ppm
A3 = konsentrasi ekstrak alga merah (Euchema spinosum) 100 ppm
A4 = konsentrasi positif dengan menggunakan antibiotic (Klorofenikol 1mg)
Adapun prosedur kerja dari penilitian ini yaitu:
1. Sterilisasi Alat dan Bahan
a. Sterilisasi Menggunakan Oven
Alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi misalnya cawan petri, tabung
180oC, tetapi terlebih dahulu dicuci bersih dan disterilkan dengan alkohol
kemudian dibungkus dengan kertas.
b. Sterilisasi Menggunakan Autoklaf
Media dan bahan disterilkan dengan tekanan tinggi dengan
menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm dengan suhu 121oC selama 15-30
menit biasanya tergantung jenis dan banyaknya bahan. Medium yang
disterilkan yaitu NA dan aquadest.
2. Pembuatan Ekstrak Alga merah (Euchema spinosum)
Alga merah yang telah diambil, dicuci hingga bersih dengan aquadest,
dipotong-potong kecil lalu diangin-anginkan dan dikeringkan di dalam lemari
pengering selama 3 hari kemudian di gerus. Ditimbang sebanyak 12 Gram
kemudian dimasukkan ke dalam wadah meserasi dan diberi pelarut methanol
sebanyak 800 ml. Wadah meserasi ditutup dengan menggunakan aliminium foil
dan didiamkan selama 24 jam ditempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung sambil sesekali di aduk. Kemudian disaring untuk memisahkan ampas
dan filtrat, ekstrak methanol yang diperoleh dikumpulkan dan cairan penyarinya
dirotavapor sampai diperoleh ekstrak kental (Karmila, 2016). Rotavapor dilakukan
selama ± 4 jam, setelah itu ekstrak dibebas metanolkan lalu dikering anginkan.
Selanjutnya ekstrak yang diperoleh kemudian diambil sesuai konsentrasi yaitu
1000 ppm, 500 ppm dan 100 ppm yang diubah kedalam 1000 mg, 500 mg dan 100
mg yang ditimbang ke dalam neraca analitik dan diberi larutan DMSO sebanyak 1
3. Peremajaan bakteri uji
Bakteri uji berupa Escherichia coli, Vibrio cholerae, Shigella dysentriae,
yang berasal dari Laboratorium Farmasi Biologi Universitas Islam Negeri yang
diremajakan dalam medium NA. Metode yang digunakan dalam peremajaan
bakteri ini menggunakan teknik gores yaitu natrium agar (NA) yang telah
dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml dengan menggunakan spoit
kemudian mengambil bakteri dengan menggunakan ose bulat kemudian di
masukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi natrium agar (NA) kemudian
dihomogenkan dan ditutup dengan menggunakan kapas.
4. Pembuatan Suspensi Mikrobia
Biakkan bakteri uji Escherichia coli, Vibrio cholera, Shigella dysentriae,
yang telah diremajakan masing-masing 1 ml aquadest steril kemudian
dihomogenkan.
5. Pengujian Daya Hambat Ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
a. Meletakkan secara aseptis paper disk pada cawan petri yag berisi medium NA
dengan aquadest sebagai control negatif dan larutan ekstrak alga merah dengan
konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm
b. Diambil secara aseptis bakteri Escherichia coli, Vibrio cholera, Shigella
dysentriae dan Kloromfenikol. Masing-masing 1 ml kemudian ,dituangkan
kedalam masing-masing cawan petri lalu diikuti dengan menuangkan medium
c. Meletakkan secara aseptis paper disk pada cawan petri yag berisi medium NA
dengan aquadest sebagai control negatif dan larutan ekstrak alga merah dengan
konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm
d. Perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali.
6. Pengamatan Dan Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengolahan data dilakukan setelah masa inkubasi yang
dilakukan selama 24 jam pada suhu 37oC, yaitu dengan melihat dan mengukur
diameter zona hambatan yang terbentuk di sekeliling paperdisk. Kekuatan daya
hambat bakteri menurut David Stout (1971) didasarkan atas ukuran diameter zona
hambatnya, yaitu lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (10-20 mm) dan sangat
kuat (>20 mm).
F. Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisi dengan menggunakan sidik
ragam Rancangan Acak lengkap (RAL) pada taraf kepercayaan α = 0,01 dan jika
dalam pengujian tersebut berpengaruh nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji
33
Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata diameter zona bening (hambatan) pertumbuhan
34
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata zona hambat Bakteri E.coli dengan 3 ulangan pada
pada alga merah (euchema spinosum) dari beberapa konsentrasi
Tabel 4.2 Perbandingan rata-rata diameter zona bening (hambatan) pertumbuhan
bakteri Sigella dysentri yang diberikan perlakuan dengan ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
35
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata zona hambat Bakteri Sigella dysenri dengan 3
ulangan pada kontrol positif dan negatif dari beberapa konsentrasi
Tabel 4.3 Perbandingan rata-rata diameter zona bening (hambatan) pertumbuhan
bakteri Vibrio yang diberikan perlakuan dengan ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak Nyata
36
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata zona hambat Bakteri Vibrio dengan 3 ulangan pada
kontrol positif dan negatif dari beberapa konsentrasi
Tabel 4.4 Perbandingan rata-rata diameter zona bening (hambatan) pertumbuhan
bakteri E.coli, Vibrio dan Sigella dysentri pada perlakuan control (÷)
Perlakuan
dysentri dengan 3 ulangan pada kontrol positif
0
37
B.Pembahasan
Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya atau biasa dikenal dengan
sumber daya alam (SDA). Indonesia juga terkenal dengan lautnya dan hal-hal yang
terdapat didalamnya mulai dari binatang lautnya sampai terumbu karangnya. Dari
semua itu dapat dimanfaatkan dengan baik bahkan ada beberapa dijadikan sebagai
bahan budidaya salah satunya ialah alga merah (Euchema spinosum) yang sampai
sekarang dikembangkan terus dari segi budidayanya.
Alga merah (Euchema spinosum) itu sendiri sampai sekarang masih terus
dikembangkan sebab dari penilitian sebelumnya banyak menyatakan bahwa alga
merah (Euchema spinosum) mengandung bahan aktif yang dapat dijadikan sebagai
antibakteri. Disisi lain tinggkat kebutuhan manusia terhadap bahan makan semakin
tinggi sehingga alga merah juga ikut dengan tingkat kebutuhan manusia karena
0
38
kandungan yang terdapat didalamnya mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan
manusia mulai dari segi kesehatan, kosmetik hingga makanan.
Dalam penilitian ini kemampuan ekstrak metanol sebagai antibakteri diukur
dengan uji sensitivity test. Uji pada paper disk yang diberi ekstrak dengan konsentrasi
yang berbeda-beda ini paling banyak dipakai dalam menentukan kepekaan terhadap
bakteri yang menjadi target. Hambatan terlihat sebagai daerah yang tidak adanya
pertumbuhan bakteri pada sekitar paper disk tersebut. Selain itu, cara ini dapat
dipakai untuk mengetahui mengetahui kemampuan daya hambat terhadap obat yang
belum mempunyai standar baku
Hasil rata-rata dari penilitian uji daya hambat menunjukkan bahwa bakteri
Eshcericia coli, vibrio cholera dan sigella dysentri dapat dihambat oleh ekstrak alga
merah hanya saja daya hambat yang lebih besar zona beningnya terdapat pada bakteri
sigella dysentri dan eshericia coli. Dimana zona bening yang paling tinggi terbentuk
pada konsentrasi 1000 ppm pada bakteri sigella dysentri dengan zona bening yang
terbentuk 1,3 mm dalam skala jangka sorong. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
sedangkan pada bakteri Eschericia coli zona bening terbentuk paling besar pada skala
jangka sorong 1,2 mm pada konsentrasi 1000 ppm hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Hasil pengamatan dan pengukuran rata-rata zona hambat menunjukan bahwa
ekstrak alga merah pada konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm dan 100 ppm dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Dari hasil tersebut terjadi
kenaikan rata-rata zona hambat di setiap konsentrasi, dimana semakin tinggi
39
yang terbentuk di sekeliling paper disk. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak alga merah dalam beberapa macam konsentrasi dengan tiga kali
pengulangan berpengaruh nyata dalam menghambat perumbuhan bakteri sigella
dysentri dan Escherichia coli. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja
zat antimikroba, diantaranya adalah umur bakteri, konsentrasi zat antimikroba, suhu,
kandungan bahan antimikroba dan sebagainya. Dimana kecepatan populasi mikroba
mengalami kematian erat hubungannya dengan umur mikroba. Pada umumnya
mikroba yang lebih muda daya tahannya lebih rendah dibandingkan dengan bakteri
yang lebih tua. Kemampuan suatu bahan dalam menghambat atau membentuk
mikroba tergantung ada tinggi rendahnya konsentrasi dan bahan antimikroba. Pada
umumnya, kecepatan kematian mikroba berhubungan secara langsung dengan
konsentrasi antimikroba.
