TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006
SKRIPSI
Diajukan Guna Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Tarbiyah
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN STAIN SALATIGA
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : NUR HADI
NIM : 111 02 033
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Judul : STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN
PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006
PENGESAHAN
Skripsi sudara Nur Hadi dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 02 033 yang
beijudul PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF PENGARUHNYA
TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006
Telah dimunakosahkan dalam sidang Panitia Ujian jurusan tarbiyah Stain Slatiga
pad hari Sabtu, 11 Sya’ban 1427 H. yang bertepatan dengan tanggal 5 Agustus
2006 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 11 Sva’ban 1427 5 Agustus 2006
PANITIA UJIAN
MOTTO
\
^ 0 ^ 4-Lull^. S ^juoI Jill I (J ^ 3 ( j oL
( 2 1 : U > V I ) l > V I ^ 1 J
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab 33 :
21).'
'Departemen Agama Republik Indonesia, A l-Q u r’an dan Terjemahnya, PT. Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004. hlm.420.
Skripsi ini kami persembahkan buat:
1. Ayah, ibu tercinta yang telah mencurahkan segala usaha untuk membantu
melancarkan studi adikku yang tersayang yang telah mencurahkan segala
usaha untuk melancarkan studi
2. Bapak K.H. Drs. Ahmad Nuh Muslim beserta Ibu yang telah membimbing
dan memberi dorongan dalam mencari ilmu di pondok pesantren An-nida
3. Pengurus pondok pesantren An-nida yang telah membantu sepenuhnya
baik dari segi moral atau fasilitas dalam penyelesaian skripsi.
4. Santriwan dan santriwati pondok pesantren An-nida yang telah memberi
dukungannya dalam penyelesaian tugas akhir.
5. Seluruh mahsiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006 sebagai responden
yang telah ikhlas dalam memberi jawaban yang penulis berikan.
KATA PENGANTAR\
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang Maha
Mengetahui segala apa yang tampak maupun tersembunyi, karena atas rahmat dan
hidayahnya serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahiliyyah menuju jalan yang penuh kasih sayangnya Allah SWT., semoga pada
akhirnya kelak kita diakui oleh umatnya, amiin.
Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk
memperoleh gelar kesaijanaan dalam Ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan
terselesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga yang telah
banyak berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan
persetujuan/pengesahan terhadap judul skripsi ini.
2. Bapak DR. Mansur M. Ag, sebagai dosen pembimbing yang telah dengan
ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
3. Bapak Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan yang telah banyak
membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
An-nida Salatiga beserta ustadz-ustadzah, yang telah memberikan pondasi
ilmu agama Islam serta dukungan moral, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar.
5. Semua pengurus pondok pesantren putra dan putri yang telah membantu
penulis baik dalam bentuk materi maupun non materi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendo’akan
dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam
menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan
kesabarannya.
7. Semua mahasiswa angkatan 2004/2005 sebagai responden yang telah
dengan ikhlas memberikan jawaban dari angket yang penulis ajukan.
8. Sahabatku (akhi Achmd Suyuti, A.Md.EI) dan semua sahabat-sahabatku
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan
motivasi kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa dijadikan kontrol oleh para
pembaca yang kemudian untuk menentukan langkah berikutnya.
tiatiea. 26 Juli 2006 Penulis
Nur Haui
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA PEMBIMBING
PENGESAHAN ii
MOTTO iii
PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL X
BABI PENDAHULUAN
A Latar belakang 1
B Penjelasan istilah 6
C Pokok Masalah 10
D Tujuan Penelitian 10
E Hipotesis 11
F Metodologi Penelitian 11
G Analisis Data 14
H Sistematika Penulisan Skripsi 15
BABII LANDASAN TEORI
A Pengertian Ilmu Akhlaq Tasawuf 18
1. Arti Ilmu Akhlak Tasawuf 18
2. Arti Tasawuf \ 20
B Tujuan Akhlaq Tasawuf 21
C Pembagian Ilmu Akhlaq Tasawuf 23
1. TasawufAkhlaqi 23
2. Tasawuf Amali 24
3. TasawufFalsafi 25
D Amalan Akhlaq Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari 25
E Peran Akhlaq Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari 41
F Pengertian Etika Pergaulan 42
G Pengaruh Pemahaman Ilmu Akhlaq Tasawuf Dengan Rtika
Pergaulan ^45^
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A Gambaran Umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga 4?
1. Sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga 4ff
2. Bergabung dengan Wali Songo 4§
3. Alih Status Menjadi STAIN Salatiga 5lf
B Asas, Fungsi, Dan Tujuan 56
C Visi, Misi 5'7
D Organisasi STAIN Salatiga 55
E Progran Pendidikan 62;;
F Kualifikasi Lulusan 6£
G Penyajian Data Penelitian 69
H Laporan Hasil Angket 6$
BAB IV ANALISA DATA
A Analisa Pendahuluan 6 6
B Analisa Lanjutan 89
C Analisis Uji Hipotesis 8if
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 82
B Saran U
C Penutup 86
DAFTAR PUSTAK A LAMPIRAN LAMPIRAN
I. DATA RESPONDEN
II. JAWABAN ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF
III. NILAI ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF
IV. INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF
V. NILAI NOMINASI PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF
VI. NILAI PROSENTASE PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF
VII. JAWABAN ANGKET ETIKA PERGAULAN
VIII. NILAI ANGKET ETIKA PERGAULAN
IX. INTERVAL ETIKA PERGAULAN
X. NILAI NOMINASI ETIKA PERGAULAN
XI. NILAI PROSENTASE ETIKA PERGAULAN
XII. TABEL KERJA UNTUK MENCAPAI KORELASI ANTARA
INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF DENGAN
PENDAHULUAN A. Latar belakang
Pada hakekatnya esensi ajaran Islam adalah membedakan manusia dari
perangai buruk yang dikendalikan hawa nafsu. Di zaman modem ini, persoalan
moralitas masih menjadi pemicu utama yang akan meninggikan dan merendahkan
derajat manusia di hadapan Allah swt. dan manusia. Dalam kontek Islam, kisah
Qobil yang membunuh Habil sebagai saudara kandung sendiri merupakan salah
satu contoh dari akhlak buruk. Dari peristiwa ini dapat memberikan makna bahwa
persoalan moral bagai dua mata rantai yang tak bisa dipisahkan.
Dari kisah Qobil dan Habil di atas dapat diartikan dalam kontek
pendidikan, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, dan
Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa
pendidikan Islam. Untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan.1 Dalam menempuh kehidupan, manusia memerlukan
ilmu pengetahuan untuk mendapatkan semua itu yang harus ditempuh manusia
adalah dengan pendidikan. Dengan cara ini manusia dituntut untuk memperbaiki
diri, baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Islam menetapkan
keseimbangan kesempurnaan dalam akhlak. Islam memandang bahwa akhlak
mulia merupakan dasar utama bagi kaidah-kaidah dalam kehidupan sosial.
'M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970. him. 1.
