DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA
TAHUN 2 0 0 7 /2 0 0 8
S K R I P S I
D iajukan U ntuk M em en u h i K ew ajiban dan M elengkapi Syarat Guna M em peroleh Gelar Sarjana S trata I
D alam Ilm u Tarbiyah
NIM : 111 04 008
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 7 Agustus 2008
Penulis,
Website : \vw\v.stainsalati»a.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : NUR ALFIYATUR ROSIDAH
NIM : 11104 008
Jurusan/Progdi : TARBIYAH / PAI
Judul : PERSEPSI SISWA TERHADAP SISWA
Wassalamu 'alaikum, wr, wb
Salatiga, 7 Agustus 2008
Pembimbing
iii
Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : NUR ALFIYATUR RASYIDAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 04 008 yang berjudul : "PERSEPSI SISWA TERHADAP SISWA BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN 2007/2008", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Kamis, 28 Agustus 2008 yang bertepatan dengan tanggal 26 Sya'ban 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu
Jfa i anakJAdam, Sesungguhnya hgmi Tehah menurunkan kepadamu (Pakpian u n tukjnenutup auratmu dun (Pakgian indah untuk, perhiasan, dan (Pahgian takw a ItuCah yang paling 6aif^ yang demikian itu adaCah se6ahagian dari tanda-tanda kekuasaan JACCah,
Skripsi in i penuRs persembahkan untuki
Orang tuabu tercinta dan m anusia-m anusia
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah
penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufiq, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan yang tidak dapat penulis selesaikan. Sholawat serta salam semoga
selalu Allah limpahkah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, serta keluarga dan
para sahabatnya.
Penulisan skripsi yang berjudul "PERSEPSI SISWA BERJILBAB DI
SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA TAHUN 2007/2008".
Selanjutnya dengan hormat dan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Drs. Imam Sutomo selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Fatchurrahman, M.Pd, selaku Kaprogdi PAI sekaligus pembimbing yang
penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan
serta bimbingan dalam penulisan skripsi sejak awal hingga akhir ini dapat
terselesaikan.
3. Semua dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
menunjang demi tersusunya skripsi ini.
4. Drs. Samtono, M.Si, Drs. Sujit Mudjirno, S.IP, selaku kepala SMA N 1, dan 3
Salatiga yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Adik-Adikku (Nia dan Ari) serta calon adik Iparku (Toha) yang telah banyak
membantu sampai terselesaikannya skripsi ini.
7. Kepada seluruh keluarga besarku yang telah memberikan do'a dan
motivasinya.
8. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku (Irma, Ani, Fauzul dan Arfi)
9. Teman-teman terbaikku Mabk Firoh, Mbak Nafi, Atina, lir, Azizah dan Fatih,
teman-teman se KKN (Farida, Eka, Sibro, Mutaqin, Makruf, Ari, Taufan)
10. Serta teman-teman seangkatan lain yang tak bisa tersebut satu persatu.
11. Kepada Pak Dhe, Mas Ali, Mas Arif, Mas Lilik yang telah banyak membantu.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan
bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.
Salatiga, 7 Agustus 2008
HALAMAN JUDUL... i
B. Penegasan Istilah... 5
C. Pokok Permasalahan... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Tahapan-Tahapan Penelitian... 8
G. Sistematika Penulisan Skripsi... 9
BAB II LAND ASAN TEORI A. Persepsi... 11
1. Pengertian Persepsi... 11
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 12
B. Jilbab... 15
1. Pengertian dan Fungsi Jilbab... 15
2. Hukum Menggenakan Jilbab... 17
3. Syarat-Syarat Jilbab... 20
4. Tipologi Berjilbab... ... 21
C. Persepsi Siswa terhadap Siswa Berjilbab... 25
B. Subyek dan Obyek Penelitian... 36
C. Teknik Pengumpulan Data... 36
D. Teknik Pengambilan Sampel... 38
E. Analisis Data... 39
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga 41 1. SMA Negeri 1 Salatiga... 41
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Salatiga... 41
b. Letak Geografis... 43
c. Sarana dan Prasarana... 43
d. Keadaan Guru dan Siswa... 44
e. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Salatiga... 50
2. SMA Negeri 3 Salatiga... 52
a. Identitas Sekolah... 52
b. Sarana dan Prasarana... 52
c. Keadaan Guru dan Siswa... 54
d. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Salatiga... 58
B. Hasil Wawancara... 58
BAB V ANALISIS DATA A. Tingginya Kesadaran Siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga untuk Berjilbab... 66
B. Pandangan Siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap Siswa Yang Berjibab... 69
C. Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Pandangan Siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap Siswa yang Berjilbab... 72
B. Saran-Saran... 80
C. Penutup... 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Tabel I Sarana dan Prasarana S MAN 1 Salatiga 43
Tabel II Daftar Guru SMAN 1 Salatiga 44
Tabel III Daftar Siswa SMAN 1 Salatiga 48
Tabel IV Data Keberagamaan Siswa SMA N 1 Salatiga 48
Tabel V Data Siswi Beijilbab SMA N 1 Salatiga 49
Tabel VI Staf Tata Usaha SMAN 1 Salatiga 50
Tabel VII Struktur Organisasi SMA N 1 Salatiga 51
Tabel VIII Sarana dan Prasarana SMA N 3 Salatiga 52
Tabel IX Daftar Guru SMAN 3 Salatiga 54
Tabel X Daftar Siswa SMAN 3 Salatiga 56
Tabel XI Daftar Keberagamaan siswa 56
Tabel XII Data Siswi Berjilbab SMAN 3 Salatiga 57
A. Latar Belakang Masalah
Banyak anggapan bahwa agama dipandang sebagai sumber inspirasi
manusia dalam bertingkah laku. Bila agama seseorang dinilai baik oleh orang
lain, maka baik pula prilakunya. Akan tetapi, bila orang tersebut kurang baik
dalam menjalankan perintah agama, maka banyak pula yang menganggap
orang tersebut kurang baik prilakunya. Karena orang tersebut dianggap tidak
bisa menjalankan perintah agama dengan baik. Dalam hal ini, agama Islam
telah mengatur berbagai hal dalam kehidupam manusia yang juga dianggap
sebagai petunjuk jalan hidup, termasuk berpakaian dan menutup aurat.
Pada dasarnya, semua agama mengajarkan dan memberi petunjuk pada
kebaikan. Sedangkan motivasi berbuat baik atau buruk ada pada diri
seseorang, dan bukan agama yang disalahkan ketika seseorang berbuat tidak
sesuai dengan norma. Begitu juga dengan menutup aurat, seorang wanita yang
menutup aurat dengan mengenakan jilbab tetapi prilakunya tidak sesuai
dengan norma, maka persepsi tentang menutup aurat itupun menjadi
bermacam-macam. Nilai-nilai positif dan negatif akan mengikuti persepsi
tersebut, termasuk juga nilai-nilai agama.
Berkenaan dengan hal ini, agama Islam telah mengatur tentang
menutup aurat dan memakai jilbab bagi wanita yang terdapat dalam Qs. An-
Ahzab ayat 59 yaitu:
Artinya : "Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anaK-anaK perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.1 2
Yang dimaksud dengan jilbab disini adalah sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Akan tetapi, seiring
dengan perkembangan zaman, arti jilbab mengalami kemunduran dari arti
aslinya. Banyak yang mengartikan jilbab hanya sebagai penutup rambut.
Bukan penutup aurat, karena jilbab menjadi tren pada saat ini. Hal itulah yang
menjadi salah satu faktor pendorong para remaja memakai jilbab.
Masa remaja merupakan saat terjadinya emosi yang belum stabil dan
mudah terpengaruh, menurut Zakiah Daradjat, remaja adalah golongan
masyarakat yang paling mudah terkena pengaruh dari luar, karena mereka
sedang mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan
yang mereka lalui.3 Masa ini mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, baik
yang bernilai positif maupun negatif.
yaitu pada masa SMA. Seiring dengan perubahan zaman, siswa SMA lah yang
mudah mendapat pengaruh, terutama mode. Seperti jilbab, bukanlah hal yang
langka jika banyak siswa yang mengenakan jilbab.
Pada dasarnya, motivasi seorang siswa memakai jilbab ada pada diri
mereka sendiri. Entah karena kesadaran diri atau karena faktor-faktor yang
lain. Inilah yang memunculkan banyaknya persepsi terhadap siswa berjilbab.
Salah satu faktor munculnya persepsi tersebut adalah perbedaan latar belakang
keluarga. Siswa yang latar belakang keluarganya biasa saja, akan berbeda
dengan siswa yang latar belakang keluarganya adalah santri. Siswa yang latar
belakang keluarganya santri akan berpendapat bahwa, memakai jilbab adalah
suatu kewajiban yang didasari kesadaran diri. Sedangkan siswa yang berasal
dari keluarga biasa, akan menilai bahwa siswa yang berjilbab dikarenakan
takut ketinggalan zaman dan lain sebagainya. Fenomena seperti inilah yang
banyak muncul dikalangan anak SMA, termasuk siswa SMA 1 dan SMA 3
Salatiga.
Banyak dari sekolah yang bercirikan Islam mewajibkan siswanya
untuk mengenakan jilbab. Jadi tidak heran jika mereka menggunakannya pada
waktu sekolah saja. Hal ini tentu berbeda dengan sekolah-sekolah umum,
disana peraturan memakai jilbab tidak diwajibkan. Namun diperbolehkan
sesuai dengan kemauan siswa itu sendiri. Di SMA 1 Salatiga dan SMA 3
Salatiga, peraturan seperti itu juga tidak diwajibkan. Akan tetapi dalam
setiap hari karena kesadaran atas kewajiban dan ada pula yang mengenakan
pada hari-hari tertentu. Misalnya ketika ada mata pelajaran agama Islam.
Kasus seperti ini juga memunculkan berbagai persepsi dikalangan
siswa SM A tersebut. Siswa yang mengenakan jilbab dihari-hari tertentu itu
dinilai hanya ingin menarik perhatian guru saja agar mendapat nilai baik
dalam mata pelajaran tersebut. Mereka yang mengenakan jilbab, dianggap
sudah mendapat nilai plus dimata guru. Karena mereka dinilai menirukan
gaya wanita muslimah.
Selain itu, ada pula yang menganggap untuk apa berjilbab. Jika antara
yang mengenakan jilbab dengan yang tidak mengenakannya tidak ada bedanya
dalam bertingkah laku. Serta jilbab hanya dinilai sebagai budaya bangsa Arab.
Yang pemakaiannya lebih cocok disana dari pada di Indonesia. Bahkan tidak
perlu diterapkan di sekolah. Padahal, jilbab adalah pakaian ciri khas muslimah
yang membedakannya dengan yang lain, serta bukan merupakan budaya
Arab.
Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk
mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul PERSEPSI SISWA
TERHADAP SISWA BERJILBAB DI SMA 1 DAN SMA 3 SALATIGA
TAHUN 2007/2008. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi
siswa terhadap siswa berjilbab khususnya siswa SMA Negeri 1 dan SMA
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul
penelitian di atas, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul diatas,
yaitu:
1. Persepsi
Pengertian Persepsi menurut beberapa sumber, yaitu:
a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi dalam tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indera.5
b. Menurut kamus sosiolagi perception sosial adalah kondisi-kondisi
yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain (persepsi sosial).6
c. Sedangkan dalam kamus psikologi, perception adalah proses untuk
mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu biasanya dalam persepsi
rasa, bila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah obyek yang
mempengaruhi organ perasaan.7
2. Berjilbab
Jilbab menurut berbagai pendapat, yaitu:
a. Dewan redaksi Ensiklopedi Islam mendefinisikan jilbab adalah sejenis
baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada8.
5 WJS.Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Jakarta, 1982, hlm.675
6 Soejono Soekanto, Kamus Sosiolog, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.36 James Drever, Kamus Psikologi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986., hlm.338
b. Riwayat Ibnu Jarir dan Abu Mayyan, jilbab ialah pakaian yang
menutup pelipis dan hidung, walaupun kedua belah mata pemakainya
nampak, akan tetapi pakaian itu menutup dada dan muka pemakainya.9
Adapun indikator-indikator siswa berjilbab, yaitu:
a. Beijilbab setiap hari
b. Beijilbab saat ada acara tertentu
c. Mengikuti tren mode
d. Beijilbab saat keluar rumah saja
Sedangkan indikator yang mempengaruhi persepsi siswa tentang
siswa beijilbab yaitu:
a. Perbedaan sikap keberagamaan
b. Latar belakang keluarga
c. Lingkungan masyarakat
d. Perkembangan zaman atau tren
e. Latar belakang pendidikan
C. Pokok Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang dan penegasan istilah diatas, maka
penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Bagaimana kesadaran siswa SM A Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga
untuk beijilbab?
2. Bagaimana pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga
terhadap siswa yang berjilbab ?
3. Apa faktor-faktor yang melatar belakangi pandangan siswa SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang berjilbab?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan pokok permasalahan tersebut, dapat dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran siswa SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 3 Salatiga untuk berjilbab.
2. Untuk mengetahui pandangan siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3
Salatiga terhadap siswa yang berjilbab.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi pandangan siswa
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang
berjilbab.
E. Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi siswa
dalam memberikan persepsi terhadap siswa yang berjilbab. Baik dari segi
positif ataupun segi negatif.
Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya
F. Tahap-Tahap Penelitian
1. Kegiatan Administratif yang meliputi: pengajuan ijin operasional untuk
penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak sekolah yaitu SMA
Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga, menyusun pedoman wawancara,
pembuatan angket dan administrasi lainnya.
2. Kegiatan lapangan yang meliputi:
a. Survey awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu di
SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Negeri 3 Salatiga
b. Memilih sejumlah siswa sebagai informen yang dilajutkan dengan
responden penelitian, siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki
ciri-ciri yang telah ditentukan yaitu siswa kelas 2 yang beragama Islam
c. Melakukan observasi lapangan dengan membagikan angket dan
mewawancarai sejumlah responden maupun informen sebagai langkah
pengumpulan data
d. Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
memudahkan untuk melakukan pemaknaan
e. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau
menyimpang, sehingga akan tampak data yang akan dipakai dan data
yang akan dibuang. Kemudian dilanjutkan dengan display data untuk
melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian
f. Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai
deskriptif temuan penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar teijadi pemikiran yang urut dalam memahami skripsi ini, maka
perlu diketahui tata urutan penulisannya, adapun tata urutannya sebagai
berikut:
B A B I : PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat: latar belakang masalah, penegasan istilah,
pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tahap-tahap penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB I I : LAND ASAN TEORI
Landasan teori berisi tentang teori-teori yang berhubungan
dengan variable penelitian yaitu: Parsepsi yang meliputi
Pengertian persepsi dan faktor yang mempengaruhi persepsi.
Jilbab, berisi tentang hukum, syarat-syarat dan tipologi berjilbab,
dan Persepsi siswa terhadap siswa berjilbab terdiri dari segi
positif dan segi negatif.
BAB III: METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, subyek dan
obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan
sampel dan analisis data.
BAB IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum SMA Negeri 1
Salatiga, letak geografis, sarana dan prasarana, keadaan guru dan
umum SMA Negeri 3 Salatiga, identitas sekolah, sarana dan
prasarana, keadaan guru dan siswa, struktur organisasi SMA
Negeri 3 Salatiga, serta hasil wawancara SMA Negeri 1 Salatiga
dan SMA Negeri 3 Salatiga.
BAB V : ANALISIS DATA
Pada bab ini akan menguraikan analisis tentang tingginya
kesadaran siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga
untuk berjilbab, analisis tentang pandangan siswa SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 3 terhadap siswa yang berjilbab, analisis
tentang faktor yang melatar belakangi pandangan siswa SMA
Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga terhadap siswa yang
berjilbab.
BAB V I : PENUTUP
Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian Persepsi menurut beberapa kamus, yaitu:
a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi dalam tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indera.10
b. Menurut kamus sosiolagi perception sosial adalah kondisi-kondisi
yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain (persepsi sosial).11 *
c. Sedangkan dalam kamus psikologi, perception adalah proses untuk
mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu; biasanya dipakai dalam
persepsi rasa, apabila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah
obyek yang mempengaruhi organ perasaan.72
Sedangkan menurut Slameto, persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera
penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.13
10 WJS.Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 675
1' Soejono Soekanto, Kamus Sosiolog, Raja Grafindo Persada, Jakarta, him.36 'z James Drever, Kamus Psikologi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986., him.338
13 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rieneka Cipta, Jakarta, 1995, him.102
Berbeda dengan Stephen P. Robbins, yang mengartikan persepsi
sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan
dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi
lingkungan mereka.14 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa persepsi selalu terkait dengan adanya hubungan antara indera dan
lingkungan pelaku persepsi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jalaludin Rakhmad, Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi ada 3, yaitu:
a. Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada
salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan
melalui alat indera yang lain.
b. Faktor-Faktor Fungsional
Faktor fungsional meliputi kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor
personal. Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons
pada stimuli itu.
c. Faktor-Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli
fisik dan efek-efek saraf yang menimbulkan pada sistem saraf
individu.15
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, individu-individu yang
memandang pada satu benda yang sama, kemungkinan akan memiliki
persepsi yang berbeda. Hal ini dikarenaka ada faktor yang bekerja untuk
membentuk persepsi dan kadang memutar balik persepsi. Faktor-faktor ini
dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyeknya atau
target yang dipersepsikan atau dalam konteks dari situasi mana persepsi itu
dilakukan.16 Diantaranya:
1) Pelaku Persepsi
Bila seorang individu memandang pada suatu target, dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, maka penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku
pemersepsi individual itu. Diantara karakteristik pribadi yang lebih
relevan mempengaruhi persepdi adalah sikap, motif, kepentingan atau
minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Faktor-
faktor yang dikaitkan pada pelaku pemersepsi itu mempengaruhi apa
yang dipersepsikannya.
13 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, him.51-58
2) Obyek atau Target
Karakteristi-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karena target tidak dipandang
dalam keadaan terpencil, hubungan suatu target dengan latar
belakangnya dapat mempengaruhi persepsi. Seperti, kecenderungan
untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang
mirip.
3) Situasi
Situasi merupakan konteks penting dalm melihat obyek-obyek,
peristiwa-peristiwa, atau unsur-unsur lingkungan sekitar yang
mempengaruhi persepsi. Seperti, waktu, lokasi atau sejumlah faktor
situasional yang dapat mempengaruhi persepsi.17
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut dapat
B. Jilbab
1. Pengertian dan Fungsi Jilbab
Jilbab berasal dari kata jalaba yang berarti menghimpun dan
membawa, dahulu lebih dikenal sebagai hijab, yang artinya
menyembunyikan manusia dibalik tirai. Menurut Ibn Khaldun, hijab
berarti penghalang dan tirai perekat, dan bukan bermakna pakaian.
Penggunaannya dimaksudkan sebagai penutup atau penghalang antara
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman arti hijab bagi wanita dalam Islam adalah agar
menutup badannya ketika berbaur dengan laki-laki, tidak
mempertontonkan kecantikannya, dan tidak pula mengenakan perhiasan
1R
kecuali pada pihak-pihak tertentu.
Secara terminologi, kata jalabib adalah bentuk jamak dari jilbab.
Pakar tafsir al-Biqo’i memaknai jilbab sebagai baju yang longgar atau
kerudung penutup kepala (Al-Khimar) atau pakaian yang menutupi baju
dan kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi badan
wanita.18 19
Jilbab dan Al-khimar erat kaitannya dengan hijab, karena jilbab
menunjukkan fungsi hijab, yaitu fungsi mempertegas dan memperjelas.
Artinya, eksistensi jilbab terhadap hijab menjadi penguat bagi eksistensi
18 Muhammad Muhyidin, Membelah Lautan Jilbab, Diva Press, Jogjakarta, 2007, hlm.231
hijab. Jika kita menyebut jilbab, otomatis kita menyebut bagian dari
hijab.20
Hijab dan jilbab mempunyai maksud yang sama sebagai penutup
aurat. Sebagaimana disebutkan dalam Qs.Al-Ahzab ayat 59 yaitu:
Artinya: ‘‘'Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh m e r e k a y a n g demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”21
Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa jilbab mempunyai dua
fungsi pokok yaitu:
a. Melindungi kesucian, kehormatan dan kemuliaan sebagai seorang
wanita.
b. Untuk menjaga identitas sebagai wanita muslimah yang
membedakannya dengan wanita yang lain.
Disamping dua fungsi pokok tersebut jilbab juga mempunyai
fungsi tambahan yaitu sebagai pelindung dari suhu panas dan dingin serta
sebagai perhiasan.
Perhiasan (Az-Zinah) adalah sesuatu yang termasuk dalam kategori
perhiasan yang dipakai wanita untuk berhias diri, baik berupa pakaian
20 Muhammad Muhyidin, Op.cit,. him.232
maupun perhiasan. Bila Imam Fakhrur Razi memutlakkan az-zinah
sebagai bentuk tubuh, maka pengertiannya dapat diimplikasikan menjadi
tiga macam: (a), kosmetik, seperti celak, lipstik dan bedak; (b), perhiasan,
seperti cincin, gelang dan kalung; (c), pakaian, seperti kerudung, baju, dan
selendang.22
Dari sini dapat disimpulkan bahwa wanita adalah perhiasan. Dan
perhiasan wanita itu diupayakan untuk disembunyikan, kecuali yang tidak
bisa disembunyikan. Sebagaimana firman Allah dalam Qs.An-Nur:31
“....dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya... ”.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan
haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab
jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat
perhiasan itu berada.23
2. Hukum Mengenakan Jilbab
Sejak Islam mengenal jilbab, sejak itu pula Islam mewajibkan
jilbab bagi para perempuan. Menurut Al-Hafidz Ibn Katsir, perintah
tentang kewajiban berjilbab dalam Qs.Al-Ahzab:59 bukan hanya untuk
istri-istri nabi, anak-anak gadis nabi, tetapi juga wanita-wanita yang
beriman. Demi kemuliaan mereka sendiri. Dengan mengulurkan jilbabnya,
mereka berbeda dengan wanita-wanita jahiliyah dan budak-budak
perempuan pada zaman nabi.24
Dalam Qs.An-Nur ayat 31 disebutkan:
z , y > ' t ' . , ? ' • ' ' A ' * ’ * ’ ' ' ’ ' \ \ i - /
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Ayat ini menunjukkan empat hal yang dijadikan argumentasi atas
jilbab yaitu:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah
SWT
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatam yang haram
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan yang biasa tampak
d. Perintah untuk menutupkan khimar ke dada25 26
Menurut Syaikh Abu Bakr Al-Jaza’iri, ayat ini menunjukkan hijab
yang paling sempurna dan lebih kuat dari pada ayat sebelumnya. Dengan
alasan:
“Picuan fitnah karena mendengar suara gelang kaki perempuan yang memukul-mukul kakinya saat berjalan jauh lebih agistatif daripada rangsangan fitnah memandang wajah perempuan dan mendengar ucapannya. Apabila ayat ini Allah mengharamkan wanita memukul-mukul kakinya karena khawatir bila suaranya terdengar akan menyebabkan fitnah bagi pendengarnya, maka pengharaman memandang wajah perempuan yang merupakan pusat keelokannya, lebih dan sangat dikharamkan.” 27
Selain kedua ayat ini, masih ada ayat-ayat dari Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang hukum memakai jilbab yang lain. Serta ada pula
hadis yang menjadi penguatkan atas perintah tersebut. Salah satunya
adalah hadis menurut Abu Dawud yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Yang
artinya:
25 Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Op.Cit, him.548 26 Arsip Fiqh, Op.cit
“Semoga Allah mengasihi kaum wanita Muhajirin generasi pertama. Tatkala Alia menurunkan ayat (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya) mereka langsung merobek pakaian-pakaian bulunya, lalu digunakan sebagai kerudung”28
3. Syarat-Syarat Jilbab
Dalam buku yang berjudul Wanita berjilbab vs wanita pesolek Ada
delapan syarat yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut sebagai
jilbab syar’i diantaranya:
a. Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana dalam Qs. Al-Ahzab : 59
“...Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh tubuh
mereka.... ” Dari ayat tersebut ada ulama yang berpendapat bahwa
mengulurkan jilbab keseluruh tubuh termasuk wajah dan kedua telapak
tangan adalah wajib. Dan sebagian ulama lain, berpendapat
mewajibkan menutup wajah dan telapak tangan. Akan tetapi mereka
tetap sepakat bahwa menutup wajah hukumnya lebih utama. Dan
diperbolehkan membuka wajahya selama ia tidak berniat
menampakkan kecantikan dan menggoda lawan jenis.
b. Tidak terbuat dari bahan yang tipis menerawang, sehingga tidak
terlihat bentuk tubuh pemakainya. Karena tujuan utama hijab adalah
menutupi.
c. Tidak menjadi hiasan by design atau overdecorated dengan beragam
warna yang menyolok.
28
d. Longgar, tidak ketat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuk badan, tidak
menonjolkan aurat, dan tidak memperlihatkan bagian-bagian tubuh
yang memancing fitnah.
e. Tidak menggunakan parfum yang dapat membangkitkan gairah laki-
laki. Sebagaimana hadis yang disetujui oleh Adz-Dzahabi yang
artinya: “Sesungguhnya apabila seorang wanita memakai parfum,
kemudian melintas di hadapan kaum agar mereka mencium aroma
parfumnya, maka ia adalah wanita pezina ”
f. Tidak menyerupai busana laki-laki, menurut hadis Abu Hurairah ra.
“Nabi melaknat laki-laki yang memakai pakaian ala busana wanita
dan wanita yang memakai pakaian ala pakaian laki-laki ”
g. Tidak mirip dengan pakaian kaum kafir. Hal ini didasarkan pada sabda
nabi: “Barang siapa yang meniru (menyerupai) suatu kaum, maka ia
'Q adalah bagian dari mereka ”z
h. Tidak merupakan pakaian syuhroh, yaitu pakaian yang menarik
perhatian, dianggap aneh, sedangkan pakaian yang menutup aurat tidak
termasuk syuhroh 29 30
4. Tipologi Jilbab
Menurut M. Subhan Zam-zami, jilbab merupakan fenomena yang
membawa pesan beragam. Bila hanya mengikuti satu persepsi, maka akan
terjerumus dalam penghakiman yang sewenang-wenang. Dan bila
menganut pada asumsi yang salah maka akan menimbulkan masalah yang
29 Ibid, him. xxxii
besar. Paling tidak ada empat tipologi yang bisa dipakai saat melihat
fenomena jilbab. Tipologi itu berhubungan dengan motif, bentuk jilbab
dan gaya hidup pemakainya.31 Diantaranya:
a. Jilbab atas alasan teologis
Yaitu kewajiban agama. Mereka yang mengenakan jilbab ini
akan memahaminya sebagai kewajiban yang tidak bisa ditinggakan.
Bentuk jilbab pun sesuai dengan standar-standar syariat, tidak hanya
sebagai penutup rambut dan kepala, namun menurut sebagian dari
mereka hingga sampai ke dada. Jilbab yang lebar, bila perlu menutupi
seluruh tubuh. Perempuan yang mengenakan jilbab seperti ini juga
akan berhati-hati dalam bergaul di ruang publik.
b. Alasan Psikologis.
Perempuan yang berjilbab atas motif ini, sudah tidak
memandang lagi jilbab sebagai kewajiban agama, namun sebagai
budaya dan kebiasaan yang bila ditinggalkan, akan membuat suasana
hati tidak tenang. Kita bisa menemukan muslimah yang progresif dan
liberal masih mengenakan jilbab, karena motif kenyamanan psikologis
tersebut. Bentuk jilbab yang dikenakan berbeda dengan model
pertama, dan disesuaikan dengan konteks dan fungsinya. Demikian
juga dengan gaya hidup yang memakainya, jauh lebih terbuka, dan
pergaulan mereka sangat luas, berbeda dari model pertama.
c. Jilbab Modis
Jilbab sebagai produk dari fesyen. jilbab model ini dipandang
sebagai jawaban terhadap tantangan dunia model yang sangat akrab
dengan perempuan, namun disisi lain, ada nilai-nilai agama yang
berusaha dipertahankan dan sebagai merek dagang. Munculnya outlet-
outlet dan acara-acara peragaan busana muslimah, mampu
menghadirkan model jilbab dan busana muslimah yang telah
melampaui persoalan agama. Dalam laporan jurnalistik dari Maroko
dan Aljazair di harian al-Hayat, ulama-ulama agama di dua negara itu
mengecam munculnya jilbab-j ilbab modis. Menurut mereka, bentuk-
bentuk jilbab tersebut tidak sesuai dengan standar syariat, demikian
pula prilaku yang memakainya.32 Kata seorang ulama dari mereka,
bagaimana seorang muslimah bisa mengenakan jilbab yang mini dan
transparan, kadang rambut dan leher terlihat, dan dipadukan dengan
kaos yang ketat.
Arus modernisasi dan fesyen pada fenomena ketiga tak bisa
dibendung oleh apapun, ia bisa menciptakan fenomena baru. Dan
asumsi-asumsi yang dipakai untuk memandangnya pun tak bisa seperti
yang ditunjukkan oleh ulama-ulama itu. Sedangkan di Indonesia, jilbab
modis ini sangat menjamur, sangat digemari kawula muda, dan
kalangan selebritis. Salah satu simbol yang bisa disebutkan adalah Gita
KDI, penyanyi dangdut yang fasih bergoyang, dengan pakaian yang
ketat, namun tetap setia berjilbab. Jilbab dan busana Gita, tak bisa lagi
dilihat melalui model pertama yaitu teologis, karena dalam aturan
syariat, jangankan bergoyang, menyanyi saja bisa menimbulkan
masalah,
d. Jilbab Politis.
Fenomena ini muncul dari kelompok-kelompok Islam yang
menggunakan simbol-simbol agama sebagai dagangan politik. Dalam
konteks ini, jilbab tidak lagi menjadi persoalan keimanan, kesalehan,
dan kesadaran pribadi, namun akan dipaksakan ke ruang publik. Inilah
fenomena yang sebenarnya terjadi di Pakistan, di Aceh, dan di
beberapa daerah di Indonesia yang berdalih ingin menerapkan syariat
Islam. Apabila ada muslimah yang ingin mengenakan jilbab sebagai
bentuk keyakinan pribadi, tanpa harus memakai standar pribadi
tersebut terhadap orang lain, misalnya, yang memakai jibab lebih soleh
dan terhormat dari yang tidak memakai. Disinilah, pihak yang selama
ini mencurigai jilbab perlu melihatnya secara cermat.
Jilbab sebagai keyakinan pribadi tak perlu dimusuhi. Bila hal
ini terjadi, akan menjadi senjata bagi varian keempat untuk
mempolitisir peristiwa tersebut. Bila benar, jilbab berhubungan dengan
masalah keyakinan dan kesadaran, ia tak perlu peraturan. Disini, jilbab
akan dipakai dan dipahami secara sehat, karena sebagai bentuk dari
Jilbab sebagai model pakaian yang bisa memperkaya khazanah
busana. Terserah apakah ia dipandang sebagai pakaian agama, ataupun
pakaian adat-istiadat. Namun yang pasti dan perlu disadari adalah, ia
tetaplah sebagai pakaian individu, yang tidak bisa dijadikan sebagai
pakaian publik. Apabila jilbab dijadikan pakaian publik atas dasar
motif agama, namun orang yang tidak meyakini agama tersebut tetap
diwajibkan memakai jilbab, sama saja dengan mewajibkan non-
muslim untuk shalat (Mohamad Guntur Romli).33
C. Persepsi Siswa terhadap Siswa Berjilbab
Jumlah siswa berjilbab semakin meningkat akhir-akhir ini, yang pasti
ada banyak alasan bagi siswa berjilbab. Sebagian memutuskan berjilbab
dengan alasan teologis setelah melalui perjuangan panjang dan akhirnya
meyakini bahwa itulah pakaian yang diwajibkan Islam. Sebagian memakai
jilbab karena dipaksakan oleh aturan, terutama karena peraturan sekolah
mengharuskan berjilbab. Sebagian lagi karena alasan psikologis, tidak merasa
nyaman karena semua orang di lingkungannya memakai jilbab. Ada lagi
karena alasan modis, agar tampak lebih cantik dan trendi, sebagai respon
terhadap tantangan dunia model yang sangat akrab dengan perempuan. Ini
dibuktikan dengan semakin banyaknya toko-toko busana muslim dan butik
yang memamerkan jilbab dengan model mutakhir dan tentu saja dengan harga
mahal. Bahkan, ada juga berjilbab karena alasan politis, yaitu memenuhi
33
tuntutan kelompok Islam tertentu yang cenderung mengedepankan simbol-
simbol agama sebagai dagangan politik.34
Berbagai motivasi siswa mengenakan jilbab menyebabkan timbulnya
persepsi positif dan negatif dikalangan siswa tersebut. Persepsi ini muncul
karena adanya perbedaan sikap keberagamaan, latar belakang keluarga,
lingkungan masyarakat, latar belakang pendidikan dan perkembangan zaman.
Diantaranya:
1. Segi negatif
a. Jilbab merupakan budaya Arab
Pada dasarnya jilbab telah ada sebelum Islam datang. Di antara
mereka yang telah mengenal jilbab adalah masyarakat di Iran (Persia),
kelompok-kelompok Yahudi dan besar kemungkinan sudah ada di
India. Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan banyak orang
bahwa pemakaian jilbab oleh para perempuan muslimah hanyalah
melanjutkan tradisi Arab, atau dengan kata lain, tradisi jilbab
merupakan wujud dari kultur Arab.
Bangsa Arab ternyata belum mengenal jilbab kecuali setelah
datangnya Islam. Pendapat ini diperkuat oleh Will Durant, seorang ahli
sejarah yang telah mengungkapkan fakta naratif dan diskriptif tentang
sejarah jilbab dalam The Story o f Civilization jilid 12. Dalam
pemaparannya, kelompok Yahudi dan Syari’at Talmud menyatakan:
Apabila seorang wanita melanggar Syari’at Talmud seperti keluar di tengah-tengah masyarakat tanpa mengenakan
kerudung atau berceloteh di jalan umum atau asyik mengobrol bersama laki-laki dari kelas apapun, atau bersuara keras di rumahnya sehingga terdengar oleh tetangga-tetangganya, maka dalam keadaan seperti itu, suaminya boleh menceraikannya tanpa membayar mahar kepadanya.33
Bahkan kata Eipstein yang dikutip Nasaruddin Umar dalam
tulisannya yang pernah dimuat di Ulumul Quran konsep h ijab dalam
arti penutup kepala sudah dikenal sebelum adanya agama-agama
Samawi (Yahudi dan Nasrani). Bahkan menurut Nasarudin, pakaian
seperti ini sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM),
kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code
Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab sudah dikenal di
beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria.
CKompas, 25/11/02). 36
Selain sebagian komunitas Yahudi, komunitas Iran tempo
dulupun telah mengenalnya. Bahkan nasib perempuan Iran tempo dulu
sangat terkekang. Perempuan dari kelas terpandang tidak akan berani
keluar rumah tanpa hijab dan kain kerudung. Mereka tidak
diperbolehkan berbaur dengan laki-laki. Dan bagi wanita yang telah
menikahpun tidak berhak melihat bapak atau saudaranya sendiri.
Perlakuan terhadap perempuan tempo dulu ternyata sangat keras dan
mengekang kebebasan mereka, padahal konsepsi seperti ini tidak ada
'l*?
dalam Islam. 35 * 37
35 Muhammad Muhyidin,Op.C/7,hlm.56
Setelah Islam datang, Islam meluruskan konsepsi jilbab yang
telah mengekang mereka. Hal ini sesuai dengan pujian Jawaharlal
Nehru dalam bukunya Selayang Pandang tentang Sejarah Dunia
yaitu :
Sungguh telah terjadi pula perubahan besar dan menyedihkan secara berangsur-angsur dalam hal yang menyangkut kaum wanita. Karena, hijab belum pernah ada di kalangan-kalangan Arab dan tidak pula wanita-wanita Arab itu hidup terpisah dengan laki-laki ataupun disembunyikan darinya, bahkan mereka turut hadir di tempat-tempat umum dan mendatangi masjid-masjid, majlis-majlis pengajian dan ceramah-ceramah, sedang dia sendirilah yang berceramah dan menyampaikan nasihat-nasihatnya. Namun bangsa Arab setelah mencapai kemenangan demi kemenangan, mereka mengambil sedikit demi sedikit aturan-aturan dan tradisi-tradisi yang pernah berkembang di dua kekaisaran yang bertetangga dengan mereka, yaitu kekaisaran Romawi Timur dan kekaisaran Iran.38
b. Berjibab agar terlihat trendi
Globalisasi Islam terjadi melalui perkembangan televisi dan
media massa. Seperti halnya dengan jilbab, yang merupakan akibat
gerakan revolusi Islam di negara Iran yang mewajibkan perempuan
berjilbab, sampai pada akhirnya jilbab terkenal di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Di Indonesia pakaian muslim dan jilbab menjadi
popular sekitar tahun 1980. Meskipun popularitas jilbab pada
dasawarsa itu melalui berbagai hambatan, tetapi jilbab bisa bertahan
sampai menjadi mode atau tren sekarang.39
38 Ibid, him.62
Jilbab yang menjadi tren saat ini sering disebut sebagai
“kudung gaul, jilbab gaul, atau jilbab gaya selebritis” oleh para remaja
Islam modern. Jilbab seperti ini muncul pada awal tahun 2000
menjelang millennium ketiga di saat media cetak dan elektronik
mencapai puncak kejayaan. Era ini memberikan kebebasan
mengekspresikan segala ide yang cenderung kebablasan.40 Termasuk
ide dalam mengkreasikan jilbab yang banyak diperagakan oleh artis-
artis di televisi.
Fenomena ini menjadikan jilbab semakin menjamur di
Indonesia. Berbagai model jilbab dapat ditemukan ditoko manapun.
Pemakainya bukan hanya seorang muslimah yang taat tetapi seoranng
muslimah yang kurang taat juga dapat memakainya.
Dalam pandangan Bukhori Muslim, dibolehkan saja meniru
cara berbusana Muslimahnya selebritis. Adapun yang jadi persoalan
adalah apakah Gaya berbusana Muslimahnya kaum selebritis itu sudah
sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Karena, seringkah sebagian
selebritis berbusana Muslimah hanya untuk keperluan acting di layar
televisi atau sinetron. Setelah acara selesai, mereka membuka auratnya
kembali.41 Jika gaya berbusana muslimah selebriti sesuai dengan
syariat dan tidak dilepas lagi walaupun acara telah selesai maka boleh
40 Abu Al-Ghifari, Kudung Gaul Berjilbab tapi Telanjang, Mujahid, Bandung, 2004, him.13
41
untuk ditiru. Tipe berjilbab seperti ini dapat dikategorikan sebagai
jilbab modis,
c. Hipermoralitas jilbab
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa
jilbab memiliki berbagai fungsi, yang salah satunya adalah untuk
menjaga identitas sebagai wanita muslimah yang membedakannya
dengan wanita yang lain. Akan tetapi, bila tingkah laku pemakainya
merusak nilai dari jilbab itu sendiri, maka percuma seorang wanita
memakai jilbab jika citranya telah rusak karena perbuatannya.
Disinilah sesungguhnya letak persoalan dari tindakan
hipermoralitas perempuan muslimah yang berjilbab. Perempuan
muslimah yang berjilbab tetapi melakukan tindakan hipermoral,
A'S
sesungguhnya telah melecehkan identitas islamnya. Hal ini yang
menyebabkan munculnya kritik terhadap jilbab.
Ketika banyak yang mengatakan jilbab hanyalah sebuah kedok
atau topenguntuk bertindak amoral, maka perlu dicermati bahwa
maksud dari kritik tersebut adalah sikap dan perbuatan perempuan
yang berjilbab itu sendiri, dan bukan dari jilbabnya.42 43
Menurut Muhammad Muhyidin, hipermoralitas muslimah
menyangkut dua hal pokok.44 yaitu:
42 M. Muhyidin, Op.cit, hlm.205 43 Ibid, him 205
1. Sikap dan perbuatan amoral. Seperti, munculnya kasus PSK yang
berjilbab, kasus wanita berjilbab yang menjual anaknya, dan
sebagainya.
2. Hipermoralitas dalam hal pengenaan atau pemakaian jilbabnya.
Seperti, munculnya kudung gaul, jilbab mini, jilbab seksi dan
jilbab funky.
Dalam pandangan Abu Al-Ghifari, ada 5 faktor yang
menyababkan teijadinya hipermoralitas. Diantaranya:
a. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berakibat ke
mode barat
b. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai
akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah
umum
c. Kegagalan fungsi keluarga. Seperti, kegagalan orang tua dalam
memberikan pendidikan agama yang benar
d. Peran para perancang busana yang tidak memahami dengan benar
prinsip pakaian Islam
e. Munculnya mu’allaf dikalangan artis, atau artis yang mengenakan
kerudung. Sehingga segala tingkah laku dan ucapannya menjadi
teladan bagi fansnya. Ketika para artis mengenakan kerudung apa
adanya, banyak penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya artis
artis itu dianggap remaja gaul. Sehingga muncullah istilah Kudung
gaul yang akhirnya menjadi tren /5
2. Segi positif
a. Jilbab sebagai idantitas yang membedakannya dengan yang lain
Jilbab dapat berfungsi sebagai identitas diri yang membuatnya
berbeda dengan yang lain sehingga seorang perempuam itu mudah
dikenal kerena jilbabnya yang menjadi ciri khas. Menurut Jenkins,
lebih banyak orang Indonesia menjadi senang jika mengekspresikan
sendiri sebagai orang Islam secara berjilbab.45 46 Salah satunya Inneke
Koesherawati, seorang artis yang mengenakan jilbab pada tahun 2000
an. Kini lebih dikenal dengan jilbabnya. Masyarakat menyebutnya
“Jilbab Inneke”.47 Model seperti ini banyak ditiru oleh perempuan
Indonesia walaupun mereka belum tahu siapa Inneke.Seperti halnya
seorang siswa, bila ia tidak mengetahui nama temannya yang
mengenakan jilab maka ia menyebut temannya sebagai gadis berjilbab
saat ia bercerita kepada temannya yang lain.
Menurut Said Al-Asymawi 'illat hukum pada ayat-ayat jilbab,
atau tujuan dari penguluran jilbab adalah agar perempuan-perempuan
merdeka dapat dikenal dan dibedakan dengan perempuan-perempuan
yang berstatus hamba sahaya dan perempuan-perempuan yang tidak
terhormat. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan
menyangkut mereka dan agar masing-masing dikenal sehingga
perempuan-perempuan merdeka tidak mengalami gangguan dan
45 Abu Al-Ghifari, Op.cit, him. 19 4b Elizabeth Raleigh, Op.cit, him.12
dengan demikian terpangkas segala kehendak buruk terhadap
mereka.48
b. Meniru wanita-wanita shalihah
Ada siswa yang berpendapat bahwa siswi yang berjilbab hanya
meniru wanita-wanita shalihah. Dalam hal ini terkandung nilai positif
bagi pemakainnya. Karena wanita yang meniru wanita baik, maka ia
akan digolongkan kepada mereka dan wanita yang meniru wanita
fasik, maka ia akan digolongkan kepada mereka.49 50 Sebagaimana sabda
Rasulullah:
■0 A "
p * , j *
Artinya : “Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia bagian dari mereka. ',5n
c. Berjilbab agar terhindar dari debu dan sengatan matahari
Fungsi lain dari jilbab adalah melindungi tubuh dari hawa
panas dan dingin. Serta melindungi kulit dari debu karena jilbab
bersifat menutup seluruh tubuh. Sesuai dalam Qs. An-Nahl:81 yaitu:
Artinya: “ Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang Telah dia ciptakan, dan dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu Pakaian yang memeliharamu dari panas dan Pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya) ”
Dalam tafsir jalalain, disebutkan bahwa sebagai tempat
berteduh bagimu maksudnya adalah rumah, pohon dan awan yang
melindungi dari panas matahari. Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-
Asqalani dan Az-Zajjaj menafsirkannya sebagai pakaian-pakaian yang
melindungi dari bahaya panas.51
Al-Qur’an tidak menetapkan mode atau warna pakaian tertentu,
baik ketika beribadah maupun diluar ibadah. Akan tetapi, warna putih
merupakan warna yang sangat disenangi dan sering menjadi pilihan
nabi Muhammad saw. Bukan karena warna tersebut tidak menyerap
panas atau menangkal panas matahari. Tetapi juga mencerminkan
kesenangan pemakainya terhadap kebersihan. Selain itu, warna putih
juga menunjukkan kesederhanaan.52
51 Ibid, him.67
Metode penelitian sering disebut sebagai Research metods yang berarti
sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu kebenaran
pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller, adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.53
Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.54
Penelitian deskriptif ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskriptif,
yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat
lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan
jelas atas dasar faktanya. Sehingga dapat dikembalikan langsung pada data
yang diperoleh. Untuk itu, penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif.
53 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, him. 3
54 Ibid, him. 3
Karena sesuai dengan judul penelitian yaitu Persepsi siswa terhadap siswa
berjilbab di SMA 1 dan SMA 3 Salatiga.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian tentang Persepsi Siswa Terhadap Siswa Berjilbab ini,
yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa SMA 1 dan SMA 3 Salatiga.
Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah Persepsi siswa SMA 1 dan SMA
3 Salatiga terhadap siswa berjilbab.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi
Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dengan
pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki yang dilakukan
baik secara langsung atau tidak langsung.55
Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan letak dari
sekolah yang menjadi tempat penelitian serta untuk mengetahui
situasi/keadaan siswa yang berjilbab di SMA 1 dan SMA 3 Salatiga.
2. Metode Angket
Metode Angket disebut juga Kuesioner. Kuesioner merupakan
suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
hal atau dalam suatu bidang. Kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh
data berupa jawaban-jawaban dari para responden.56
Metode ini digunakan untuk menguatkan hasil observasi. Dalam
prakteknya, angket digunakan untuk mengetahui biodata siswa dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan indikator yang mempengaruhi persepsi
siswa terhadap siswa beijilbab. Khususnya siswa SMA 1 dan SMA 3
Salatiga yang telah dipilih dalam sampel penelitian.
3. Metode Wawancara
Metode wawancara atau interview, digunakan untuk tujuan suatu
tertentu, agar mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan,dan
seorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang itu. Wawancara dalam penelitian, bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta
pendirian-pendirian mereka.57
Wawancara dilakukan setelah mengetahui hasil jawaban dari
angket. Dan digunakan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap siswa
beijilbab. Khususnya siswa SMA 1 dan SMA 3 Salatiga. Karena penelitian
ini beijudul persepsi, maka alasan dari siswapun dapat berbeda.
Wawancara dilakukan tidak dengan struktur mengikat atau
mengacu pada urutan pertanyaan yang tertuang dalam pedoman
wawancara. Namun tidak lepas dari pokok permasalahan. Peneliti tidak
membuat interviewer tegang melainkan melakukan wawancara secaara
56 Ibid., him. 173
kekeluargaan agar lebih akrab dan rileks. Sehingga informan bersedia
memberikan data secukupnya secara jujur dan obyektif.
4. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
fariabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya.58
Dokumen disini yang digunakan adalah dokumen berupa arsip-
arsip yang memuat tentang catatan-catatan berupa data jumlah siswa, data
keberagamaan siswa dan lain sebagainya.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Koentjoroningrat, bagian-bagian sari keseluruhan oleh para
ahli statistik disebut populasi atau universe. Yang menjadi obyek
sesungguhnya dari suatu penelitian itulah yang disebut sampel, dan
metodologi untuk menyeleksi individu-individu masuk ke dalam sampel yang
repsentatif disebut sampling.59
Dalam penelitian penulis menggunakan teknik purposive sample,
dengan cara mengambil subyek yang bukan didasarkan strata, random atau
daerah, tetapi didasarkan pada hasil sampel yang diambil, yaitu pemilihan
sekelompok subyek di dasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
58 Seharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 236
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.60
Sedangkan teknik pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto,
apabila subyeknya kurang dari 100 maka diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika penelitian
subyeknya lebih besar dari 100 maka diambil 10-15% atau 20-25% atau
lebih.61
Dalam prakteknya, penulis mengambil 10% dari jumlah siswa kelas 2
yang beragama Islam untuk masing-masing sekolah. Dengan pembagian
sebagai berikut:
1. Jumlah siswa kelas 2 SMA Negeri 1 Salatiga sebanyak 299 siswa, 10%
dari 299 adalah 29,9. Maka, angket yang dibagikan untuk siswa kelas 2
SMA 1 Salatiga sebanyak 30 angket.
2. Sedangkan, Jumlah siswa kelas 2 SMA Negeri 3 Salatiga sebanyak 249
siswa, 10% dari 249 adalah 24,9. Jadi, angket yang dibagikan untuk siswa
kelas 2 SMA 3 Salatiga sebanyak 25 angket.
E. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah
pengolahan data. Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan situasi data. Nasution menganjurkan penggunaan langkah-langkah
menganalisa data,62 yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan
lapangan dengan memilih hal-hal pokok yang berhubungan dengan
persepsi siswa terhadap siswa berjilbab.
Rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih luas serta mempermudah
pelacakan kembali apabila data diperlukan.
2. Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
penelitian, baik bentuk matriks maupun bentuk pengkodean. Dari hasil
reduksi data, display data itulah selanjutnya penelitian dapat menarik suatu
kesimpulan dan memverifikasi. Sehingga, data menjadi bermakna.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan mula-mula masih sangat tentatif (coba-coba), kabur,
diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu
lebih grounded (beralasan). Jadi, kesimpulan senantiasa harus diverifikasi
selama penelitian berlangsung sejalan dengan member check, triangulasi,
dan audit trail. Sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil
penelitian.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Salatiga 1. SMA Negeri 1 Salatiga
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Salatiga
Pada tanggal 1 Juli 1954 didirikan Yayasan SMA B Salatiga
oleh beberapa tokoh masyarakat, khususnya yang mempunyai
kedudukan di DPRD Salatiga dan beberapa cendekiawan, misalnya
Aim. Bp. Djoko Suetontro.
Pendirian yayasan tersebut bertujuan untuk membantu warga
Salatiga melanjutkan pendidikannya ditingkat lanjutan, serta warga
Salatiga dapat mengikuti ujian Negara di Semarang.
Setelah memperoleh perjanjian dari Jakarta, didirikanlah SMA
B sebagai SMA Swasta pada tanggal 1 Agustus 1954. SMA B
bertempat di jalan Diponegoro 39 Salatiga.
Dua tahun kemudian, 1 Agustus 1956 SMA B Salatiga
diresmikan menjadi SMA Negeri Salatiga (satu-satunya SMA Negeri
pada waktu itu). Karena keterbatasan tempat, SMA Negeri Salatiga
baru dapat membuka SMA bagi Pasti Alam.
