• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Luas Wilayah Kecamatan Taluditi

Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan ini terletak di sebelah utara Kabupaten Toli-Toli (Sulawesi Tengah), sebelah selatan Kecamatan Randangan. Kecamatan Taluditi dengan luas wilayah 159,97 ini berbatas dengan di sebelah timur Kecamatan Patilanggio serta di sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Wonggarasi, bahwa wilayah Kecamatan Taluditi sebagian besar merupakan lereng bukit dan dataran (Kecamatan Taluditi, 2013).

Kecamatan Taluditi memiliki batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kabupaten Toli-Toli

Selatan : Kecamatan Randangan Timur : Kecamatan Randangan Barat : Kecamatan Wonggarasi

Kecamatan Taluditi terbagi 7 Desa yaitu Desa Panca Karsa 1 dengan luas wilayah 26,10 , Desa Panca Karsa II dengan luas wilayah 20,87 , Desa Malango dengan luas wilayah 5,65 , dan Desa Kalimas luas wilayah 30,88 , Desa Makarti Jaya dengan luas wilayah 9,07 , kemudian Desa Puncak Jaya luas wilayah 37,40 , serta Desa Tirto Asri dengan luas wilayah 30,00

.

2. Jumlah Penduduk

Sesuai data penduduk bulan Desember Tahun 2012, jumlah penduduk rata-rata pada Tahun 2013 yaitu 7.541 jiwa, terdiri dari 7 desa yaitu laki – laki berjumlah 3.978 jiwa, dan perempuan berjumlah 3.563 jiwa maka lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.

(2)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Taluditi Menurut Jenis Kelamin (orang), 2013

Nama Desa KK

Penduduk

No Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Panca karsa I 532 884 823 1707 2. Panca karsa II 382 623 516 1139 3. Malango 213 432 375 810 4. Kalimas 214 392 380 772 5. Mekarti Jaya 307 530 480 1010 6. Puncak Jaya 297 591 541 1132 7. Tirto Asri 261 526 446 974 Jumlah 2206 3978 3563 7541

Sumber :Kantor Kecamatan Taluditi, 2013

3. Potensi Lahan Kecamatan Taluditi

Potensi hasil lahan pada Kecamatan Taluditi merupakan bagian dari penunjang perekonomian Kabupaten Pohuwato pada umumnya dan rakyat Kecamatan Taluditi pada khususnya seiring dengan bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui bantuan Dinas Pertanian dan Perkebunan dengan berbagai komoditi tanaman, dengan luas lahan fungsional 7.076,25 Ha, dan lahan non fungsional 1.421,00 Ha, Hal ini sesuai dengan data pada Kasie PMD Kecamatan Taluditi tahun 2013, dapat kita lihat Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Lahan Kecamatan Taluditi Menurut Desa, 2013

No Nama Desa Luas Desa Lahan Fungsional Lahan Non

Fungsional (Km²) (Ha) (Ha) 1. Panca karsa I 26,10 1490 128 2. Panca Karsa II 20,87 1145 120 3. Malango 5,65 763,25 191,5 4. Kalmias 30,88 1498 7425 5. Makarti Jaya 30,00 1470 756 6. Puncak Jaya 37,40 350 - 7. Tirto Asri 9,07 360 239 Jumlah 159,97 7076,25 1421,00

Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2013

(3)

4. Potensi Pertanian Kecamatan Taluditi

Kecamatan Taluditi memiliki potensi unggulan pada komoditi tanaman kakao kemudian disusul tanaman jagung, padi, kelapa serta tanaman lainnya berupa jeruk, durian. dan rambutan. Tanaman kakao berada pada tanaman yang paling didominasi, hal ini didukung dengan tanah subur/lahan baru, dan curah hujan yang banyak, serta peluang usaha yang menjanjikan (menguntungkan), dengan luas lahan produktif untuk tanaman kakao 1.613 Ha, lahan tanaman jagung 1.490 Ha, lahan tanaman padi 400.25 Ha, lahan tanaman kelapa 76.5 Ha, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Unggulan Pertanian Kecamatan Taluditi dan lokasinya di Desa

No Potensi Luas Lahan Terdapat di Desa

Unggulan Fungsional

(Ha)

1. Coklat 1613 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 2. Jagung 1490 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas,

Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya

3. Padi 400,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya

4. Kelapa 76,7 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 5. Jeruk 39,25 Pancakarsa II, Malango, Kalimas,

Mekarti Jaya, Puncak Jaya

6. Durian 439 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya.

7. Rambutan 73,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya

Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2013

Berdasarkan Tabel 4 di atas potensi unggulan pertanian yang ada di Kecamatan Taluditi yaitu komoditi tanaman kakao dengan luas lahan fungsional 1.613 Ha yang terdapat pada Desa Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, dan Puncak Jaya, hal ini didukung dengan tanah subur dan curah hujan yang baik terletak dilereng pengunungan yang dapat dimanfaatkan petani dengan lahan yang memadai.

(4)

Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi yaitu merupakan bagian dari penunjang perekonomian Kabupaten Pohuwato pada umumnya dan rakyat Kecamatan Taluditi pada khususnya seiring dengan bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui bantuan dari dinas terkait dan perkebunan dengan berbagai bantuan seperti bibit dan sebagainya. Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun.

B. Karakteristik Responden

1. Petani

Petani merupakan orang yang melakukan usaha dalam pemenuhan kebutuhannya di bidang pertanian. Untuk memperoleh informasi tentang usahatani yang diusahakannya, maka identitas petani responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas petani responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani.

a. Umur Petani

Umur sangat berpengaruh terhadap aktifitas petani dalam melakukan usahataninya.Umur yang belum produktif berkisar antara 0 – 15 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik yang dimiliki belum maksimal. Sementara umur produktif adalah umur yang berkisar antara 16 – 60 tahun. Pada umur ini petani mempunyai kekuatan fisik yang masksimal. Sedangkan umur yang tidak produktif adalah yang berumur di atas 60 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik petani mulai menurun. Lebih jelas umur petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 5.

(5)

Tabel 5. Umur Petani Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013

Umur (Tahun)

Desa

Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 30 – 40 4 26,66 3 20 7 23,33 2. 41 – 50 4 26,66 8 53,33 12 40 3. 51 – 60 7 46,67 3 20 10 33,33 4. >60 0 0 1 6,66 1 3,33 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 5 di atas jumlah petani kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang, dilihat dari tingkatan umur petani perkebunan khususnya pada komoditi tanaman kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa petani di Kecamatan Taluditi dengan jumlah responden 30 petani rata-rata berumur 41-50 Tahun lebih banyak dengan jumlah 12 orang dengan persentase 40% rata-rata masih berumur produktif dalam berusahatani kakao, dan yang memiliki umur >60 berjumlah 1 orang petani dengan persentase 3,33% tidak berproduktif lagi.

b. Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan usahatani. Banyaknya jumlah pendidikan lulusan SMP-SMA pada satu daerah pertanian menjadikan petani dapat menyesuaikan atau bisa menyerap tentang bagaimana tatacara beusahatani yang baik dan bisa menyesuaikan dengan pembangunan pertanian moderen. Sedangkan tingkat pendidikan di bawah SMP atau SD, menjadikan kurangnya kemandirian petani dalam mencari informasi dan mendapatkan informasi dari pemerintah terkait. Tingkat pendidikan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 6.

(6)

Tabel 6. Pendidikan Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013

Pendidikan (Tingkatan)

Desa

Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. Tidak Tamat SD 6 40 2 13,33 8 26,66 2. Tamat SD 5 33,33 6 40 11 36,66 3. SMP 2 13,33 4 26,66 6 20 4. SMA 2 13,33 3 20 5 16,66 5. Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 Orang. Dilihat dari tingkatan pendidikan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa, tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Taluditi sejumlah 11 orang dengan presentase 26,66% tamat SD dan 8 orang dengan persentase 36,66% tidak tamat SD, kemudian 6 orang dengan persentase 20% tamat SMP dan 5 orang dengan persentase 16,66 % tamat SMA. Faktor pendidikan berpengaruh besar terhadap peningkatan usahatani petani, sehingga perlu ada perhatian yang serius dari pihak yang terkait (stakeholder) terkait dalam meningkatkan pendidikan petani.

c. Pengalaman Berusahatani

Dalam melakukan usahatani dibutuhkan pengalaman yang cukup. Semakin lama pengalaman petani dalam melakukan usahataninya maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dalam berusahatani, petani yang baru melakukan usahatani banyak mengalami kendala dalam melakukan usahataninya. Umur petani menjadi tolak ukur dalam melihat petani berpengalaman. berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dlihat pada Tabel 7.

(7)

Tabel 7. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Pengalaman Berusahatani (Tahun) Desa Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 10-14 1 6,66 3 20 4 13,33 2. 15-19 10 66,66 9 60 19 63,33 3. 20-29 4 26,66 3 20 7 23,33 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 0rang. Pengalaman berusahatani dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa berdasarkan pengalaman dalam berusahatani yang ada di Kecamatan Taluditi adalah 10-14 tahun rata-rata 4 orang petani dengan hasil persentase 13,33% dan 15-19 sebanyak 19 orang petani dengan hasil presentase 63,33% dan 20-29 sebanyak 7 orang dengan persentase 23,33 % Sehingga pengalaman petani dalam berusahatani mayoritas pengalaman bertaninya 15-19 tahun.

d. Jumlah Tanggungan Petani

Jumlah tanggungan merupakan salah satu faktor pendorong bagi petani dalam meningkatkan usahataninya. Semakin besar jumlah tanggungan semakin giat pula petani dalam meningkatkan usahataninya. Jumlah Tanggungan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Jumlah Tanggungan Petani (org) Desa Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 2-3 7 46,66 6 40 13 43,33 2. 4-5 8 53,33 8 53,33 16 53,33 3. 6-7 0 0 1 6,66 1 3,33 Jumlah 15 100 15 100 30 100

(8)

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari jumlah tanggungan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa untuk jumlah tangungan petani rata-rata antara 4-5 tanggungan sebanyak 16 orang petani dengan persentase 53,33%, 2-3 tanggungan sebanyak 13 orang dengan jumlah persentase 43,33%. Dengan banyaknya tangungan petani lebih bersemangat lagi untuk berusahatani kakao, tanggungan petani dalam keluarga, sehinga dimungkinkan keuntungan hasil usahatani dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani.

2. Pedagang

Pedagang adalah seseorang atau lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Identitas pedagang responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian, Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas pedagang responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang.

a. Umur Pedagang

Umur sangat berpengaruh terhadap aktifitas pedagang dalam melakukan bidang usahanya. Umur yang belum produktif berkisar antara 0 – 15 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik yang dimiliki belum maksimal. Sementara umur produktif adalah umur yang berkisar antara 16 – 60 tahun. Pada umur ini pedagang mempunyai kekuatan fisik yang maksimal. Sedangkan umur yang tidak produktif adalah yang berumur di atas 60 tahun. Umur pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 9.

(9)

Tabel 9. Umur Pedagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013

Kecamatan Taluditi

No Umur Jumlah Presentase

(Tahun) (Orang) (%) 1. 20 – 30 1 25 2. 31 40 1 25 3. 41 – 50 1 25 4. 51- 60 1 25 Jumlah 4 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 9 di atas jumlah pedagang kakao di Kecamatan Taluditi terdapat 4 orang. dilihat dari tingkatan umur pedagang kakao, hasil di lapangan ditemukan bahwa pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah responden 4 pedagang rata-rata berumur 20-30 Tahun dengan jumlah 1 orang dengan persentase 25% dan pada umur 31-40 Tahun dengan jumlah 1 orang persentase 25% kemudian pada umur 41-50 Tahun dengan jumlah 1 orang persentase 25% selanjutnya pada umur 51-60 Tahun jumlah 1 orang dengan persentase 25%. Sehingga rata-rata umur pedagang kakao di Kecamatan Taluditi masih berumur produktif dalam berdagang.

b. Pendidikan Pedagang

Tingkat pendidikan pedagang merupakan faktor penting dalam meningkatkan usahanya. Tingkat pendidikan pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pendidikan Pedagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013

Kecamatan Taluditi

No Pendidikan Jumlah Presentase

(Tingkatan) (Orang) (%) 1. Tidak Tamat SD 0 0 2. Tamat SD 3 75 3. SMP 1 25 4. SMA 0 0 Jumlah 4 100

(10)

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa jumlah pedagang kakao di Kecamtan Taluditi sebanyak 4 orang dilihat dari tingkat pendidikan pedagang kakao. Hasil dilapangan ditemukan bahwa pedagang di Kecamatan Taluditi dengan jumlah 3 orang tamat SD dengan persentase 75% dan 1 orang tamat SMP dengan persentase 25%.

c. Pengalaman Berdagang

Dalam melakukan usaha berdagang kakao maka dibutuhkan pengalaman yang cukup. Semakin lama berdagang maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dalam berdagang. Berdasarkan pengalaman berdagang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengalaman Berdagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013

Kecamatan Taluditi

No Pengalaman Jumlah Presentase

Berdagang (Tahun) (Orang) (%)

1. >10 2 50

2. 10-20 2 50

3. >20 0 0

Jumlah 4 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah pedagang Kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah 4 Orang. Berdasarkan pengalaman dalam berdagang kakao di Kecamatan Taluditi adalah >10 Tahun dengan jumlah 2 orang pedagang dengan hasil persentase 50% dan 10-20 Tahun dengan jumlah 2 orang pedagang dengan hasil presentase 50%.

C. Karakteristik Ekonomi Kakao

Karakteristik ekonomi yang terdiri adalah: Luas lahan, tanaman yang menghasilkan, tanaman yang belum menghasilkan, tanaman tua/rusak yang sudah tidak menghasilkan, produksi kakao, harga produksi kakao/kg pada setiap petani responden.

(11)

1. Luas Lahan

Luas lahan pertanian memberikan dampak positif dalam meningkatkan usahataninya, semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin besar pula kemungkinan hasil panen yang diperoleh oleh petani. Luas lahan 1- 6,5 Ha pada tanaman kakao memberikan hasil yang maksimal bagi petani kakao. Karakteristik berdasarkan luas lahan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Ekonomi Luas Lahan Petani Reponden Kecamatan Taluditi, 2013 Luas Lahan Petani(Ha) Desa Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 1-1,5 7 46,66 3 20 10 33,33 2. 1,6-2 5 33,33 7 46,66 12 40 3. 2,1-3 3 20 2 13,33 5 16,66 4. >3 0 0 3 20 3 10 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan luas lahan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa rata-rata jumlah lahan kakao yang ada di Kecamatan Taluditi adalah 1-1,5 Ha dengan jumlah 10 orang dan persentase 33,33%, sedangkan 1,6-2 Ha sebanyak 12 orang persentase 40% kemudian 2,1-3 Ha dengan jumlah 5 orang persentase 16,66% serta >3 Ha dengan jumlah 3 orang Dengan demikian banyaknya luas lahan di Kecamatan Taluditi berkisar 1,6-2 Ha.

2. Tanaman Yang Menghasilkan

Banyaknya jumlah pohon yang berproduksi pada tanaman perkebunan terutaman kakao memberikan hasil yang maksimal pada petani dalam melakukan usahatani kakao. Pada satu daerah yang memiliki mayoritas petani kakao dibutuhkan dukungan iklim yang baik dan perawatan yang memungkinkan tanaman kakao dapat berproduksi. Dalam satu hamparan tanaman kakao produksi

(12)

kakao yang baik berkisar antara 1000-2000 Pohon jumlah pohon dalam setiap lahan petani kakao dengan melakukan penyesuaian kondisi lahan. Pada hakikatnya tanaman kakao merupakan tanaman tahunan. Karakteristik berdasarkan pohon yang menghasilkan di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden

Pohon yang Menghasilkan

(Pohon)

Desa

Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 900 – 1000 7 46,66 2 13,33 9 30 2. 1001 – 2000 6 40 8 53,33 14 46,66 3. 2001 – 3000 2 13,33 2 13,33 4 13,33 4. >3000 0 0 3 20 3 10 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan rata-rata 9 orang dengan persentase 30% mempunyai jumlah pohon yang menghasilkan kakao sebanyak 900-1000 pohon dan 14 orang dengan persentase 46,66% petani yang memiliki jumlah pohon lebih 1001-2000 pohon dan 4 orang dengan persentase 13,33%, serta 3 orang dengan persentase 10% petani yang memiliki jumlah pohon >3000 pohon. Dengan demikian jumlah pohon kakao yang sudah menghasilkan di Kecamatan Taluditi berkisar 1001-2000 pohon/angota keluarga. Pohon yang menghasilkan adanya perawatan yang baik dari petani sehingga yang diharapkan petani sesuai harapan dalam mengembangkan pohon kakao.

3. Tanaman Yang Belum Menghasilkan

Pada tanaman kakao memiliki jenjang waktu dalam melakukan produksi, pada saat penanaman waktu yang diperlukan oleh tanaman kakao dalam melakukan produksi tergantung pada tehnik atau cara bagaimana pemeliharaan

(13)

tanaman kakao. Tanaman kakao yang ditanam melalui sambung samping memerlukan waktu sedikit dalam melakukan produksi dibandingkan dengan penanaman yang tanpa melakukan sambung samping. Di Kecamatan Taluditi banyaknya jumlah pohon kakao yang belum berproduksi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Belum Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden

Pohon Belum Menghasilkan Produksi Kakao (Pohon) Desa Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 1 – 10 6 40 5 33,33 11 36,66 2. 11 – 20 4 26,66 5 33,33 9 30 3. 21 – 30 0 0 0 0 0 0 4. 31 – 40 0 0 0 0 0 0 5. 41 – 50 2 13,33 0 0 2 6,66 6. 51 – 60 1 6,66 0 0 1 3,33 7. > 60 2 13,33 5 33,33 7 23,33 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang belum menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa jumlah pohon yang belum menghasilkan lebih banyak 1-10 pohon, dengan jumlah petani rata-rata sebanyak 11 orang atau 36,66%. Sedangkan jumlah antara 11-20 pohon kakao yang belum menghasilkan di miliki oleh petani sebanyak 9 orang atau 30% dan jumlah pohon yang belum menghasilkan sebanyak 41-50 pohon dengan hasil persentase 6,66%. Dan jumlah yang paling sedikit pohon yang belum menghasilkan yaitu 1 orang dengan hasil persentase 3,33% dan sedangkan jumlah antara >60 pohon kakao yang belum menghasilkan yaitu sebanyak 7 orang dengan hasil persentase 23,33. Penyebab pohon yang belum menghasilkan atau pertumbuhan tanaman tidak stabil disebabkan kurangnya curah hujan yang tidak memadai dan kurangnya perawatan yang diberikan oleh petani pada saat awal penanaman dan adanya serangan hama

(14)

pada pengerek batang,buah atau kurangnya pengetahuan sambung samping pada pohon kakao.

