• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit.1

Organ reproduksi kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan oleh budaya kita yang terkadang merasa kurang nyaman untuk membicarakan masalah seksual. Padahal, organ tersebut sangat membutuhkan perhatian, terutama kesehatan dan kebersihannya. Penelitian yang pernah dilakukan di Asia Selatan, di daerah Bengal Selatan tentang tingkat pengetahuan kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi dari 160 anak perempuan didapatkan 67,5% memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan 97,5% tidak mengetahui tentang kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi.1

Permasalahan kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada remaja putri, salah satu diantaranya adalah flour albus (keputihan). flour albus adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan bau. Flour albus dapat diartikan sebagai semacam lendir yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan, jika lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan. Umumnya wanita yang menderita flour albus

(2)

2 mengeluarkan lendir tersebut terlalu banyak dan menimbulkan bau yang tidak enak. Ini disebabkan karena terjadinya peradangan dan infeksi pada liang vagina. Jika flour albus sudah berlarut-larut dan menjadi berat, maka kemungkinan wanita yang bersangkutan akan menjadi mandul.2

Pada studi kasus fisiologi reproduksi, banyak wanita mengeluhkan flour albus(keputihan) dan dirasakan sangat tidak nyaman, gatal, berbau, bahkan terkadang perih. Setelah banyaknya penelitian yang berkembang berkaitan dengan organ reproduksi wanita, ternyata hal itu berkait dengan kebiasaan sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah masalah kebersihan di sekitar organ intim wanita yang biasa dikenal di masyarakat luas sebagai keputihan.1

Penyebab flour albus tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari flour albus yang fisiologik dan patologik. Flour albus fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada flour albus patologik terdapat banyak leukosit. Flour albus patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat berupa infeksi, adanya benda asing, penyakit pada organ reproduksi, bahan-bahan kimiawi, pengobatan sendiri dengan obat-obatan topikal atau pembersih vagina berulang-ulang dengan substansi yang bersifat abrasif. Juga dapat ditemukan pada neoplasma baik jinak maupun ganas.3

Data flour albus tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami flour albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami flour albus sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia kejadian flour albus semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa pada tahun 2002 sebanyak 50% wanita Indonesia pernah mengalami flour albus, kemudian pada tahun

(3)

3 2003 meningkat menjadi 60% dan pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi hampir 70% wanita Indonesia pernah mengalami flour albus setidaknya sekali dalam hidupnya.4

Banyak remaja putri yang merasa berat dan malu untuk membicarakan organ genitalia dengan orang lain. Sehingga perawatan kesehatan alat kelamin terhambat oleh pantangan sosial dan kurangnya pengetahuan. Kalaupun ada hanya beberapa remaja putri yang berkonsultasi dengan dokter tentang masalah keputihan. Hal tersebut dapat menyebabkan pengetahuan remaja putri tentang keputihan menjadi terbatas. Flour albus (Keputihan) masih dianggap bukan hal yang serius di kalangan remaja putri, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih yang berbahan bukan dari katun, keputihan bisa jadi disebabkan oleh celana panjang yang ketat dan atau celana dalam yang terbuat dari serat sintetik/nilon.4

Sangat penting bagi remaja putri untuk mendapat pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan agar mereka tahu bagaimana seharusnya mereka bersikap ketika menghadapi keputihan yang nantinya akan berpengaruh terhadap keputihan yang dialaminya, apakah berperilaku sehat atau tidak sehat.2

Untuk mengatasi masalah keputihan dapat dicegah dengan cara selalu jaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang, cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Selalu gunakan panty liner dan gantilah pada waktunya, hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tissue harum, atau tissue toilet ini akan membuat vagina kerap teriritasi, hindari suasana vagina lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian

(4)

4 celana terlalu ketat, penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina, hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi, pola hidup yang sehat yaitu diet seimbang, olahraga yang rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.5