Setelah keadaan sekolah stabil, tenaga kerjanya memadai, serta
ditunjang administrasi yang baik, maka pada tahun 1958/ 1959 dibuka
SMA Bagian A (Sastra) dan pada tahun berikutnya dibuka SMA
Bagian C (Sosial).
Untuk mengatasi kekurangan tempat, SMA Negeri Salatiga
meminjam SGTK di jalan Kartini 2 Salatiga, di samping tempat induk
di jalan Diponegoro 39. Kenaikan kelas pada tahun ajaran 1963/ 1964
selain di SGTK tepaksa menggunakan lokal SMP 2 dan pada tahun
berikutnya menggunakan lokal tambahan di SMP 1 (KBM sore hari).
Pada tahun ajaran 1966 pinjaman dari SGTK dikembalikan,
karena oleh PEPEKUPER Salatiga, SMA Negeri diijinkan menempati
gedung CHKI dijalan Ksatnan (sekarang jalan Ahmad Yani) terhitung
mulai tanggal 27 Mei 1966. Saat itu sekolah terbagi menjadi dua
tempat yaitu di Jl. Diponegoro 39 dan Jl. Ahmad Yani.
Mulai tahun 1967 sebagian kelas menempati gedung di jalan
Kemiri no. 1 Salatiga, di tanah yang sudah menjadi milik SMA 1
Salatiga atas usaha Bapak M. Soedijono (Walikota Salatiga waktu itu)
selaku Ketua Yayasan SMA Salatiga. Secara berangsur, kelas demi
kelas dapat dipindahkan di jalan Kemiri 1 Salatiga, baik yang
bertempat di Jl. Ksatrian maupun yang bertempat di Jl. Diponegoro 39
Salatiga.
Meskipun sebagian tanah di Jl. Kemiri sampai saat ini belum
dapat digunakan seluruhnya (tanah seluas 7749 M masih dihuni
menjadi satu, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik dan lancar,
b. Letak Geografis
Barat : Pemukiman penduduk
Timur : Jalan Kemiri
Selatan : Pengadilan Agama
Utara : Kios fotocopy dan counter
c. Sarana dan Prasarana
TABEL I
SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI 1 SALATIGA
Ruang/ Sarana Jumlah Luas/ mL
Kelas 31 3736
Lab. Biologi 1 210
Lab. Fisika 1 126
Lab. Kimia 1 126
Lab. Bahasa 1 210
Perpustakaan 1 220
Gedung Serbaguna 1 385
Buku 3620 Judul
d. Keadaan Guru dan Siswa
1) Keadaan Guru
TABEL II
DAFTAR GURU SMA NEGERI 1 SALATIGA
No Nama Mapel
1. Drs. Kusmin Tata Negara dan Pembina OSIS
2. Drs. Ahmad Saefudin PKN
3. Drs. Sunardi Sejarah
4. Drs. Siti Jarwani BK
5. Drs. Danoto Penjas Orkes
6. Drs. Saijana Fisika
7. Sambudi Mch. S.Pd Penjas Orkes dan Pembina OSIS
8. Dra. Mariana T. M.E.D Bahasa Inggris
9. Drs. Budu Susan to PKN
10. Dra. Rini Budiastuti Sejarah dan Bahasa Jawa
11. Dra. Nurhajani Handojo Bahasa Inggris dan Pembina OSIS
12. Drs. Asrori Agama Islam dan Pembina OSIS
13. Drs. Sutikno BK
14. Dra. Sulistiyowati BK
15. Dra. Sri Hardini Ekonomi
16. Dra. Zulianti Utami Matematika
17. Dra. Lucia Sudiyati Bahasa Inggris
No Nama Mapel
19. Dra. Sri Wuryani Ekonomi Akuntansi
20. Dra. Selvina Ch. L. B BK
21. Dra. Nur H.P Geografi/ Sosio/ Antop
22. Dra. Dwi D.S Sosiologi
23. Djajani, S.Pd Matematika
24. Dra. K.E. Purwaningsih Biologi
25. V. Tanti Haryanti, S.Pd Matematika
26. Jaka Agus P, S.Pd Bahasa Jerman
27. Dra. Heni Ningsih Bahasa Indonesia
28. Bamabang S.I, S.Pd Bahasa Inggris
29. Dra. Sri Agus P. Sosiologi
30. Dra. Sri Listyawati Ekonomi/ Akuntansi
31. Suprihadi, S.Pd Matematika dan Pembina OSIS
32. Amandus D, S.Pd Agama Katholik
33. Dra. Ratni Hartati Kimia
34. Yeniva Enanti Ekonomi
35. Isna Taviani, S.Pd Fisika
36. Tri Kustyanto, S.Pd Ekonomi/ Akuntansi
37. Muslimah, S.Pd BP/ BK dan Penanggung jawab UKS
38. Drs. Furqon Amin Seni Rupa
39. Sri Handayani Pendidikan Musik
No Nama Mapel
41. Sri Purwanti, S.Pd Matematika
42. Siti Komisatun, S.Pd Geografi
43. Putut Windaijo, S.Pd Matematika
44. Drs. Yanuar A.S Biologi dan Pembina OSIS
45. Drs. Budiyanto Fisika
46. Dra. Susi Marti A Sosiologi
47. Dra. Dini Retnowati Bahasa Inggris
48. Nowo R, S.Pd Biologi dan Pengelola Lab. Biologi
49. Katarina H, S.Pd Kimia
50. Maria R., S.Pd Bahasa Indonesia
51. Nina I, S.Pd Kimia
52. Dra. Wahyu Tri., S.Pd Matematika
53. Budi Prakoso Geografi dan Pembina OSIS
54. Amin Is S., S.Pd Matematika
55. Nur Hamidah Y., S.Pd Matematika
56. Amrih Wiyono, S.Pd PKN, Bhs Jawa dan Pembina OSIS
57. Sapto Sunarso, S. Pd Bahasa Jawa
58. Agus Eko Tjahyono Sejarah
59. Retno Hermawati, S. Pd Bahasas Indonesia
60. Sari Miranti Adi, S. Pd Biologi
61. Winarsih, S. Pd Kimia
No Nama Mapel
63. Kristien H. T., S. Pd Fisika
64. Zainal Abidin, S. Pd Tata Negara
65. Muslikhatun, S. Sos Sosiologi
66. TM. Endah Harini Sejarah
67. Anita Soni A., S. Pd Bahasa Inggris
68. Uswatun Hasan ah, S. Pd Bhs Indonesia dan Pembina OSIS
69. Suhami, S. Pd Geologi
70. Nur Kartika K, S. Pd Bahasa Inggris
71. Johan Ananto T, S. Pd Fisika
72. Ema Fitriyati, S. Pd Biologi
73. Hardiyanto, S. Pd Sebi Rupa
74. Sri Wulani, S. Pd Fisika
75. Candra Tri H., S.Pd Fisika
76. Anis Taflihiyah, S. S Bahasa Jawa
77. Theresia Lina W, S. Si Kimia
78. Harsono, S. Pd Penjas Orkes
79. Agustina S., S. Pd Bahasa Inggris
80. Entar Tamanah S Pendidikan Agama Kristen
81. Siti Nurochmah, S. Ag Pendidikan Agama Islam
82. M. Agus Wahyono Pendidikan Agama Islam
83. Imam Ahmad S., S. Pd BK