Menurut Jawetz (1992), pertumbuhan bakteri yang terhambat atau kematian
bakteri akibat suatu zat antibakteri dapat disebabkan oleh penghambatan terhadap
sintesis dinding sel, pengahambatan terhadap membran sel, penghambatan terhadap
sintesis protein, atau penghambatan sintesis asam nukleat. Daerah hambatan yang
diamati terlihat bahwa daya hambat meningkat sejalan dengan meningkatnya
konsentrai alga merah (Euchema spinosum). perbedaan diameter dapat juga
dipengaruhi oleh jenis bakterinya, setiap bakteri memiliki tingkat kepekaan yang
40
Kekuatan daya hambat bakteri menurut David Stout (1971) didasarkan atas
ukuran diameter zona hambatnya, yaitu lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat
41 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang daya hambat ekstrak alga merah
(Euchema spinosum) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare dapat
disimpulkan bahwa pada bakteri Escherichia coli, Shigella dysentriae dan Vibrio
cholera pada beberapa macam konsentrasi, dimana pemberian konsentrasi ekstrak
yang efektif adalah pada konsentrasi 1000 ppm yang memiliki luas zona hambat
terbesar dari konsentrasi lainnya. Selain itu diantara ketiga jenis mikroba uji yang
dgunakan, ekstrak alga merah ini yang efektif berdasarkan zona hambat yang terbesar
terdapat pada bakteri Escherichia coli dan shigella dysentriae
B. Saran
Adapun saran yang dapat diharapkan yaitu:
1. Sebaiknya penilitian selanjutnya melakukan pengujian dengan bakteri lain dengan
tujuan dapat menambah wawasan baru karena masih kurangnya penilitian dengan
menggunakan bahan dari ekstrak alga merah (Euchema spinosum) dan harus
melakukan peningkatan metode ekstraksi untuk mendapatkan zat-zat aktif secara
lebih murni
2. Baiknya pada saat melakukan penilitian hendaknya memperhatiakan segala alat
42
sangat berperan penting pada saat melakukan penilitian untuk mendapatkan hasil
43
Staphylococcus aureus dalam proses adhesi pada permukaan sel ephitel ambing sapi perah. Disertasi Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Adnyana IK, Yulina E, Sigit JI, Fisheri NK, dan Insanu M, 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia. XXIX (1) : 2-9.
Amelia S. Vibrio Cholerae. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan. In press 2005.
Ananta W.S., I.G.M. Wijaya, P.Yuniadi, I.G.P. Dhinarananta, dan M.Agus Hendryana. 2011. Deteksi Serotipe Bakteri Vibrio cholerae O1 pada Sampel Es Pengawet Hasil Laut di Pasar Ikan Kedonganan, Kuta. (laporan penelitian). Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Alfiansi alam,2011 Kualitas keraginan rumput laut jenis Euchema spinosum di perairan desa punaga kabupaten takalar.Konsentrasi eksplorasi sumberdaya hayati jurusan ilmu kelautan. Fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Hasanuddin makssar
Athena, Sukar, Hendro, M., Anwar, M.D., dan Haryono, 2003, Kandungan Bakteri Total Coli dan Escherichia Coli/Fecal Coli pada air minum dari depot air
minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Aziz Djamal, 2013. Uji daya hambat air perasan jeruk nipis (citrus aurantifolia.s) terhadapa pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus secara in vitro.jurnal kesehatan andalas.
Bachtiar, E. 2007. Penelusuran Sumber Daya hayati (Alga) Sebagai Biotarget Industri. Universitas Padjadjaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jatitagor
Bonang G. 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Eriana heptiasari, 2009. Aktivitas antibakteri ekstrak etano lakar pepaya (Carica papaya L) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus multiresisten antibiotik. Fakultas farmasi universitas muhammadiyyah surakarta
Depkes RI, 1977, Metode Pengambilan Contoh Air dan Pemeriksaan Bakteriologi Air, Seri B-1, Laboratorium Kesehatan DaerahSemarang.