Pengetahuan ini akan membawa remaja putri untuk berfikir dan berusaha supaya tidak terkena keputihan. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga remaja tersebut berniat menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah supaya tidak terkena keputihan. Remaja ini mempunyai sikap tertentu tehadap objek tersebut. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah ketersediaan sumber atau fasilitas antara lain sumber mendapatkan informasi mengenai keputihan baik dari media audio, audio visual, visual dan fasilitas yang lainnya. Media informasi yang mudah didapat antara lain melalui majalah-majalah remaja putri yang didalamnya terdapat topik bahasan tantang kesehatan reproduksi remaja putri, khususnya tentang keputihan.4

Setelah seseorang mengetahui tentang keputihan (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya), kemudian akan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang disikapinya (dinilai baik), di dukung pula dengan sumber atau fasilitas maka proses selanjutnya ia akan mempraktikkan apa yang diketahui dan yang disikapinya (dinilai baik).4

Mengingat minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang flour albus (keputihan) maka perlu perhatian agar masalah tersebut dapat

(5)

5 teratasi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Flour Albus di SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari Tahun 2014”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Flour albus di SMK Keperawatan Tuna Husada Kendari Tahun 2014? ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang flour albus di SMK Keperawatan Tuna Husada Kendari.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang pengertian flour albus. b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang penyebab flour albus. c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang tanda dan gejala flour albus. d. Untuk mengetahaui gambaran pengetahuan siswi tentang perawatan yang harus

(6)

6 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Siswi SMK

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menmbah pengetahuan siswi tentang pengertian, penyebab, gejala, serta perawatan yang dapat dilakukan saat terjadi ,flour albus.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyebab maupun penanganan keputihan yang terjadi pada wanita.

1.4.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan serta wawasan bagi penulis dalam melakukan penelitian yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama menempuh pendidikan.

(7)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya sehingga terbentuk suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif. Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.1

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan, meliputi:6

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

(8)

8 dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

(9)

formulasi-9 formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi meliputi kata kerja, membandingkan, menanggapi penafsiran.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dan dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan tersebut di atas.6

Penilaian pengetahuan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Menurut Nursalam,(2008) kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai sebagai berikut:6

1.Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100% 2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai kurang dari 56% 2.2Tinjauan tentang Flour albus

2.2.1. Definisi

Keputihan atau dalam istilah medisnya disebut fluor albus (fluor=cairan kental, albus = putih) atau leukorhoe secara umum adalah keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa panas atau perih, kadang berbau atau malah tidak merasa apa-apa. Kondisi ini terjadi karena terganggunya keseimbangan flora normal dalam vagina, dengan berbagai penyebab.5

(10)

10 Flour albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah baik normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis).7

Keputihan (flour albus) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis) dan abnormal (patologis). Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan.8

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifaat patologis. Pengertian lain dari flour albus atau keputihan, yaitu:

a. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah,dapat berupa sekret, transudasi, atau eksudat dari organ atau lesi di saluran genital.

b. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih , tidak termasuk eksudat.

Sumber cairan ini dapat berasal dari sekreasi vulva, cairan vagina, sekresi serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopi, yang dipengaruhi fungsi ovarium.9

2.2.2. Etiologi

Penyebab flour albus dapat digolongkan pada dua golongan besar, yaitu fisiologis dan patologis. Pada keadaan fisiologis, flour albus (keputihan) dapat terjadi pada saat hamil, sebelum dan sesudah haid, saat mendapat rangsang seksual, saat banyak melakukan aktivitas fisik dimana semuanya tidak menimbulkan keluhan tambahan seperti bau, gatal, dan perubahan warna. Sedangkan keputihan patologis disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas

(11)

11 vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, menopause, keganasan, dan alat kontrasepsi.6

Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab Keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut.10

Flour albus fisiologik ditemukan pada:11

1) Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; penyebabnya ialah pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina janin;

2) Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya; 3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan

oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina;

4) Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjaar serviks uteris menjadi lebih encer;

5) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri

(12)

12 Beberapa penyebab flour albus yang abnormal:2

1) Infeksi jamur, keluarnya Keputihan yang berwarna putih atau kekuningan, konsistensi seperti keju disertai rasa gatal, biasanya disebabkan oleh jamur candida atau monillia

2) Infeksi kuman trichomonas, jenis ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berwarna kehijauan, berbusa disertai rasa gatal

