II - 1 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
BAB II - PROFIL KABUPATEN
PELALAWAN
2.1. Wilayah Administrasi
Wilayah Kabupaten Pelalawan terletak relatif di bagian timur Provinsi Riau seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.1 yaitu peta orientasi wilayah Kabupaten Pelalawan.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal skala 1 : 50.000, wilayah Kabupaten Pelalawan secara geografis terletak pada 000 48’ 32” LU – 000 24’ 14” LS dan 1010 30’ 40” – 1030 23’22” BT. Dengan batas-batas wilayah adalah:
- sebelah utara : Kabupaten Siak dan perairan Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau;
- sebelah timur : perairan Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau; - sebelah selatan : Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu,
dan Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau;
II - 2 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Wilayah laut Kabupaten Pelalawan adalah ruang wilayah laut kewenangan (WLK) Kabupaten Pelalawan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu wilayah laut yang berbatasan dengan perairan laut Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, serta Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dengan luas kurang lebih 666,3064 km² atau 66.630,64 Ha.
Wilayah udara Kabupaten Pelalawan adalah ruang udara yang yang terletak di atas wilayah daratan dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
II - 3 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
II - 4 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Wilayah Kabupaten Pelawan secara administrasi pemerintahan terbagi atas 12 (dua belas) kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 104 desa dan 14 kelurahan atau total desa dan kelurahan adalah 118 desa/kelurahan. Pada Tabel I.2.1 dikemukakan nama-nama kecamatan, ibukota kecamatan, serta jumlah desa dan kelurahan pada masing-masing kecamatan tersebut.
Penggambaran wilayah Kabupaten Pelalawan dengan pembagian wilayah administrasi pemerintahan tingkat kecamatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Kepulauan Pelalawan
Rona fisik dasar wilayah Kabupaten Pelalawan sangat diwarnai oleh
keberadaan Sungai Kampar yang mengalir dari arah barat ke timur yang
melintasi bagian tengah wilayah ini.
Dikemukakan tentang ketinggian yang diidentifikasikan dengan garis
kontur selang 25 meter, dari yang terendah 25 m dpl (di atas permukaan laut)
Desa Kelurah
Luas wilayah b erdasarkan: naskah teknis RTRWK Pelalawan 2009 dan Pelalawan Dalam Angka 2009. Luas wilayah b erdasarkan penghitungan luas secara digitasi, tahun 2011.
II - 5 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan hingga yang tertinggi 175 m dpl. Identifikasi kelompok ketinggian menurut
selang ketinggian yang penting dapat dikemukakan sebagai berikut ini.
- Ketinggian lebih kecil dari 25 m: Ketinggian lebih kecil dari 25 m
merupakan yang paling dominan dalam wilayah Kabupaten Pelalawan, yaitu
terdapat di sepanjang tepian Sungai Kampar dan anak-anaknya, sehingga
terdapat di semua kecamatan.
- Ketinggian 25 m – 100 m: Ketinggian antara 25 m – 100 m terletak di
bagian tengah (Pangkalan Bunut, Bandar Petalangan), bagian barat laut
wilayah (Bandar Seikijang, serta sedikit di Pelalawan dan Pangkalan Kerinci),
dan di bagian selatan – barat daya (Ukui, Pangkalan Kuras dan Langgam).
- Ketinggian 100 m – 200 m: Ketinggian antara 100 m – 200 m terletak di
bagian barat daya wilayah Kabupaten Pelalawan menyambung ketinggian 25
m – 100 meter di atas, yang mengarah ke perbatasan dengan Kabupaten
Kuantan Singingi, yang merupakan hulu dari anak-anak sungai seperti Sungai
(Batang) Tesso dan Sungai (Batang) Nilo yang bermuara ke Sungai Kampar,
yaitu di kecamatan: Pangkalan Kuras, Langgam, dan Ukui.
Dalam wilayah Kabupaten Pelalawan selain sungai utama yaitu Sungai
Kampar, terdapat juga anak-anak sungainya yaitu antara lain: S. Kampar Kiri,
S. Segati, S. Nilo, S. Kerumutan (yang mengalir dari arah selatan Sungai
Kampar), serta S. Pelalawan, S. Selampaya, dan Sungai Serkap (yang
mengalir dari arah utara Sungai Kampar). Sejalan dengan pola umum
topografi tersebut keberadaan Sungai Kampar dan anak-anak sungainya,
dapat diindikasikan adanya fisiografi wilayah atau bentuk lahan (landform)
yang terdiri atas:
- dataran aluvial, yang terdapat di tepi sungai-sungai tersebut dengan
kemiringan 0 -2 %; semakin ke hilir semakin dipengaruhi oleh pasang-surut
II - 6 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan - dataran gambut, yang menonjol di Kecamatan Teluk Meranti, dan juga
terdapat di Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Kuala Kampar, dengan
kedalaman gambut yang bervariasi;
- dataran peralihan, yaitu peralihan antara dataran aluvial dan dataran
gambut dengan wilayah perbukitan; dataran peralihan relatif menonjol dan
dominan di Kabupaten Pelalawan, dengan bentuk lahan bervariasi dari datar
hingga bergelombang (undulating), terdapat terutama di kecamatan:
Pangkalan Bunut, Bandar Petalangan, Pangkalan Kuras, Langgam, Ukui,
Pangkalan Lesung, dan Bandar Seikijang.
perbukitan, dengan ketinggian lebih tinggi dari dataran peralihan, yang
terdiri atas kompleks perbukitan, dan berada di perbatasan dengan
Kabupaten Kuantan Singingi, yang terletak di kecamatan: Langgam,
Pangkalan Kuras, dan Ukui.
Selaras dengan ketinggian dan fisiografi wilayah tersebut dapat
diidentifikasikan juga morfologi wilayah seperti pada Gambar 1.2.7 dan
kelerengan wilayah seperti pada Gambar 1.2.8. Pada Gambar 1.2.7
dikemukakan klasifikasi morfologi wilayah terdiri atas:
- datar: morfologi wilayah yang dominan datar terletak pada ketinggian
antara 0 – 50 meter dpl, yang terdapat di semua wilayah kecamatan;
- landai: morfologi wilayah yang dominan landai terletak pada ketinggian
antara 50 –100 meter dpl, yang terdapat di kecamatan-kecamatan: Bunut,
Bandar Petalangan, Pangkalan Lesung, Ukui, Pangkalan Kuras, Langgam,
dan Bandar Seikijang;
- berombak: morfologi wilayah yang dominan berombak terletak pada
ketinggian di atas 100 meter dpl, yang terdapat di kecamatan-kecamatan:
Ukui, Pangkalan Kuras, dan Langgam.
Selanjutnya pada Gambar 1.2.8 dikemukakan klasifikasi kelerengan
wilayah terdiri atas: - kelerengan 0 – 2 %, bagian wilayah dengan kelerengan
II - 7 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan pada ketinggian antara 0 – 50 meter dpl, yang terdapat di semua wilayah
kecamatan; - kelerengan 2 – 5 %, bagian wilayah dengan kelerengan 2 – 5
% dominan terletak pada ketinggian antara 50 – 100 meter dpl, yang terdapat
di kecamatan-kecamatan: Bunut, Bandar Petalangan, Pangkalan Lesung,
Ukui, Pangkalan Kuras, Langgam, dan Bandar Seikijang;
- kelerengan 5 – 15 %, di atas 100 meter dpl, yang terdapat di
kecamatankecamatan: Ukui, Pangkalan Kuras, dan Langgam.
2.2.1. Sektor Agropolitan
Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar dengan luas lk 30.000 ha
memiliki hamparan (dari pantai ke pedalaman) dataran pasang surut lumpur
di daerah sekitar pantai, dataran fluvio-marin (daerah transisi), dan dataran
gambut (kubah/dome) di bagian tengah pulau.
Lahan sawah (eksisting) hasil seluas lk 5000 ha, umumnya berada pada
dataran fluvio-marin dan sebagian kecil pada dataran pasang surut lumpur.
Hamparan sawah umumnya tanpa galengan. Tipe luapan pasang pada lahan
sawah ini termasuk tipe C (lahan tidak pernah terluapi air pasang dan air
tanah <50 cm) dan tipe luapan D (lahan tidak pernah terluapi air pasang dan
air tanah >50 cm), Tipe luapan A = Lahan selalu terluapi air pasang, Tipe
luapan B = lahan hanya terluapi oleh pasang besar.
