• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 1 No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA

SEPTEMBER TAHUN 2016

RINGKASAN

 Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Utara pada September 2016 sebanyak 47,03 ribu (6,99 persen). Pada Maret 2016 penduduk miskin berjumlah 41,12 ribu (6,23 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah 5,91 ribu orang secara persentase juga bertambah 0,76 persen.

 Selama periode Maret 2016 – September 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,04 ribu orang dan di daerah perdesaan juga naik sebanyak 2,87 ribu orang.

 Pada September 2016 jumlah penduduk miskin yang tinggal didaerah perdesaan sebanyak 29,78 ribu orang (10,29 persen), lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan sebanyak 17,25 ribu orang (4,50 persen).

 Selama Maret 2016 – September 2016, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 3,30 persen, yaitu dari Rp.513.614,- per kapita per bulan pada maret 2016 menjadi Rp.530.566,- per kapita per bulan pada September 2016. Pada periode yang sama GK Nasional sebesar Rp. Rp.354.386,- perkapita per bulan (maret 2016) dan naik menjadi Rp. 361.990,- perkapita per bulan (September 2016).

 Pada periode Maret 2016 – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari

0,783 pada keadaan Maret 2016 menjadi 0,879 pada keadaaan September 2016. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,173 menjadi 0,214 pada periodeyang sama.

(2)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 2

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Utara, Maret 2016 – September 2016

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada September 2016 sebesar 47,03 ribu (6,99 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 sebesar 41,12 ribu (6,23 persen), jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah 5,91 ribu orang dan secara persentase juga bertambah 0,76 persen.

Jumlah penduduk miskin daerah perkotaan dan perdesaan di Kalimantan Utara mengalami kenaikan, baik secara absolut maupun persentase. Selama periode Maret 2016 – September 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,04 ribu orang (0,72 persen) dan di daerah perdesaan juga mengalami kenaikan sebanyak 2,87 ribu orang (0,82 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan Maret 2016 dan September 2016 masing-masing sebesar 9,47 persen dan 10,29 persen. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 3,78 persen pada bulan Maret 2016 dan 4,50 persen pada bulan September 2016.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Utara Menurut Daerah, Maret 2016 – September 2016

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

Maret 2016 14,21 26,91 41,12 3,78 9,47 6,23

September 2016 17,25 29,78 47,03 4,50 10,29 6,99 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016 dan Septembe 2016

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 3

Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 – September 2016

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama Maret 2016 – September 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,30 persen, yaitu dari Rp. 513.614,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 530.566,- per kapita per bulan pada September 2016. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 72,13 persen.

Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan September 2016 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 539.499,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 518.305,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2016 – September 2016

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu)

Persentase penduduk

miskin Makanan Non Makanan Total

Perkotaan Maret 2016 367.378 156.536 523.914 14,21 3,78 September 2016 379.442 160.057 539.499 17,25 4,50 Perdesaan Maret 2016 372.825 127.155 499.980 26,91 9,47 September 2016 386.598 131.706 518.305 29,78 10,29 Kalimantan Utara Maret 2016 367.944 145.670 513.614 41,12 6,23 September 2016 382.698 147.868 530.566 47,03 6,99 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016 dan September 2016

(4)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 4

Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Terbesar

Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Utara pada bulan September 2016 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pola. Berikut adalah jenis komoditi penyusun garis kemiskinan makanan untuk daerah perkotaan secara berturut-turut adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, bandeng, daging ayam ras, dan gula pasir. Sedangkan di daerah perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, bandeng, gula pasir, daging babi, dan mie instan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, September 2016