3) Infeksi bakteri vaginosis, ditandai dengan keluarnya cairan berwarna keabu-abuan dan berbau

4) Penyakit menular seksual, ditandai dengan keluarnya cairan yang bersifat „cheesy‟, berbau dan bercampur darah

5) Kanker leher rahim, ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak disertai gatal, biasanya disertai bau busuk

Beberapa penyebab Keputihan lainnya:2

1) Vaginitis atropik, timbul pada usia lanjut (menopause), biasanya disertai rasa nyeri akibat kurangnya hormon estrogen

2) Obat-obatan, seperti: antibiotika, obat kontrasepsi yang mengandung estrogen

3) Radiasi pada organ reproduksi, penyinaran pada organ reproduksi dapat menyebabkan rangsangan pengeluaran cairan Keputihan

4) Adanya benda asing seperti adanya benang, kasa tampon atau benda lain yang secara sengaja/tidak sengaja ada di dalam jalan lahir (vagina)

2.2.3. Patogenesis

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita

(13)

13 sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.1

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.1

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama candida albicans. Infeksi kandida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesteron karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.1

(14)

14 Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.1

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.1

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infeksi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, desinfektan yang kuat.1

2.2.4. Tanda dan Gejala Klinis

Berdasarkan gejala yang timbul, flour albus di bedakan menjadi dua,yaitu normal dan abnormal. Flour albus normal di tandai oleh keluarnya lendir jernih pada saat masa subur atau sebelum menstruasi,tidak berbau, serta tak ada keluhan gatal pada vagina. Sebaliknya, keputihan abnormal menandakan adanya infeksi pada vagina yang di bedakan berdasarkan penyebabnya.2

(15)

15 Vaginosis bacterial. Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual. Trikomoniasis. Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. 1

Kandidiasis. Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak di daerah genital. Tidak ada komplikasi yang serius. Infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. 1 2.2.5. Penatalaksanaan

Pada fluor albus yang dikategorikan normal tidak perlu ada terapi khusus, yang penting adalah membersihkan organ intim secara benar dan teratur. Umumnya cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih setiap saat. Sedangkan pada fluor albus yang tidak normal sesuai dengan penyebabnya harus segera mendapatkan pengobatan medis.5

Pengobatan atau Penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.12

2.2.6. Komplikasi

Komplikasi fluor albus bisa menimbulkan infertilitas atau masalah kesuburan atau gangguan haid dan penyakit radang panggul.5

(16)

16 2.2.7. Perawatan dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat keputihan2

a. Membersihkan alat vital dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina. Biasanya, pembersih ini akan menekan pertumbuhan bakteri yang merugikan dan meningkatkan bakteri yang menguntungkan. Jika kita membersihkan dengan menggunakan sabun antiseptik lain, biasanya bersifat keras dan tidak menguntungkan bagi kesehatan jangka panjang.

b. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.

c. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

d. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda membawa cadangan celana dalam tas kecil untuk berjaga-jaga manakala perlu menggantinya.

e. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar organ intim panas dan lembab.

f. Tidak di anjurkan memakai celana jeans karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara disekitar organ intim bergerak leluasa.

g. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner disaat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya dirumah.

h. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.

(17)

17 Hal-hal yang perlu diperhatikan/diketahui:6

1. Jagalah kebersihan daerah organ reproduksi untuk mencegah beberapa penyakit/penyebab keputihan.

2. Jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilasan vagina secara rutin dan berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi terhadap kuman dari luar.

3. Hindari stress yang berlebihan

4. Pada penderita diabetes usahakan kadar gula yang stabil 5. Segera ke dokter bila keputihan berlebihan.

(18)

18 BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusun kerangka teori sebagai berikut:

- Siklus menstruasi

- Umur

- Kehamilan

- Penggunaan alat kontrasepsi ( Pil KB, AKDR)

- Stress yang berlebihan

Normal (Fisiologis)

Flour albus

Tidak Normal (Patologis) Perubahan Kondisi Vagina

- Infeksi: bakteri, virus, jamur

- Pengetahuan

- Sikap

Warna kuning, hijau, atau coklat, Berbau, gatal pada alat kelamin Jernih, tidak berbau, tidak menyebabkan gatal pada alat kelamin

(19)

19 3.2 Kerangka Konsep

Variabel Dependen :

Variabel Independen :

Variabel yang diteliti :

3.3 Definisi Operasional

1. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang flour albus baik yang normal maupun patologis yang meliputi pengertian flour albus, penyebab flour albus, tanda dan gejala flour albus, dan perawatan jika terjadi flour albus.