Sifat-sifat tanah lahan sawah (tanah mineral) adalah : dalam (>100 cm),
lapisan olah 30-40 cm, tekstur halus (liat sampai liat berdebu), pH 6,0 (agak
masam), sebagian tanah mengandung pirit pada kedalaman = 60 cm (pirit bila
teroksidasi akan menurunkan pH tanah sampai <2,5 atau ekstrim masam).
Tanah sawah yang mengandung pirit ini dikategorikan sebagai tanah sulfat
masam actual (pH ekstrim masam) bila pirit teroksidasi (terkena udara).
Status kesuburan tanah cukup baik, namun beberapa menunjukkan
kekurangan N dan Mg.
Tanah gambut pada dataran gambut memiliki kedalam sedang sampai
II - 8 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan (saprik), pH 4,5 (sangat masam), penggunaan lahan umumnya kebun
campuran (kelapa, pinang, buah-buahan), di bagian tengah dataran gambut
masih berupa hutan gambut yang menjadi penyimpan air dan mengalirkannya
ke beberapa parit/sungai (S. Senang, S. Gantung, S.Selamet dan S. Cina).
Sumber air dari hutan gambut berpotensi meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP) padi sawah yang saat ini 1 x stahun (IP100) dengan
produksi 3,5 - 4,0 ton/ha GKG menjadi 2 x setahun (IP200).
Kesesuaian lahan untuk sawah pada tanah mineral tergolong cukup
sesuai dengan factor pembatas bahaya pirit, sedangkan tanah gambut kurang
sesuai.
Sebagian lahan dimiliki oleh pemilik dari luar Pulau Mendol yang datang
hanya pada saat tanam dan panen padi. Karena kurangnya tenaga kerja,
rata-rata 1 petani menggarap lahan sangat luas 3 sampai 5 ha, sehingga
upah buruh panen padi bisa sekitar 30% dari hasil panen.
Pembangunan pertanian di Kabupaten Pelalawan yang dituangkan
dalam Visi dan Misi Kabupaten Pelalawan 2030, yaitu Terwujudnya
Kabupaten Pelalawan yang maju dan sejahtera melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan yang didukung oleh pertanian yang unggul dan industri
yang tangguh dalam masyarakat yang beradat, beriman, bertaqwa dan
berbudaya melayu tahun 2030, dengan salah satu misinya adalah
meningkatkan hasil dan mutu pertanian melalui pemanfaatan teknologi
berbasis agro industri dan agribisnis.
Dengan adanya pergantian Pimpinan Nasional dan perubahan kebijakan
nasional tentang percepatan pembangunan pertanian khususnya tanaman
pangan, sebagaimana Surat Bapak Menteri Pertanian Nomor : 301/KU.100
/M/12/2014 tanggal 4 Desember 2014, perihal Dukungan Pelaksanaan
Program Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai. Bahwa
Kepala Daerah Kabupaten / Kota di seluruh Indonesia diminta untuk
memberikan dukungan dan mensukseskan capaian target Swasembada
Pangan, yaitu sebagai tindaklanjut arahan Bapak Presiden RI pada Sidang
Kabinet Paripurna tanggal 3 November 2014, bahwa pencapaian
II - 9 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
a) Subsektor Tanaman Pangan
Luas Baku Lahan Sawah 2014 (Hasil Validasi dengan GPS) = 7.643 Ha,
yang ditanami secara rutin = 6.200 Ha dan 1.443 Ha tidak ditanami apapun,
Lahan Sawah Rawa Pasang Surut = 6.653 Ha (Kec. Kuala Kampar dan Kec.
Teluk Meranti), Sawah Tadah Hujan = 990 Ha (Kec. Kerumutan, Kec. Bunut,
Kec. Bandar Petalangan, Kec. Pkl. Kuras, Kec. Pelalawan dan Kec. Pkl.
Lesung)Khusus di Sentra Padi Kec. Kuala Kampar Luas Baku Lahan Sawah
= 5.921 Ha, yang ditanami secara rutin = 5.211 Ha, dan potensi perluasan
areal sawah baru 1.705 Ha (hasil Rekomendasi Balai Besar Litbang Sumber
Daya Lahan Pertanian Litbangtan Kementerian Pertanian)Indeks Pertanaman
sebagian besar masih IP 100 dan 120 Ha dapat diupayakan IP 200 (Desa
Betung 75 Ha, Petodaan 15 Ha dan Pulau Muda 10 Ha).
Gambar 2.1 Penggunanaan Lahan Sawah di Kabupaten Pelalawan
Tanaman padi yang diusahakan petani di kabupaten Pelalawan terdiri
atas jenis padi sawah dan padi ladang. Pada padi sistem sawah, tanaman
padi sepanjang hidupnya selalu dalam keadaan tergenang air. Sebaliknya,
pada sistem gogo (padi ladang), tanaman padi ditumbuhkan tidak dalam
kondisi tergenang.
Kombinasi kedua sistem ini dikenal sebagai gogo rancah, yaitu padi
II - 10 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan perlahan digenangi dengan air hujan seiring dengan semakin bertambahnya
curah hujan. Untuk di Kabupaten Pelalawan lebih dikenal padi sawah dan
padi ladang.
Jenis/varietas tanaman padi yang ditanam oleh petani di Kabupaten
Pelalawan merupakan padi lokal maupun unggul. Varietas lokal yang ditanam
antara lain adalah Ceko, Karya, Ramos, Jambai, Anak Ulat. Sementara itu,
varietas unggul yang ditanam antara lain adalah Batang Piaman, Inpari, Inpari
III, Inpari IV, Ciherang. Masyarakat biasanya memilih benih sesuai dengan
apa yang cocok dengan keinginan hatinya, diantara benih-benih padi yang
tersedia.
b) Subsektor Pertanian Tanaman Holtikultura
Sentra pengembangan tanaman hortikultura berupa pola hamparan maupun
pola pekarangan. Dimana sentra pengembangan cabe adalah Kec. Bdr. Sei
Kijang, Kec. Pkl. Kerinci, Kec. Langgam, Kec. Pkl. Kuras, Kec. Bdr.
Petalangan, Kec. Pkl. Lesung dan Kec. Ukui. Sentra semangka adalah Kec.
Bdr. Sei Kijang, Kec. Pkl. Kerinci, Kec. Langgam, Kec. Pelalawan, Kec.
Bunut, Kec. Bdr. Petalangan, Kec. Pkl. Lesung dan Kec. Ukui. Sentra
manggis di Kec. Langgam. Sentra Durian di Kec. Bunut dan Ukui.
c) Subsektor Tanaman Perkebunan
Sektor perkebunan terutama kelapa sawit dan karet memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Pelalawan. Perkebunan
kelapa sawit diusahakan hampir di semua kecamatan di Pelalawan.Luas
areal kelapa sawit tahun 2013 tercatat 118.262,02 ha. Kecamatan tanaman
kelapa sawit terluas adalah kecamatan Pangkalan Kuras 17.602,42 ha. Total
produksi selama 2013 sebesar 6.873.432 ton.
Tanaman karet juga diusahakan di semua kecamatan yang ada.
II - 11 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Total luas areal tanam karet mencapai 25.856,90 ha, dengan total produksi
karet sebesar 341.372,47 ton.
2.2.2. Sektor Minapolitan Perikanan dan Kelautan
Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen
dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun
masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik
dengan ataupun tanpa intervensi manusia. Sebagai ilustrasi, pada sumber
daya perikanan tangkap, secara sederhana dinamika stok ikan ditunjukkan
oleh keseimbangan yang disebabkan oleh pertumbuhan stok, baik sebagai
akibat dari pertumbuhan individu (individu growth) maupun oleh
perkembangbiakan (recruitment) stok itu sendiri. Dengan keterbatasan daya
dukung lingkungan sumber daya di suatu lokasi, maka stok ikan akan
mengalami pengurangan sebagai akibat dari kematian alami (natural
mortality) sampai keseimbangan stok ikan sesuai daya dukung tercapai.