4. Tanaman Tidak Menghasilkan

Tanaman kakao yang sudah tidak berproduksi dikarenakan banyak faktor antara lain, kurangnya pengetahuan petani dalam berusahatani kakao, faktor lingkungan sehingga dapat menimbulkan hama pada tanaman dan kondisi lahan yang tidak sesuai. Banyaknya jumlah pohon kakao yang tidak berproduksi di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Ekonomi Pohon Tidak Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden

Pohon Tidak Menghasilkan (Pohon) Desa Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 1 – 15 10 66,66 9 60 19 63,33 2. 16 – 25 1 6,66 2 13,33 3 10 3. 26 – 35 0 0 0 0 0 0 4. 36 -45 1 6,66 1 6,66 2 6,66 5. >45 3 20 3 20 6 20 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan pohon yang tidak menghasilkan dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan jumlah pohon tidak menghasilkan buah kakao di Kecamatan Taluditi rata-rata antara 1-15 pohon yang dimiliki sebanyaknya 19 orang dengan hasil persentase 63,33% pohon kakao dengan jumlah petani 16-25 pohon dimiliki 3 orang petani persentase 10% dan jumlah pohon 36-45 yang dimiliki sebanyak 6 orang petani dengan persentase 20%. Sedikitnya jumlah pohon tidak menghasilkan karena adanya serangan hama pada batang atau buah dan umur pohon lebih dari 20 tahun pohon cepat rusak akibat kondisi lingkungan kurangnya pemeliharaan yang tidak merata terhadap pohon pencangkokan sambung sambing kurang maksimal dalam melakukan penanam pada pohon kakao.

(15)

5. Produksi Petani

Produksi pertanian merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Jumlah produksi petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Produksi Petani Responden Kakao di Kecamatan Taluditi, 2013

Produksi Kakao (Kg/Tahun)

Desa

Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 800-900 3 20 0 0 3 10 2. 901-1000 3 20 2 13,33 5 16,67 3. 1001-2000 7 46,67 10 66,66 17 56,66 4. 2001-3000 0 0 0 0 0 0 5. >3000 2 13,33 3 20 5 16,67 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Pada Tabel 16 di atas dijelaskan bahwa, produksi kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah produksi sebesar 1001-2000 Kg/Tahun, yang dimiliki oleh petani responden 17 orang dengan hasil persentase 56,66% dan jumlah produksi 901-1000 Kg/Tahun yang dimiliki oleh petani responden sebanyak 5 orang dengan persentase 16,67%, serta jumlah produksi kakao >3000 Kg/Tahun yang dimiliki oleh petani responden berjumlah 5 orang dengan persentase 16,67% kemudian produksi kakao yang paling rendah 800-900 Kg/Tahun yang dimilki oleh petani responden 3 orang atau dengan persentase 10% . Penjelasan tersebut menggambarkan banyaknya jumlah produksi tanaman kakao yang ada di Kecamatan Taluditi di peroleh banyaknya jumlah petani, dengan jumlah produksi 1001-2000 Kg/Tahun dan jumlah petani 17 orang, sehingga di Kecamatan Taluditi mempunyai peluang besar dimasa yang akan datang dalam meningkatkan produksi tanaman kakao.

(16)

6. Harga Kakao

Harga kakao merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan petani. Harga kakao di Kecamatan Taluditi masih tergolong rendah dan setiap harinya harga kakao dapat berubah-ubah yaitu kadang tinggi dan rendah . Harga kakao/kg pada setiap petani responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Harga Kakao Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013

Harga Kakao/Kg

Desa

Total

No Pancakarsa I Makarti Jaya

Jumlh (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) 1. 11.000-12.000 3 20 0 0 3 10 2. 13.000- 14.000 9 60 10 66,67 19 63,33 3. 15.000-16.000 2 13,33 2 13,33 4 13,33 4. >16.000 1 6,67 3 20 4 13,33 Jumlah 15 100 15 100 30 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Pada Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi harga kakao Rp.11.000 – Rp.12.000 hanya 3 orang dengan persentase 10%, dan Harga Rp.13.000 – Rp.14.000 sebanyak 19 orang dengan persentase 63,33, kemudian harga kakao Rp.15.000 – Rp.16.000 sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33% selanjutnya harga kakao > Rp.16.000 berjumlah 4 orang dengan persentase 13,33. Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi rata-rata Rp.13.000 – Rp.14.000 / Kg.

D. Gambaran Umum Pemasaran Kakao di Kecamatan Taluditi

Kakao yang dihasilkan oleh petani Kecamatan Taluditi adalah jenis Tanaman kakao hibrida. Pertanaman kakao di Kecamatan Taluditi diusahakan pada lahan tegalan dan di Lereng gunung. Salah satu kendala yang dihadapi oleh petani kakao di Kecamatan Taluditi adalah waktu panen yang bertepatan dengan musim hujan. Kendala yang dihadapi dengan kondisi ini adalah pengeringan hasil produksi, karena umumnya petani mengandalkan sinar matahari dalam melakukan

(17)

proses pengeringan kakao. Akibatnya kualitas kakao yang dihasilkan oleh petani pada musim ini mengalami penurunan karena tingginya kandungan kadar air.

Tingkat harga kakao yang berlaku di Kecamatan Taluditi adalah berkisar antara Rp. 11.000 – Rp. 17.000 per kg. Harga terendah biasanya terjadi saat panen pada musim hujan karena kualitas kakao yang rendah akibat kadar air kakao yang cukup tinggi yang langsung berakibat pada anjloknya harga. Umumnya kakao hasil produksi petani di Kecamatan Taluditi dipasarkan melalui Tengkulak. Kakao yang dikumpulkan oleh tengkulak selanjutnya disalurkan ke pedagang pengumpul kecamatan ada juga tengkulak yang langsung memasarkan kakao kepedagang besar. Untuk memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh pedagang besar, pedagang pengumpul Kecamatan dan tengkulak masih melakukan penanganan terhadap kakao hasil pembeliannya, misalnya dengan menjemur kembali untuk memenuhi standar kadar air atau membersihkan untuk memenuhi standar kadar kotoran. Setelah kakao terkumpul dan dilakukan penanganan seperlunya, pedagang pengumpul Kecamatan dan Tengkulak melakukan penyimpanan hingga memenuhi jumlah yang cukup untuk dilakukan penyaluran ke pedagang besar yang ada di Gorontalo dan di Sulawesi Tengah.

E. Sistem Pemasaran Kakao

Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.

Dalam sistem pemasaran terdiri dari pemasaran terbuka dan tertutup, pemasaran terbuka yaitu dimana produsen bebas melakukan penjualan atau mengakses pemasaran produk secara terbuka atau dipasarkan kepada siapa saja tanpa ada keterikatan dengan pedagang. Sedangkan pemasaran tertutup yaitu petani melakukan pemasaran dengan secara tertutup dan tidak bisa mengakses pemasaran secara terbuka karena pemasaran tertutup, produsen atau petani hanya bisa memasarkan produknya kepada pihak tertentu karena sudah melakukan kontrak sebelumnya dengan pedagang. Berdasarkan hasil penelitian dalam sistem

(18)

pemasaran ini dimana petani kakao di Kecamatan Taluditi sebagian besar melakukan pemasaran kakao secara pemasaran terbuka kepada pedagang yaitu tanpa ada keterikatan dengan pihak pedagang.

1. Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, yaitu:

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

b. Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli tengkulak dari petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran seperti pengangkutan. c. Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi

pemasaran maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi komoditi keberbagai pulau/ luar negeri.

2. Saluran Pemasaran

Terdapat rantai pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato yang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut.

1.

Berdasarkan Gambar di atas Pada saluran 1 dimana, saluran pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yaitu petani menyalurkan atau memasarkan kakao kepada tengkulak kemudian kakao yang dibeli tengkulak dari petani-petani akan

Petani Kakao Tengkulak Pedagang Besar Eksportir Pedagang Pengumpul

(19)

disalurkan kepada pedagang pengumpul dan akan di setor kepada pedagang besar kemudian pedagang besar akan mengekspor kakao ke berbagai pulau ataupun luar Negeri.

2.

Pada saluran 2 dapat dijelaskan bahwa petani kakao akan langsung menyalurkan kakao kepada pedagang pengumpul kemudian dari pedagang pengumpul akan disalurkan kepada pedagang besar dan akan di ekspor ke berbagai pulau.

3.

Pada saluran 3 ini dijelaskan bahwa petani kakao akan menyalurkan kepada tengkulak kemudian akan disalurkan kepada pedagang besar dan akan di ekspor ke berbagai pulau.

Berdasarkan Gambar rantai saluran pemasaran di atas menunjukan bahwa saluran pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi merupakan saluran tidak langsung dimana meliputi berbagai rantai pemasaran yaitu petani menyalurkan kepada tengkulak dan pedagang pengumpul, dan adapula tengkulak yang menyalurkan melalui pedagang pengumpul kemudian dari tengkulak dan pedagang pengumpul akan di salurkan kepada pedagang besar dan oleh pedagang besar kakao akan di ekspor ke berbagai pulau atau luar Negeri.

F. Analisis SWOT Sebagai Perumusan Strategi

Analisis SWOT mengidentifikasi faktor – faktor internal dan eksternal untuk mengaturnya terkait peluang (opportunities) dan ancaman (threaths) yang ada dengan kondisi lingkungan internal Kecamatan Taluditi yang berada di dalam kewenangan pemerintah kabupaten untuk mengaturnya terkait kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki.

Petani Kakao Tengkulak Pedagang Besar Eksportir Petani Kakao Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Eksportir

(20)

1. Faktor Lingkungan Internal

Analisisis lingkungan internal adalah identifikasi faktor-faktor dari dalam (kekuatan dan kelemahan) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yang dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan yang dimaksud merupakan potensi sumberdaya dan kondisi yang dimiliki oleh Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi Kakao yang dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam pemasaran komoditi kakao di Kecamatan Taluditi. Kekuatan yang dimaksud adalah:

1. Letak Wilayah Kecamatan Taluditi sangat strategis

Kecamatan Taluditi memiliki letak wilayah yang sangat strategis sehingga membuat wilayah ini memiliki peluang yang cukup besar dalam pengembangan kakao dengan luas lahan fungsional 1.613 Ha. Hal ini didukung dengan tanah yang subur dan curah hujan yang baik, terletak dilereng pegunungan yang dapat dimanfaatkan petani dengan lahan yang memadai, (Kantor Kecamatan Taluditi, 2013).

2. Program Pembangunan Kecamatan Taluditi Berbasis Desa Mandiri

Kecamatan Taluditi melakukan program pembangunan yang dapat mewujudkan Kecamatan Taluditi berbasis Desa Mandiri yang dapat mensejahterakan masyarakat dan mendukung perekonomian masyarakat Kecamatan Taluditi. Berbasis Desa Mandiri mengandung arti bahwa dengan berkembangnya Kecamatan Taluditi sebagai sentra komoditas kakao yang bertaraf dunia akan memberikan peluang bagi desa-desa terutama desa penghasil kakao untuk memanfaatkan potensi wilayahnya dengan caranya masing-masing agar mampu menghasilkan komoditas kakao yang memiliki pangsa pasar internasional. 3. Tingginya tingkat produktivitas usahatani kakao

Produktivitas usahatani kakao di Kecamatan Taluditi setiap tahunnya mengalami peningkatan. dibuktikan pada Tahun 2008 dengan luas panen kakao mencapai 5.875 ha dengan produktivitasnya mencapai 5.270 Ton, pada Tahun 2012 luas panennya meningkat menjadi 7.599 ha dengan produktivitas hingga mencapai 7.220 Ton. Peningkatan produktivitas kakao membuktikan bahwa

(21)

Kecamatan Taluditi merupakan wilayah potensial kakao, (Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, 2013).

4. Adanya potensi kelembagaan di tingkat petani

Adanya potensi kelembagaan di tingkat petani agar mampu menjadi lembaga ekonomi di pedesaan dengan melaksanakan program pembinaan dan pendampingan kepada kelompoktani dan gabungan kelompoktani (gapoktan) jumlah gapoktan Kecamatan Taluditi yaitu ada 4 gapoktan, yaitu agar dapat berfungsi menjadi wahana belajar bagi petani, serta agar mampu berfungsi tidak hanya sebagai unit produksi, tetapi juga menjadi unit penyedia sarana produksi, penyedia alat dan mesin usahatani kakao, penyedia permodalan dan juga sebagai unit pemasaran kakao.

5. Banyaknya pedagang yang bergerak dalam pemasaran kakao

Dengan terjadinya peningkatan produktivitas kakao maka banyak terdapat pedagang yang bergerak dalam pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Sesuai hasil survei di lokasi penelitian yang diketahui yaitu terdapat 8 pedagang kakao di Kecamatan Taluditi namun yang menjadi sampel penelitian terdiri dari 4 pedagang kakao yaitu 1 orang pedagang pengumpul dan tengkulak berjumlah 3 orang.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang dimaksud merupakan keterbatasan sumberdaya dan kondisi yang dimiliki oleh Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi kakao yang dapat menghambat dalam pemasaran komoditi kakao di Kecamatan Taluditi, Kelemahan-kelemahan yang maksud adalah:

1. Rendahnya mutu dan kualitas kakao hasil produksi petani.

Rendahnya kualitas kakao hasil produksi petani disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya dan pascapanen. Selain itu, masalah tidak ada jenis dan jumlah sarana teknologi pengolahan hasil seperti dryer mesin pengering kakao menjadi penyebab rendahnya kualitas kakao, karena pada umumnya waktu panen kakao di Kecamatan Taluditi bertepatan dengan musim hujan, sementara petani hanya mengandalkan sinar matahari untuk melakukan penjemuran kakao hasil panennya.

(22)

2. Keterbatasan permodalan yang dimiliki oleh petani.

Kesulitan petani dalam memperoleh sarana produksi dalam setiap melakukan pemeliharaan pada tanaman kakao umumnya disebabkan karena keterbatasan dalam permodalan. Untuk menghindari keterikatan petani dengan tengkulak/pedagang pengumpul, maka perlu dilakukan upaya untuk memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses permodalan dari perbankan, yaitu perlu Adanya fasilitas petani kakao dalam memperoleh kredit melalui perbankan dengan bertindak sebagai penjamin (avalis). Salah satu skim kredit yang dapat diakses oleh petani dengan jaminan dari pemerintah kabupaten adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).

3. Keterbatasan jenis dan jumlah sarana teknologi pengolahan hasil.

Selain keterbatasan petani dalam penguasaan teknologi budidaya dan pascapanen, keterbatasan petani dalam mengakses sarana pengolahan hasil juga sebagai penyebab rendahnya kualitas kakao hasil produksi usahataninya. Salah satu sarana yang diperlukan oleh petani adalah adanya mesin pengering (dryer) terutama saat panen yang bertepatan dengan musim hujan.

4. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen.

Rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan dalam budidaya dan pascapanen yaitu karena rendahnya tingkat pendidikan petani yang sebagian besar hanya tamat SD dan kurangnya informasi dari lembaga terkait. Rendahnya tingkat pengetahuan petani juga dapat menjadi penyebab rendahnya kualitas kakao hasil produksi petani.

5. Prasarana jalan Kecamatan Taluditi yang kurang memadai.

Penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh petani (selain faktor kualitas) adalah pembebanan biaya pemasaran oleh pedagang pada harga pembelian di tingkat petani karena disebabkan keadaan jalan yang kurang memadai yang masih berbatu dan belum memenuhi syarat yang sesuai masyarakat Kecamatan Taluditi harapkan. Salah satu unsur biaya pemasaran adalah biaya pengangkutan.

(23)

6. Keterbatasan ketersediaan sarana produksi di sekitar lokasi Usahatani kakao. Agar petani dapat melaksanakan teknik budidaya yang dianjurkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, maka diperlukan ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan seperti benih, pupuk, dan obat-obatan, terutama dalam melakukan penanaman dan pemelihara tanaman kakao. Petani kakao sangat membutuhkan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi terkait ketersediaan baik jenis maupun kualitas dengan tingkat harga yang dapat terjangkau pada saat dibutuhkan. Sarana produksi di Kecamatan Taluditi belum optimal terutama yaitu keterbatasan pupuk yang dibutuhkan petani untuk itu dengan terbatasnya pupuk yang diperoleh petani dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pemupukan tanaman kakao. Olehnya itu Pemerintah Kabupaten Pohuwato perlu memfasilitasi ketersediaan sarana produksi usahatani kakao melalui kemitraan industri/distributor sarana produksi dengan mengoptimalkan kelembagaan di tingkat petani (kelompoktani/gabungan kelompoktani) agar dapat menjadi unit penyedia sarana produksi bagi petani anggotanya.

7. Tidak ada ketersedian resi gudang penampungan kakao.

Pemerintah Kabupaten Pohuwato perlu mengadakan resi gudang yang selain dapat mendukung ketersediaan modal bagi petani, juga dapat mempermudah petani dalam pemasaran hasil produksi usahataninya. Adanya resi gudang dapat menampung hasil produksi petani yang tidak dapat ditampung oleh pedagang yang ada di Kecamatan Taluditi serta dapat menjaga agar tingkat harga kakao yang diterima oleh petani tidak anjlok terutama pada saat panen.

2. Faktor Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal adalah identifikasi faktor-faktor dari luar (peluang dan ancaman) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yang dapat mempengaruhi besar kecilnya peranan pemasaran kakao di KEcamatan Taluditi. Faktor-faktor eksternal di uraikan sebagai berikut:

(24)

a. Peluang (Opportunities)

Beberapa peluang yang dapat diraih oleh Pemerintah Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi kakao khususnya dalam pemasarannya, sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. Penetapan kakao sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato.

Kecamatan Taluditi sebagai penetapan komoditas unggulan karena dilihat letak wilayah yang strategis dalam pengembangan komoditi tanaman kakao dengan luas lahan fungsional 1.613 Ha . Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Pohuwato memberikan bantuan seperti bibit dan bantuan Gernas yaitu sambung samping tanaman Kakao yang di adakan oleh pemerintah melalui kelompoktani dan gapoktan untuk mendukung pengembangan kakao di Kecamatan Taluditi. 2. Tersedianya lembaga pendukung usahatani kakao.

Tersedianya lembaga yang mendukung seperti kelompoktani dan gapoktan Kecamatan Taluditi dan pemerintah Kabupaten Pohuwato maupun dinas terkait yang mendukung usahatani kakao yaitu sebagai pendukung usahatani kakao dalam mengatasi keterbatasan permodalan, sarana teknologi dan prasarana jalan Kecamatan Taluditi.

3. Tingginya permintaan dan tingkat harga kakao untuk ekspor.

Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka pada Tahun 2025 sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan investasi sebesar Rp 16,72 triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011).

Dengan tingginya permintaan dan tingginya harga kakao untuk ekspor sehingga dihimbau petani agar dapat memperbaiki produksi kakao yang baik sehinnga dapat menghasilkan biji kakao yang berkualitas di pasaran dunia sehingga dapat meningkatkan harga kakao yang tinggi.

(25)

b. Ancaman (Threaths)

Tidak semua masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kecamatan Taluditi terkait dengan pemasaran kakao berada dalam kewenangannya untuk menyelesaikan, meskipun masalah tersebut secara langsung maupun tidak langsung menjadi faktor penghambat. Masalah yang dimaksud dianggap sebagai sebuah ancaman dalam pemasaran kakao, yaitu:

1. Harga komoditi kakao yang berfluktuasi.

Tingkat harga kakao di pasaran lokal menyesuaikan perkembangan harga di Bursa London. Harga kakao di pasar luar negeri tidak stabil dan hampir terjadi perubahan setiap saat. Gambar harga kakao dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Pedagang Kakao di Kecamatan Taluditi, 2013

Pada Gambar Grafik 4 di atas dapat dijelaskan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi tidak stabil dan setiap saat mengalami perubahan, yaitu dari Tahun 2011 harga meningkat dengan harga Rp.21.000 dan di Tahun 2012 harga kakao mengalami penurunan dengan harga Rp.17.000 kemudian pada Tahun 2013 harga kakao meningkat dengan harga sebesar Rp. 19.000.

2. Penetapan standar kualitas yang ketat oleh pedagang.

Untuk memotivasi petani agar dapat menghasilkan produksi dalam jumlah, mutu dan kualitas kakao yang baik seperti kualitas kakao kelas A (panter) sesuai yang diharapkan pedagang dan adanya jaminan harga dasar. Kualitas kakao terdapat beberapa tingkatan yaitu kualitas kakao kelas A (panter) kualitas kakao ini adalah kualitas yang paling bagus dan kelas B (S2) kualitas tersebut termasuk kalitas standar kemudian kualitas kakao yang paling rendah yaitu terdapat pada kelas C (S1). Kualitas kakao di Kecamatan Taluditi yaitu termasuk pada kelas B dan kelas C, adapun terdapat kualitas kakao kelas A namun masih rendah.

0 10000 20000 30000 2011 2012 2013

Harga Kakao

Harga Kakao

(26)

3. Tingginya biaya pungutan dalam pengangkutan.

Tingginya biaya pengutan dalam pengangkutan yaitu karena belum ada perbaikan sarana jalan yang rusak dan akan berdampak pada rendahnya tingkat harga yang di tetapkan oleh pedang terhadap petani. Biaya pungutan atau pengiriman kepedagang besar yang ada di Gorontalo dan Sulawesi Tengah yaitu dalam satu kali pengiriman pedagang mengeluarkan biaya dalam 1 Ret atau 1 truk yang berisi 6.7 Ton maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.500.000, (Pedagang Kakao Kecamatan Taluditi, 2013).

4. Terancamnya kelestarian lingkungan akibat perambahan hutan untuk lahan pengembangan kakao.

Kecamatan Taluditi memiliki lahan fungsional dan non fungsional luas lahan fungsional yaitu sebesar 7.076,25 Ha, dan lahan non fungsional yaitu 1.421,00, (Kantor Kecamatan Taluditi, 2013). Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat adanya aktifitas perambahan hutan untuk lahan usahatani kakao, maka Pemerintah Kecamatan Taluditi perlu mencanangkan Desa mandiri yang peduli terhadap lingkungan, terutama desa-desa sentra produksi kakao yang rawan terhadap adanya aktifitas usahatani yang memanfaatkan areal hutan dengan cara merambah.

5. Iklim yang kurang mendukung.

Waktu panen bertepatan dengan musim hujan. Kendala yang dihadapi dengan kondisi ini adalah pengeringan hasil produksi, karena umumnya petani mengandalkan sinar matahari dalam melakukan proses pengeringan kakao. Akibatnya kualitas kakao yang dihasilkan oleh petani pada periode musim hujan ini mengalami penurunan karena tingginya kandungan kadar air.

Setelah faktor-faktor strategis internal pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi diidentifikasi, suatu tabel nilai rating internal disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi.

Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

(27)

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi sekor 1,0. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Selanjutnya kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. hasilnya berupa sekor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 0,4 sampai dengan 1,0. Jumlahkan sekor pembobotan (pada kolom 4), nilai total ini menunjukan bagaimana pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internal. Tabel nilai rating internal dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Nilai Rating Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

No Faktor Internal Bobot Rating Skor Ket (B x R) Kekuatan (Strengts)

1. Letak wilayah kecamatan 0,06 4 0,24 Kekuatan Utama

Taluditi sangat strategis 1. Tingginya 2. Program Pembangunan 0,05 3 0,15 tingkat

Kecamatan Taluditi produktivitas Berbasis Desa Mandiri. usahatani kakao

3. Tingginya tingkat 0,13 4 0,52 2. Besarnya produktivitas potensi usahatani kakao. kelembagaan 4. Besarnya potensi 0,13 4 0,39 di tingkat kelembagaan petani

di tingkat petani.

5. Banyaknya pedagang 0,05 3 0,15 Nilai Total =1,45

yang Bergerak dalam pemasaran kakao.