No

Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Beras 23,89 Beras 28,77

2 Rokok kretek filter 18,90 Rokok kretek filter 17,72

3 Daging sapi 8,02 Bandeng 6,58

4 Bandeng 5,22 Gula pasir 5,28

5 Daging ayam ras 3,99 Daging babi 4,91

6 Gula pasir 3,76 Mie instan 4,33

7 Telur ayam ras 3,48 Telur ayam ras 3,81

8 Kue basah 3,41 Daun ketela pohon 2,95

9 Mie instan 3,35 Cabe rawit 2,36

10 Kembung 2,66 Kopi bubuk & kopi

instan (sachet) 2,22 11 Bawang merah 2,27 Bawang merah 1,83

12 Tempe 2,04 Daging ayam ras 1,58

13 Tepung terigu 1,37 Susu kental manis 1,53

14 Kue kering/biskuit 1,25 Kue basah 1,48

15 Bayam 1,21 Bayam 1,24

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 5 Penyumbang terbesar untuk garis kemiskinan non makanan urutan pertama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan yaitu perumahan, namun urutan selanjutnya terdapat perbedaan pola antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, September 2016

No Perkotaan Perdesaan Komoditi % Komoditi % 1 Perumahan 38,25 Perumahan 42,62 2 Listrik 16,49 Bensin 12,12 3 Bensin 8,43 Pendidikan 6,56

4 Pendidikan 5,26 Perlengkapan mandi 5,28

5 Perlengkapan mandi 4,52 Listrik 5,19

6 Kesehatan 3,41 Sabun cuci 3,02

7 Air 2,67 Pakaian jadi perempuan dewasa 2,73

8 Barang kecantikan 2,64 Kayu bakar 2,50

9 Minyak tanah 2,63 Pakaian jadi laki-laki dewasa 2,35

10 Pajak kendaraan bermotor 1,98 Pakaian jadi anak-anak 2,33

11 Pakaian jadi anak-anak 1,85 Kesehatan 2,15

12 Angkutan 1,82 Pajak kendaraan bermotor 1,87

13 Pakaian jadi laki-laki dewasa 1,69 Barang kecantikan 1,87

14 Sabun cuci 1,36 Minyak tanah 1,53

15 Pakaian jadi perempuan dewasa 1,35 Alas kaki 1,40

(6)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 6

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk berkaitan dengan miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2016 – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan`(P2) menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,783 pada keadaan Maret 201 menjadi 0,879 pada keadaaan September 2016. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,173 menjadi 0,214 pada periode yang sama.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan September 2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,742 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,059. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,225 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,199.

Tabel 5

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Utara Menurut Daerah, Maret 2016 – September 2016

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2016 0,589 1,040 0,783

September 2016 0,742 1,059 0,879

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 0,161 0,188 0,173

September 2016 0,225 0,199 0,214

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 7

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. 2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari

dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

4. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

5. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan September 2016. Dan untuk kemiskinan Maret 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan Maret 2016

6. Sejak tahun 2015 terjadi pergeseran sampel besar dari Susenas September ke Susenas Maret, sehingga hasil Susenas Maret 2016 (termasuk angka kemiskinan) dapat mewakili sampai level kabupaten/kota, sedangkan Susenas September 2016 hanya sampai level provinsi.

(8)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No. No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 8

BPS PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Informasi lebih lanjut hubungi :

M. Habibullah, S.Si, M.Si

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Utara) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial)

Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121 e-mail: sosial6400@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara pada tanggal 01 Maret 2014, peneliti mendapatkan gambaran bagaimana perilaku prososial antara siswa yang berasal dari sekolah umum seperti SMA Ronggolawe

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan berfokus pada modifikasi model bisnis atas layanan produk yang ditawarkan oleh

(2) Perorangan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan atau Pasal 12 dikenakan sanksi berupa penarikan

Jadi bila didapatkan harga-harga koefisien integrasi pada domain ξ , maka integrasi akan dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien integrasi tersebut tanpa harus

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Mu yang telah memberikan limpahan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeselaikan skripsi

Perawatan yang dapat dilakukan adalah rajin mengganti pakaian dalam, memakai celana yang tidak ketat, membasuh vagina dari depan ke belakang, sering mengganti pembalut