Adanya intervensi manusia dalam bentuk aktivitas penangkapan pada hakekatnya adalah memanfaatkan ‘bagian’ dari kematian alami, dengan catatan bahwa aktivitas penangkapan yang dilakukan dapat di’kendali’kan sampai batas kemampuan pemulihan stok ikan secara alami.
Sejalan dengan arti penting sumber daya, di Kabupaten Pelalawan
terdapat dua jenis ekosistem penting bagi perikanan, yakni hutan mangrove
dan estuaria. Lingkungan mangrove adalah salah satu jenis lahan rawa yang
terdapat di wilayah pesisir laut dengan kharakteristik yang unik. Untuk wilayah
Kabupaten Pelalawan yang memiliki ekosistem mangrove terdapat di
Kecamatan Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar. Sumbangan utama
lingkungan mangrove bagi perikanan adalah karena lingkungan tersebut
memberikan kontribusi dalam bentuk penyediaan bahan makanan berupa zat
hara bagi biota-biota laut sehingga perairan di sekitarnya sangat cocok
sebagai daerah asuhan bagi berbagai jenis udang dan ikan. Selain itu,
mangrove berfungsi juga sebagai penyaring bahan cemaran di perairan serta
II - 12 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Ekosistem estuaria mempunyai karakteristik yang unik, terutama
adanya dinamika perubahan salinitas serta faktor-faktor terkait yang
mempengaruhinya, termasuk dalam ekosistem estuaria adalah muara sungai,
teluk pesisir, rawa pasang surut dan perairan yang terdapat di belakang
tanggul pantai.
Peraiaran
Sumber daya perikanan pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh
perairan, baik perairan laut maupun perairan umum. Potensi perairan yang
ada di wilayah tersebut sangat besar baik ditinjau dari sisi pemanfaatannya
sebagai sarana dan prasarana transportasi sungai dan laut, maupun dari sisi
sumberdaya yang terkandung di dalamnya seperti wilayah perairan tersebut
merupakan aliran utama sungai kampar, sedangkan wilayah/daerah lautnya
berdekatan dengan selat dan pertemuan arus.
Kabupaten pelalawan merupakan daerah yang memiliki potensi untuk
berkembangnya produksi dan pemasaran hasil perikanan. Secara historis
kabupaten ini merupakan penghasil ikan terbesar khususnya Kecamatan
Langgam dan Kecamatan Kuala Kampar. Hasil ekspor komoditi yang berasal
dari wilayah perairan yang cukup luas, memegang peranan penting dalam
meningkatkan pendapatan daerah.
Selama ini usaha perikanan di Kabupaten Pelalawan yang telah
berkembang adalah usaha penangkapan ikan, baik usaha penangkapan
perikanan perairan umum maupun usaha penangkapan perikanan laut.
Usaha penangkapan pada perairan umum lebih besar jumlahnya,
disebabkan sebagian besar kecamatan di Kabupaten Pelalawan dilalui oleh
sungai. Menurut Jackson (1989) dalam Koeshendrajana (1997) sungaisungai
paparan banjiran tropis, seperti Sungai Kampar dan sungai-sungai lainnya
yang terdapat di Kabupaten Pelalawan memberikan kontribusi yang dinamis
dan produktif pada perikanan perairan umum. Sementara, jenis ikan yag
menghuni perairan umum Kabupaten Pelalawan dapat dibedakan atas
kelompok ikan sungai (white fishes), kelompok ikan danau, dan kelompok
II - 13 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap di Kabupaten Pelalawan berdasarkan wilayahnya
dibedakan atas dua, yakni perikanan tangkap di perairan umum dan perairan
laut. Usaha penangkapan pada perairan umum lebih besar jumlahnya,
disebabkan oleh sebagian besar kecamatan di Kabupaten Pelalawan dilalui
oleh sungai terutama sungai Kampar.
Namun usaha penangkapan ini masih bersifat sangat sederhana, baik
dari segi teknologi maupun permodalan. Sementara, usaha penangkapan
perikanan laut masih terbatas kepada masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar. Hal ini disebabkan oleh
daerahnya berbatas langsung dengan laut.
Adapun ikan yang tertangkap dari perairan laut didominasi oleh Lomek,
Ubur-ubur, Udang Putih dan Udang Merah, Siakap dan Patin Kuala. Khusus
untuk Patin Kuala biasanya tertangkap pada musim tertentu dengan nilai
ekonomis yang tinggi.
Potensi perikanan tangkap dari perairan laut luas areal sekitar 50.704
hektar. Potensi laut di Kabupaten Pelalawan belum termanfaatkan secara
optimal oleh masyarakat di Kabupaten Pelalawan. Kondisi ni menunjukkan
bahwa sektor perikanan tangkap belum memberikan masukan berarti bagi
kondisi ekonomi masyarakat di Kabupaten Pelalawan.
Daerah atau areal penangkapan ikan di Kabupaten Pelalawan secara
umum terdiri atas dua jenis, yaitu penangkapan di laut dan penangkapan di
perairan umum. Areal penangkapan ikan di laut dilakukan di sekitar Pulau
Mendol dan areal penangkapan ikan di perairan umum di lakukan di Sungai
Kampar, anak-anak Sungai Kampar dan perairan danau.
Perikanan Budidaya
Kegiatan perikanan budidaya di Kabupaten Pelalawan dibedakan atas dua
kegiatan, yakni kegiatan perikanan budidaya di perairan umum dan kegiatan
II - 14 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Kegiatan perikanan budidaya di perairan umum adalah salah satu usaha
perikanan yang memanfaatkan perairan sehingga total produksi perikanan
akan meningkat. Pengertian budidaya di sini adalah usaha pembesaran
ikan-ikan dalam sistem hampang (pen culture) atau keramba tancap di perairan
dangkal, sedangkan di perairan dalam (waduk dan danau) dengan
menggunakan sistem keramba jaring.
Mengingat lokasi perikanan budidaya di Kabupaten Pelalawan sebagian besar
dekat dengan sumber air sehingga membuat kegiatan budidaya tidak
terpengaruh oleh perubahan musim
Luas kolam pada tipe budidaya kolam (pond culture) bervariasi mulai
dari 10 m2 sampai 50 m2 . Sementara, luas keramba yang hanya dijumpai di
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pelalawan, dan Kecamatan
Langgam adalah 4x2x1,5 m per keramba.
Konstruksi kolam umumnya persegi panjang dengan pematang bersisi
tegak dan kedalaman rata-rata 1,5 meter. Kedalaman air kolam bervariasi
antara 0,8 sampai 1,2 meter. Sebagian kolam dilengkapi dengan saluran
pemasukan dan pembuangan sedangkan sebagian tidak memiliki saluran air,
hanya bersandarkan pada air hujan. Bahan yang digunakan untuk saluran
pemasukan dan pengeluaran adalah pipa paralon (PVC), baik pada tipe usaha
kolam dan tambak. Pada umumnya sumber air kolam berasal dari air pasang
yang dialirkan dari sungai dan anak sungai atau parit yang dibuat oleh
masyarakat. Hanya sebagian kecil sumber air kolam berasal dari air mata air
atau air hujan (kolam tadah hujan).
Total luas kolam yang ada di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2006
adalah seluas 207,85 Ha dengan total produksi 444,10 ton. Kolam terluas
terdapat di wilayah Kecamatan Pangkalan Kuras yaitu 52,55 Ha, kemudian
diikuti oleh Kecamatan Ukui, Pangkalan Kerinci, Bunut, Bandar Sei Kijang dan
Pangkalan Lesung, masing-masingnya adalah seluas 42,00 Ha, 25,60 Ha,
22,40 Ha, 12,20 Ha dan 10,40 Ha. Sementara, Kecamatan Langgam,
Pelalawan, Kerumutan, Teluk Meranti, Kuala Kampar dan Bandar Petalangan
II - 15 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan budidaya kolam yang terendah terdapat di Kecamatan Teluk Meranti yaitu
seluas 3,00 Ha.
Nelayan Tangkap
Masyarakat nelayan tangkap di Kabupaten Pelalawan terutama
terdapat di daerah yang dilalui sungai-sungai dan danau serta pesisir laut.