Akhlak dalam Islam merupakan sekumpulan prinsip dan kaidah yang
mengandung perintah atau larangan dari Allah sw t/ Jadi konsepsi akhlak dalam
Islam sudah jelas, bahwa akhlak merupakan suatu ilmu yang dapat mengukur
kadar keimanan dan ketaqwaan seorang hamba.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:
• * . * * t i
LSULZk, UtIM U (JA H I
m u i i ^ u7 t y / a f^ a m m m y a f i ^ jsidang jc -m jjid i a a im a n n y a nam a» • y ka» , Akhlaknya. ”J
Risalah yang disampaikan Rasulullah saw. sangat menjunjung tinggi
akhlak. Islam mengajarkan budi pekerti luhur dalam semua aspek kehidupan
manusia. Akhlak mulia ini tercermin pada diri Rasulullah saw. yang dapat
diketahui melalui al-Qur’an, as-Sunnah dan sejarah hidup beliau. Rasulullah saw.
adalah sebagai utusan Allah swt. yang terakhir dan sekaligus dijadikan sebagai
figur dan teladan bagi setiap muslim dalam segala hal, baik dari segi keagamaan,
kepemimpinan, maupun dalam hal keduniaan. Meneladani Rasulullah merupakan
kewajiban setiap muslim.
Dalam al-Qur’an, Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk
meneladani Rasulullah saw. sampai hari penghitungan. Allah swt. berfirman
dalam surat al-Ahzab: 21 Akhmad Ikhwani. Gema Insani. Jakarta. 1995. him. 81.
3Ibid., him. 83.
Namun konsepsi yang indah itu apabila direfleksikan ke dalam realita
kehidupan sehari-sehari tidak mudah untuk merealisasikannya. Karena akan
menyebabkan pro dan kontra antara adat istidat yang ada, dengan konsepsi itu
sendiri. Sehingga perlu adanya penyelarasan antara adat istiadat dan budaya
dengan pengamalan konsep-konsep Islam tentang akhlak.
Memasuki abad XXI, M. Amin Rais dalam menyikapi kemerosotan
akhlak menyatakan bahwa ada karakteristik atau ciri khas yang akan dimiliki oleh
rata-rata masyarakat modem. Pertama, sekarang menyaksikan ledakan informasi
tanpa batas. Ledakan informasi ini berkat teknologi komunikasi makin lama
makin canggih, produktif, dan efektif. Hal ini betul-betul merupakan gejala yang
telah mengglobal. Kedua, semakin longgar nilai-nilai moral bagi masyarakat
modem sudah dapat kita rasakan. Nilai-nilai moral dalam arti akhlak makin lama
makin longgar. Ketiga, makin tumpulnya peri kemanusiaan yang dialami oleh
bangsa-bangsa modem. Keempat, adanya kecenderungan manusia modem untuk
mengagung-agungkan atau menyembah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Kelima, kecenderungan kehidupan yang semakin materialistis. Materialisme itu
sudah mendominasi, menguasai kehidupan umat manusia/
Dari kelima prediksi M. Amin Rais di atas, pada abad XXI sudah sangat
jelas sekali tentang pengaruh-pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Banyak di kalangan umat Islam yang sudah terpengaruh dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi di lapisan masyarakat, baik
yang berpendidikan cukup maupun yang kurang dalam memperoleh pendidikan. S
Kondisi generasi Islam khususnya dan masyarakat Islam di Indonesia pada
umumnya, saat ini belum bisa memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu penyebabnya adalah kurang siapnya pemuda dan masyarakat
Indonesia dalam menerima kenyataan yang ada. Dalam hal ini diperlukan adanya
sebuah pengontrol (iman dan taqwa serta budi pekerti luhur) dalam menyikapi
kemajuan IPTEK, sebagai tindakan preventif untuk mengantisipasi kemungkinan
adanya budaya yang masuk lewat kemajuan IPTEK. Maka akan tercipta generasi
Islam yang sempurna (kamil). Dalam hal ini cobaan yang dihadapi generasi Islam
tidaklah mudah, karena yang dihadapi generasi Islam adalah sebuah ghozwu
al-fik r ('invasi pemikiran).
Kenyataan inilah yang dihadapi masyarakat saat ini. Bahkan sebagai
anggota masyarakat Islam mulai terlena, sehingga lupa bahwa mereka
menghadapi dunia internasional. Banyak masyarakat yang mengingkari nilai-nilai
ajaran Islam dan bahkan telah kehilangan kepribadian sebagai orang mukmin.
Banyak di antara pemuda yang hanyut oleh arus modernitas dan hidup meniru
cara Barat. Pemuda-pemuda Islam sudah banyak yang terkontiminasi dalam cara
berpikir, berpaham, berlogika, berdialektika, berdebat dan bertukar pikiran,
bahkan dalam memeluk ideologi, meninggalkan Islam dan ajaran-ajaran-Nya.
Maka sebagai akibatnya adalah tidak sedikit pemuda Islam yang menjadi fitnah
bagi agamanya.
Untuk mengantisipasi problematika yang sedang melanda generasi Islam,
maka dalam pendidikan hendaknya diatasi dengan pendidikan yang sesuai, baik
Salatiga sudah ada perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga, yang merupakan dambaan masyarakat Islam. Dengan hadirnya
perguruan tinggi yang berlebelkan agama Islam ini, diharapkan dapat
memperbaiki akhlak masyarakat Indonesia umumnya, baik dari segi etika,
maupun moral, dan dapat mencetak generasi yang melaksanakan syariat Islam
secara kaffah yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi, yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian mahasiswa STAIN Salatiga dianggap memahami ilmu
agama Islam serta akhlak tasawuf dan dapat mengamalkan syariat Islam secara
menyeluruh, serta mempunyai akhlakul karimah. Di samping itu latar belakang
mahasiswa dapat mempengaruhi pemahamannya terhadap persoalan ilmu agama
Islam dan ilmu akhlak tasawuf terhadap etika pergaulan. Untuk mengetahui
seberapa jauh mahasiswa STAIN Salatiga dalam memahami syariat Islam dan
ilmu akhlak tasawuf dan kaitannya dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN
Salatiga, baik dalam lingkungan kampus ataupun dalam keseharian di luar
kampus perlu dikaji secara mendalam.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dikaji secara
mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif dengan
memakai pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis mengkaji persoalan tersebut di atas
secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul:
STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA
TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI
B. Penjelasan Istilah 1. Pemahaman
Dalam istilah bahasa Indonesia, kata pemahaman dari kata dasar paham
dan mendapat kata imbuhan dan akhiran pe-an. Menurut Ahmad Hasan, kata
paham itu identik dengan kata fiq h yang mengandung arti memahami dan
mengerti. Seperti j g yang berarti (agar mereka melakukan
pemahaman agama.)6
2. Akhlak
Pengertian akhlak suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian.7
Jadi akhlak ialah institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya
tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah.8
Jadi yang dimaksud ilmu akhlak dilihat dari sudut etimologi ialah upaya
untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai
dengan esensinya. Kemudian dilihat dari terminologi, Hamzah Yakup
mengemukakan pengertian ilmu akhlak antara lain;
a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan dan perbuatan
manusia lahir dan batin.
6Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Belum Tertutup, Pustaka Bandung, 2001, him. 1. -f Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1994, him. 102.
b. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan
menyatakan tujuan mereka yang terakhir dan seluruh usaha dan pekerjaan
mereka.9
3. Tasawuf
Menurut Harun Nasution,10 Barmawi Umarie,11 dan para ahli tasawuf
umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuufii, maknanya
orang yang suci, atau diliputi kesucian. Zakaria al-Anshari berkata, “Tsawuf
adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi
pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang
abadi.12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian tasawuf
adalah ajaran atau cara untuk mengenal dan mendekatkan diri pada Allah.13 Ilmu
akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata kuliah akhlak
tasawuf yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga.
Jadi yang dimaksud dengan pemahaman akhlak tasawuf adalah
pemahaman terhadap makna hidup yang sebenarnya sehingga mendatangkan
peningkatan amal baik dalam kehidupan secara vertikal dan horisontal yang sesuai
uengan ai-yur an uan as-auimaii.
’Hamzah Yakup, Etika Islam, dalam Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, PT. Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 4-5.
'“Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, dalam Muhammad Sholikhin,
Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4.
“ Bamawi Umarie, Sistematika Tasawuf, dalam Muhammad Sholikhin, ed, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4.
‘^Zakaria al-Anshari, Ta’liqat ‘ala ar-Risalah al-Qusyairiyah, dalam ‘Abdul Qodir Isa,
Hakekat Tasawuf, Qisthi Press, 2005, hlm.4.
Adapun indikator-indikator pemahaman ilmu akhlak tasawuf antara lain
sebagai berikut;
a. Mengetahui akhlak tasawuf dalam perspektif syariat
b. Selalu zikir kepada Allah swt
c. Mengetahui perbedaan tasawuf yang sesuai dengan syariat
dan tasawuf yang tidak sesuai dengan syariat
d. Melaksanakan amalan-amalan tasawuf
e. Terjalinnya hubungan cinta kepada Allah
4. Etika Pergaulan
Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti tempat yang biasa, padang rumput,
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.14 Dalam hal ini
etika mempunyai kesamaan makna dengan moral, akhlak. Ketiga istilah itu sama-
sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Akan tetapi ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar,
yaitu terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarya adalah al-
Qur’an dan as-Sunah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi
moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.15 Kemudian
pergaulan adalah kata dasar dari gaul, mendapat imbuhan dan akhiran per-an.
Kata pergaulan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti perihal bergaul,
percampuran dalam persahabatan (kehidupan sehari-hari)16
MSuwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Belukar, Yogyakarta, 2004, him. 32. ‘■'H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakarta, 20u4, mm.
Dalam hal ini penulis memberi pengertian tentang pergaulan adalah
sebagai wujud nyata seorang muslim yang di dalamnya memiliki dimensi
pengertian berupa perkataan, tingkah laku, sikap dalam pergaulan sehari-sehari
yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga, terhadap Allah maupun terhadap
sesama.
Adapun indikator-indikator pemahaman etika pergaulan antara lain
sebagai berikut;
a. Selalu sabar dan memberi salam dan menjawab salam
b. Amar ma’ruf nahi munkar dan menghargai pendapat orang
lain
c. Menjaga jarak dalam bergaul dengan lawan jenis
d. Sopan santun dalam berbicara
e. Tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain
5. Mahasiswa
Kata mahasiswa adalah terdiri dari dua kata, maha dan siswa. Maha
mempunyai arti: pada kata majemuk dan sebutan berarti besar, amat, yang
teramat.17 Kata siswa berarti pelajar.17’ Jadi mahasiswa adalah maha dari pelajar,
atau bisa dikatakan pelajar yang belajar di perguruan tinggi STAIN Salatiga.
C. Pokok Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan pokok masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa STAIN Salatiga terhadap
ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006?
2. Bagaimana variasi etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun
2005/2006?
3. Adakah pengaruh antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika
pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman mahasiswa
STAIN Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh variasi etika pergaulan mahasiswa
STAIN Salatiga tahun 2005/2006.
3. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pemahaman akhlak tasawuf
terhadap etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.
E. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersfat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.* 19
Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi bahwa ada keterkaitan antara
pemahaman ilmu akhlak tasawuf akan membawa pengaruh positif terhadap etika
pergaulan. Artinya semakin tinggi pemahaman mahasiswa terhadap ilmu akhlak
tasawuf akan semakin tinggi pula etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.
F. Metode Penelitian 1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi merupakan semua individu untuk
siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak
digeneralisasikan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa
STAIN Salatiga program SI, yang beijumlah 171 orang.
2. Sampel
Maksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti/0 Untuk
menentukan berapa besar yang akan dijadikan sampel dalam populasi tidak ada
ketentuan yang pasti.20 21 Untuk sekadar ancer-ancer maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baikdiambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian pupulasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-15%, atau 20-25% atau lebih. Karena jumlah populasi ada 171 mahasiswa
semester 3 tahun 2005/2006, mempunyai arti populasi melebihi dari 100, maka
penulis menentukan 25% dengan jumlah sampel 171 mahasiswa STAIN Salatiga.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
STAIN Salatiga Program SI semester III (tiga) angkatan 2004/2005 yaitu :
a. Jurusan tarbiyah
1) Pendidikan Agama Islam 11 orang.
2) Pendidikan Bahasa Arab 11 orang.
3) Pendidikan Bahasa Inggris 11 orang.
20Ibid, him. 117.
b. Jurusan hukum (Syari’ahj
1) Al-ahwal al-Syahsiyah 10 orang
3. Teknik sampling
Untuk malakukan penelitian ini, teknik pengambilan sampling yang
penulis gunakan adalah teknik random sampling yaitu semua individu
mendapatkan kesempatan yang sama menjadi sampel. Sedangkan sistem yang
penulis gunakan adalah Stratified Random Sampling atau lebih dikenal dengan
sistem acak. Yaitu dalam penentuan sampel penulis mengambil dari beberapa
jurusan pendidikan seperti Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Inggris,
Pendidikan Bahasa Arab, Syari’ah, diambil beberapa mahasiswa untuk dijadikan
sampel secara acak.
Adapun metode dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Digunakan untuk melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena yang diselidiki, baik untuk mengumpulkan mono
grafi, historis dan lain sebagainya. Observasi yang penulis ambil adalah observasi
partisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam
kegiatan penelitian.
b. Angket
Adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seseorang peneliti kepada
responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain.2z Setelah diisi responden
dikembalikan kepada peneliti. Model angket yang penulis gunakan adalah angket 22
tertutup, yaitu responden tinggal menjawab sesuai dengan kehendak peneliti, dan
tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa STAIN
Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf serta pengaruhnya terhadap etika
pergaulan.
c. Interview
Menurut Sutrisno Hadi Interview merupakan metode pengumpulan data
dengan jalan proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain.23
d. Dokumentasi
Yaitu Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya.24
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode angket dan
dokumentasi.
G. Analis Data
Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan, setiap
data yang masuk harus dianalisis.
Untuk menganalisis data-data tersebut penulis menggunakan tes statistik,
yaitu:
23Ibid., him. 192.
P = --- X 100 N
Keterangan, P : Prosentase individu dalam golongan
F : Frekuensi
N : Jumlah subyek secara keseluruhan
Analisis ini untuk mengetahui variabel pemahaman ilmu akhlak tasawuf
yang akan membawa pengaruh etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.
2. Analisis lanjut
NZXY- ( Z X ) ( EY) rx y =
---V{ NEX2 - (E X)2 } { NZ Y2 - (E Y )2 }
Keterangan: rxy = koefisien antara variabel x dan y
XY = perkalian antara X dan Y
x2 = variabel pengaruh
y2 = variabel terpengaruh
N = jumlah sampel yang diselidiki
E = sigma (jumlah)25
Analisa ini merupakan jawaban benar atau tidak benar terhadap hipitesis
yang diajukan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
\
Dalam penulisan ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang alasan pemilihan judul, penjelasan istilah, pokok
masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan
sistematika.
BAB I I : Landasan teori
Pada bab ini berisi tentang pengertian ilmu akhlak tasawuf, tujuan
akhlak tasawuf, peran ilmu akhlak tasawuf dalam kehidupan
sehari-hari. Pengertian pergaulan dilihat dari sudut pandang syariat
Islam. Pembentukan etika pergaulan baik secara vertikal maupun
horizontal.
Korelasi antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika
pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.
BAB II I : Laporan Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga (sejarah
berdirinya, asas, fungsi, dan tujuan, visi, misi, susunan organisasi,
BAB. IV : Analisis Data
\
Pada bab ini berisi tentang analisis data yang telah terkumpul,
untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui
tahapan analisis pendahuluan, analisis hipotesis, dan analisis lanjut.
BAB. V : Penutup
Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran,
BAB II LAND ASAN TEORI
Akhlak tasawuf merupakan salah satu bentuk jalan dalam mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahuwata’ala. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan selalu berusaha melaksanakan segala amalan-amalan yang
mengharapkan ridho-Nya dan selalu berusaha untuk menjauhi segala yang
dilarang dalam al-Qur’an dan sunnah. Manusia dalam kehidupan sehari-hari
apabila apat melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan dapat meningalkan
larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya maka hati akan selalu teijaga dari titik-
titik noda yang dapat menjerumuskan dalam kehidupan, sehingga akan menjadi
manusia yang jauh dari Allah Subhanahuwata’ala.
Beban-beban syar’at yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi
menjadi dua kategori. Perama, hukum-hukum yang berkaitan denganddengan
amal-amal lahiriah. Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan batin. Dengan
kata lain, ada amal-amal yang berkaitan dengan raga manusia dan ada amal-amal
yang berkaitan dengan hati manusia.
Amal-amal yang berkaitan dengan raga terbagi menadi dua macam.
Pertama, perintah seperti salat, zakat, haji, dan lain-lain. Kedua, larangan, seperti
membunuh, berzina, mencuri, meminum khomer dan lain-lain.
Amalan-amalan yang berkaitan dengan hati juga terbagi menjadi dua
macam: peintah dan larangan. Yang beraitan dengan perintah adalah iman kepada
Allah, malikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-Nya. Demikian perintah untuk
ikhlas, ridho, jujur, khusyu, tawakal dan sebagaianya.sedangkan yang berkaitan
dengan larangan adalah kufur, kemunafikan, sombong, ujub, ria, menipu, dendam,
dengki, dan lain sebagainya.
Amal-amal kategori kedua yang berkaitan dengan hati lebih penting dan
lebih utama dari amal-amal kategori pertamadalam pandangan Allah, meskipun
keduanya sama-sama penting. Sebab, batin adalah dasar dan sumber dari lahiriah.
Amal-amal lahir adalah titk tolak dari amal-amal lahiriah. Rusaknya amal-amal
batin akan mengakibatkan.1
Allah Subhanahuwata’ala berfirman: "barangsiapa mengharap dengan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan tidak mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. ” (Q.S. Al-Kahfi: 110) 2
Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam, dalam memperhatikan masalah
dalam perbaikan hati. Beliau juga menjelaskan bahwa baiknya seseorang
tergantung pada baiknya hati dan kesembuhannya dari penyakit-penyakit yang
tersembunyi.
Beliau bersabda, “Ingatlah! Di dalam tubuh manusia ada segumpal darah. Jika dia baik, maka baiklah sweluruh tubuhnya. Dan jik a rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah iru adalah hati. ” 3
A. Pengertian Akhlak Tasawuf 1. Arti akhlak
Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai ('‘ilm al-Suluk), atau
tahzib al-akhlak (filsafat akhlak), atau al-hikmat al- 'alamiyyat. Maksud dari ilmu
'Abdul Qodir Isa, H aqaa’iq at-Tashawwuj terj. Khoirul Amru Harahab dan Afrizal Lubis, Qisthi Press, 2005, him. 12.
2Departemen Agama Republik Indonesiam, A l-Q u r’an dan Terjemah, PT. Syamil Cipta Media, Bandung, 2004, him. 3004.
tersebut adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara
memperolehnya, agar jiwa menjadi bersih dan pengetahuan tentang kehinaan-
kehinaan jiwa untuk mensucikannya.4
Secara etimologi (lughot) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari
khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. H. Yunahar
Ilyas mengutip beberapa pengertian akhlak dari beberapa pendapat ulama dalam
buku kuliah akhlak yaitu:
a. Imam al-Ghozali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.5
b. Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.6
c. Abdul Karim Zaidan
Akhalak adalah nilai-nilai yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik dan buruk, untuk
kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.7
4Suwito, op.cit., hlm.31-32.
3 A bu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ikhya' Ulum ad-Din, Jilid III, dalam Yunahar Ilyas
Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakartam 2004, him. 1-2.
6 Ibrahim Anis. Al-mu'jam al-Wasith. dalam Yunahar Ilyas Kuliah Akhlak. LPPI. Yogyakartam 2004, him. 2.
Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau
khuluk itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan
muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.8
2. Pengertian tasawuf
Tasawuf yang menjadi kajian penting adalah tentang penyucian jiwa.
Hamka mengatakan tasawuf adalah latihan-latihan jiwa. Latihan mempertinggi
sifat-sifat yang terpuji (mahmudah) dan menahan dorongan nafsu, membuang
sifat-sifat yang tercela (madmudah), sehingga menjadi bersihlah hati sanubari.
Maka hati sanubari yang bersih itulah yang dapat mendekati Tuhan, apalagi jika
senantiasa dihiasi dengan zikir, yaitu ingat atau menyebut Allah.9
Muncul kata tasawuf dimulai sebelum akhir abad kedua Hijriyah.
Arti tasawuf dari asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli lughot.
Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa artinya suci
bersih, ibarat kilat kaca. Setengahnya dari perkataan shifa ’ artinya bulu binatang,
sebab orang-orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang,
karena benci mereka kepada pakaian yang indah-indah, pakaian “orang dunia” ini,
kata setengahnya diambil dari kaum “suffah”, ialah golongan sahabat-sahabat
nabi yang menyisihkan dirinya di satu tempat terpencil disamping masjid Nabi.
Kata setengahnya pula dari perkataan “shuffanah”, ialah sebangsa kayu yang
tumbuh di padang pasir tanah arab, tetapi setengah ahli bahasa dan riwayat,
terutama dizaman yang akhir ini mengatakan bahwa perkataan “sufi" itu bukanlah
"H.Yunahar Ilyas, op.cit, him. 1-2.
bahasa Arab, tetapi bahasa Yunani lama yang di-Arabkan dan diucapkan dengan
lidah orang Arab sehingga berubah menjadi “tasaw uf’. Walaupun darimana
pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau bahasa Yunani, namun dari
asal-usul pengambilan itu sudah nyata bahwa yang dimaksud dengan kaum
“tasaw uf ’ atau kaum “su fi” itu ialahkaum yang telah menyusun kumpulan
menyisihkan diri dari oang banyak, dengan maksud membersihkan hati, laksana
kilat kaca terhadap Tuhan, atau memakai pakaian yang sederhana, jangan
menyerupai pakaian orang dinia, biar hidup kelihatan kurus keringbagai kayu di
padang pasir, atau memperdalam penyelidikan tentang perhubungan makhluk
dengan kholik-Nya.'0
Dari pengertian di atas, antara akhlak dan tasawuf mempunyai keterkaitan.
Akhlak adalah Start point dari masuknya seseorang ke dunia tasawuf. Memahami
tasawuf berarti harus memahami akhlak. Kesalahan memahami akhlak akan
memunculkan kesalahan memahami tasawuf.11
B. Tujuan Akhlak Tasawuf
Tujuan akhlak tasawuf mempunyai sifat bertingkat-tingkat dan
selalu berkembang yaitu, tujuan akhlak tasawuf yang hakiki adalah pembinaan
akhlak secara pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu ia
dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran
Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya. Jadi secara umum, tujuan
terpenting dari pengamal tasawuf adalah taqarrub, mendekatkan diri kepada
Allah, dalam hal ini dapat diartikan: 0
l0Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, him. 1-2.
1. Mengenal atau mempercayai Allah dengan segala kesempurnaan
sifat-Nya.
2. Melihat (kesempurnaan sifat, asma ’, a fa l, zat) Allah.
3. Bersatu (kehendak dirinya) dengan kehendak Allah.
Ahmad Sultoni mengutip beberapa pendapat ulama’ tentang tujuan
tasawuf.
1. Hamka
Menurut Hamka, tujuan hidup kerohanian dalam Islam (tasawuf) adalah:
a. Awalnya ingin mengendalikan jiwa dalam menempuh hidup
mencari kerelaan Tuhan supaya tidak terpedaya oleh kebendaan.
b. Selanjutnya tasawuf menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih
hebat yaitu melihat wajah Tuhan.
c. Akhirnya ingin mencapai maqom tertinggi yaitu fana dalam wujud
Allah yaitu ittihad baik hului maupun wahdatul wujud melalui
latihan rohani (riyadhoh dan kesungguhan atau mujahadah).
2. Rivag Siregar
Menurut Rivag Siregar, tujuan akhir tasawuf adalah:
a. Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan,
karena Dia-lah penggerak utama dari segala kejadian alam ini.
b. Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepaskan
diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan dunia
c. Peniadaan kesadaran terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri
pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali
Dia. Ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi"
3. Rabiah al-Adawiyah
Menurutnya tujuan tasawuf yaitu terbukanya tabir pengikat alam ghaib
sehingga seorang sufi bisa mengalami penyaksian dan berhubungan
langsung dengan dunia ghoib dan zat Tuhan.
4. Abdul Hakim
Dalam kitab al-tasaw uffi al-syi’ri ‘arabi, beliau mengatakan tujuan
tasawuf ialah sampai pada zat yang hak mutlak atau bahkan bersatu
dengan Tuhan.12
C. Pembagian Ilmu Akhlak Tasawuf
Depag bersama LIPI mengklasifikasikan akhlak tasawuf menjadi
tasawuf akhlaki, ‘amali, dan tasawuf falsafi.
1. Tasawuf akhlaki
Adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian jiwa
melalui proses pengaturan sikap mental dan kedisiplinan tingkah laku secara
ketat.13 Seseorang apabila ingin mencapai kebahagiaan yang maksimal, harus bisa
melihat dirinya dan mengidentifikasi eksistensi diri dengasn ciri-ciri ketuhanan,
dan memperbaiki diri dari amal yaitu melalui penyucian jiwa dengan moral yang
baik dan mempunyai akhlakul karimah.
12Ibid., him. 32-33.
Dalam penyucian jiwa para sufi menyusun beberapa metode penyucian
jiwa yaitu:
a. Takhalli
Metode ini merupakan usaha pengosongan diri dari perilaku atau
akhlak tercela, seperti ujub, riya', sum’ah, takabbur, iri, dengki,
su’udhon, kufur, munafik, dsb.14
Hal-hal di atas merupakan penyakit-penyakit hati. Apabila penyakit hati
itu ditumbuh kembangkan maka akan membuat hati menjadi sakit, bahkan bisa
membuat hati menjadi mati. Ibnu Qoyyim al-Jauziah membagi hati menjadi tiga
bagian, yaitu pertama, hati sehat, kedua, hati yang sakit, ketiga, hati yang mati.15
b. Tahalli
Merupakan usaha manusia mengisi atau menghiasi dengan akhlak
terpuji.
c. Tajalli
Yaitu terungkapnya nur ghoib, adapun tajalli pada pengalaman
manusia sesungguhnya bertingkat-tingkat.16
2. Tasawuf‘amali
Adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri
kepada Allah yang konotasinya adalah thariqoh.
14Ahmad Sultoti, o p .cit, him. 43.
‘■’Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Mawaridul Aman Al-Muntaqo m'm Ighotsatul Lahfun r-M asyayidisy Syaithan, terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Darul Falah, Jakarta, 1998, him. 1.
3. Tasawuf falsafi
Adalah bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan visi
rasional, baik dalam kerangka teoritis maupun praktis, yakni pengalaman
rohaninya disampaikan secara sistematis dengan term filsafat, seperti teori
kosmologi, dan ungkapan-ungkapan yang ganjil seperti ayahadat, syatahiyat yang
sulit dipahami.17
D. Amalan Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari
Amalan akhlak tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, penulis
hanya menyajikan beberapa amalan akhlak tasawuf yang dilakukan orang
pengamal tasawuf, yaitu: taqwa, zikir, ikhlas, taubat, tawakal, sabar, istiqomah,
zuhud, tujuh amalan-amalan sunnah.
1. Taqwa
Definisi taqwa yang palig populer adalah “memelihara diri dari siksaan
Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya.” 18 Ketaqwaan merupakan suatu hal
yang harus dimiliki seorang hamba, karena ketaqwaan di hadapan Allah adalah
sebagai pembeda antara hamba yang satu dengan yang lain. Derajad taqwa bisa
diraih oleh manusia yaitu dengan cara mencari kebenaran haqiqi yang sesuai
dengan batas-batas yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
Definisi di atas merupakan gambaran seorang hamba yang takut dan patuh
kepada Allah, untuk mendapatkan rasa takut kepada Allah memerlukan ilmu
terhadap yang ditakuti. Seorang hamba apabila telah berilmu tentang Allah, akan
takut kepada-Nya, orang yang takut kepada Allah maka akan bertaqwa kepada
Allah. Salah satu bentuk taqwa seorang hamba kepada Allah yaitu seorang hamba
akan selalu berjalan sesuai petunjuk Allah, yaitu sesuai dengan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah.
Keharusan seorang hamba takut kepada Allah karena ada dua hal yaitu:
a. Agama Islam memang mengajarkan hendaknya kita semua takut kepada
Allah, seperti disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, antara lain:
(jjjy
lili
till jli AiLu^j aJll
Al
alll
Artinya: ' Orang yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, takut dan bertaqwa kepada-Nya, itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. ” (Q.S. an-Nur, 52)
Sabda Rasulullah saw. menyebutkan pula:
^)l! ^ J ^ x ll j Aj3 j ^ i l \ ^ alll ;tli Ij-n. ia tli
ijx\\
J
j
'^
1
'
^3 .V^»qll
j)
J
Artinya: “Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia yaitu, 1. takut kepada Allah ditempat yang sunyi yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, 2. berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah dan 3. hidup sederhana pada waktu miskin maupun pada waktu kaya. ”
b. Tuhan Allah tidak hanya pengasih maha penyayang tapi juga dimana
perlu Dia menghukum siapa pun yang berani durhaka kepada-Nya. Dia
tidak hanya memiliki surga tetapi juga mempunyai neraka.19
Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang orang-orang yang
bertaqwa kepada Allah dan kedudukan orang yang bertaqwa kepada Allah.
Qur’an surat al-Hujuraat ayat 13, yaitu:
alll Aic- ^5La j £ l <jl
Artinya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu ”
Maksud dari ayat tersebut yaitu yang membedakan derajat manusia di sisi
Allah hanyalah ketaqwaan.
Diterangkan dalam sebuah hadits berkenaan dengan hal itu bahwa,
Rasulullah saw. bersabda,
. * 3 l i l f 2 L , V I U . f S j U i a . . .
(l* J » ' j j )
Artinya: ’’Orang yang paling baik diantara kamu pada masa jahiliyah adalah orang yang paling baik pada masa Islam, apabila mereka memahami. ”20
Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang bertaqwa
yang sebenar-benarnya taqwa yang tidak dicampuri dengan syirik, akan
mendapatkan derajad yang paling mulia di sisi Allah. Apabila dalam diri seorang
hamba selalu diliputi rasa takut kepada Allah dan merasa selalu diperhatikan
Allah dan para malaikat yang bertugas mengawasi manusia dari setiap aktivitas
yang dilakukan dalam kehidupan, akan berdampak baik pada hamba yaitu merasa
dekat dengan Allah.
20Muhammad Nasib Ar-Rifai, Taisiru al-Atiyyat Qodir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
2. Zikir
Zikir bersifat mengingat. Mengingat dan menyebut dalam bahasa zikir
bersifat komplementer (saling terkait dan melengkapi). Menyebut merupakan
zikir lisan yang akan mendorong hati untuk mengingat nama atau sesuatu yang
disebut itu. Demikianlah zikir hati (mengingat) dan zikir lisan (menyebut) saling
mempengaruhi yang nanti akan mendorong akal untuk menangkap kehendak
Allah di alam ini yang dijadikan ibroh ketundukan dan kepatuhan kepada syriat-
Nya. Sebagaimana dalam tunduk dan patuh pada sunnatullah (ketentuan-Nya).
Selanjutnya akan melahirkan zikir amal (taqwa)/'
Sebagai manusia yang mempunyai sesembahan, sudah menjadi kewajiban
untuk selalu mengingat Allah. Zikir merupakan ruhnya tariqat, kunci kebenaran,
sahabatnya para murid dan ajarannya para w ali/2 Zikir merupakan jalan dan kunci
hakikat serta senjata orang yang hendak menuju jalan Allah. Dalam hal ini Allah
berfirman:
(l52:« j k l t ) ^ X*
.iritnya: 'Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku supaya aku ingat pula kepadamu
(i03 >1^1)
jia.
j
j La La aiil
j j£
ili
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Alah di waktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring. ”21 22 23
21Muhammad Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, PT. Mizan Publika, Jakarta, 2004, him. xii.
22Ibid., him. 7.
Penjelasan zikir yang paling domain adalah hati, pikir dan lisan. Zikir
tidak hanya cukup dengan itu akan tetapi harus diikuti dengan perbuatan yang
melibatkan kerjanya organ tubuh secara materi dengan sungguh-sungguh (wirid).
Apabila antara zikir dan wirid saling berhubungan maka akan menghasilkan apa
yang diharapkan, yang sesuai dengan kerja kedua faktor yaitu zikir dan kerja
keras dalam anggota tubuh. Wirid itu ibarat tanah, dan kerja keras adalah
tanamannya. Tanah tanpa tanaman itu omong kosong, tahayul, atau klenik.24
Jadi wirid merupakan alat penghubung hamba dengan Tuhan. Kalau wirid
tidak dilakukan maka akan bersifat fatamorgana, atau dengan kata lain wrid tanpa
zikir tidak akan maksimal dalam hasil akhir, jadi antara zikir dan wirid harus ada
keterkaitan.
Apabila hari kiamat sudah datang, maka akan terjadi hari penghitungan
amal manusia (yaumul hisab), pada hari penghisaban nanti mulut-mulut yang
pada waktu di dunia selalu zikir ditutup rapat-rapat oleh Allah, dan memberikan
kesempatan kesaksian kepada organ tubuh. Organ tubuh pada hari penghisaban
akan melaporkan apa yang telah diperbuatnya sesuai dengan waktu di dunia.
Sebab bisa jadi lisan memberikan kesaksian yang dipenuhi dengan kepalsuan.
Akan tetapi, apabila orang yang sudah kerapkali dan terbiasa berzikir, maka
ucapannya menjadi zikir, sedangkan yang terbiasa berbicara, bisa jadi zikirnya
pun menjadi ucapan yang tidak mengandung makna.
3. Ikhlas
Maksud ikhlas adalah megerjakan ibadah semata-mata karena handak
mendekatkan diri kepada Allah semesta alam, bukan karena melahirkan taat di
hadapan umum, bukan karena mengharap pula puji dan sanjung, sayang dan
perhatian rakyat. Ikhlas adalah membersihkan amal dalam beribadah dari
perhatian umum. Hasbi ash-Shiddieqy mengutip perkataan Ali ad-Daqqoq yaitu:
Uax (
jc-
J
4
a
jjc-
a
Ac. j
“Ikhlas adalah memelihara dari perhatian menusia dan benar itu ialah bersih hati dari mengikuti hawa nafsu. ”25
Ahmad Farid mengutip perkataan Ya’kup, yaitu “orang-orang ikhlas
adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia
menyembunyikan keburukan-keburukannya.”26
Ikhlas merupakan ilmu yang memadukan amal dan niat, niat merupakan
dasar dari segala amal perbuatan. Rasululah saw. bersabda,
j La I j Aoil Ij VI 1-&3I
Artinya, “Sesungguhnya amal perbuatan itu harus dengan niat, dan setiap orang itu tergantung pada niatnya. ” (Muttafaq Alaih)27
Salah satu ciri terpenting yang ada pada diri muslim yang sejati
dan ikhlas adalah ia dengan tulus ingin dan berusaha menyucikan dirinya dan
25Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2001, him. 52-53.
26 Ahmad Farid, Tazkiyatun An-nufus Wa Tarbiyatuha Kama Yuqorrihu U lam a’u as-Salaf: Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qoyyim, Ibnu Hamid Al-Ghazali„ terj. Jasima, Media Insani Press, Solo, 2002, him. 10.
segala jenis tingkah laku dan akhlak yang dilarang oleh al-Qur’an demi
memperoleh keridhaan Allah swt. walaupun manusia diciptakan cenderung untuk
berbuat salah, namun Allah mengatakan dalam ayat yang terpisah bahwa, Dia
telah melengkapi jiwa manusia tidak hanya terbatas dengan dosa dan kejahatan,
tetapi juga dengan cara-cara untuk menghadangnya.
Allah swt. berfirman,
jiw a satu penyempurnanya (ciptaan-Nya). maka Allah mengilhamkan kepada jiw a itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiw a itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. ”(Asy-Syams, 7-10)28
4. Taubat
Taubat adalah kembali dari sesuatu yang dia sesali menuju kepada yang
dia maksudkan. Taubat yang diperintahkan adalah kembali kepada Allah,
mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang
oleh-Nya.29
Taubat dari dosa-dosa dilakukan dengan kembali kepada yang maha
menutupi aib dan yang maha mengetahui hal-hal yang ghoib, ini adalah awal dari
perjalanan para sholikin, modal awal bagi orang-orang yang akan mendapatkan
keuntungan, dan langkah awal bagi para santri, kunci untuk meluruskan yang
bengkok, satu awal seleksi bagi kaum muqorrobiin.30
Taubat adalah suatu perbuatan yang kembali dari awal dan menuai
langkah awal seorang hamba untuk mencapai jalan Allah. Taubat harus diikuti
28Harun Yahya, Sinceryti Described in The-Qur’an, terj. Aminah Mustavi, Irsa Hamdani,
Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003, him. 27.
29Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Kitab at-Taubah, terj. Irwan Raihan, Median Insani Press, Solo, 2003, him. 46.
dengan perbuatan yang konkrit. Tindakan taubat yaitu meninggalkan segala
perbuatan yang dimurkai Allah. Perbuatan yang seperti ini merupakan suatu yang
dicintai Allah.
Allah swt. berfirman:
(222 6 J ^ ' ) (j* (JJJ I j j l l i—LSJ alll <jl
Artinya: ” Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. ” (al-Baqoron:
222).31
Qur’an surat al-Hujurat ayat 11 yang atinya: “Dan barang siapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim. ”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memberi nama kelompok kepada
menusia atau hambanya menjadi dua bagian, yaitu kelompok orang-orang yang
bertaubat dan kelompok orang-orang zalim.
Ketulusan dalam bertaubat adalah kebersihannya dari keculasan,
kekurangan, dan kerusakan. Ahmad Farid mengutip pendapat Ibnu Qoyyim
tentang ketulusan dalam taubat. Ketulusan dalam taubat mengandung tiha hal:
Pertama, mencakup dan meliputi dosa-dosa lain dimana tidak ada suatu dosa
kecuali termasuk di dalamnya. Kedua, bertekad dan jujur dalam keseluruhannya,
dimana tidak ada lagi keragu-raguan, atau menunggu-nunggu, ia harus
membulatkan tekat dan segera melakukannya. Ketiga, membersihkannya dari
noda-noda yang merusak keikhlasan, melemparkannya dalam benteng rasa takut
kepada Allah, hasrat kepada apa yang adadi di sisi-Nya, dan takut kepada siksa-
Nya.32
5. Sabar
Sabar secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang
(al-habs wa atkuj). Secara terminologi sabar menahan diri dari segala sesuatu
yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.33 Menurut Ibnu Hajar al-
Asqolani membagi sabar menjadi empat:
a. Sabar dalam menghadapi musibah
b. Sabar dalam menghadapi kesulitan
c. Sabar dalam melaksanakan taat
d. Sabar dalam menjauhi maksiat.34
6. Tawadlu’
Sebagai seorang muslim yang sedang menuntut ilmu hendaknya kita
sanggup menanggung derita hidup, dianggap rendah dan hina dikalangan umat
manusia selama mendalami ilmu pengetahuan. Sikap tawadlu’ ini adalah sikap
yang dimiliki seorang muslim. Sikap tawadlu’ ini bisa menanamkan sikap tidak
sombong, sehingga dalam kesehariannya dapat terjalin hubungan yang baik
diantara sesama. Sikap tawadlu’ ini merupakan tingkah laku yang bisa
mengantarkan pada derajad yang tinggi di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. bersabda:
ail! Ajl3j V! 1 j3 La j ! j c - V! lAlC. aSltaj La
32Ahmad Farid, op.cit, hlm.192-193. JJH. Yunahar Ilyas, o p .cit, him. 134.
Artinya: “Tiada Allah menambah kepada seorang hamba dengan kemaafan kecuali Allah menambah kemuliaan. Dan tiada seorang yang meendahkan diri kerena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajadnya. ” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah R.A).
Umar ra. berkata: ”Sesungguhnya hamba itu apabila ia merendahkan diri kerena Allah, niscaya Allah meninggikan (mengangkat) hikmahnya,”35
Sikap tawadlu’ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang lahir dari
kesadaran dan kemahakuasaan Allah swt. atas segala hamba-Nya. Manusia adalah
makhluk lemah yang tidak berarti apa-apa di hadapan Allah swt. Orang yang
tawadlu’ menyadari bahwa apa saja yang dia miliki, baik bentuk rupa yang cantik
atau tampan, ilmu pengatahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan
dan lain-lain sebagainya, semua itu adalah karunia Allah swt.
7. Istiqomah
Secara etimlogis, Istiqaamah berasal dari kata istiqaama-yastaquumu,
yang berarti tegak lurus.36 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqomah
diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.37
Secara terminologi akhlak, istiqamah adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai
macam tantangan dan godaan.38
Seorang yang mempunyai sifat istiqamah bisa digambarkan seperti batu
karang yang ditengah laut yang tidak bergeser sedikitpun walaupun diterjang dan
dipukul oleh gelombang yang dahsyat.
35Imam Ai-ghozali, Ihya' ‘Ulumuddin, Jilid 6, CV. Asy Syifa, Semarang, 1993, him. 537.
36AI-Munjid, Beirut, Dar El-Masrek Publisers, 1973, him. 663. 37Anton M. Moeliono, dkk., op.cit, him. 341.
8. Zuhud
Zuhud secara bahasa adalah zahada fihi, wa zahada ‘anhu zuhdan wa
zahadan, yaitu berpaling darinya dan meninggalkannya karena menganggapnya
hina atau menjauhinya karena dosa.
Dalam hal ini Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani berkata,
“Seorang mukmin mempunyai tujuan yang baik disemua perilakunya,
bekerja di dunia bukan untuk dunia, membangun di dunia untuk akhirat, seperti
membangun masjid, tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah, jembatan dan jalan-
jalan kaum muslimin. Jika dia membangun selain ini, maka hendaklah berniat
bahwa tujuannya adalah untuk keluarga, orang-orang terlantar, fakir miskin, dan
apa yang seharusnya yang ia butuhkan. Dia melakukan hal itu, supaya dia kelak
diberi bangunan khusus di akhirat. Tetapi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani
menjelaskan bahwa kezuhudan dan bukan masalah mudah yang bisa diperoleh
tanpa bersusah-payah dan tidak semua orang mampu menjadi seorang zahid
karena kezuhudan menurut Al-Jailani adalah: “anugrah yang baik dan jika bukan,
tidak seorang pun mampu berzuhud terhadap bagiannya. Seorang mukmin bebas
dari beban ketamakan, tidak ambisi dan tidak tergesa-gesa. Zuhud terhadap
sesuatu dengan batinnya, berpaling darinya dengan hatinya, sibuk dengan apa
yang yang diperintahkan, dan tahu bahwa bagiannya tidak akan hilang walaupun
akan mengikutinya di belakang, merasa hina, dan memohon kepadanya agar
v
diterima.”39
9. Menghidupkan tujuh sunnah dari Rasulullah
Ibadah sunnah adalah ibadah yang dilakukan oleh Nabi di luar ibadah
yang wajib, ibadah sunnah ini mempunyai sifat apabila dikerjakan maka akan
mendapatkan pahala dan apabila tidak mengerjakan tidak mendapat dosa. Adapun
tujuh sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. yaitu:
a) Salat tahajjud
Muhammad Sholikhin mengutip pendapat Imam al-Qurtubi, tahajjud
adalah “al-qiyaamu ilash-shalati minan-naum, berdiri dari tidur untuk
menunaikan salat.” Allah swt. Berfirman:
‘Dan pada sebagian malam, bangunlah kamu untuk melakukan ibadah salat sebagai ibadah penyempurna bagi kamu. ” (Q.S. 17, Al-Isra’: 79).40
Salat tahajjud adalah salat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi
Muhammad, kecuali sedang sakit. Amalan sunnah ini merupakan amalan yang
paling disenamgi oleh Allah swt. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin
Al-‘ash r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya:
“Salat sunnah yang paling disenangi oleh Allah adalah salat Dawud a.s. Dawud tidur hingga pertengahan malam, kemudian bangun untuk bertahajjud selama sepertiga malam, lalu tidurlagi selama seperenam malam. Dawud berpuasa sunnah selang sehari/sehari berpuas sehari tidak. ” (H.R. Bukhari).41
39 Said bin Musfir Al-Qahthani, As- Syaikh Abdul Qodir al- Jailani via Arauhu Al Itiqodiyah Wa Ash Shufiyyah, teij. Munirul Abidin, CV. Darul Falah, Jakarta, 2003, him. 488-489.
40Shalikhin, op.cit., him. 219.
Allah dengan khusyuk, karena waktu yang ada merupakan waktu yang dapat
membantu dalam mengingat Allah, dan waktu sepertiga malam adalah waktu
yang mustajab untuk berdoa, dan Allah akan mengabulkan apa yang menjadi
permintaan hambanya.
b) Membaca Al-Qur’an dan memahami maknanya
Orang muslim beriman kepada kesucian firman Allah ta’ala,
kemuliaannya, keutamaannya atas semua ucapan, dan bahwa al-Qur’an al-Karim
adalah firman Allah ta’ala yang tidak ada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Keimanan orang muslim kepada keagungan kitabullah (al-Qur’an), kesucian, dan
kemuliaannya semakin bertambah dengan hadits-hadits dari Rasulullah saw
tentang keutamaan al-Qur’an.
Rasulullah saw bersabda:
1 A-a Ijjill l j A3 lii ( j l
Artinya: “Bacalah al-Qur ’an karena pada hari kiamat al-Qur ’an datang menjadi pemberi syafa ’at bagi pembacanya. ” (Diriwayatkan Al-Bukhari).42
c) Salat beijamaah di masjid
Permulaan Nabi saw. mengerjakan jama’ah denagn secaraterang-terangan
dan terus menerus, ialah di Madinah. Para ulama’ telah sepakat bahwa
menegakkan salat berjamaah di masjid-masjid itu adalah perbuatan taat yang
/
utama dan sebesar-besr syiar agama Islam.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 6 dijelaskan,
\
'"Dan dirikanlah salat, dan keluarkanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. ”4i
Dari ayat di atas mamarintahkan untuk salat berjama’ah, karena salah satu
fungsi dari salat berjama’ah adalah adanya ikatan yang erat antara imam dan
makmum serta pemimpin denagn rakyat, dan dapat mempererat ukhuwah
Islam iyah.
”Salat seseorang dengan jamaah itu dilipatkan dua puluh lima kali atas salat sendiri yang dikerjakan di rumahaatau di pasa. Hal itu apabila ia berwudlu dengan sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan nait hanya untuk salat, maka setiap kali ia melangkah, derajadnya dinaikkan dan kesalahan (dosa)nya diturunkan. Lalu ketika ia melakukan salat, malaikat senantiasa memohonkan ampundan rahmad untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat salatnya dan tidak berhadas. Malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. ” Dan tetap dianggap berada dalam salat (mendapat pahala seperti itu), selama ia menanti salat. ” (H.R. Bukhari dan Muslim)43 44
43Hasby as-Siddieqy, op.cit, him. 432.
d) Shalat dhuha
\
Salat dhuha merupakan perwujudan syukur kepada Allah bahwa dengan
segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya semua mempunyai nilai barakah.
Jumlah rakaatnya antara 2 sampai 8 rakaat. Permulaan salat dhuha itu ialah
diwaktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu
matahari lingsir, tetapi disunnatkan mengundurkannya sampai matahari agak
tinggi dan panas agak terik .
Dari Abu Sa’id r.a., katanya:
V JyA j i j AjIc- all!
Artinya: “Rasulullah saw. selalu bersalat Dluha sampai-sampai kita
e) Menjaga wudlu
Wudlu adalah ibadah pembersihan diri dan jiwa seorang mukmin, dan
mempunyai hikmah yang besar. Kemauan untuk menjaga diri untuk selalu
manjaga wudlu- dalam keadaan suci- merupakan ciri kesempurnaan keimanan
seorang.
Dari Abu Hurairah r.a. bah Rasulullah saw. bersabda,
“Maukah saya tunjukkan padamu hal-hal dengan mana Allah menghapuskan dosa-dosamu serta mengangkat derajadmu? ” “Mau ya Rasulullah ”, ujar meraka. “Menyempurnakan wudlu, menghadapi segala kesusahan dan sering melangkah mengunjungai masjid, serta menunggu
45Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 2, terj. Mahyuddin Syaf, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1976, him. 82-83.
salat demi salat. Nah itulah dia perjuangan, sekali lagi perjuangan'
(H.R. Malik, Muslim, turmudzi dan Nasa’i).4"
f) Bershadaqah
Allah berfirman dalam al-Quf an mengenai shadaqah yaitu:
° f.\jSaJil Ia l Aj i a. 1 (jl j ^ A 1 a» A < J l i 3 I
(271 La j a lilj Liui j a £ j j
Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu-sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al- Baqarah, 271 ).46 47
Al-Qur’an tersebut dapat diambil kesimpulan mahwa cara bershadaqah
boleh dilakukan secara terang-terangan, tujuannya adalah supaya dicontoh oleh
orang lain, akan tetapi lebih baik dalam bershadaqah secara sembunyi-sembunyi,
karena menampakkan itu dapat menimbulkan riya pada diri yang memberi dan
dapat pula dapat menyakitkan hati orang yang diberi,
g) Istighfar
Allah berfirman:
"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan”.(Q.S,. Huud: 3)48
Ayat ini menjanjikan bagi siapa saja yang selalu beristighfar dan
bertaubat, akan mendapatkan berbagai kenikmatan dan kesenangan selama di
dunia.
46Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, teij. Mahyuddin Syaf, PT. Al-M a’arif, Bandung, 1973, him. 87.
47Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit. hlm.46.