80
BAB V
SAFEGUARD LINGKUNGAN
81 5.1. Kerangka Safeguard
Pelaksanaan program pada Kegiatan RPIJM ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Nias Barat secara khusus di kawasan yang memiliki potensi yang didorong pertumbuhannya. Pembangunan tetap di galankkan sesuai dengan yang direncanakan, untuk menigkatkan pertumbuhan di berbagai sektor.
Kawasan atau lokasi pelaksanaan Kegiatan ini memiliki berbagai potensi yang berbeda, budaya, aspek sosial, pola kehidupan yang berbeda. Seiring dengan semakin tingginya tingkat peradaban masyarakat dan pola pikir, serta terarahnya kehidupan masyarakat di pedesaan, semakin pula mereka merasakan manfaat dari pembangunan Kabupaten Nias Barat. Semakin Banyaknya program pembangunan semakin banyak juga dampak negatif bagi masyarakat di area lokasi Kegiatan. Oleh sebab itu pada pelaksanaan kegiatan ini harus memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dalam pelaksanaannya.
Perlindungan Lingkungan adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk melindungi lingkungan dan masyarakat penerima program dari dampak negatif yang muncul akibat pembangunan prasarana atau fisik.
Perlindungan Sosial adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk melindungi lingkungan dan masyarakat penerima program dari kerugian sosial dan dampak negatif yang mungkin muncul yang disebabkan oleh pelaksanaan program. Tujuan perlindungan Sosial dan Lingkungan adalah :
1. Menjamin tidak adanya dampak negatif dari hasil pelaksanaan program kepada sosial dan lingkungan.
2. Optimalisasi dampak Positif Pelaksanaan program terhadap sosial dan lingkungan 3. Memastikan kelompok rentan dan masyrakat asli tidak dirugikan dan mendapat
manfaat.
Fokus Kebijakan Perlindungan :
AKUNTABILITAS
KONSULTASI
KETERBUKAAN
DAMPAK
82 5.2. Landasan Hukum
Pelasanaan Safeguard RPIJM kabupaten Nias Barat memiliki landasan Hukum : 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan 2. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005
3. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 Tentang Prngadaan Tanajh Untuk Kepentingan Umum
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang ANDAL 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL 6.
Tahap selanjutnya penyusunan Dokumen ini yaitu Safeguard Sosial dan Lingkungan. Berpedoman pada Bab sebelumnya terdapat beberapa Lokasi Studi dan areal program yang diusulkan pada masing-masing sektor. Prediksi kenyamanan dan lingkungan dalam pelaksanaan pekerjaan dan studi di lapangan sangat menunjang kelancaran Program di masing-masing sub sektor. Hal ini dapat dilihat dari geofisik-kimia, kualitas Udara, fisiografi, tataguna lahan, dan lain-lain yang dianggap perlu.
5.1.0 Geofisik-Kimia I k l i m
Rencana Investasi bidang PU/Cipta Kabupaten Nias Barat berada di daerah yang beriklim tropis, temperatur udara rata-rata 26,2. Rata-rata curah hujan perbulan 221,9 mm, musim hujan terbesar terjadi Pada Balan September.
Curah Hujan
Curah hujan bulanan Kabupaten Nias Barat dapt dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Kondisi Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari di Kabupaten Nias Barat Barat Tahun 2009
Bulan
Curah Hujan, Banyaknya Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
83 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias 2011
Suhu Udara
Suhu udara rata-rata maksimum berkisar antara 31.3 0C, sedangkan suhu udara rata-rata minimum berkisar antara 18.1 0C. Intensitas penyinaran matahari rata-rata adalah 53 % dimana intensitas penyinaran maksimum sebesar 70 %, yang umumnya terjadi pada bulan Mei, sedangkan intensitas penyinaran minimum sebesar 40 % yang umumnya terjadi pada bulan Desember.
Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin terbanyak pada umumnya bertiup kearah Utara dengan kecepatan angin rata-rata 6 knot.