Persentase nelayan terbesar terdapat di Kecamatan Langgam, Pangkalan
Kerinci, Pangkalan Kuras, Pelalawan, dan Kerumutan untuk perairan umum,
sedangkan Teluk Meranti dan Kuala Kampar untuk perikanan laut.
Jumlah Rumah Tangga Perikanan adalah sebanyak 3.869 RTP yang
tersebar pada 12 kecamatan dengan jumlah nelayan terbanyak terdapat di
Kecamatan Langgam sebanyak 992 RTP (25,64%) dan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Bandar Sei Kijang sebanyak 78 RTP (2,02%).
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (dalam Perikanan Dalam
Angka 2008 Kabupaten Pelalawan), yang dimaksud dengan nilai 1 RTP adalah
adanya satu kepala rumah tangga yang bergerak di bidang perikanan, baik
perikanan Tangkap maupun Budidaya.
2.2.3. Pariwisata
Tempat wisata tersebar di hampir seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Kepulauan Meranti. Tidak hanya wisata alam, wisata kuliner,
wisata budaya dan wisata religi bisa kita temukan di Kepulauan Meranti.
Sebagai kabupaten yang terletak di Pesisir selat Melaka pemandangan senja
hari dan pagi hari sungguh menyejukkan mata. Ragam etnis yang ada
dengan seni dan budaya menambah kaya khasanah potensi wisata budaya
yang ada di Kepulauan Meranti.
a) Wisata Alam
Objek daya tarik wisata alam adalah kegiatan rekreasi, wisata yang
memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik yang
II - 16 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta
terhadap alam.
Potensi wisata alam yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pelalawan
diantaranya adalah :
• Taman Nasional teso Nilo
Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak
di provinsi Riau, Indonesia. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004
dan mempunyai luas sebesar 38.576 hektare.
Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan
Indragiri Hulu. Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku,
107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis
reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo.
Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi
tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah.
Sepotong jalan milik PT. Riau Andalas Pulp and Paper membelah taman
nasional ini. Dilaporkan bahwa pemerintah provinsi berencana untuk
memutus jalan ini agar mengurangi kegiatan pembalakan liar
• Bono Sungai kampar
Bono adalah gelombang atau ombak yang terjadi di Muara Sungai
Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia. Ombak Bono
Sungai Kampar merupakan suatu fenomena alam akibat adanya pertemuan
arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat pasang.
Biasanya ombak atau gelombang hanya terjadi di tepi pantai atau laut
ataupun danau yang luas akibat perubahan arus air dan angin. Ombak yang
berukuran cukup besar banyak dimanfaatkan untuk bermain selancar. Maka,
II - 17 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar
biasa.
Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit
air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember.
Bono ini sebenarnya terdapat di dua lokasi di Provinsi Riau yaitu di
Muara (Kuala) Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan di Muara (Kuala)
Sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hilir. Masyarakat setempat menyebut
Bono di Kuala Kampar sebagai BONO JANTAN karena lebih besar,
sedangkan Bono di Kuala Rokan sebagai BONO BETINA karena lebih kecil.
Menurut kepercayaan warga, gelombang bono yang ada di sungai
kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di daerah
Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapi-api. Bono di kuala kampar
tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa
disebut dengan induk Bono. Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke
Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke
selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak
ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono
ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai Kampar dan sungai
Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira bono berpacu
memudiki kedua sungai itu.
Muara Sungai Bono yang disebut penduduk sebagai KUALA KAMPAR
memiliki ombak Bono yang dapat mencapai ketinggian 6-10 meter terkandung
keadaan pada saat kejadian. Menurut cerita Melayu lama berjudul Sentadu
Gunung Laut), setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan
ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka. Hal ini dapat
masuk akal karena "mengendarai" Bono intinya adalah menjaga
keseimbangan badan, di luar masalah mistis.
Dahulu, karena masih ada sifat mistis di lokasi tersebut, maka untuk
mengendarai Bono harus dengan upacara "semah" yang dilakukan pagi atau
siang hari. Upacara dipimpin oleh BOMO atau Datuk atau tetua kampung
dengan maksud agar pengendara Bono selalu mendapat keselamatan dan
II - 18 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan yang berhubungan dengan gelombang Bono ini yaitu cerita tentang BANJIR
DARAH DI MEMPUSUN atau MEMPUSUN BERSIMBAH DARAH dan
terbentuknya Kerajaan Pelalawan 1822 Masehi.
Sekarang, masyarakat sekitar Kuala Kampar menganggap Bono
sebagai "sahabat alam". Penduduk yang berani akan "mengendarai" Bono
dengan sampan mereka tidak dengan menggunakan papan selancar pada
umumnya. Mengendarai sampan di atas ombak Bono menjadi suatu kegiatan
ketangkasan. Tetapi kegiatan ini memiliki risiko tinggi karena ketika salah
mengendarai sampan, maka sampan akan dapat dihempas oleh ombak
Bono, tak jarang yang sampannya hancur berkeping-keping.
Masyarakat sekitar memiliki cerita-cerita dongeng yang istimewa terkait
dengan adanya gelombang bono tersebut. Ada banyak cerita dan
kepercayaan dari masyarakat lokal yang menjadikan peristiwa alam yang
langka tersebut kian istimewa. Menurut cerita masyarakat Melayu lama,
ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering
menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar.
Ombak besar ini sangat menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk
melewatinya harus diadakan upacara semah seperti yang telah disebutkan di
atas. Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan
dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak
tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal
yang diputar balik dan tenggelam akibanya.
Menurut cerita masyarakat, dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7
(tujuh) ombak besar dari 7 hantu. Ketika pada masa penjajahan Belanda,
kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk
memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan
pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak
II - 19 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan dihancurkan Belanda sehingga ombak Bono besar hanya tersisa 6 ombak
dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar. Mengenai kapal
Belanda dan orang-orangnya tidak pernah diketemukan sampai sekarang.
Desa Teluk Meranti terletak di posisi 0.08.39,29 lintang Utara dan
102.33.48,50 bujur timur. Ombak Bono Sungai Kampar biasanya akan
membesar dan bisa dijadikan untuk kegiatan berselancar di lokasi sekitar
Pulau Muda, ataupun di Muara Sungai Serkap menuju ke Desa Teluk
Meranti.
Untuk menuju Lokasi Bono Sungai Kampar saat ini masih susah-susah
mudah karena untuk mendapatkan kendaraan umum belum banyak tersedia,
sehingga perlu menyewa mobil rental yang ada di Pangkalan Kerinci.
Lokasi Bono Sungai Kampar ini dari Pekanbaru dapat dicapai dengan
2 cara :
Jalan darat Pekanbaru - Pangkalan Kerinci - belok kiri di Simpang
Bunut - masuk ke jalan poros Bono - Desa Teluk Meranti
Jalan Air Kendaraan darat dari Pekanbaru - Pangkalan Kerinci - dari
Jembatan Pangkalan Kerinci dilanjutkan dengan menggunakan speed boat ke
Desa Teluk Meranti ataupun Desa Pulau Muda.
• Danau Tanjung Putus
Desa Kuala Terusan, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau,
tidak jauh dari tepian Sungai Kampar. Dari Desa Kuala Terusan dibutuhkan
waktu sekitar 25 menit dengan menyusuri Sungai Kampar arah ke hulu
b) Wisata Budaya
• Istana Sayap
Tempat Wisata Pelalawan yang merupakan peninggalan dari jaman
Kerajaan Pelalawan yang dimulai dengan didirikannya Kerajaan Pekantua di
Sungai Pekantua pada sekitar tahun 1380 M oleh Maharaja Indera
(1380-1420 M)
II - 20 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Tugu Ekuator
Dusun Tua, di pinggir jalan Lintas Timur Sumatera, sekitar 56 Km dari
Pangkalan Kerinci, Ibukota Pelalawan.
2.2.4. Pertambangan
Wilayah Kabupaten Pelalawan termasuk kedalam Cekungan Sumatra
tengah dan cekungan sumatera selatan merupakan cekungan sedimentasi
Tersier (Koning, drr., 1984) penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia.
Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan
cekungan belakang busur. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah
Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke
arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini
yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra
tengah dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah
barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah
dari Cekungan Sumatra utara. Cekungan Sumatera Tengah memiliki luas
diperkirakan mencapai 120.000 km2
Batu Bara
Mutu dari setiap endapan Batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (Batu bara muda) atau brown
coal (Batu bara coklat). Ini adalah Batu bara dengan jenis maturitas organik
rendah dibandingkan dengan Batu bara jenis lainnya, Batu bara muda agak
lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, Batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah Batu bara muda menjadi
Batu bara sub bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga Batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan
membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan
II - 21 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan antrasit. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Riau
(2003), endapan batu bara terdapat di Desa Segati Kecamatan Langgam
Kabupaten Pelalawan. Sumber daya hipotetik sebesar 15 juta ton. Nilai kalori
5.200-6.565 kkal/kg, kadar belerang 2.84% dan abu 13.4%. Batu bara
Kabupaten Pelalawan ditemukan di Daerah Kecamatan Pangkalan Lesung
dan Desa Sejati Kecamatan Langgam. Keterdapatannya berarah membujur
dari Barat ke Timur. Batu bara di daerah ini ditemukan pada formasi
Palembang, merupakan satu hamparan dengan formasi batu bara yang
ditemukan di daerah Cerenti dan sekitarnya.
Batu bara di Kabupaten Pelalawan tidak tebal hanya + 0.5 m. Dari
beberapa sumur penduduk masih ditemukan lapisan Batu bara dan dari
korelasi dengan daerah Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi tersebut dapat
diperkirakan tebal batu bara di daerah ini mencapai 3 m. Sebaran
horizontalnya sekitar 10.000 ha, tetapi sebagian besar (lebih dari 80%)
merupakan areal perkebunan sawit dan lahan kebun masyarakat). Batu bara
di daerah ini termasuk jenis batu bara muda berwarna coklat kehitaman
bersifat rapuh (mudah hancur).
Potensi Sumberdaya Lignit
Lignit atau batu bara muda coklat adalah batu bara yang sangat lunak dengan kadar air 35% - 75% dari beratnya. Batu bara muda memiliki tingkat
kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah sehingga
kandungan energinya pun rendah. Di lokasi telitian, batu bara jenis ini yang
dicirikan dengan kandungan kalori sedang yakni di bawah enam ribu kalori
per gram dijumpai di tiga desa yang ada di dua kecamatan yakni di Desa
Mayang Sari dan Sari Mulya Kecamatan Pangkalan Lesung serta batu bara di
Desa Langgam Kecamatan Langgam dengan total kandungan potensi
sebesar 32.854.330 ton.
Untuk saat ini batu bara jenis lignit ini belum bisa direkomendasikan
untuk dieksploitasi. Hal ini terkait dengan strategi pemanfaatan sumberdaya
II - 22 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Kondisi Batubara Di Kecamatan Pelalawan
1. Luas daerah penyelidikan berdasarkan surat Bupati Pelalawan adalah
seluruh Kabupaten Pelalawan kurang lebih 400.000 ha lebih, tetapi lebih
difokuskan di daerah PT ARIANTINI PUTRI seluas ± 101.000 ha
2. Wilayah Kabupaten Pelalawan sebagian besar tersusun oleh endapan
kuarter, formasi Palembang atas, Palembang Tengah, dan Palembang
bawah, yang sebagian besar lithologinya adalah batupasir kwarsa,
batupasir lempungan, dan batu lempung.
3. Endapan bahan galian batubara berupa lapisan yang tidak menerus,
hanya berupa lensa-lensa saja dan masih berwarna coklat.
4. Keadaan daerah tempat lokasi sebaran endapan batubara sebagian besar
berupa hutan HTI akasia, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet,
sebagian kecil berupa hutan alam yang merupakan bagian dari kawasan
Konservasi Gajah Tesso Nilo (WWF) dan sebagian dimanfaatkan untuk
areal peladangan masyarakat / daerah transmigrasi.
5. Parameter hasil analisa sample Batubara SP-02 dan SP-05 adalah
sebagai berikut:
• Total Moisture (ar) = 52,2% - 57,4%
• Inherent Moisture (adb) = 10,1% - 14,6%
• Ash Content (adb) = 1,3%
• Volatil Matter (adb) = 40,4% - 47,2%
• Fixed Carbon = 41,4% - 43,7%
• Total Sulfur (adb) = 0,20% - 2,62%
• Gross Calorific Value (adb) = 4936 - 5630 Kcal/Kg
• Hardgrove Index = 49 – 54
2.2.5. Potensi Gambut
Morfologi endapan gambut di daerah inventarisasi, secara umum
merupakan pedataran dan sedikit tinggian yang berawa dengan pola aliran
sungai yang sedikit berkelok pada bagian hulu dan bermeander pada bagian
hilir dengan ciri khas airnya yang berwarna cokelat kehitaman, yang umum
II - 23 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan topografi endapan gambut berkisar dari 8,5 meter sampai 12 meter dari
permukaan laut, yang ditumbuhi oleh tanaman rawa berupa semak dan
pandan air, sedangkan pada daerah tinggian ditumbuhi tanaman perdu dan
hutan kayu. Sebagian dari daerah tersebut yang bergambut tipis telah
dimanfaatkan penduduk sebagai lahan bercocok tanam dan perkebunan
kelapa sawit Prospek pemanfaatan dan pengembangan endapan gambut,
dan mengingat sebaran lahan gambut yang sangat luas di daerah ini, maka
pemanfaatan lahan gambut tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok
zona daerah berdasarkan ketebalannya, yaitu :
Kelompok pertama, daerah lahan gambut yang mempunjai ketebalan
gambut kurang dari 1 meter, disarankan dapat digunakan sebagai lahan
pemukiman penduduk dan persawahan, karena daerah ini sebagian besar
terdiri dari endapan alluvial dan gambut tipis. Pembuatan bangunan di daerah
ini akan lebih stabil bila dibandingkan dengan daerah lainnya, dan
persawahan akan lebih baik karena mengandung nutrisi yang cukup.
Kelompok kedua, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambut
berkisar dari 1 meter hingga 2 meter, disarankan dapat digunakan sebagai
lahan perkebunan, terutama tanaman keras seperti kelapa sawit, karet dan
kayu-kayuan lainnya, karena akar tanaman keras tersebut masih bisa
mencapai pada lapisan sedimen yang berada dibawah lapisan gambut bila
sistem pengairannya baik.
Kelompok ketiga, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambut
lebih dari 2 meter dan posisinya berada diatas muka air laut, disarankan
dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, sebagai bahan baku energi industri
yang berupa briket dan sebagainya, karena menurut hasil analisis
megaskopis gambut di daerah ini adalah baik untuk bahan baku energi,
disarankan pula bila ketinggian gambut dibawah atau sama dengan
permukaan air tanah, sebaiknya lahan gambut ini baik untuk konservasi alam
guna menjaga ekosistem lingkungan air tanah dan sebagainya Kegunaan
II - 24 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan bakar dan bahan dasar industri. Sebagai bahan bakar bisa berupa sod peat
dan milled peat, yang kemudian dapat dikembangkan lagi menjadi briquettes,
pellets, gas dan lainnya. Bahan bakar ini dapat digunakan untuk industri
seperti pembangkit tenaga listrik, semen, keramik, gelas atau dipakai untuk
keperluan rumah tangga. Sebagai bahan dasar industri, gambut dapat
menghasilkan bahan-bahan tertentu setelah mengalami proses tertentu pula,
seperti untuk lumpur pemboran, pelarut plastik, karbon aktip yang berporosity
tinggi, macammacam gas, lilin, bahan penyerap (air, protein, sulfat dan
pewarna), bila ditambah sodium sulfat dapat menyerap logam berat (Air
raksa, Pb, Cd), dengan menambah unsur tertentu gambut dapat dipakai
sebagai pupuk, dan serat-serat gambut dapat dipakai sebagai boart.
Prioritas kegunaan gambut di daerah tersebut, untuk tahap pertama,
gambut dapat dipergunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan pembuat
uap air yang diperlukan oleh perusahaan minyak guna
meningkatkan/merangsang produksi minyak bagi sumur minyak yang kurang
produktip (secondary recovery).
Untuk tahap kedua, gambut dikembangkan sebagai bahan bakar
berbentuk briquettes dan pellets yang diharapkan dapat dijual atau dieksport
keluar daerah tersebut.
Untuk tahap ketiga, yaitu mengubah gambut menjadi bahan keperluan
industri dan sebagainya. Prospek pemanfaatan gambut yang diharapkan yaitu
dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik, karena selain dapat menunjang
pembangunan daerah setempat, juga dapat menumbuhkan industri-industri
baru dan akhirnya minat investor semakin banyak.
2.2.6. Potensi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam penyumbang
devisa bagi negara dan pendapatan asli daerah yang cukup besar,
terlebih-lebih di Provinsi Riau, sumber daya alam ini merupakan penyumbang kas
negara yang besar. Di Provinsi Riau sumber daya alam ini tersebar di
II - 25 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Pelalawan, yakni yang terdapat di Kecamatan Kerumutan dan Kecamatan
Ukui.
Lapangan-lapangan minyak di Cekungan Sumatera Tengah secara
umum berlokasi di sekitar struktur lipatan antiklin (Hasan, drr., 1972).
Kebanyakan struktur-struktur tersebut berkaitan dengan pergerakan dasar
cekungan pada kala Miosen (Roezin, 1974). Reservoar utama adalah batu
pasir sistem delta yang merupakan penyusun dominan dari Formasi Sihapas
dimana minyak-minyak tersebut terjebak pada Formasi Telisa yang
didominasi oleh batulumpur. Hidrokarbon telah diproduksi dari 60 lapangan
yang ada di Cekungan ini, hingga tahun 1996 telah diproduksi 16 milyar barrel
(Katz, drr., 1997), kemudian di tahun 2002-2003 total cadangan hidrokarbon
di Indonesia adalah 9.7 miliarbarel. Sedangkan daerah Riau (termasuk
Pelalawan) dengan Cekungan Sumatra Tengah mempunyai total cadangan
minyak sebesar
2.2.7. Potensi gas Bumi
Potensi gas alam di Kabupaten Pelalawan belum dieksploitasi secara
total. Berdasarkan data eksplorasi terakhir, terdapat 6 titik sumur gas dengan
sumber gas sebesar 300 BCF yang mana dapat menghasilkan 50 MMCF per
hari. Lokasi sumber gas alam potensial di Kabupaten Pelalawan adalah
sebagai berikut:
• Lokasi seng di Muara Sako, Kecamatan Langgam. • Lokasi perak di SP.VII, Kecamatan Pelalawan. • Lokasi Kerinci Barat di Pangkalan Kerinci.
• Lokasi Segat 1C di Segati, Kecamatan Langgam. • Lokasi Segat 2 di Segati, Kecamatan Langgam. • Lokasi Platina di Kecamatan Langgam.
II - 26 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan menurut data statistik Tahun
Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan tahun 2014 adalah 387.114 jiwa.
Terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 198.747 jiwa dan perempuan
188.367 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan dengan penduduk terbanyak ada
di Pangkalan Kerinci yaitu 102.926 jiwa dan terendah di Bandar Petalangan
13.902 jiwa.
Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk Per Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Tahun 2014
Sumber : Kabupaten Pelalawan Dalam Angka Tahun 2015
Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan rata-rata penambahan
penduduk pada satu wilayah dan periode tertentu. Laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Pelalawan cukup tinggi sebesar 6,71 persen. Tingginya
angka pertumbuhan penduduk ini selain dikarenakan tingkat kelahiran yang
tinggi juga karena tingginya jumlah pendatang dari luar wilayah Pelalawan
terkait dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan dan
II - 27 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Sex ratio merupakan ukuran yang menggambarkan perbandingan
jumlah penduduk lakilaki terhadap penduduk perempuan, biasanya
dinyatakan dengan jumlah penduduk laki-laki untuk 100 penduduk
perempuan. Ukuran ini bermanfaat untuk mengetahui konsistensi jenis
kelamin dan adanya pengaruh migrasi atau wilayah pemukiman dengan
karakteristik tertentu. Sex Ratio Kabupaten Pelalawan di tahun 2014 adalah
106. Ini menandakan jumlah penduduk laki-laki lebih dominan dibandingkan
perempuan.
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Laki-laki dan perempuan Kabupaten
Pelalawan Tahun 2002-2014
Tahun Laki-laki Perempuan Total
2000 83.804 75.364 159.168 Sumber : Kabupaten Pelalawan Dalam Angka Tahun 2015
Kepadatan penduduk menunjukkan perbandingan jumlah penduduk
dengan luas wilayah. Secara umum tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Pelalawan 28 jiwa per km².Kecamatan dengan tingkat kepadatan
tertinggi adalah Kecamatan Pangkalan Kerinci 523 jiwa per km².Sedangkan
kepadatan terendah di Kecamatan Teluk Meranti, 4 jiwa per km². Pesebaran
penduduk di Kabupaten Pelalawan penjadi tantangan dalam penyedeian
II - 28 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Tabel 2. 4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut kecamatan tahun 2014
Pangkalan Kerinci 193,56 102.926 532
Bandar Sei Kijang 319,41 28.725 90
Sumber : Kabupaten Pelalawan Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
tantangan penduduk miskin cukup berat. Sebagaimana dapat dilihat dari tabel
diatas bahwa jumlah Kepala Keluarga (KK) miskin mengalami perubahan dari
tahun ke tahun.
II - 29 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Data proyeksi penduduk merupakan data BPS yang dihitung
berdasarkan data sensus penduduk. Data Proyeksi penduduk ini dikeluarkan
oleh BPS pada tahun 2013 dengan memanfaatkan data tren pertumbuhan
penduduk masing-masing kabupaten/kota sejak tahun 2000. Metode estimasi
menggunakan metode geometrik .
Tabel 2. 6 Proyeksi Penduduk Kabupaten Pelalawan Tahun 2015-2019
Tahun Proyeksi Penduduk 2015 396.690
2016 417.498
2017 438.788
2018 460.780
2019 483.622
2020 507.074
BPS Povinsi Riau Tahun 2015
Tabel 2. 7 Proyeksi Penduduk Perkotaan menurut Kabupaten Pelalawan 2015-2019
Tahun Presentase penduduk perkotaan 2015 22,42
2016 22,52
2017 22,62
2018 22,72
2019 22,82
2020 22,92
II - 30 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan suatu daerah adalah perkembangan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang merupakan refleksi tingkat pertumbuhan ekonomi,
disamping inflasi dan tingkat pengangguran.
yah baik secara agregat maupun menurut lapangan usaha/sektoral
dapat dihitung melalui angka PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 tercatat 6,08 persen
sedangkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,55 persen.
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pelalawan Atas Dasar Harga Konstan (2010=100) Menurut Kategori Lapangan Usaha
Tahun 2014
Lapangan Usaha Laju
Pertumbuhan
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,25 B Pertambangan dan Penggalian 3,28 C Industri Pengolahan 6,63 D Pengadaan Listrik dan Gas 9,49 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,22 F Konstruksi/Construction 9,77 9,77 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,71 H Transportasi dan Pergudangan 7,86 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,05 J Informasi dan Komunikasi 7,60 K Jasa Keuangan dan Asuransi -0,25
L Real Estat 9,46
M, N Jasa Perusahaan 7,84 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,11
P Jasa Pendidikan 8,53
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,05 R, S, T, U Jasa lainnya 10,03
II - 31 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Sektor industri merupakan sektor yang berhubungan erat dengan
sektor pertanian dan sektor perdagangan. Di Kabupaten Kepulauan Meranti
sektor indutri didominasi oleh indutri pengolahan biji kelapa sawit atau CPO.
Terdapat lebih dari 29 perusahaan pengolahan kelapa sawit di kabupaten ini.
Perusahaan ini hampir menyebar di setiap kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Meranti. Untuk indutri rumah tangga, jenis indutri kayu paling
mendominasi sekitar 23,82% kemudian industri makanan dan minuman
18,45% serta indutri gerabah/keramik/batu sekitar 16,99%. Industri yang
paling sedikit adalah industri anyaman dan industri kain/tenun.
2.4.2. Data Pendapatan per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin
Terdapat dalam temuan hitungan data BPS terakhir tahun 2013 lalu,
penduduk Miskin Kabupaten Pelalawan sebanyak 12 persen dari total jumlah
penduduk keseluruhan 367,724 ribu jiwa. Kalau di kalkulasi jumlahnya 44,127
ribu jiwa rakyat miskin dengan penghasilan perkapita hanya Rp 4,29,452
Ribu. Kalau pendapatan masyarakat di bawa Rp 1 juta perbulannya, maka
angka kemiskinan didaerah Pelalawan ini bisa sampai tiga kali lipat dari 12
persen tersebut
2.4.3. Data Kondisi Lingkungan Strategis
2.4.3.1 Topografi
Secara umum bentang alam di Kabupaten Pelalawan merupakan daerah
landai atau dataran rendah, perbukitan dan daerah berawa-rawa. Dataran
rendah ini membentang ke arah timur mencakup wilayah seluas ± 1.092.933
ha atau sekitar 87,50% dari total luas wilayah Kabupaten Pelalawan
(±1.325.670 ha).
Wilayah-wilayah yang berada pada ketinggian lokasi antara 0 - 10 meter di
atas permukaan laut (dpl) seluas ± 862.583 ha atau sekitar 69,06% dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Pelalawan, meliputi sebagian besar wilayah
II - 32 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar dan muara Sungai Kampar. Sebagian
wilayah lainnya tersebar di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci,
Pangkalan Kuras, Ukui, Pelalawan, Bunut dan Kerumutan. Wilayah dataran
rendah ini sebagian besar ditutupi oleh vegetasi hutan dan tanah gambut
yang berawa- rawa. Di Kecamatan Teluk Meranti terdapat rawa yang cukup
luas yaitu Rawa Sebelung, Rawa Kutup dan Rawa Serkap yang selalu
tergenang air. Dataran rendah di Teluk Meranti dan Kuala Kampar umumnya
dipengaruhi oleh pasang-surut air Sungai Kampar, merupakan daerah
bertanah gambut dan rawa-rawa serta sewaktu-waktu tergenang banjir.
Secara fisik sebagian besar wilayah ini merupakan daerah konservasi dengan
karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan tanah
organik, air tanahnya payau (berasa agak asin), kelembaban dan temperatur
udara agak tinggi.
Wilayah yang berada pada ketinggian lokasi antara 10 - 25 meter dpl tersebar
di wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci, Langgam, Pangkalan Lesung dan
sebagian di wilayah Kecamatan Pelalawan dan Kerumutan. Luas total wilayah
pada ketinggian lokasi tersebut sekitar 66.049 ha atau ± 5,29% dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Pelalawan.
Wilayah cukup luas yang berada pada ketinggian lokasi antara 25 - 100 m dpl
terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Ukui,
Pangkalan Lesung dan Kerumutan. Luas wilayah yang berada pada
ketinggian lokasi ini adalah: ± 164.301 ha (sekitar 13,15% dari seluruh luas
wilayah Kabupaten Pelalawan). Wilayah ini dicirikan oleh kondisi air
permukaan yang mengalir cukup lancar serta kondisi air tanah yang cukup
baik.
Wilayah dengan ketinggian lokasi antara 100-500 meter dpl berada di wilayah
Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras dan Ukui dengan total luas wilayah
sebaran ± 156.108 ha atau sekitar 12,49% dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Pelalawan. Wilayah ini mempunyai morfologi lahan yang
bergelombang sampai agak berbukit, agak sulit untuk pertanian tanaman
II - 33 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan kering dan sangat berpengaruh pula terhadap penyediaan sumber air baku
berupa sumur dangkal, karena pada musim kemarau sumur-sumur
masyarakat selalu kering, dan juga terhadap system perpipaan juga
mengalami kesulitan dalam distribusi air ke rumah-rumah karena sulit
menggunakan system gravitasi karena berpengaruh terhadap tekanan selain
itu juga dalam penataan drainase juga mengalami kesulitan terutama dalam
penentuan arah aliran buangan akhir. Wilayah terluas dengan ketinggian
lokasi ini terdapat di Kecamatan Pangkalan Kuras, yaitu ± 89.561 ha atau
sekitar 7,17% dari luas total wilayah Kabupaten Pelalawan.
II - 34 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Tabel 2.9
Luas Wilayah Menurut Ketinggian Lokasi Di Kabupaten Pelalawan
No Kecamatan
Ketinggian Lokasi Di atas Permukaan Laut (d.p.l)
Jumlah 862.583 66.049 164.301 156.301 1.325.670
Berdasarkan data yang lain dapat dijelaskan bahwa wilayah Kabupaten
Pelalawan merupakan lahan dengan morfologi yang datar/landai,
bergelombang sampai agak berbukit. Berdasarkan peta rupa bumi dengan
skala 1: 50.000 dari Bakosurtanal tahun 1984, proporsi kemiringan lahan di
wilayah kabupaten ini adalah sebagai berikut:
• Kemiringan lahan antara 0 - 2 % meliputi wilayah seluas 901.063 ha atau 72,14% dari total luas lahan Kabupaten Pelalawan (1.325.670 ha).
Sebagian besar satuan morfologi lahan ini terletak di bagian timur wilayah
kabupaten seperti di Kecamatan Teluk Meranti, Kuala Kampar dan
Pelalawan. Wilayah-wilayah ini pada umumnya merupakan satuan morfologi
lahan yang relatif datar dan terdapat rawa-rawa yang selalu basah atau
tergenang seperti Rawa Sebelung, Rawa Kutup dan Rawa Besar Serkap.
Sebagian kecil tersebar di wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pangkalan
II - 35 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
• Kemiringan lahan antara 2 - 15% mencakup wilayah seluas ± 240.684 ha atau sekitar 19,27% dari total luas lahan Kabupaten Pelalawan (1.325.670
ha) yang sebagian besar terletak di wilayah Kecamatan Bunut dan sebagian
kecil terdapat di Kecamatan Langgam, Kerumutan, Pangkalan Kerinci,
Pangkalan Kuras, Ukui, Pangkalan Lesung dan Pelalawan. Wilayah-wilayah
ini pada umumnya memiliki morfologi lahan sedikit bergelombang dengan
banyak sungai kecil yang berpola dendritik dibagian lembahnya. Air tanah
dalam terdapat cukup dalam dan sukar dicapai dan lapisan tanah pucuk
(topsoil) yang bersifat relatif dangkal.
• Kemiringan lahan antara 15 - 40% meliputi wilayah seluas 107.296 ha atau sekitar 8,59% dari total luas lahan di Kabupaten Pelalawan (1.325.670
ha). Sebagian besar kemiringan lahan tersebut berada di Kecamatan
Langgam dan Pangkalan Kuras serta sebagian kecil lainnya tersebar di
wilayah Pangkalan Kerinci, Ukui, Pangkalan Lesung,
II - 36 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Tabel 2.10 Luas Wilayah Menurut Kemiringan Lahan (%) Di Kabupaten Pelalawan
No Kecamatan
Kemiringan Lokasi Di atas Permukaan Laut (%)
Jumlah 966.840 215.650 105.851 1.325.670
.2.4.3.2 Geologi
Berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan Siak Sri Indrapura
skala 1 : 250.000 (MCG. Clark dkk., 1982) yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung, keadaan geologi
wilayah Kabupaten Pelalawan tersusun oleh endapan gunung api yang
berasal dari gunung api kuarter tua dan gunung api kuarter muda. Curah
hujan, temperatur dan kelembaban udara yang tinggi di wilayah Kabupaten
Pelalawan sangat berpengaruh terhadap tingkat pelapukan batuan, baik fisik
maupun kimiawi sebagai konsekuensi telah mengalami pelapukan lanjut.
Secara umum, fisiografi di wilayah Kabupaten Pelalawan dikelompokkan
dalam 4 (empat) jenis endapan batuan, yaitu: endapan Aluvial Tua, Aluvial
Muda, Formasi Minas dan Formasi Petani. Endapan Aluvial Tua dan Aluvial
Muda menempati wilayah yang terluas sampai berbatasan dengan endapan
nitrogen (Formasi Minas dan Formasi Petani). Endapan aluvial ini tersebar di
II - 37 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan (Kecamatan Kuala Kampar, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan, Pangkalan
Kuras, Pangkalan Lesung dan Ukui).
Batuan sedimen ini berumur Pleistosen Atas dan Kuarter Holosen yang terjadi
secara terus menerus sampai sekarang. Secara litologi endapan Aluvial Tua
ini terdiri atas; lempung, kerikil, sisa-sisa tumbuhan dan rawa gambut yang
ketebalannya dapat mencapai lebih dari 8 meter, sedangkan endapan Aluvial
Muda terdiri atas kerikil, pasir dan lempung. Stratigrafi daerah Pelalawan
berdasarkan crossection, yang menunjukkan umur batuan dari tua ke muda
adalah batu pasir konglomeratan, batu lanau, batu lumpur, batu lumpur yang
mengandung karbonan dan sebagai penutup atas berupa aluvial kerikil pasir
lempungan.
Endapan Formasi Minas berada di bawah endapan aluvial. Ketebalannya
dapat mencapai 100 meter. Penyebarannya secara lateral yang tampak di
permukaan meliputi perbukitan bergelombang di utara dan selatan Sungai
Kampar. Berumur Pleistosen, diendapkan dalam lingkungan fluviatil. Endapan
ini terdiri dari lumpur tak terkonsolidasi, pasir dan kerikil. Sebaran terluas
endapan ini berada di Kecamatan Langgam dan Pangkalan Kuras serta
sebagian kecil tersebar di Kecamatan Bunut, Ukui, Pelalawan dan Pangkalan
Lesung. Formasi Petani berumur Miosen Tengah sampai Pleiosen Atas,
diendapkan dalam lingkungan lalit, buka pada bagian bawah sampai
sub-litoral dan paralik di bagian atas. Endapan ini terdiri dari serpih abu-abu
kehijauan dengan sisipan batu pasir dan batu lanau - batubara coklat, batu
lempung batu lempung dan batu lanau karbonatan terbioturbasi, batu
lempung hitam dan merah, batu lempung dan batu gamping. Batuan sedimen
ini hanya tersebar relatif luas di wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan
Kuras, Ukui dan Bunut. Untuk lebih jelasnya wilayah sebaran kondisi geologi
yang dirinci untuk masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten
II - 38 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan
Gambar 2.5 Peta Kondisi Geologi Kabupaten Pelalawan
Struktur pelapisan batuan di wilayah Kabupaten Pelalawan terutama dikontrol
oleh litologi endapan aluvial dengan kemiringan lapisan relatif datar. Secara
lokal tidak terdapat struktur geologi yang cukup berarti. Struktur patahan yang
terdekat terdapat pada jarak ± 15 km (dari Pangkalan Kerinci) ke arah utara
berupa antiklinal yang berarah sumbu barat laut - tenggara, memanjang dari
Lubuk Dalam sampai Sialang Muda (di Kabupaten Siak) sejauh ± 20 km.
2.4.3.3 Klimatologi
Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Pelalawan berkisar antara 24,5 -
29,4 °C. Selama periode lima tahun (1994 - 1998) temperatur udara tertinggi
terjadi pada bulan April yaitu sebesar 34,70 °C, sedangkan temperatur udara
terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 18,90 °C. Tingginya temperatur udara
II - 39 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan akan tetapi secara umum tidak mempengaruhi kondisi iklim di wilayah ini.
Kelembaban udara berkisar antara 81% - 84%.
Iklim di Kabupaten Pelalawan dipengaruhi oleh angin musim. Bulan
November sampai Maret, pada umumnya angin bertiup dari arah utara dan
timur laut. Pada bulan April sampai Oktober angin berbalik arah yaitu bertiup
mulai dari selatan - barat daya, selatan sampai tenggara. Kecepatan angin
rata-rata berkisar 5 knot (2,5 m/detik). Dari arah timur laut, angin laut bertiup
ke arah Pulau Sumatera membawa udara yang mengandung uap air,
sebagian turun sebagai hujan di daerah Siak dan sebagian lain turun di
daerah Pelalawan. Dari arah barat dan barat daya, angin yang mengandung
uap air bertiup dari laut ke arah daratan Pulau Sumatera, naik ke pegunungan
(Bukit Barisan) dan sebagian hujan akan turun disini sebagai hujan orografik,
sehingga angin yang bertiup kedua arah tersebut setelah melewati Bukit
Barisan akan kehilangan kadar air dan kelembabannya. Untuk lebih jelasnya
sebaran klimatologi dapat dilihat pada Peta kimatologi Kabupaten Pelalawan
dapat dilihat pada Gambar II.6 berikut ini.
Berdasarkan Data Subdin Surapada Provinsi Riau Tahun 2007 (Stasiun
Buatan) jumlah curah hujan di wilayah Kabupaten Pelalawan rata-rata
berkisar antara 2.000 - 3.000 mm pertahun serta jarang terjadi bulan-bulan
kering, dengan jumlah hari hujan antara 71 - 140 pertahun. Jumlah hari hujan
bulanan terbanyak pada bulan Desember yaitu 29 hari, sedangkan yang
paling sedikit pada bulan Juni yaitu sebanyak 5 hari. Musim hujan pada
umumnya berlangsung dari bulan September sampai April, sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan Juni - Juli. Berdasarkan tipe curah hujan menurut
sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah Kabupaten Pelalawan
termasuk tipe Iklim A (sangat basah) dengan jumlah bulan basah (curah
hujan > 100 mm dalam satu bulan) lebih dari 11 (sebelas) bulan dan bulan
kering (curah hujan < 60 mm dalam satu bulan) kurang dari 1 (satu) bulan.
Berdasarkan sistem klasifikasi Koppen, iklim di wilayah kabupaten ini
termasuk tipe Iklim Af (tropika basah). Tipe iklim ini bercirikan daerah
II - 40 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan lebih besar atau sama dengan 18 °C. Tidak ada bulan terkering dengan
presipitasi rata-rata kurang dari 60 mm.
Gambar 2.6
Peta Kondisi Klimatologi Kabupaten Pelalawan
2.4.3.4 Hidrologi
Secara umum orientasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar adalah dari arah
barat daya ke timur laut dengan bentuk memanjang. Total luas DAS Sungai
Kampar sekitar 2.186.000 ha. Sungai Kampar mengalir mulai dari lereng
bagian timur pegunungan Bukit Barisan di Provinsi Sumatera Barat (±150 km
ke arah Barat-Barat Daya Kota Pekanbaru) ke arah timur melewati wilayah
II - 41 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pelalawan Malaka. Di bagian hulu Sungai Kampar bercabang dua yaitu: Sungai Kampar
Kanan dan Sungai Kampar Kiri sebelum akhinya menyatu ke Sungai Kampar
pada titik lokasi sekitar 5 km sebelah barat Desa Langgam.
Berdasarkan pengamatan terhadap peta topografi dan rupa bumi, DAS
Kampar mencakup 12 sub DAS, yaitu: sub-DAS Kampar Kanan, Kampar Kiri,
Segati, Nilo, Kiyap, Telayap, Pelalawan, Tosam, Kutup, Kerumutan dan
Serkap. Sungai Kampar menunjukkan morfologi sungai tua dengan pola
aliran sungai dentritik dan bentuk aliran sungai secara alamiah adalah
meandering dengan meninggalkan bentuk-bentuk oxbow lake di beberapa
tempat.
Gambar 2.7 DAS Kampar di Kabupaten Pelalawan
Sungai Kampar merupakan sungai yang mengalir di dataran rendah.
Sungai-sungai semacam ini memiliki energi aliran yang rendah, sehingga
kecepatan alirannya tidak cukup untuk membawa partikel sedimen ke arah
lebih hilir. Daya transportasi partikel telah hilang cukup banyak, sehingga
lebih banyak terjadi sedimentasi atau pengendapan. Hal inilah yang
menyebabkan Sungai Kampar cepat mengalami pendangkalan akibat
tumpukan sedimen. Keadaan ini mencerminkan daerah tersebut pada
saat-saat tertentu mengalami banjir yang meluap sampai jauh melewati garis tepi
sungai. Pada waktu banjir surut kembali, sebagian luapan air yang mencapai
daratan tertahan menjadi genangan-genangan yang tertinggal pada cekungan
di belakang garis tepi sungai. Daerah cekungan yang selalu basah tersebut,