Depkes RI, 2002, Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, PerMenKes RI No. 907/MenKes/SK/VII/2002, DepKes RI, Jakarta
Garrity. G. M., Bell. J. A. and Lilburn. T. G. 2004. Taxnomic Outline Of Th Prokaryotes Bergey’s Manual Of Systematic Bacteriology. 2th Edition. United State Of America: Springer New York Berlin Hendelberg.
Haniffa. M. A., Kavitha, K. (2012) Antibacterial activity of medicinal herbs against the fish pathogen Aeromonas hydrophila. Journal of AgriculturalTechnology, 8(1): 205-211.
Hidayat A.Budidaya Rumput Laut..Surabaya: Usaha nasional;1994.Hal 15-6
Indriani, Heti., dan Emi Sumiarsih. 2003. Rumput Laut (Budi Daya, Pengolahan dan Pemasaran). Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 4-8, 11-12.
Irianto, K., 2006, Menguak Dunia Mikroorganisme, Jilid 2, hal 17-20, CV. Yrama Widya Margahayu Permai, Bandung.
Iskandar, Y., Dewi Rusmiati, dan Rini Rusma Dewi. 2005. Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput Laut (Eucheuma cottonii) terhadap Bakteri
Escherichia coli dan Bacillus cereus. Jurusan Farmasi Fakultas Mipa Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995, MikrobiologixKedokteran, ed. 20, University of California, San Fransisco.
Jawetz, E. et al. 1996. Mikrobiologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Kusuma, SAF. (2010). Escherichia coli. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas
Martini, Sri. 2007. Studi Kualitas Airtanah Dangkal di Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Pasar Kliwon Tahun 2007. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Munif, A. dan Hipi, A. 2010. Potensi Bakteri Endofit dan Rhizosfer dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Jagung. Seminar Nasional Serealia. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Natsir, Muhammad. 2008. Efek Protektif Vitamin A Terhadap Kejadian Diare Pada Balita di Kota palu. Tesis: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Nazek, Al-Gallas. 2007. Etiology of Acute Diarrhea in Children and Adults in Tunis, Tunisia, with Emphasis on Diarrheagenic Escherichia coli: Prevalence,
Phenotyping, and Molecular Epidemiology. Am J Trop Med Hyg, 77(3):
571-582.
Nelly, Zavaleta. 2007. Efficacy of Rice-based Oral Rehydration Solution Containing Recombinant Human Lactoferrin and Lysozyme in Peruvian Children With Acute Diarrhea.
Ning sri utami, kaitan pencemaran bakteri coliform dan bakteri eschericia coli pada air sumur penduduk dengan kepadatan pemukiman dikecamatan JEBRES kota surakarta tahun 2012 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2012.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta
Pelzar, J.M. dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Penerbit UI Press. Jakarta
Pitono. A.J, dkk. 2006. Penatalaksanaan Diare di Rumah pada Balita. Berita Kedokteran Masyarakat.Vol.22.No.1.Maret 2006:7-14
Ramaiah, S. (2007). Diare. Jakarta : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.
Ratnawati et al (2009). Faktor-faktor Resiko Kejadian Akut Pada Balita di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian Skripsi. UNS. Surakarta
Romimohtarto K., dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut; Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta. Djambatan.
Shanmugam, M. dan K.H. Mody. 2000. Heparinoid-active Sulphated Polisaccharides from Marine Algae as Potential Blood Anticoagulant Agents. Marine Algae & Marine Environment Discipline. Central Salt & Marine Chemicals Research Institute. Bhavnagar, 364002, India.
Shanmughapriya, S., Manilal, A., Sujith, S., Selvin, J., Kiran. G. S., Natarajaseenivasan, K. (2008) Antimicrobial activity of seaweeds extracts against multiresistant pathogens. Annals of Microbiology, 58 (3): 535-541.
Siagan, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. [cited 2012 Des. 9]. Available from: URL : http://library.usu.ac.id/ download/fkm/fkm-albiner3.pdf.
Soerawidjaja, Tatang H. 2005. Membangun Industri Biodiesel di Indonesia.
Solares. 2011. Impact of Rotavirus Vaccination on Diarrhea-related Hospitalizations Among Children 5 Years of Age in Mexico. Pediatric Infectious Disease Journal, 30(1): S11-S15
Suparmin, Sahrir A.Mengenal potensi rumput laut: kajian sumber daya rumput laut dari aspek industry dan kesehatan. 2009 Agustus; 44(118):97
Suptijah, Pipih. 2003. Rumput Laut: Prospek dan Tantangannya
Suriawiria. U. 2008. Mikrobiologi air. Bandung: PT Alumni.
Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Vallinayagam, K., Arumugam, R., Kannan, K. K., Thirumaran, G and Anantharaman, P. (2009) Antibacterial Activity of Some Selected Seaweeds from Pudumadam Coastal Regions. Global Journal of Pharmacology 3 (1): 50-52.
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.
Winarsih S, Mudjiwijono HE, Diane TS, 2010. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Terhadap Pertumbuhan Shigella dysenteriae Isolat 2312-F Secara In Vitro. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.
Yudanto, H.A. 2001. Wilayah Perairan Indonesia. Kompas.com. diakses 21 September 2011
xii
48
Pembuatan Ekstrak Alga merah (Euchema spinosum)
Peremajaan Bakteri Uji
Pengujian daya Hambat Ekstrak alga merah (Euchema spinosum)
1. Ekstraksi Sampel
Dibebas metanolkan
2. Penyiapan Bakteri Uji
Diinokulasikan NB Suhu 37oC Selama 1 x 24 jam
Alga merah (Euchema spinosum)
Pengeringan
Dimaserasi dengan metanol selama 24 jam
Ekstrak Ampas
Ekstrak metanol kental
Biakan murni
Bakteri yang telah diremajakan
3. Pengujian Daya Hambat Antibakteri
Dimaserasi dengan metanol Rotavapor
Dibebas metanolkan
Lampiran 2. Perhitungan
Tabel 1. Uji Analisis Sidik ragam uji F0 dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) E. coli
Faktor Koreksi (FK) = (Jumlah)2
Derajat Bebas Total (dbt) = (Jumlah kuadrat x perlakuan) – 1
= (3x5) – 1
= 14
Derajat Bebas Perlakuan (dbp) = −1
= 5 – 1 = 4
Derajat Bebas Galat (dbg) = −
= 14 – 4 = 10
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
= -3877/ 4
= -969,25
Kuadrat Tengah Galat (KTG) =
= 33/ 10
= 3,3
F HitungPerlakuan =
= -969,25/ 33
Tabel 2. Analisis varians (uji F) daerah hambat ekstrak daun alga merah (Euchema spinosum) terhadap bakteri E.coli
= 7569/15
Derajat Bebas Total (dbt) = (Jumlah kuadrat x perlakuan) – 1
= (3x5) – 1
= 15-1
= 14
= 5 – 1 = 4
Derajat Bebas Galat (dbg) = −
= 14 – 4 = 10
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
= 2626/ 4
= 656,5
Kuadrat Tengah Galat (KTG) =
= -6788 / 10
= -678,8
F HitungPerlakuan =
= 656,5/ -678,8
Tabel 4. Analisis varians (uji F) daerah hambat ekstrak daun alga merah (Euchema spinosum) terhadap bakteri Sigella dysentri
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
Tabel 5. Uji Analisis Sidik ragam uji F0 dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Vibrio
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑ 2−
= (9)2 + (9)2 + (7) – 4166
= 2,11 – 0,4166
= 169,34
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Yij2 FK Jumlah kelompok
= (9)2 + (9)2 + (7)2/ 3
= 81 + 81/+ 49/3 -FK
= 211 /3
= 28,67
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = −
= 169,34 – 28,64
= 140,67
Derajat Bebas Total (dbt) = (Jumlah kuadrat x perlakuan) – 1
= (3x5) – 1
= 15-1
= 14
Derajat Bebas Perlakuan (dbp) = −1
Derajat Bebas Galat (dbg) = −
= 14 – 4 = 10
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
= 2867/ 4
= 71675
Kuadrat Tengah Galat (KTG) =
= 140,67 / 10
= 14,067
F HitungPerlakuan =
= 7,165/14,067
Tabel 6. Analisis varians (uji F) daerah hambat ekstrak daun alga merah (Euchema spinosum) terhadap bakteri Vibrio
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
Tabel 7. Uji Analisis Sidik ragam uji F0 dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Kontrol +
= 7396/15
Derajat Bebas Total (dbt) = (Jumlah kuadrat x perlakuan) – 1
= (3x5) – 1
= 14
Derajat Bebas Perlakuan (dbp) = −1
= 5 – 1 = 4
Derajat Bebas Galat (dbg) = −
= 14 – 4 = 10
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
= 878,6/ 4
= 219,65
Kuadrat Tengah Galat (KTG) =
= -57,212/ 10
= -5721,2
F HitungPerlakuan =
= 219,5/ 5721,2