Flour

albus

Gambaran Pengetahuan Pengertian Penyebab Tanda dan Gejala Perawatan

(20)

20 2. Pengertian Flour albus

Flour albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah baik normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis)

a. Baik : Subjek dapat menjawab dengan benar 76-100% dari 6 pertanyaan b. Cukup : Subjek dapat menjawab dengan benar nilai 56-75% dari 6

pertanyaan

c. Kurang : Subjek dapat menjawab dengan benar 56% dari 6 pertanyaan 3. Penyebab Flour albus

Flour albus yang normal terjadi sebelum dan sesudah haid, saat mendapat rangsang seksual, saat hamil, serta saat banyak melakukan aktivitas fisik, sedangkan flour albus yang abnormal disebabkan oleh bakteri, virus jamur, personal hyegine yang kurang baik, dan iritasi.

a. Baik : Subjek dapat menjawab dengan benar 76-100% dari 6 pertanyaan b. Cukup : Subjek dapat menjawab dengan benar nilai 56-75% dari 6

pertanyaan

c. Kurang : Subjek dapat menjawab dengan benar 56% dari 6 pertanyaan 4. Tanda dan Gejala Flour albus

flour albus normal di tandai oleh keluarnya lendir jernih tidak berbau, serta tak ada keluhan gatal pada vagina, sedangkan flour albus yang abnormal ditandai oleh cairan yang tidak jernih (kekuningan, hijau, atau coklat), berbau, gatal pada vagina, nyeri saat berkemih, bengkak dan kemerahan pada vagina.

a. Baik : Subjek dapat menjawab dengan benar 76-100% dari 4 pertanyaan b. Cukup : Subjek dapat menjawab dengan benar nilai 56-75% dari 4

(21)

21 c. Kurang : Subjek dapat menjawab dengan benar 56% dari 4 pertanyaan

5. Perawatan

Perawatan yang dapat dilakukan adalah rajin mengganti pakaian dalam, memakai celana yang tidak ketat, membasuh vagina dari depan ke belakang, sering mengganti pembalut saat haid, tidak menggunakan panty liner dalam waktu yang lama, tidak menggunakan perlengkapan mandi atau handu secara bersama, dan segera periksa ke dokter jika terjadi masalah saat mengalamin flour albus.

a. Baik : Subjek dapat menjawab dengan benar 76-100% dari 8 pertanyaan b. Cukup : Subjek dapat menjawab dengan benar nilai 56-75% dari 8

pertanyaan

(22)

22 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.6

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari. Waktu penelitian adalah dua minggu yaitu 11-24 Agustus 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas XII di SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari tahun 2014 yang berjumlah 87 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas XII di SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan secara “Total Sampling” yaitu semua populasi dijadikan sampel yang berjumlah 87 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

- Subjek adalah siswi kelas XII.

(23)

23 2. Kriteria Eksklusi

- Subjek siswi kelas XII yang tidak hadir saat pengambilan data.

- Subjek mengundurkan diri pada saat dilakukan pengambilan data. 4.4 Teknik Pengumpulan Data

- Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden yakni siswi SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari Tahun 2014 dengan mengedarkan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disiapkan

- Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data sekolah berupa daftar hadir siswi kelas XII SMK Keperawatan Tunas Husada Kendari tahun 2014. 4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan terdiri dari 25 pertanyaan, masing-masing terdiri dari 2 alternatif jawaban a dan b, jika jawaban benar mendapat nilai 1, jika salah mendapat 0 dan jika jawaban benar semua mendapat nilai 25 dan bila salah semua mendapat nilai 0. Skala pengukuran pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan alternative jawaban „tahu‟ dan „tidak tahu‟.

