• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006 - Test Repository"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006

SKRIPSI

Diajukan Guna Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Tarbiyah

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

DOSEN STAIN SALATIGA

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : NUR HADI

NIM : 111 02 033

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

Judul : STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN

PENGARUHNYA TERHADAP ETIKA PERGAULAN

MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006

(3)

PENGESAHAN

Skripsi sudara Nur Hadi dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 02 033 yang

beijudul PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF PENGARUHNYA

TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI

AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2005/2006

Telah dimunakosahkan dalam sidang Panitia Ujian jurusan tarbiyah Stain Slatiga

pad hari Sabtu, 11 Sya’ban 1427 H. yang bertepatan dengan tanggal 5 Agustus

2006 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, 11 Sva’ban 1427 5 Agustus 2006

PANITIA UJIAN

(4)

MOTTO

\

^ 0 ^ 4-Lull^. S ^juoI Jill I (J ^ 3 ( j oL

( 2 1 : U > V I ) l > V I ^ 1 J

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab 33 :

21).'

'Departemen Agama Republik Indonesia, A l-Q u r’an dan Terjemahnya, PT. Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004. hlm.420.

(5)

Skripsi ini kami persembahkan buat:

1. Ayah, ibu tercinta yang telah mencurahkan segala usaha untuk membantu

melancarkan studi adikku yang tersayang yang telah mencurahkan segala

usaha untuk melancarkan studi

2. Bapak K.H. Drs. Ahmad Nuh Muslim beserta Ibu yang telah membimbing

dan memberi dorongan dalam mencari ilmu di pondok pesantren An-nida

3. Pengurus pondok pesantren An-nida yang telah membantu sepenuhnya

baik dari segi moral atau fasilitas dalam penyelesaian skripsi.

4. Santriwan dan santriwati pondok pesantren An-nida yang telah memberi

dukungannya dalam penyelesaian tugas akhir.

5. Seluruh mahsiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006 sebagai responden

yang telah ikhlas dalam memberi jawaban yang penulis berikan.

(6)

KATA PENGANTAR\

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang Maha

Mengetahui segala apa yang tampak maupun tersembunyi, karena atas rahmat dan

hidayahnya serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada

Rasulullah Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia dari zaman

jahiliyyah menuju jalan yang penuh kasih sayangnya Allah SWT., semoga pada

akhirnya kelak kita diakui oleh umatnya, amiin.

Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk

memperoleh gelar kesaijanaan dalam Ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan

terselesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga yang telah

banyak berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan

persetujuan/pengesahan terhadap judul skripsi ini.

2. Bapak DR. Mansur M. Ag, sebagai dosen pembimbing yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya

dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

3. Bapak Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan yang telah banyak

membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

(7)

An-nida Salatiga beserta ustadz-ustadzah, yang telah memberikan pondasi

ilmu agama Islam serta dukungan moral, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar.

5. Semua pengurus pondok pesantren putra dan putri yang telah membantu

penulis baik dalam bentuk materi maupun non materi, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendo’akan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan

kesabarannya.

7. Semua mahasiswa angkatan 2004/2005 sebagai responden yang telah

dengan ikhlas memberikan jawaban dari angket yang penulis ajukan.

8. Sahabatku (akhi Achmd Suyuti, A.Md.EI) dan semua sahabat-sahabatku

yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan

motivasi kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa dijadikan kontrol oleh para

pembaca yang kemudian untuk menentukan langkah berikutnya.

tiatiea. 26 Juli 2006 Penulis

Nur Haui

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA PEMBIMBING

PENGESAHAN ii

MOTTO iii

PERSEMBAHAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL X

BABI PENDAHULUAN

A Latar belakang 1

B Penjelasan istilah 6

C Pokok Masalah 10

D Tujuan Penelitian 10

E Hipotesis 11

F Metodologi Penelitian 11

G Analisis Data 14

H Sistematika Penulisan Skripsi 15

BABII LANDASAN TEORI

A Pengertian Ilmu Akhlaq Tasawuf 18

1. Arti Ilmu Akhlak Tasawuf 18

(9)

2. Arti Tasawuf \ 20

B Tujuan Akhlaq Tasawuf 21

C Pembagian Ilmu Akhlaq Tasawuf 23

1. TasawufAkhlaqi 23

2. Tasawuf Amali 24

3. TasawufFalsafi 25

D Amalan Akhlaq Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari 25

E Peran Akhlaq Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari 41

F Pengertian Etika Pergaulan 42

G Pengaruh Pemahaman Ilmu Akhlaq Tasawuf Dengan Rtika

Pergaulan ^45^

BAB III LAPORAN PENELITIAN

A Gambaran Umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga 4?

1. Sejarah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga 4ff

2. Bergabung dengan Wali Songo 4§

3. Alih Status Menjadi STAIN Salatiga 5lf

B Asas, Fungsi, Dan Tujuan 56

C Visi, Misi 5'7

D Organisasi STAIN Salatiga 55

E Progran Pendidikan 62;;

F Kualifikasi Lulusan 6£

(10)

G Penyajian Data Penelitian 69

H Laporan Hasil Angket 6$

BAB IV ANALISA DATA

A Analisa Pendahuluan 6 6

B Analisa Lanjutan 89

C Analisis Uji Hipotesis 8if

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 82

B Saran U

C Penutup 86

DAFTAR PUSTAK A LAMPIRAN LAMPIRAN

(11)

I. DATA RESPONDEN

II. JAWABAN ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

III. NILAI ANGKET PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

IV. INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

V. NILAI NOMINASI PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

VI. NILAI PROSENTASE PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF

VII. JAWABAN ANGKET ETIKA PERGAULAN

VIII. NILAI ANGKET ETIKA PERGAULAN

IX. INTERVAL ETIKA PERGAULAN

X. NILAI NOMINASI ETIKA PERGAULAN

XI. NILAI PROSENTASE ETIKA PERGAULAN

XII. TABEL KERJA UNTUK MENCAPAI KORELASI ANTARA

INTERVAL PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TASAWUF DENGAN

(12)

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pada hakekatnya esensi ajaran Islam adalah membedakan manusia dari

perangai buruk yang dikendalikan hawa nafsu. Di zaman modem ini, persoalan

moralitas masih menjadi pemicu utama yang akan meninggikan dan merendahkan

derajat manusia di hadapan Allah swt. dan manusia. Dalam kontek Islam, kisah

Qobil yang membunuh Habil sebagai saudara kandung sendiri merupakan salah

satu contoh dari akhlak buruk. Dari peristiwa ini dapat memberikan makna bahwa

persoalan moral bagai dua mata rantai yang tak bisa dipisahkan.

Dari kisah Qobil dan Habil di atas dapat diartikan dalam kontek

pendidikan, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, dan

Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa

pendidikan Islam. Untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan

sebenarnya dari pendidikan.1 Dalam menempuh kehidupan, manusia memerlukan

ilmu pengetahuan untuk mendapatkan semua itu yang harus ditempuh manusia

adalah dengan pendidikan. Dengan cara ini manusia dituntut untuk memperbaiki

diri, baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Islam menetapkan

keseimbangan kesempurnaan dalam akhlak. Islam memandang bahwa akhlak

mulia merupakan dasar utama bagi kaidah-kaidah dalam kehidupan sosial.

'M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970. him. 1.

(13)

Akhlak dalam Islam merupakan sekumpulan prinsip dan kaidah yang

mengandung perintah atau larangan dari Allah sw t/ Jadi konsepsi akhlak dalam

Islam sudah jelas, bahwa akhlak merupakan suatu ilmu yang dapat mengukur

kadar keimanan dan ketaqwaan seorang hamba.

Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:

• * . * * t i

LSULZk, UtIM U (JA H I

m u i i ^ u7 t y / a f^ a m m m y a f i ^ jsidang jc -m jjid i a a im a n n y a nam a»y ka» , Akhlaknya. ”J

Risalah yang disampaikan Rasulullah saw. sangat menjunjung tinggi

akhlak. Islam mengajarkan budi pekerti luhur dalam semua aspek kehidupan

manusia. Akhlak mulia ini tercermin pada diri Rasulullah saw. yang dapat

diketahui melalui al-Qur’an, as-Sunnah dan sejarah hidup beliau. Rasulullah saw.

adalah sebagai utusan Allah swt. yang terakhir dan sekaligus dijadikan sebagai

figur dan teladan bagi setiap muslim dalam segala hal, baik dari segi keagamaan,

kepemimpinan, maupun dalam hal keduniaan. Meneladani Rasulullah merupakan

kewajiban setiap muslim.

Dalam al-Qur’an, Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk

meneladani Rasulullah saw. sampai hari penghitungan. Allah swt. berfirman

dalam surat al-Ahzab: 21 Akhmad Ikhwani. Gema Insani. Jakarta. 1995. him. 81.

3Ibid., him. 83.

(14)

Namun konsepsi yang indah itu apabila direfleksikan ke dalam realita

kehidupan sehari-sehari tidak mudah untuk merealisasikannya. Karena akan

menyebabkan pro dan kontra antara adat istidat yang ada, dengan konsepsi itu

sendiri. Sehingga perlu adanya penyelarasan antara adat istiadat dan budaya

dengan pengamalan konsep-konsep Islam tentang akhlak.

Memasuki abad XXI, M. Amin Rais dalam menyikapi kemerosotan

akhlak menyatakan bahwa ada karakteristik atau ciri khas yang akan dimiliki oleh

rata-rata masyarakat modem. Pertama, sekarang menyaksikan ledakan informasi

tanpa batas. Ledakan informasi ini berkat teknologi komunikasi makin lama

makin canggih, produktif, dan efektif. Hal ini betul-betul merupakan gejala yang

telah mengglobal. Kedua, semakin longgar nilai-nilai moral bagi masyarakat

modem sudah dapat kita rasakan. Nilai-nilai moral dalam arti akhlak makin lama

makin longgar. Ketiga, makin tumpulnya peri kemanusiaan yang dialami oleh

bangsa-bangsa modem. Keempat, adanya kecenderungan manusia modem untuk

mengagung-agungkan atau menyembah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Kelima, kecenderungan kehidupan yang semakin materialistis. Materialisme itu

sudah mendominasi, menguasai kehidupan umat manusia/

Dari kelima prediksi M. Amin Rais di atas, pada abad XXI sudah sangat

jelas sekali tentang pengaruh-pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Banyak di kalangan umat Islam yang sudah terpengaruh dengan adanya

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi di lapisan masyarakat, baik

yang berpendidikan cukup maupun yang kurang dalam memperoleh pendidikan. S

(15)

Kondisi generasi Islam khususnya dan masyarakat Islam di Indonesia pada

umumnya, saat ini belum bisa memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Salah satu penyebabnya adalah kurang siapnya pemuda dan masyarakat

Indonesia dalam menerima kenyataan yang ada. Dalam hal ini diperlukan adanya

sebuah pengontrol (iman dan taqwa serta budi pekerti luhur) dalam menyikapi

kemajuan IPTEK, sebagai tindakan preventif untuk mengantisipasi kemungkinan

adanya budaya yang masuk lewat kemajuan IPTEK. Maka akan tercipta generasi

Islam yang sempurna (kamil). Dalam hal ini cobaan yang dihadapi generasi Islam

tidaklah mudah, karena yang dihadapi generasi Islam adalah sebuah ghozwu

al-fik r ('invasi pemikiran).

Kenyataan inilah yang dihadapi masyarakat saat ini. Bahkan sebagai

anggota masyarakat Islam mulai terlena, sehingga lupa bahwa mereka

menghadapi dunia internasional. Banyak masyarakat yang mengingkari nilai-nilai

ajaran Islam dan bahkan telah kehilangan kepribadian sebagai orang mukmin.

Banyak di antara pemuda yang hanyut oleh arus modernitas dan hidup meniru

cara Barat. Pemuda-pemuda Islam sudah banyak yang terkontiminasi dalam cara

berpikir, berpaham, berlogika, berdialektika, berdebat dan bertukar pikiran,

bahkan dalam memeluk ideologi, meninggalkan Islam dan ajaran-ajaran-Nya.

Maka sebagai akibatnya adalah tidak sedikit pemuda Islam yang menjadi fitnah

bagi agamanya.

Untuk mengantisipasi problematika yang sedang melanda generasi Islam,

maka dalam pendidikan hendaknya diatasi dengan pendidikan yang sesuai, baik

(16)

Salatiga sudah ada perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga, yang merupakan dambaan masyarakat Islam. Dengan hadirnya

perguruan tinggi yang berlebelkan agama Islam ini, diharapkan dapat

memperbaiki akhlak masyarakat Indonesia umumnya, baik dari segi etika,

maupun moral, dan dapat mencetak generasi yang melaksanakan syariat Islam

secara kaffah yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi, yang tercermin

dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian mahasiswa STAIN Salatiga dianggap memahami ilmu

agama Islam serta akhlak tasawuf dan dapat mengamalkan syariat Islam secara

menyeluruh, serta mempunyai akhlakul karimah. Di samping itu latar belakang

mahasiswa dapat mempengaruhi pemahamannya terhadap persoalan ilmu agama

Islam dan ilmu akhlak tasawuf terhadap etika pergaulan. Untuk mengetahui

seberapa jauh mahasiswa STAIN Salatiga dalam memahami syariat Islam dan

ilmu akhlak tasawuf dan kaitannya dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN

Salatiga, baik dalam lingkungan kampus ataupun dalam keseharian di luar

kampus perlu dikaji secara mendalam.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dikaji secara

mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif dengan

memakai pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis mengkaji persoalan tersebut di atas

secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul:

STUDI PEMAHAMAN AKHLAK TASAWUF DAN PENGARUHNYA

TERHADAP ETIKA PERGAULAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI

(17)

B. Penjelasan Istilah 1. Pemahaman

Dalam istilah bahasa Indonesia, kata pemahaman dari kata dasar paham

dan mendapat kata imbuhan dan akhiran pe-an. Menurut Ahmad Hasan, kata

paham itu identik dengan kata fiq h yang mengandung arti memahami dan

mengerti. Seperti j g yang berarti (agar mereka melakukan

pemahaman agama.)6

2. Akhlak

Pengertian akhlak suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang

dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses

pemikiran, pertimbangan atau penelitian.7

Jadi akhlak ialah institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya

tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah.8

Jadi yang dimaksud ilmu akhlak dilihat dari sudut etimologi ialah upaya

untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai

dengan esensinya. Kemudian dilihat dari terminologi, Hamzah Yakup

mengemukakan pengertian ilmu akhlak antara lain;

a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan dan perbuatan

manusia lahir dan batin.

6Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Belum Tertutup, Pustaka Bandung, 2001, him. 1. -f Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1994, him. 102.

(18)

b. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian

tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan

menyatakan tujuan mereka yang terakhir dan seluruh usaha dan pekerjaan

mereka.9

3. Tasawuf

Menurut Harun Nasution,10 Barmawi Umarie,11 dan para ahli tasawuf

umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuufii, maknanya

orang yang suci, atau diliputi kesucian. Zakaria al-Anshari berkata, “Tsawuf

adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi

pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang

abadi.12

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian tasawuf

adalah ajaran atau cara untuk mengenal dan mendekatkan diri pada Allah.13 Ilmu

akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata kuliah akhlak

tasawuf yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga.

Jadi yang dimaksud dengan pemahaman akhlak tasawuf adalah

pemahaman terhadap makna hidup yang sebenarnya sehingga mendatangkan

peningkatan amal baik dalam kehidupan secara vertikal dan horisontal yang sesuai

uengan ai-yur an uan as-auimaii.

’Hamzah Yakup, Etika Islam, dalam Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, PT. Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 4-5.

'“Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, dalam Muhammad Sholikhin,

Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4.

“ Bamawi Umarie, Sistematika Tasawuf, dalam Muhammad Sholikhin, ed, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, him. 4.

‘^Zakaria al-Anshari, Ta’liqat ‘ala ar-Risalah al-Qusyairiyah, dalam ‘Abdul Qodir Isa,

Hakekat Tasawuf, Qisthi Press, 2005, hlm.4.

(19)

Adapun indikator-indikator pemahaman ilmu akhlak tasawuf antara lain

sebagai berikut;

a. Mengetahui akhlak tasawuf dalam perspektif syariat

b. Selalu zikir kepada Allah swt

c. Mengetahui perbedaan tasawuf yang sesuai dengan syariat

dan tasawuf yang tidak sesuai dengan syariat

d. Melaksanakan amalan-amalan tasawuf

e. Terjalinnya hubungan cinta kepada Allah

4. Etika Pergaulan

Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam

bentuk tunggal mempunyai banyak arti tempat yang biasa, padang rumput,

kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.14 Dalam hal ini

etika mempunyai kesamaan makna dengan moral, akhlak. Ketiga istilah itu sama-

sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.

Akan tetapi ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar,

yaitu terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarya adalah al-

Qur’an dan as-Sunah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi

moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.15 Kemudian

pergaulan adalah kata dasar dari gaul, mendapat imbuhan dan akhiran per-an.

Kata pergaulan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti perihal bergaul,

percampuran dalam persahabatan (kehidupan sehari-hari)16

MSuwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Belukar, Yogyakarta, 2004, him. 32. ‘■'H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakarta, 20u4, mm.

(20)

Dalam hal ini penulis memberi pengertian tentang pergaulan adalah

sebagai wujud nyata seorang muslim yang di dalamnya memiliki dimensi

pengertian berupa perkataan, tingkah laku, sikap dalam pergaulan sehari-sehari

yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga, terhadap Allah maupun terhadap

sesama.

Adapun indikator-indikator pemahaman etika pergaulan antara lain

sebagai berikut;

a. Selalu sabar dan memberi salam dan menjawab salam

b. Amar ma’ruf nahi munkar dan menghargai pendapat orang

lain

c. Menjaga jarak dalam bergaul dengan lawan jenis

d. Sopan santun dalam berbicara

e. Tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain

5. Mahasiswa

Kata mahasiswa adalah terdiri dari dua kata, maha dan siswa. Maha

mempunyai arti: pada kata majemuk dan sebutan berarti besar, amat, yang

teramat.17 Kata siswa berarti pelajar.17’ Jadi mahasiswa adalah maha dari pelajar,

atau bisa dikatakan pelajar yang belajar di perguruan tinggi STAIN Salatiga.

C. Pokok Masalah

Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan pokok masalah

sebagai berikut:

(21)

1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa STAIN Salatiga terhadap

ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006?

2. Bagaimana variasi etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun

2005/2006?

3. Adakah pengaruh antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika

pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman mahasiswa

STAIN Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf tahun 2005/2006.

2. Untuk mengetahui seberapa jauh variasi etika pergaulan mahasiswa

STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

3. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pemahaman akhlak tasawuf

terhadap etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

E. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersfat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.* 19

Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi bahwa ada keterkaitan antara

pemahaman ilmu akhlak tasawuf akan membawa pengaruh positif terhadap etika

pergaulan. Artinya semakin tinggi pemahaman mahasiswa terhadap ilmu akhlak

tasawuf akan semakin tinggi pula etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.

(22)

F. Metode Penelitian 1. Populasi

Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi merupakan semua individu untuk

siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak

digeneralisasikan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa

STAIN Salatiga program SI, yang beijumlah 171 orang.

2. Sampel

Maksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti/0 Untuk

menentukan berapa besar yang akan dijadikan sampel dalam populasi tidak ada

ketentuan yang pasti.20 21 Untuk sekadar ancer-ancer maka apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baikdiambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian pupulasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara

10-15%, atau 20-25% atau lebih. Karena jumlah populasi ada 171 mahasiswa

semester 3 tahun 2005/2006, mempunyai arti populasi melebihi dari 100, maka

penulis menentukan 25% dengan jumlah sampel 171 mahasiswa STAIN Salatiga.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa

STAIN Salatiga Program SI semester III (tiga) angkatan 2004/2005 yaitu :

a. Jurusan tarbiyah

1) Pendidikan Agama Islam 11 orang.

2) Pendidikan Bahasa Arab 11 orang.

3) Pendidikan Bahasa Inggris 11 orang.

20Ibid, him. 117.

(23)

b. Jurusan hukum (Syari’ahj

1) Al-ahwal al-Syahsiyah 10 orang

3. Teknik sampling

Untuk malakukan penelitian ini, teknik pengambilan sampling yang

penulis gunakan adalah teknik random sampling yaitu semua individu

mendapatkan kesempatan yang sama menjadi sampel. Sedangkan sistem yang

penulis gunakan adalah Stratified Random Sampling atau lebih dikenal dengan

sistem acak. Yaitu dalam penentuan sampel penulis mengambil dari beberapa

jurusan pendidikan seperti Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Inggris,

Pendidikan Bahasa Arab, Syari’ah, diambil beberapa mahasiswa untuk dijadikan

sampel secara acak.

Adapun metode dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Digunakan untuk melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diselidiki, baik untuk mengumpulkan mono

grafi, historis dan lain sebagainya. Observasi yang penulis ambil adalah observasi

partisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam

kegiatan penelitian.

b. Angket

Adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seseorang peneliti kepada

responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain.2z Setelah diisi responden

dikembalikan kepada peneliti. Model angket yang penulis gunakan adalah angket 22

(24)

tertutup, yaitu responden tinggal menjawab sesuai dengan kehendak peneliti, dan

tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa STAIN

Salatiga terhadap ilmu akhlak tasawuf serta pengaruhnya terhadap etika

pergaulan.

c. Interview

Menurut Sutrisno Hadi Interview merupakan metode pengumpulan data

dengan jalan proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih

berhadap-hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain.23

d. Dokumentasi

Yaitu Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya.24

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode angket dan

dokumentasi.

G. Analis Data

Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan, setiap

data yang masuk harus dianalisis.

Untuk menganalisis data-data tersebut penulis menggunakan tes statistik,

yaitu:

23Ibid., him. 192.

(25)

P = --- X 100 N

Keterangan, P : Prosentase individu dalam golongan

F : Frekuensi

N : Jumlah subyek secara keseluruhan

Analisis ini untuk mengetahui variabel pemahaman ilmu akhlak tasawuf

yang akan membawa pengaruh etika pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga.

2. Analisis lanjut

NZXY- ( Z X ) ( EY) rx y =

---V{ NEX2 - (E X)2 } { NZ Y2 - (E Y )2 }

Keterangan: rxy = koefisien antara variabel x dan y

XY = perkalian antara X dan Y

x2 = variabel pengaruh

y2 = variabel terpengaruh

N = jumlah sampel yang diselidiki

E = sigma (jumlah)25

Analisa ini merupakan jawaban benar atau tidak benar terhadap hipitesis

yang diajukan.

(26)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

\

Dalam penulisan ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang alasan pemilihan judul, penjelasan istilah, pokok

masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan

sistematika.

BAB I I : Landasan teori

Pada bab ini berisi tentang pengertian ilmu akhlak tasawuf, tujuan

akhlak tasawuf, peran ilmu akhlak tasawuf dalam kehidupan

sehari-hari. Pengertian pergaulan dilihat dari sudut pandang syariat

Islam. Pembentukan etika pergaulan baik secara vertikal maupun

horizontal.

Korelasi antara pemahaman ilmu akhlak tasawuf dengan etika

pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2005/2006.

BAB II I : Laporan Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga (sejarah

berdirinya, asas, fungsi, dan tujuan, visi, misi, susunan organisasi,

(27)

BAB. IV : Analisis Data

\

Pada bab ini berisi tentang analisis data yang telah terkumpul,

untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui

tahapan analisis pendahuluan, analisis hipotesis, dan analisis lanjut.

BAB. V : Penutup

Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran,

(28)

BAB II LAND ASAN TEORI

Akhlak tasawuf merupakan salah satu bentuk jalan dalam mendekatkan

diri kepada Allah Subhanahuwata’ala. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari

manusia akan selalu berusaha melaksanakan segala amalan-amalan yang

mengharapkan ridho-Nya dan selalu berusaha untuk menjauhi segala yang

dilarang dalam al-Qur’an dan sunnah. Manusia dalam kehidupan sehari-hari

apabila apat melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan dapat meningalkan

larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya maka hati akan selalu teijaga dari titik-

titik noda yang dapat menjerumuskan dalam kehidupan, sehingga akan menjadi

manusia yang jauh dari Allah Subhanahuwata’ala.

Beban-beban syar’at yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi

menjadi dua kategori. Perama, hukum-hukum yang berkaitan denganddengan

amal-amal lahiriah. Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan batin. Dengan

kata lain, ada amal-amal yang berkaitan dengan raga manusia dan ada amal-amal

yang berkaitan dengan hati manusia.

Amal-amal yang berkaitan dengan raga terbagi menadi dua macam.

Pertama, perintah seperti salat, zakat, haji, dan lain-lain. Kedua, larangan, seperti

membunuh, berzina, mencuri, meminum khomer dan lain-lain.

Amalan-amalan yang berkaitan dengan hati juga terbagi menjadi dua

macam: peintah dan larangan. Yang beraitan dengan perintah adalah iman kepada

Allah, malikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-Nya. Demikian perintah untuk

(29)

ikhlas, ridho, jujur, khusyu, tawakal dan sebagaianya.sedangkan yang berkaitan

dengan larangan adalah kufur, kemunafikan, sombong, ujub, ria, menipu, dendam,

dengki, dan lain sebagainya.

Amal-amal kategori kedua yang berkaitan dengan hati lebih penting dan

lebih utama dari amal-amal kategori pertamadalam pandangan Allah, meskipun

keduanya sama-sama penting. Sebab, batin adalah dasar dan sumber dari lahiriah.

Amal-amal lahir adalah titk tolak dari amal-amal lahiriah. Rusaknya amal-amal

batin akan mengakibatkan.1

Allah Subhanahuwata’ala berfirman: "barangsiapa mengharap dengan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan tidak mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. ” (Q.S. Al-Kahfi: 110) 2

Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam, dalam memperhatikan masalah

dalam perbaikan hati. Beliau juga menjelaskan bahwa baiknya seseorang

tergantung pada baiknya hati dan kesembuhannya dari penyakit-penyakit yang

tersembunyi.

Beliau bersabda, “Ingatlah! Di dalam tubuh manusia ada segumpal darah. Jika dia baik, maka baiklah sweluruh tubuhnya. Dan jik a rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah iru adalah hati. ” 3

A. Pengertian Akhlak Tasawuf 1. Arti akhlak

Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai ('‘ilm al-Suluk), atau

tahzib al-akhlak (filsafat akhlak), atau al-hikmat al- 'alamiyyat. Maksud dari ilmu

'Abdul Qodir Isa, H aqaa’iq at-Tashawwuj terj. Khoirul Amru Harahab dan Afrizal Lubis, Qisthi Press, 2005, him. 12.

2Departemen Agama Republik Indonesiam, A l-Q u r’an dan Terjemah, PT. Syamil Cipta Media, Bandung, 2004, him. 3004.

(30)

tersebut adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara

memperolehnya, agar jiwa menjadi bersih dan pengetahuan tentang kehinaan-

kehinaan jiwa untuk mensucikannya.4

Secara etimologi (lughot) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari

khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. H. Yunahar

Ilyas mengutip beberapa pengertian akhlak dari beberapa pendapat ulama dalam

buku kuliah akhlak yaitu:

a. Imam al-Ghozali

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.5

b. Ibrahim Anis

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah

macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran

dan pertimbangan.6

c. Abdul Karim Zaidan

Akhalak adalah nilai-nilai yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan

timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik dan buruk, untuk

kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.7

4Suwito, op.cit., hlm.31-32.

3 A bu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ikhya' Ulum ad-Din, Jilid III, dalam Yunahar Ilyas

Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakartam 2004, him. 1-2.

6 Ibrahim Anis. Al-mu'jam al-Wasith. dalam Yunahar Ilyas Kuliah Akhlak. LPPI. Yogyakartam 2004, him. 2.

(31)

Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau

khuluk itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan

muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau

pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.8

2. Pengertian tasawuf

Tasawuf yang menjadi kajian penting adalah tentang penyucian jiwa.

Hamka mengatakan tasawuf adalah latihan-latihan jiwa. Latihan mempertinggi

sifat-sifat yang terpuji (mahmudah) dan menahan dorongan nafsu, membuang

sifat-sifat yang tercela (madmudah), sehingga menjadi bersihlah hati sanubari.

Maka hati sanubari yang bersih itulah yang dapat mendekati Tuhan, apalagi jika

senantiasa dihiasi dengan zikir, yaitu ingat atau menyebut Allah.9

Muncul kata tasawuf dimulai sebelum akhir abad kedua Hijriyah.

Arti tasawuf dari asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli lughot.

Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa artinya suci

bersih, ibarat kilat kaca. Setengahnya dari perkataan shifa ’ artinya bulu binatang,

sebab orang-orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang,

karena benci mereka kepada pakaian yang indah-indah, pakaian “orang dunia” ini,

kata setengahnya diambil dari kaum “suffah”, ialah golongan sahabat-sahabat

nabi yang menyisihkan dirinya di satu tempat terpencil disamping masjid Nabi.

Kata setengahnya pula dari perkataan “shuffanah”, ialah sebangsa kayu yang

tumbuh di padang pasir tanah arab, tetapi setengah ahli bahasa dan riwayat,

terutama dizaman yang akhir ini mengatakan bahwa perkataan “sufi" itu bukanlah

"H.Yunahar Ilyas, op.cit, him. 1-2.

(32)

bahasa Arab, tetapi bahasa Yunani lama yang di-Arabkan dan diucapkan dengan

lidah orang Arab sehingga berubah menjadi “tasaw uf’. Walaupun darimana

pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau bahasa Yunani, namun dari

asal-usul pengambilan itu sudah nyata bahwa yang dimaksud dengan kaum

“tasaw uf ’ atau kaum “su fi” itu ialahkaum yang telah menyusun kumpulan

menyisihkan diri dari oang banyak, dengan maksud membersihkan hati, laksana

kilat kaca terhadap Tuhan, atau memakai pakaian yang sederhana, jangan

menyerupai pakaian orang dinia, biar hidup kelihatan kurus keringbagai kayu di

padang pasir, atau memperdalam penyelidikan tentang perhubungan makhluk

dengan kholik-Nya.'0

Dari pengertian di atas, antara akhlak dan tasawuf mempunyai keterkaitan.

Akhlak adalah Start point dari masuknya seseorang ke dunia tasawuf. Memahami

tasawuf berarti harus memahami akhlak. Kesalahan memahami akhlak akan

memunculkan kesalahan memahami tasawuf.11

B. Tujuan Akhlak Tasawuf

Tujuan akhlak tasawuf mempunyai sifat bertingkat-tingkat dan

selalu berkembang yaitu, tujuan akhlak tasawuf yang hakiki adalah pembinaan

akhlak secara pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu ia

dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran

Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya. Jadi secara umum, tujuan

terpenting dari pengamal tasawuf adalah taqarrub, mendekatkan diri kepada

Allah, dalam hal ini dapat diartikan: 0

l0Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, him. 1-2.

(33)

1. Mengenal atau mempercayai Allah dengan segala kesempurnaan

sifat-Nya.

2. Melihat (kesempurnaan sifat, asma ’, a fa l, zat) Allah.

3. Bersatu (kehendak dirinya) dengan kehendak Allah.

Ahmad Sultoni mengutip beberapa pendapat ulama’ tentang tujuan

tasawuf.

1. Hamka

Menurut Hamka, tujuan hidup kerohanian dalam Islam (tasawuf) adalah:

a. Awalnya ingin mengendalikan jiwa dalam menempuh hidup

mencari kerelaan Tuhan supaya tidak terpedaya oleh kebendaan.

b. Selanjutnya tasawuf menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih

hebat yaitu melihat wajah Tuhan.

c. Akhirnya ingin mencapai maqom tertinggi yaitu fana dalam wujud

Allah yaitu ittihad baik hului maupun wahdatul wujud melalui

latihan rohani (riyadhoh dan kesungguhan atau mujahadah).

2. Rivag Siregar

Menurut Rivag Siregar, tujuan akhir tasawuf adalah:

a. Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan,

karena Dia-lah penggerak utama dari segala kejadian alam ini.

b. Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepaskan

diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan dunia

(34)

c. Peniadaan kesadaran terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri

pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali

Dia. Ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi"

3. Rabiah al-Adawiyah

Menurutnya tujuan tasawuf yaitu terbukanya tabir pengikat alam ghaib

sehingga seorang sufi bisa mengalami penyaksian dan berhubungan

langsung dengan dunia ghoib dan zat Tuhan.

4. Abdul Hakim

Dalam kitab al-tasaw uffi al-syi’ri ‘arabi, beliau mengatakan tujuan

tasawuf ialah sampai pada zat yang hak mutlak atau bahkan bersatu

dengan Tuhan.12

C. Pembagian Ilmu Akhlak Tasawuf

Depag bersama LIPI mengklasifikasikan akhlak tasawuf menjadi

tasawuf akhlaki, ‘amali, dan tasawuf falsafi.

1. Tasawuf akhlaki

Adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian jiwa

melalui proses pengaturan sikap mental dan kedisiplinan tingkah laku secara

ketat.13 Seseorang apabila ingin mencapai kebahagiaan yang maksimal, harus bisa

melihat dirinya dan mengidentifikasi eksistensi diri dengasn ciri-ciri ketuhanan,

dan memperbaiki diri dari amal yaitu melalui penyucian jiwa dengan moral yang

baik dan mempunyai akhlakul karimah.

12Ibid., him. 32-33.

(35)

Dalam penyucian jiwa para sufi menyusun beberapa metode penyucian

jiwa yaitu:

a. Takhalli

Metode ini merupakan usaha pengosongan diri dari perilaku atau

akhlak tercela, seperti ujub, riya', sum’ah, takabbur, iri, dengki,

su’udhon, kufur, munafik, dsb.14

Hal-hal di atas merupakan penyakit-penyakit hati. Apabila penyakit hati

itu ditumbuh kembangkan maka akan membuat hati menjadi sakit, bahkan bisa

membuat hati menjadi mati. Ibnu Qoyyim al-Jauziah membagi hati menjadi tiga

bagian, yaitu pertama, hati sehat, kedua, hati yang sakit, ketiga, hati yang mati.15

b. Tahalli

Merupakan usaha manusia mengisi atau menghiasi dengan akhlak

terpuji.

c. Tajalli

Yaitu terungkapnya nur ghoib, adapun tajalli pada pengalaman

manusia sesungguhnya bertingkat-tingkat.16

2. Tasawuf‘amali

Adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri

kepada Allah yang konotasinya adalah thariqoh.

14Ahmad Sultoti, o p .cit, him. 43.

‘■’Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Mawaridul Aman Al-Muntaqo m'm Ighotsatul Lahfun r-M asyayidisy Syaithan, terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Darul Falah, Jakarta, 1998, him. 1.

(36)

3. Tasawuf falsafi

Adalah bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan visi

rasional, baik dalam kerangka teoritis maupun praktis, yakni pengalaman

rohaninya disampaikan secara sistematis dengan term filsafat, seperti teori

kosmologi, dan ungkapan-ungkapan yang ganjil seperti ayahadat, syatahiyat yang

sulit dipahami.17

D. Amalan Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari

Amalan akhlak tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, penulis

hanya menyajikan beberapa amalan akhlak tasawuf yang dilakukan orang

pengamal tasawuf, yaitu: taqwa, zikir, ikhlas, taubat, tawakal, sabar, istiqomah,

zuhud, tujuh amalan-amalan sunnah.

1. Taqwa

Definisi taqwa yang palig populer adalah “memelihara diri dari siksaan

Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya.” 18 Ketaqwaan merupakan suatu hal

yang harus dimiliki seorang hamba, karena ketaqwaan di hadapan Allah adalah

sebagai pembeda antara hamba yang satu dengan yang lain. Derajad taqwa bisa

diraih oleh manusia yaitu dengan cara mencari kebenaran haqiqi yang sesuai

dengan batas-batas yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.

Definisi di atas merupakan gambaran seorang hamba yang takut dan patuh

kepada Allah, untuk mendapatkan rasa takut kepada Allah memerlukan ilmu

terhadap yang ditakuti. Seorang hamba apabila telah berilmu tentang Allah, akan

takut kepada-Nya, orang yang takut kepada Allah maka akan bertaqwa kepada

(37)

Allah. Salah satu bentuk taqwa seorang hamba kepada Allah yaitu seorang hamba

akan selalu berjalan sesuai petunjuk Allah, yaitu sesuai dengan perintah Allah dan

menjauhi larangan Allah.

Keharusan seorang hamba takut kepada Allah karena ada dua hal yaitu:

a. Agama Islam memang mengajarkan hendaknya kita semua takut kepada

Allah, seperti disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, antara lain:

(jjjy

lili

till jli AiLu^j aJll

Al

alll

Artinya: ' Orang yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, takut dan bertaqwa kepada-Nya, itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. ” (Q.S. an-Nur, 52)

Sabda Rasulullah saw. menyebutkan pula:

^)l! ^ J ^ x ll j Aj3 j ^ i l \ ^ alll ;tli Ij-n. ia tli

ijx\\

J

j

'^

1

'

^3 .V^»qll

j)

J

Artinya: “Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia yaitu, 1. takut kepada Allah ditempat yang sunyi yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, 2. berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah dan 3. hidup sederhana pada waktu miskin maupun pada waktu kaya. ”

b. Tuhan Allah tidak hanya pengasih maha penyayang tapi juga dimana

perlu Dia menghukum siapa pun yang berani durhaka kepada-Nya. Dia

tidak hanya memiliki surga tetapi juga mempunyai neraka.19

Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang orang-orang yang

bertaqwa kepada Allah dan kedudukan orang yang bertaqwa kepada Allah.

(38)

Qur’an surat al-Hujuraat ayat 13, yaitu:

alll Aic- ^5La j £ l <jl

Artinya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu ”

Maksud dari ayat tersebut yaitu yang membedakan derajat manusia di sisi

Allah hanyalah ketaqwaan.

Diterangkan dalam sebuah hadits berkenaan dengan hal itu bahwa,

Rasulullah saw. bersabda,

. * 3 l i l f 2 L , V I U . f S j U i a . . .

(l* J » ' j j )

Artinya: ’’Orang yang paling baik diantara kamu pada masa jahiliyah adalah orang yang paling baik pada masa Islam, apabila mereka memahami. ”20

Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang bertaqwa

yang sebenar-benarnya taqwa yang tidak dicampuri dengan syirik, akan

mendapatkan derajad yang paling mulia di sisi Allah. Apabila dalam diri seorang

hamba selalu diliputi rasa takut kepada Allah dan merasa selalu diperhatikan

Allah dan para malaikat yang bertugas mengawasi manusia dari setiap aktivitas

yang dilakukan dalam kehidupan, akan berdampak baik pada hamba yaitu merasa

dekat dengan Allah.

20Muhammad Nasib Ar-Rifai, Taisiru al-Atiyyat Qodir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,

(39)

2. Zikir

Zikir bersifat mengingat. Mengingat dan menyebut dalam bahasa zikir

bersifat komplementer (saling terkait dan melengkapi). Menyebut merupakan

zikir lisan yang akan mendorong hati untuk mengingat nama atau sesuatu yang

disebut itu. Demikianlah zikir hati (mengingat) dan zikir lisan (menyebut) saling

mempengaruhi yang nanti akan mendorong akal untuk menangkap kehendak

Allah di alam ini yang dijadikan ibroh ketundukan dan kepatuhan kepada syriat-

Nya. Sebagaimana dalam tunduk dan patuh pada sunnatullah (ketentuan-Nya).

Selanjutnya akan melahirkan zikir amal (taqwa)/'

Sebagai manusia yang mempunyai sesembahan, sudah menjadi kewajiban

untuk selalu mengingat Allah. Zikir merupakan ruhnya tariqat, kunci kebenaran,

sahabatnya para murid dan ajarannya para w ali/2 Zikir merupakan jalan dan kunci

hakikat serta senjata orang yang hendak menuju jalan Allah. Dalam hal ini Allah

berfirman:

(l52:« j k l t ) ^ X*

.iritnya: 'Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku supaya aku ingat pula kepadamu

(i03 >1^1)

jia.

j

j La La aiil

j j

£

ili

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Alah di waktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring. ”21 22 23

21Muhammad Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, PT. Mizan Publika, Jakarta, 2004, him. xii.

22Ibid., him. 7.

(40)

Penjelasan zikir yang paling domain adalah hati, pikir dan lisan. Zikir

tidak hanya cukup dengan itu akan tetapi harus diikuti dengan perbuatan yang

melibatkan kerjanya organ tubuh secara materi dengan sungguh-sungguh (wirid).

Apabila antara zikir dan wirid saling berhubungan maka akan menghasilkan apa

yang diharapkan, yang sesuai dengan kerja kedua faktor yaitu zikir dan kerja

keras dalam anggota tubuh. Wirid itu ibarat tanah, dan kerja keras adalah

tanamannya. Tanah tanpa tanaman itu omong kosong, tahayul, atau klenik.24

Jadi wirid merupakan alat penghubung hamba dengan Tuhan. Kalau wirid

tidak dilakukan maka akan bersifat fatamorgana, atau dengan kata lain wrid tanpa

zikir tidak akan maksimal dalam hasil akhir, jadi antara zikir dan wirid harus ada

keterkaitan.

Apabila hari kiamat sudah datang, maka akan terjadi hari penghitungan

amal manusia (yaumul hisab), pada hari penghisaban nanti mulut-mulut yang

pada waktu di dunia selalu zikir ditutup rapat-rapat oleh Allah, dan memberikan

kesempatan kesaksian kepada organ tubuh. Organ tubuh pada hari penghisaban

akan melaporkan apa yang telah diperbuatnya sesuai dengan waktu di dunia.

Sebab bisa jadi lisan memberikan kesaksian yang dipenuhi dengan kepalsuan.

Akan tetapi, apabila orang yang sudah kerapkali dan terbiasa berzikir, maka

ucapannya menjadi zikir, sedangkan yang terbiasa berbicara, bisa jadi zikirnya

pun menjadi ucapan yang tidak mengandung makna.

(41)

3. Ikhlas

Maksud ikhlas adalah megerjakan ibadah semata-mata karena handak

mendekatkan diri kepada Allah semesta alam, bukan karena melahirkan taat di

hadapan umum, bukan karena mengharap pula puji dan sanjung, sayang dan

perhatian rakyat. Ikhlas adalah membersihkan amal dalam beribadah dari

perhatian umum. Hasbi ash-Shiddieqy mengutip perkataan Ali ad-Daqqoq yaitu:

Uax (

jc-

J

4

a

jjc-

a

Ac. j

“Ikhlas adalah memelihara dari perhatian menusia dan benar itu ialah bersih hati dari mengikuti hawa nafsu. ”25

Ahmad Farid mengutip perkataan Ya’kup, yaitu “orang-orang ikhlas

adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia

menyembunyikan keburukan-keburukannya.”26

Ikhlas merupakan ilmu yang memadukan amal dan niat, niat merupakan

dasar dari segala amal perbuatan. Rasululah saw. bersabda,

j La I j Aoil Ij VI 1-&3I

Artinya, “Sesungguhnya amal perbuatan itu harus dengan niat, dan setiap orang itu tergantung pada niatnya. ” (Muttafaq Alaih)27

Salah satu ciri terpenting yang ada pada diri muslim yang sejati

dan ikhlas adalah ia dengan tulus ingin dan berusaha menyucikan dirinya dan

25Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2001, him. 52-53.

26 Ahmad Farid, Tazkiyatun An-nufus Wa Tarbiyatuha Kama Yuqorrihu U lam a’u as-Salaf: Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qoyyim, Ibnu Hamid Al-Ghazali„ terj. Jasima, Media Insani Press, Solo, 2002, him. 10.

(42)

segala jenis tingkah laku dan akhlak yang dilarang oleh al-Qur’an demi

memperoleh keridhaan Allah swt. walaupun manusia diciptakan cenderung untuk

berbuat salah, namun Allah mengatakan dalam ayat yang terpisah bahwa, Dia

telah melengkapi jiwa manusia tidak hanya terbatas dengan dosa dan kejahatan,

tetapi juga dengan cara-cara untuk menghadangnya.

Allah swt. berfirman,

jiw a satu penyempurnanya (ciptaan-Nya). maka Allah mengilhamkan kepada jiw a itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiw a itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. ”(Asy-Syams, 7-10)28

4. Taubat

Taubat adalah kembali dari sesuatu yang dia sesali menuju kepada yang

dia maksudkan. Taubat yang diperintahkan adalah kembali kepada Allah,

mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang

oleh-Nya.29

Taubat dari dosa-dosa dilakukan dengan kembali kepada yang maha

menutupi aib dan yang maha mengetahui hal-hal yang ghoib, ini adalah awal dari

perjalanan para sholikin, modal awal bagi orang-orang yang akan mendapatkan

keuntungan, dan langkah awal bagi para santri, kunci untuk meluruskan yang

bengkok, satu awal seleksi bagi kaum muqorrobiin.30

Taubat adalah suatu perbuatan yang kembali dari awal dan menuai

langkah awal seorang hamba untuk mencapai jalan Allah. Taubat harus diikuti

28Harun Yahya, Sinceryti Described in The-Qur’an, terj. Aminah Mustavi, Irsa Hamdani,

Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003, him. 27.

29Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Kitab at-Taubah, terj. Irwan Raihan, Median Insani Press, Solo, 2003, him. 46.

(43)

dengan perbuatan yang konkrit. Tindakan taubat yaitu meninggalkan segala

perbuatan yang dimurkai Allah. Perbuatan yang seperti ini merupakan suatu yang

dicintai Allah.

Allah swt. berfirman:

(222 6 J ^ ' ) (j* (JJJ I j j l l i—LSJ alll <jl

Artinya:Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. ” (al-Baqoron:

222).31

Qur’an surat al-Hujurat ayat 11 yang atinya: “Dan barang siapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim. ”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memberi nama kelompok kepada

menusia atau hambanya menjadi dua bagian, yaitu kelompok orang-orang yang

bertaubat dan kelompok orang-orang zalim.

Ketulusan dalam bertaubat adalah kebersihannya dari keculasan,

kekurangan, dan kerusakan. Ahmad Farid mengutip pendapat Ibnu Qoyyim

tentang ketulusan dalam taubat. Ketulusan dalam taubat mengandung tiha hal:

Pertama, mencakup dan meliputi dosa-dosa lain dimana tidak ada suatu dosa

kecuali termasuk di dalamnya. Kedua, bertekad dan jujur dalam keseluruhannya,

dimana tidak ada lagi keragu-raguan, atau menunggu-nunggu, ia harus

membulatkan tekat dan segera melakukannya. Ketiga, membersihkannya dari

noda-noda yang merusak keikhlasan, melemparkannya dalam benteng rasa takut

(44)

kepada Allah, hasrat kepada apa yang adadi di sisi-Nya, dan takut kepada siksa-

Nya.32

5. Sabar

Sabar secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang

(al-habs wa atkuj). Secara terminologi sabar menahan diri dari segala sesuatu

yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.33 Menurut Ibnu Hajar al-

Asqolani membagi sabar menjadi empat:

a. Sabar dalam menghadapi musibah

b. Sabar dalam menghadapi kesulitan

c. Sabar dalam melaksanakan taat

d. Sabar dalam menjauhi maksiat.34

6. Tawadlu’

Sebagai seorang muslim yang sedang menuntut ilmu hendaknya kita

sanggup menanggung derita hidup, dianggap rendah dan hina dikalangan umat

manusia selama mendalami ilmu pengetahuan. Sikap tawadlu’ ini adalah sikap

yang dimiliki seorang muslim. Sikap tawadlu’ ini bisa menanamkan sikap tidak

sombong, sehingga dalam kesehariannya dapat terjalin hubungan yang baik

diantara sesama. Sikap tawadlu’ ini merupakan tingkah laku yang bisa

mengantarkan pada derajad yang tinggi di hadapan Allah swt.

Rasulullah saw. bersabda:

ail! Ajl3j V! 1 j3 La j ! j c - V! lAlC. aSltaj La

32Ahmad Farid, op.cit, hlm.192-193. JJH. Yunahar Ilyas, o p .cit, him. 134.

(45)

Artinya: “Tiada Allah menambah kepada seorang hamba dengan kemaafan kecuali Allah menambah kemuliaan. Dan tiada seorang yang meendahkan diri kerena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajadnya. ” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah R.A).

Umar ra. berkata: ”Sesungguhnya hamba itu apabila ia merendahkan diri kerena Allah, niscaya Allah meninggikan (mengangkat) hikmahnya,”35

Sikap tawadlu’ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang lahir dari

kesadaran dan kemahakuasaan Allah swt. atas segala hamba-Nya. Manusia adalah

makhluk lemah yang tidak berarti apa-apa di hadapan Allah swt. Orang yang

tawadlu’ menyadari bahwa apa saja yang dia miliki, baik bentuk rupa yang cantik

atau tampan, ilmu pengatahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan

dan lain-lain sebagainya, semua itu adalah karunia Allah swt.

7. Istiqomah

Secara etimlogis, Istiqaamah berasal dari kata istiqaama-yastaquumu,

yang berarti tegak lurus.36 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqomah

diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.37

Secara terminologi akhlak, istiqamah adalah sikap teguh dalam

mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai

macam tantangan dan godaan.38

Seorang yang mempunyai sifat istiqamah bisa digambarkan seperti batu

karang yang ditengah laut yang tidak bergeser sedikitpun walaupun diterjang dan

dipukul oleh gelombang yang dahsyat.

35Imam Ai-ghozali, Ihya' ‘Ulumuddin, Jilid 6, CV. Asy Syifa, Semarang, 1993, him. 537.

36AI-Munjid, Beirut, Dar El-Masrek Publisers, 1973, him. 663. 37Anton M. Moeliono, dkk., op.cit, him. 341.

(46)

8. Zuhud

Zuhud secara bahasa adalah zahada fihi, wa zahada ‘anhu zuhdan wa

zahadan, yaitu berpaling darinya dan meninggalkannya karena menganggapnya

hina atau menjauhinya karena dosa.

Dalam hal ini Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani berkata,

“Seorang mukmin mempunyai tujuan yang baik disemua perilakunya,

bekerja di dunia bukan untuk dunia, membangun di dunia untuk akhirat, seperti

membangun masjid, tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah, jembatan dan jalan-

jalan kaum muslimin. Jika dia membangun selain ini, maka hendaklah berniat

bahwa tujuannya adalah untuk keluarga, orang-orang terlantar, fakir miskin, dan

apa yang seharusnya yang ia butuhkan. Dia melakukan hal itu, supaya dia kelak

diberi bangunan khusus di akhirat. Tetapi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani

menjelaskan bahwa kezuhudan dan bukan masalah mudah yang bisa diperoleh

tanpa bersusah-payah dan tidak semua orang mampu menjadi seorang zahid

karena kezuhudan menurut Al-Jailani adalah: “anugrah yang baik dan jika bukan,

tidak seorang pun mampu berzuhud terhadap bagiannya. Seorang mukmin bebas

dari beban ketamakan, tidak ambisi dan tidak tergesa-gesa. Zuhud terhadap

sesuatu dengan batinnya, berpaling darinya dengan hatinya, sibuk dengan apa

yang yang diperintahkan, dan tahu bahwa bagiannya tidak akan hilang walaupun

(47)

akan mengikutinya di belakang, merasa hina, dan memohon kepadanya agar

v

diterima.”39

9. Menghidupkan tujuh sunnah dari Rasulullah

Ibadah sunnah adalah ibadah yang dilakukan oleh Nabi di luar ibadah

yang wajib, ibadah sunnah ini mempunyai sifat apabila dikerjakan maka akan

mendapatkan pahala dan apabila tidak mengerjakan tidak mendapat dosa. Adapun

tujuh sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. yaitu:

a) Salat tahajjud

Muhammad Sholikhin mengutip pendapat Imam al-Qurtubi, tahajjud

adalah “al-qiyaamu ilash-shalati minan-naum, berdiri dari tidur untuk

menunaikan salat.” Allah swt. Berfirman:

‘Dan pada sebagian malam, bangunlah kamu untuk melakukan ibadah salat sebagai ibadah penyempurna bagi kamu. ” (Q.S. 17, Al-Isra’: 79).40

Salat tahajjud adalah salat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi

Muhammad, kecuali sedang sakit. Amalan sunnah ini merupakan amalan yang

paling disenamgi oleh Allah swt. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin

Al-‘ash r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya:

“Salat sunnah yang paling disenangi oleh Allah adalah salat Dawud a.s. Dawud tidur hingga pertengahan malam, kemudian bangun untuk bertahajjud selama sepertiga malam, lalu tidurlagi selama seperenam malam. Dawud berpuasa sunnah selang sehari/sehari berpuas sehari tidak. ” (H.R. Bukhari).41

39 Said bin Musfir Al-Qahthani, As- Syaikh Abdul Qodir al- Jailani via Arauhu Al Itiqodiyah Wa Ash Shufiyyah, teij. Munirul Abidin, CV. Darul Falah, Jakarta, 2003, him. 488-489.

40Shalikhin, op.cit., him. 219.

(48)

Allah dengan khusyuk, karena waktu yang ada merupakan waktu yang dapat

membantu dalam mengingat Allah, dan waktu sepertiga malam adalah waktu

yang mustajab untuk berdoa, dan Allah akan mengabulkan apa yang menjadi

permintaan hambanya.

b) Membaca Al-Qur’an dan memahami maknanya

Orang muslim beriman kepada kesucian firman Allah ta’ala,

kemuliaannya, keutamaannya atas semua ucapan, dan bahwa al-Qur’an al-Karim

adalah firman Allah ta’ala yang tidak ada kebatilan di depan dan di belakangnya.

Keimanan orang muslim kepada keagungan kitabullah (al-Qur’an), kesucian, dan

kemuliaannya semakin bertambah dengan hadits-hadits dari Rasulullah saw

tentang keutamaan al-Qur’an.

Rasulullah saw bersabda:

1 A-a Ijjill l j A3 lii ( j l

Artinya: “Bacalah al-Qur ’an karena pada hari kiamat al-Qur ’an datang menjadi pemberi syafa ’at bagi pembacanya. ” (Diriwayatkan Al-Bukhari).42

c) Salat beijamaah di masjid

Permulaan Nabi saw. mengerjakan jama’ah denagn secaraterang-terangan

dan terus menerus, ialah di Madinah. Para ulama’ telah sepakat bahwa

menegakkan salat berjamaah di masjid-masjid itu adalah perbuatan taat yang

/

utama dan sebesar-besr syiar agama Islam.

(49)

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 6 dijelaskan,

\

'"Dan dirikanlah salat, dan keluarkanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. ”4i

Dari ayat di atas mamarintahkan untuk salat berjama’ah, karena salah satu

fungsi dari salat berjama’ah adalah adanya ikatan yang erat antara imam dan

makmum serta pemimpin denagn rakyat, dan dapat mempererat ukhuwah

Islam iyah.

”Salat seseorang dengan jamaah itu dilipatkan dua puluh lima kali atas salat sendiri yang dikerjakan di rumahaatau di pasa. Hal itu apabila ia berwudlu dengan sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan nait hanya untuk salat, maka setiap kali ia melangkah, derajadnya dinaikkan dan kesalahan (dosa)nya diturunkan. Lalu ketika ia melakukan salat, malaikat senantiasa memohonkan ampundan rahmad untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat salatnya dan tidak berhadas. Malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. ” Dan tetap dianggap berada dalam salat (mendapat pahala seperti itu), selama ia menanti salat. ” (H.R. Bukhari dan Muslim)43 44

43Hasby as-Siddieqy, op.cit, him. 432.

(50)

d) Shalat dhuha

\

Salat dhuha merupakan perwujudan syukur kepada Allah bahwa dengan

segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya semua mempunyai nilai barakah.

Jumlah rakaatnya antara 2 sampai 8 rakaat. Permulaan salat dhuha itu ialah

diwaktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu

matahari lingsir, tetapi disunnatkan mengundurkannya sampai matahari agak

tinggi dan panas agak terik .

Dari Abu Sa’id r.a., katanya:

V JyA j i j AjIc- all!

Artinya: “Rasulullah saw. selalu bersalat Dluha sampai-sampai kita

e) Menjaga wudlu

Wudlu adalah ibadah pembersihan diri dan jiwa seorang mukmin, dan

mempunyai hikmah yang besar. Kemauan untuk menjaga diri untuk selalu

manjaga wudlu- dalam keadaan suci- merupakan ciri kesempurnaan keimanan

seorang.

Dari Abu Hurairah r.a. bah Rasulullah saw. bersabda,

“Maukah saya tunjukkan padamu hal-hal dengan mana Allah menghapuskan dosa-dosamu serta mengangkat derajadmu? ” “Mau ya Rasulullah ”, ujar meraka. “Menyempurnakan wudlu, menghadapi segala kesusahan dan sering melangkah mengunjungai masjid, serta menunggu

45Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 2, terj. Mahyuddin Syaf, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1976, him. 82-83.

(51)

salat demi salat. Nah itulah dia perjuangan, sekali lagi perjuangan'

(H.R. Malik, Muslim, turmudzi dan Nasa’i).4"

f) Bershadaqah

Allah berfirman dalam al-Quf an mengenai shadaqah yaitu:

° f.\jSaJil Ia l Aj i a. 1 (jl j ^ A 1 a» A < J l i 3 I

(271 La j a lilj Liui j a £ j j

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu-sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al- Baqarah, 271 ).46 47

Al-Qur’an tersebut dapat diambil kesimpulan mahwa cara bershadaqah

boleh dilakukan secara terang-terangan, tujuannya adalah supaya dicontoh oleh

orang lain, akan tetapi lebih baik dalam bershadaqah secara sembunyi-sembunyi,

karena menampakkan itu dapat menimbulkan riya pada diri yang memberi dan

dapat pula dapat menyakitkan hati orang yang diberi,

g) Istighfar

Allah berfirman:

"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan”.(Q.S,. Huud: 3)48

Ayat ini menjanjikan bagi siapa saja yang selalu beristighfar dan

bertaubat, akan mendapatkan berbagai kenikmatan dan kesenangan selama di

dunia.

46Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, teij. Mahyuddin Syaf, PT. Al-M a’arif, Bandung, 1973, him. 87.

47Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit. hlm.46.

Gambar

TABEL KERJA UNTUK MENCAPAI KORELASI ANTARA
TABEL IDATA RESPONDEN
TABEL IIJAWABAN ANGKET PEMAHAMAN AKHLAK
TABEL IIINILAI ANGKET PEMAHAMAN AKHLAK
+7

Referensi

Dokumen terkait