5.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengamatan kualitas udara dan kebisingan pada lokasi Proyek ini dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yang dianggap dapat mewakili dengan mempertimbangkan kondisi yang ada, seperti jalan dengan lalu lintas padat, jalan dengan lalu lintas tidak padat, daerah permukiman padat dan ramai serta daerah permukiman yang sepi dan tenang.
Kadar Debu
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kandungan partikel debu di wilayah studi nilainya sangat rendah, dan dari hasil pengamatan langsung di lapangan masih jauh di bawah ambang batas.
Gas-Gas Buangan Berbahaya
Berdasarkan pengamatan udara di lapangan maka kadar gas-gas buangan berbahaya dari kendaraan bermotor di wilayah studi umumnya masih rendah dan masih jauh dibawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan yang diijinkan.
Kebisingan
Kebisingan yang diakibatkan oleh suara kendaraan bermotor di wilayah studi pada umumnya masih sangat rendah dan masih dibawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan.
5.1.3. Fisiografi
Kondisi fisiografi pada lokasi proyek berada pada daerah yang cenderung tinggi dan sebagian rendah di Kabupaten Nias Barat yang menyebar di semua Kecamatan yang ada di kawasan tersebut yang umumnya terletak pada elevasi 10,0 - 200,0 m di atas permukaan laut, kemiringan lahan berkisar antara 0- >40%. Bahkan Kawasan di hampir lokasi berapada di sekitar pantai.
Rata-rata Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias Barat adalah tanah lunak
(soft soil). Jenis tanah lebih didominasi oleh jenis tanah alluvial, Podsolik Merah Kuning
84
menjadi lembek, tidak stabil dan tidak mampu lagi memikul konstruksi di atasnya. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan pada lapisan permukaan jalan dan apabila tidak diatasi dapat berakibat kegagalan.
Pembentukan tanah alami umumnya masih terlihat di areal permukiman. Tingkat kemantapan struktur tanah di wilayah studi terutama daerah permukiman umumnya mempunyai tingkat kemantapan struktur tanah yang relatif rendah.
Perencanaan Teknis di lokasi studi memerlukan pemantapan perencanaan yang kompatibel dengan kondisi geografis, serta kekokohan design konstruksinya.
5.1.4. Tata Guna Lahan
Secara umum lahan di lokasi studi dan sekitarnya telah banyak dihuni oleh masyarakat juga merupakan hutan lindung, kawasan tepi Pantai dan kepulauan dan Lahan Pertanian masyarakat. Kondisi yang ada saat ini Kabupaten Nias Barat, penataan bangunan dan lingkungannya masih belum tertata dengan baik serta berada pada geografis yang sangat kritis. Penggunaan lahan Kabupaten Nais Barat pada umumnya terdiri dari Hutan Sekunder dengan Luas 90.32 Km2 ; Sawah dengan luas 18.82 Km2; Kebun Campuran dengan luas 115.85 Km2; Perkebunan dengan luas 145.59 Km2; Perladangan dengan luas 131.81 Km2; Pertanian Lahan Kering dengan luas 23.41 Km2; Rawa/Gambut dengan luas 1.25 Km2; Semak Belukar dengan luas 6.39 Km2; Permukiman dengan luas 1.89 Km2 Areal Penggunaan Lainnya dengan luas 8.77 Km2.
5.1.5. Hidrologi
Kualitas air permukaan di Kabupaten Nias Barat umumnya dapat dikatakan kurang stabil dikarenakan keadaan topografi dimana berbongkah-bongkah dan membentuk banyak sungai.
Sumber daya air untuk kebutuhan rumah tangga, pada umumnya diperoleh dari air permukaan/sungai dan sumber air baku serta sebagian kecil masih menggunakan sumur gali, sehingga fungsi air tanah ini menjadi penting karena fasilitas air bersih PDAM belum ada di daerah Studi. Sebagai akibatnya kebutuhan air tanah dan air baku semakin hari semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pendudukdan daya konsumsi masyarakat yang relitif tinggi. Akan tetapi ketergantungan masyarakat pada sungai sebagai sumber air semakin berkurang. Yang terjadi saat ini, masyarakat lebih dominan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah.
Kondisi exiting drainase yang ada di Kabupaten Nias Barat umumnya masih berupa drainase alam dan belum mempunyai sistem drainase yang memadai. Hal ini perencanaan sebelumnya terfokus pada sistem perencanaan yang mitigasi bencana. Kondisi jaringan drainase tersebut masih kurang terjaga, ada beberapa tempat yang telah terjadi pendangkalan. Hal ini dapat menyebabkan sering terjadi genangan saat musim hujan.
5.1.6 Biologi
Kondisi biologi di sekitar Kabupaten Nias Barat terdiri atas flora dan fauna pada umumnya dan dijumpai adanya satwa maupun vegetasi tertentu yang dilindungi seperti buaya.
85
tanaman yang telah diupayakan oleh penduduk. Jenis vegetasi liar yang tumbuh antara lain berupa semak-semak dan sebagian merupakan tanaman hutan lindung.
Jenis fauna yang dijumpai di sekitar wilayah studi pada umumnya merupakan satwa binaan manusia, seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, itik, babi dan lain-lain. Satwa liar yang ada antara lain adalah ular, katak dan tikus, Harimau, dan yang paling banyak adalah Buaya Darat.
5.1.7 Sosial-Ekonomi-Budaya
Pengalaman selama ini dan erdasarkan data sekunder yang telah dikumpulkan diperoleh gambaran kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat Kabupaten NiasBarat, sebagai berikut ini:
Sosial-Budaya
Populasi penduduk di lokasi Studi mengalami peningkatan yang signifikan. Misalnya di sekitar Kawasan Ibu Kota Kabupaten Menurut Sumber BPS tahun 2011 lihat Tabel...(Bab 2).
Penduduk dikepulauan semakin padat disekitar pantai dengan kegiatan melaut demi peningkatan penghasilan.
Disamping itu Adat istiadat masih dipegang teguh oleh penduduk kawasan lokasi studi. Beragam Budaya dan tradisi masih mendarah daging turun temurun. Kegiatan keagamaan dan pewarisan budaya leluhur tetap diwariskan dengan latihan yang kontinyu dan meningkatnya jumlah grup dan klup budaya. Penyesuaian diri terhadap Lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak di miliki oleh setiap pendatang.
Sosial-Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi nilai barang dan jasa. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi jumlah nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Nias Barat tahun 2006-2009 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 4.541.592,43,- per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi Rp. 6.689.288,57,- per kapita per tahun pada tahun 2009. Namun bila dilihat PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000, angka PDRB per kapita Kabupaten Nias Barat tahun 2009 hanya naik sebesar 18,25 persen bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu dari Rp.2.672.870,74,- menjadi Rp 3.160.870,41,. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
5.2 PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN DARI SUB PROYEK
Prakiraan dampak dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek baik secara kuantitatif maupun kualitatif tentang intensitas atau besarnya dampak yang terjadi, yaitu dengan membandingkan kondisi parameter sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan sesuai dengan pentahapannya. Metode yang dipakai dalam penelaahan besarnya dampak meliputi :
86
Metode informal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baku mutu lingkungan atau penilaian para ahli (professional judgement).
Selanjutnya untuk evaluasi dampak, pendekatan yang digunakan adalah dengan menentukan derajat dampak penting, dengan mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Penilaian tersebut disimpulkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu dampak penting dan dampak tidak penting.
Penentuan arti dampak pentingnya dampak mengacu pada Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala BAPEDAL No. 056 Tahun 1994 yang mempertimbangkan 7 (tujuh) kriteria sebagai berikut :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak. 2. Luas wilayah persebaran dampak. 3. Lamanya dampak berlangsung. 4. Intensitas dampak.
5. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak. 6. Sifat kumulatif dampak.
7. Berbalik dan tidak berbaliknya dampak.
Dampak potensial yang akan timbul sebagai akibat kegiatan pembangunan dan pengoperasian program bidang Cipta Karya, diharapkan dampak positif yang mengguntungkan akan lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif yang merugikan.
Dari tabel 5.3 dibawah ini dapat dilihat indikator yang menunjukkan ada tidaknya pengaruh antara kegiatan-kegiatan proyek selama tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi dari program bidang Cipta Karya dengan dampak potensial yang akan timbul. Tabel ini juga mengevaluasi ciri-ciri serta derajat pentingnya dampak potensial yang akan timbul, namun belum mengevaluasi tindakan-tindakan atau cara penangganan dampak untuk meminimalkan dampak yang merugikan serta meningkatkan manfaat dampak positif.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penilaian dampak lingkungan pada masing- masing pentahapan mempunyai beberapa karakteristik dampak yang terdiri dari lama dampak, sifat dampak, luas persebaran dampak, besaran dampak, evaluasi derajat dampak. Karakteristik yang ada pada masing-masing bagian mempunyai sifat dan kriteria-kriteria tertentu. Karakteristiksifat dan kriteria pada masing-masing pentahapan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5.3 RENCANA MITIGASI DARI DAMPAK LINGKUNGAN
Kriteria evaluasi dampak terdiri atas kriteria penilaian terhadap derajat besaran dampak dan kriteria penilaian derajat kepentingan dampak terhadap lingkungan. Kriteria penilaian derajat besaran dampak yang terjadi pada masing-masing komponen lingkungan ditetapkan dengan besaran dampak besar, sedang dan kecil.
87
Penilaian derajat dampak penting mengacu pada 7 kriteria sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.Kep.056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting., yaitu :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak, yang dibandingkan dengan jumlah manusia yang menerima manfaat.
b. Luas sebaran dampak, yang dibandingkan dengan luas tapak kegiatan.
c. Lamanya dampak berlangsung, yang dibandingkan dengan lamanya kegiatan berlangsung.
d. Intensitas dampak,yang diukur terhadap daya toleransi lingkungan yang terkena dampak, persyaratan baku mutu lingkungan, atau pengaruhnya terhadap polusi. e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, selain komponen
lingkungan yang terkena dampak langsung.
f. Sifat komulatif dampak, yang menunjukan sifat komulatif dampak yang timbul, apakah konstan, naik secara konstan atau naik secara eksponensial terhadap waktu pengaruh dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
88 Tabel 5.2. Kriteria yang Digunakan dalam Penilaian Dampak
Karakteristik Dampak Sifat Dampak Kriteria
Lama Dampak Sebentar
Menegah/sedang
Lama
Dampak yang mungkin timbul berlangsung selama kurang dari 2 tahun
Dampak yang mungkin timbul berlangsung selama 2-5 tahun Dampak yang mungkin timbul berlangsung selama lebih dari 5 tahun
Sifat Dampak Terbalikan
Tidak terbalikan (permanen)
Kondisi lingkungan akan segera kembali ke keadaan semula setelah sumber dampak berhenti
Dampak bersifat permanen dan tidak akan kembali kekeadaan semula Luas Persebaran
Dampak
Sempit
Melebar/menyebar
Luas
Persebaran dampak relatif sempit, hanya disepanjang alinyemen jalan dan sekitarnya
Persebaran dampak agak luas (menyebar kebeberapa lokasi disepanjang alinyemen jalan) Persebaran dampak luas (semua likasi di sepanjang atau dekat alinyemen jalan)
Besaran Dampak Kecil/rendah
Sedang
Besar/tinggi
Besaran dampak/perubahan lingkungan berskala relatif kecil Besaran dampak/perubahan lingkungan berskala sedang Besaran dampak/perubahan lingkungan berskala tinggi
Evaluasi Derajat Dampak Tidak Penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Jumlah orang/ lokasi yang terkena dampak sangat kecil dan nyaris tidak ada pengaruh pada sumber daya penting dalam jangka lama Dampak bersifat terbalikan dan penduduk yang terkena relatif sedikit Jumlah orang yang terkena dampak cukup banyak, pada areal cukup luas dan dalam jangka waktu agak lama serta berpengaruh pada sumber daya yang potensial
Jumlah orang yang terkena dampak dalam jumlah besar, pada lokasi yang luas dan berlangsung lama,
89
Tabel 5.3. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Bidang Ke-Cipta Karya-an
Kegiatan/Dampak Potensial
Karakteristik Dampak Potensial Evaluasi
Komentar
I Tahap Pra Konstruksi
1 Survei Lapangan Keresahan Masyarakat
(keraguan/ketidakpuasan masa
depan x x x x X
Mayoritas masyarakat sudah menyadari akan manfaat proyek dan menyetujuinya
Munculnya Spekulasi Tanah X x x x X Mungkin saat ini terjadi
Gangguan terhadap kemungkinan masuknya penghuni liar
Kebanyakkan tidak mungkin terjadi gangguan didaerah pedesaan/kebijakkan ganti rugi tidak mengakibatkan
masuknya penghuni liar
Kerusakan vegetasi/warisan budaya Tidak ada sumber daya
alam penting di sekitar lokasi
2 Pengadaan Lahan untuk Proyek
Pemindahan penduduk
x x x x x Keluarga yang terkena
proyek relatif banyak Tekanan sumber penghasilan di
lokasi pemukiman baru x x x x X
90
di daerah yang sempit Hilangnya tanah pertanian terutama
pada pemilikkan lahan kecil
x x x x x
Mungkin banyak orang terkena dampak proyek, kehilangan sawah irigasi adalah kehilangan sumber penghasilan Hilangnya/berkurangnya sumber
daya hutan x x x x X
Areal hutan disekitar lokasi proyek relatif kecil Hilangnya/berkurangnya tanah
perkebunan x x x x X
Areal perkebunan disekitar proyek relatif kecil
Perkembangan wilayah secara tidak terencana pada lokasi yang
diperuntukkan
umum seperti sekolahan, tempat pemakaman, tempat ibadah, dll
x x x x x
Bangunan/fasilitas yang terkena dampak relatif sedikit
II Tahap Konstruksi
1 Pembersihan Lahan rencana
program
Hilangnya habitat langka/sensitif Tidak dijumpai habitat
sensitif Hilangnya peninggalan/warisan
budaya
Tidak terdapat warisan budaya penting Peningkatan kebisingan, getaran
dan debu dari pembongkaran banggunan
x x x x X
Bangunan yang terkena dampak relatif sedikit
Gangguan terhadap pelayanan
umum x x x x X
Meningkatkan erosi dan sedimentasi x x x x x
2 Pembuatan dan Pengoperasian Base
Camp
91
dan penduduk lokal direkrut secara lokal
Meningkatnya tekanan dalam
layanan lokal x x x x x
Mungkin hanya disekitar barak utama/pusat Kemungkinan pencemaran udara
dan air dari bahan bangunan dan
limbah x x x x x
Kemungkinan
pencemaran relatip kecil dan jumlah pekerja yang tinggal dibarak pusat relatif sedikit
Penurunan kualitas udara
x x x x X
Areal yang terkena dampak relatif sedikit/sempit
3 Penyediaan dan Pengoperasian
Quarry
Hilanynya tanah produktif
x x x x X
Tidak mungkin terletak ditanah
produktif/diusahakan pada lahan tidak produktif Gangguan kehidupan hewan dan
hilangnya habitat
x x x x X
Kemungkinan gangguan yang timbul kecil karena keberadaan hewan liar juga kecil, habitat yang mengalami gangguan juga kecil
Meningkatnya kebisingan dan
gangguan debu x x x x x
Lokasi proyek mungkin jauh dari pemukiman Kemungkinan kerusakan banggunan
akibat getaran/peledakkan x x x x X