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memakai teknik manual, pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut:13

(24)

24 1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner. 2. Coding

Merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. 3. Processing/Entry data

Merupakan kegiatan memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer. 4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

4.7 Penyajian Data

Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel dan naskah berdasarkan tujuan penelitian.

(25)

25 DAFTAR PUSTAKA

1. Tartylah, elza. Hubungan Pengtahuan dengan Perilaku Higienitas organ reproduksi dengan kejadian keputihan. Skripsi Universitas Indonesia Jakarta. 2010.Available from : http://www.scribd.com/doc/47168389/BAB-I-BAB-II-BAB-III-BAB-IV-dan-BAB-V-fixs [diakses tanggal 10 Juli 2014].

2. Susanti, dewi. Hubungan Pengetahuan dan Personal Hygiene Remaja Putri dengan Kejadian Flour albus (Keputihan). Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U‟Budiyah Banda Aceh. 2013. Available from:

http://www.scribd.com/doc/208821260/DEWI-SUSANTI-Dewi-Susanti-Kti-Lengkap- [diakses tanggal 10 Juli 2014].

3. Fajrin, rizqi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswi terhadap Kejadian Flour albus. Skripsi Universitas Unsyiah Banda Aceh. 2012. Available from:

http://www.scribd.com/doc/133218741/hubungan-tingkat-pengetahuan-dengan-kejadian-fluor-albus-pada-mahasiswi-nadhirah-banda-aceh-tahun-2012 [diakses tanggal 10 Juli 2014].

4. Faradillah, putri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Flor albus pada Remaja Putri. SkripsiSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Semarang. 2010. Available from: http://www.scribd.com/doc/90641364/Fluor-Albs-Remaja [diakses tanggal 10 Juli 2014].

5. Juliana, rika .v. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Flour albus pada Remaja Putri. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru. 2013. Available from:http://www.scribd.com/doc/208821260/RIKA VIA JULIANA- Skripsi-Lengkap- [diakses tanggal 10 Juli 2014].

(26)

26 6. Sari, jelita inayah. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Kesehatan

Reproduksi. Skripsi Universitas Muslim Indonesia Makassar. 2011.

7. H.K, joseph. Ginekologi dan Obstetri (Obgyn). 2010. Jakarta: Medical Book. 8. Manuaba. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. 2009. Jakarta : EGC. 9. Mansjoer, arif. Kapita selekta kedokteran II. 2009. Jakarta : EGC

10. Oktaviani. Keputihan dan Pencengahannya. 2008. Available from:

http://www.ditpertais.net/annualconference.doc

11. Samsulhadi. Keputihan. In: Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, T R, editors. Ilmu Kandungan. 3rd Ed. 2011. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 12. Misni. Sinopsis Obstetri jilid 1, 2011. Jakarta : Penerbit buku kedoktoran EGC 13. Notoatmodjo, soekidjo. Metodologi penelitian. 2012. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

· Perubahan iklim akan memberikan dampak terhadap konservasi orangutan di Taman Nasional Sebangau baik dari sisi hilangnya habitat yang disebabkan oleh kebakaran

digunakan ustadz adalah evaluasi harian, dengan cara tidak tertulis tetapi hanya Tanya jawab secara individu dan keseluruhan kepada santri lanjut usia. 5) Pembelajaran

Pada contoh pertama dan kedua perbuatan hukum para pihak untuk melakukan perjanjian jual beli hak atas tanah berikut rumah kiranya sudah jelas bahwa akta otentik yang dibuat dihadapan

Prosentase angka kematian ternak 5% 7,6% 6% - 5.2.21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak... 5.2.22.22 Pengembangan budidaya ternak kambing/domba

Data ini menunjukkan bahwa ketiga kultur bakteri ini mampu melakukan proses denitrifikasi pada media yang mengandung 1000 ppm carbaryl, yang berarti kultur bakteri cukup

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan

Komentar dari guru tentang kegiatan awal pembelajaran adalah dengan mengaitkan pelajaran yang akan diberikan dengan tema, mencari ide mempersiapkan bentuk permainan yang digunakan

Dengan demikian, maka sanad terakhir adalah Abdullah, yakni periwayat pertama karena dia sebagai sahabat Nabi yang berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan