• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah diberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab, maka Retribusi Daerah khususnya Retribusi Terminal merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah untuk memantapkan Otonomi Daerah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Retribusi Terminal.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215);

3. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

4. Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

(2)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 03).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KUTAI BARAT dan

BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG RETRIBUSI TERMINAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat;

6. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat; 7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Kutai Barat;

8. Bendaharawan Khusus Penerima untuk selanjutnya disingkat BKP, adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat;

9. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum;

11. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan milik negara atau daerah denan nama dan dalama bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya;

12. Terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi;

(3)

13.

Retribusi Terminal yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan barang umum, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah;

14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

15.

Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memamfaatkan jasa pelayanan fasilitas pasar ;

16. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melapor data obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah;

17. Surat ketetapan Retribusi Daerah , yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah yang menentukan retribusi yang trehutang; 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah kurang bayar tambahan yang selanjutnya disingkat

SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah lebih bayar selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang;

20. Surat Tagihan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

21. Surat keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD,SKRDKBT,SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi;

22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiata mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan dalam kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah;

23. nyidik tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai Negara sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama retribusi terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan bermotor penumpang dan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah penggunaan jasa fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah dilingkungan terminal yang meliputi :

a.

Penyediaan tempat parkir kendaraan bermotor penumpang dan barang ; b. Penyediaan tempat kegiatan usaha;

c.

Fasilitas lainnya dilingkungan terminal.

(2) Obyek retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini meliputi : a. Tempat parkir kendaraan bermotor penumpang dan barang untuk :

1.

Sepeda Motor;

2.

Mobil Station;

3.

Mobil Pick Up;

(4)

5.

Truk Gandeng;

6.

Truk Bukan Kandeng;

7.

Kendaraan Angkutan barang boks. b. Penyediaan tempat kegiatan usaha :

1.

Kios, Kantin, Pertokoan;

2.

Kios Telepon Umum.

c. Fasilitas dilingkungan terminal lainnya :

1.

Jasa pelayanan kamar kecil;

2.

Jasa Pelayanan Kamar Mandi;

3.

Jasa Pelayanan Tempat Istirahat;

4.

Jasa Ruang Tunggu;

5.

Jasa Pelayanan kebersihan.

(3)

Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang dikelola oleh perusahaan daerah dan pihak swasta.

Pasal 4

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan penyediaan fasilitas terminal.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Terminal digolongkan sebagaimana retribusi jasa usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan, frekuensi dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan dan tarif Retribusi Terminal didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya pengadaan fasilitas tempat parkir didalam lingkungan terminal yang disediakan dan dikuasai oleh Pemerintah Daerah;

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyusutan/pemeliharaan dan biaya operasional pelayanan didalam lingkungan terminal.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis jasa pelayanan/fasilitas dan jenis kendaraan ;

(2) Strukur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

(5)

Penyediaan tempat parkir kendaraan bermotor penumpang dan barang

.a Sepeda Motor

.b Mobil Station

.c Mobil Pick Up

.d Bis Menginap

.e Bis antar kota

.f Truk Gandeng

.g Truk Bukan

Gandeng

.h Truk Barang Boks

.i Truck menginap 1.000/sekali masuk 2.000/sekali masuk 2.000/sekali masuk 10.000/sekali masuk 5.000/sekali masuk 10.000/sekali masuk 7.000/sekali masuk 7.000/sekali masuk 10.000/sekali inap Penyediaan Tempat kegiatan

usaha Biaya kebersihan pengguna tempat usaha berupa toko, kios, kantin dan los.

1.000/ sehari

Penyediaan fasilitas lainnya a. Kamar kecil - Buang Air Kecil - Buang Air Besar - Mandi

b. Jasa Ruang Tunggu

1.000/sekali masuk/orang 2.000/sekali masuk/orang 2.000/sekali mandi/orang 500/orang/sekali Masuk BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi yang terhitung dipungut wilayah daerah tempat penyediaan pelayanan fasilitas terminal diberikan.

BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal 10

Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati.

Pasal 11

Saat retribusi terhutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 12

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan SKRDKBT ;

(6)

(3) Bentuk jenis ini dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

BAB X

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan ;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 15

(1) Pembayaran retribusi yang terhutang wajib dilunasi sekaligus ;

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 16

(1) Retribusi terhutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(2) Penagihan retribusi melalui BPUPLN dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 17

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana di maksud dalam ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi ;

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XV

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 18

(7)

(1) Penagihan Retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi;

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;

b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVII

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA Pasal 19

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapus;

(2) Bupati menetapkan keputusan pengahapusan piutang retribusi daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

BAB XVIII PENGAWASAN

Pasal 20

Bupati menunjuk Pejabat untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan daerah ini.

BAB XIX KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau dengan setinggi-tingginya 4 (empat) kali retribusi terhutang;

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XX PENYIDIKAN

Pasal 22

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilakukan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar Keterangan atau laporan tersebut menjadi singkat dan jelas;

b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang di lakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tresebut;

(8)

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang di bawa sebagaimana di maksud dalam hurup e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. Memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan di periksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidang di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat di pertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)memberitahukan di mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyan kepada penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam Undang Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 15 Tahun 2002 dinyatakan dicabut dan tidak Berlaku lagi.

Pasal 24

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 28

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007

BUPATI KUTAI BARAT, ttd

ISMAIL THOMAS

Diundangkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT,

ttd

YAHYA MARTHAN

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Jika di dalam suatu graph G terdapat lintasan yang tunggal di antara setiap dua verteks berbeda, maka G adalah pohon... Bukti

Tugas kelompok dapat juga diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitikberatkan pada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok

Kolektibilitas kurang lancar : kredit digolongkan kurang lancar, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunianya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Penelitian Putusan Hakim Dalam Perkara Illegal

Penelitian ini dilakukan selama 23 hari untuk perendaman lempeng nilon termoplastik ke dalam kelompok kontrol akuades dan kelompok perlakuan yang direndam

Terdapat beberapa indikator untuk mengukur sejauh apa kinerja seorang karyawan ( make up artist ), seperti menurut Hasibuan (2009:95) mengemukakan bahwa

Kedua kompetensi sumber daya manusia berpengaruh secara signifikan terhadap nilai informasi pelaporan keuangan entitas akuntansi pemerintah daerah.Persepsi pegawai

Sumber Es Makmur juga memiliki Tujuan yaitu untuk menjadikan satu-satunya perusahaan yang menghadirkan kembali kenangan tempo dulu dengan produk unggulan es lilin