Lokasi proyek mungkin jauh dari pemukiman Perubahan/penurunan bentang alam
x x x x X
Pengoperasian quarry akan berdampak merugikan bagi kualitas bentang alam
Peningkatan erosi/sedimentasi
x x x x x Erosi akan terjadi hanya
di sekitar lokasi quarry
92
areal batuan keras Hilangnya tanah produktif
x x x x x
Mungkin terletak diareal pertanian tanah
kering/tidak produktif Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif
Mungkin tidak ada habitat sensitif sedang vegetasi jarang Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam
x x x x x
Kemungkinan tidak terletak di areal yang bentang alamnya berkualitas tinggi Menurunnya kestrabilan
lereng/erosi x x x x x
Lokasi mungkin terletak di tanah tinggi
4 Pengoperasian Tempat
Pembuangan Sampah Hilangnya tanah produksi
x x x x x
Lokasi mungkin terletak di lakasi yang
produktivitasnya rendah, sedangkan jumlah buangan relatif kecil Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif Peningkatan partikel debu di udara
x x x x x Bertambahnya
gangguan debu Perubahan/penurunan bentang alam
x x x x x
Tidak mungkin terletak di areal dengan kualiats bentang alam tinggi
5 Pengangkutan Material
Rusaknya prasarana jalan (baik yang beraspal maupun tidak) dan
bangunan-bangunan x x x x x
93
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keselamatan lalu lintas x x x x x
Diperkirakan banyak jalan umum yang terkena dampak Meningkatnya gangguan debu
x x x x x
Terlokalisir, tapi dampak utama mungkin akan terjadi pemukiman di jalan-jalan kecil Meningkatnya polusi
suara/menurunnya kualitas udara
x x x x x
Terlokalisir, dampak akan terjadi pada lokasi yang berdekatan dengan jalan yang tidak diaspal Meningkatnya pengotoran jalan dan
bahaya keamanan jalan x x X
Dampak akan terjadi dekat lokasi jalan masuk ke proyek
6 Pekerjaan Tanah
Menurunnya kestabilan tanah/lahan
x x x x x
Pembangguanan tanggul relatif sedikit, penggalian yang ada relatif pendek Meningkatnya erosi dan sedimentasi
x x x x x Tanah relatif dapat
terkikis Gangguan terhadap aquifer air
tanah x x x x X
Penggalian pada areal aquifer tidak penting Gangguan jaringan drainase
alam/buatan x x x x x
Masalah utama pada semua areal dataran banjir
Gangguan terhadap
pelayanan/prasarana umum x X x x X
Dampak potensial/utama pada saluran penyediaan air
Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam x x x x X
Kualitas bentang alam disepanjang alinyemen jalan rendah
7 Pekerjaan Bangunan Fisik
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keamanan lalu lintas x x x x x
94
layang di atas jalan umum yang ada Menurunnya kualiatas air
permukaan kerena masuknya bahan
pencemar x x x x X
Mungkin hanya akan terjadi di beberapa persilangan dengan sungai apabila terletak di atas aliran air
Gangguan kebisingan dan getaran dari pekerjaan pemancangan
pondasi x x x x X
Gangguan akan terjadi pemukiman yang berdekatan dengan lokasi pemasangan pondasi
9 Pelapisan/Pengaspalan
Polusi udara/penurunan kualitas
udara x x x x x
Dampak terlokalisir pada lokasi pengolahan aspal
III Tahap Pasca Konstruksi
Perubahan Pola Hidup
x x x x x
Penyediaan sarana prasarana bidang ke-Cipta Karya-an akan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakay Perubahan tata guna lahan
x x x x x
Sebagian besar kawasan-kawasan yang belum tertata menjadi lebih tertata
Kemungkinan hilangnya kegiatan
usaha karena pengalihan lokasi x x x x x
Mungkin mempengaruhi aktivitas bisnis
Tekanan sumber daya alam karena perkembangan wilayah yang tidak terencana
x x x x x