Kelemahan (Weakness)

1. Rendahnya mutu dan 0,13 1 0,13 Kelemahan Utama

kualitas kakao hasil 1. Rendahnya mutu produksi petani. Dan kualitas 2. Keterbatasan permodalan 0,06 2 0,12 kakao hasil

(28)

petani 2. Rendahnya 3. Keterbatasan jenis dan 0,07 2 0,14 tingkat

jumlah sarana teknologi pengetahuan pengolahan hasil. dan ketrampilan 4. Rendahnya tingkat 0,13 1 0,13 petani dalam

pengetahuan dan menerapkan keterampilan petani teknologi dalam menerapkan budidaya dan teknologi budidaya dan pascapanen pascapanen

5. Prasarana jalan Kecamatan 0,05 2 0,10 Taluditi yang kurang memadai.

6. Keterbatasan ketersediaan 0,06 2 0,12 Nilai Total =0,88

sarana produksi di sekitar lokasi Usahatani kakao

7. Tidak ada ketersediaan 0,07 2 0,14 resi gudang penampungan

kakao

Total 1,00 2,33

Sumber Data : Data Diolah, 2013

Pada Tabel 18, terlihat bahwa nilai total kekuatan adalah 1,45 (nilai ini diperoleh dari penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasilkan nilai total). Sedangkan nilai total faktor kelemahan hanya 0,88 (nilai ini diperoleh dari penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasilkan nilai total). Keadaan ini menunjukan bahwa fakrtor kekuatan untuk pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi lebih besar dari faktor kelemahan sebagai penghambat perkembangan pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Kekuatan utama yaitu tingginya produktivitas usahatani kakao, besarnya potensi kelembagaan ditingkat petani. Sedangkan kelemahan utama yaitu rendahnya mutu dan kualitas kakao hasil produksi petani, rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen.

Faktor-faktor strategis eksternal pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi diidentifikasi, suatu tabel nilai rating internal disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi.

Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

(29)

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi sekor 1,0. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Selanjutnya kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. hasilnya berupa sekor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 0,4 sampai dengan 1,0. Jumlahkan sekor pembobotan (pada kolom 4), nilai total ini menunjukan bagaimana pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internal. Tabel nilai rating eksternal dapat dilihat pada Tabel 19.

(30)

Tabel 19 . Nilai Rating Eksternal (Peluang dan Ancaman)

No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Ket (B x R) Peluang (Oppurtunities)

1. Penetapan kakao sebagai 0,14 4 0,56 Peluang Utama

komoditas unggulan 1. Penetapan kakao Kecamatan Taluditi sebagai

komoditas

Kabupaten Pohuwato. Unggulan Kec. 2. Tersedianya lembaga 0,13 4 0,58 Taluditi.

pendukung usahatani 2. Tersedianya kakao lembaga 3. Tingginya permintaan 0,13 3 0,39 pendukung

dan tingkat harga kakao usahatani kakao untuk ekspor.

Nilai Total=1,58 Ancaman (Threats)

1. Harga komoditi kakao 0,13 1 0,13 Ancama Utama

yang berfluktuasi. 1. Harga komoditi 2. Penetapan standar 0,13 2 0,26 yang berfluktuasi

Kualitas yang ketat 2. Terancamnya oleh pedagang kelestarian 3. Tingginya biaya 0,10 2 0,20 lingkungan

pungutan dalam akibat pengangkutan. Perambahan 4. Terancamnya kelestarian 0,13 1 0,13 hutan untuk

lingkungan akibat lahan pengem- perambahan hutan untuk bangan kakao lahan pengembangan

kakao

5. Iklim yang kurang 0,11 2 0,22 Nilai Total=0,94

Mendukung

Total 1,00 2,52

Sumber Data : Data Diolah, 2013

Pada Tabel 19, dilihat bahwa nilai total faktor peluang 1,58 lebih besar dari pada nilai total ancaman yaitu 0,94 (nilai ini diperoleh dari hasil penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasikan nilai total). Peluang utama yaitu penetapan kakao sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Taluditi, tersedianya lembaga pendukung usahatani kakao. Sedangkan ancaman utama yaitu

(31)

terancamnya kelestarian lingkungan akibat perambahan hutan untuk lahan pengembangan kakao.

Untuk mengetahui strategi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi dengan menggunakan diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 5.

Opportunity y 0,64 III I Weakness X Strengths W 0,57 S IV II T Threats

Gambar 5. Analisis Kuadran SWOT Strategi Pemasaran Kakao di Kecamatan Taluditi.

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X didalam diagram SWOT, demikian peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukan bahwa selisih antara peluang dan ancaman menunjukan angka 0,64 (nilai tersebut diperoleh dari nilai total peluang dengan nilai total ancaman) sedangkan selisih antara kekuatan dan kelemahan 0,57 (nilai diperoleh dari nilai total kekuatan dengan nilai total kelemahan) maka strategi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi berada pada kuadran 1, dimana mendukung strategi yang agresif atau strategi SO (Strengths-Opportunities) hal ini menunjukan bahwa dalam strategi

(32)

pemasaran kakao tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus terapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) yaitu memanfaatkan kekuatan dengan tingginya tingkat produktivitas usahatani kakao dan besarnya potensi kelembagaan di tingkat petani di Kecamatan Taluditi, serta memanfaatkan peluang dengan penetapkan kakao sebagai komoditas unggulan dan meningkatkan lembaga pendukung usahatani kakao di Kecamatan Taluditi.

G. Matrik SWOT

Faktor-faktor internal dan eksternal selanjutnya dianalisis dengan menggunakan matriks analisis SWOT (Strengths – Weakness – Opportunities - Threats) untuk merumuskan strategi pemasaran kakao. Strategi-strategi yang dirumuskan dalam tabel matrik SWOT dibawah ini:

1. Startegi SO, dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan (S) yang dimiliki Kecamatan Taluditi untuk mengambil manfaat dari peluang-peluang (O) yang ada, terutama dalam pemasaran kakao;

2. Strategi WO, dengan mengatasi kelemahan-kelemahan (W) yang dimiliki Kecamatan Taluditi untuk meraih peluang-peluang (O) yang ada, terutama dalam pemasaran kakao;

3. Strategi ST, dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan (S) yang dimiliki Kecamatan Taluditi untuk menghindari ancaman-ancaman (T), terutama dalam pemasaran kakao; dan

4. Strategi WT, dengan mengurangi kelemahan-kelemahan (W) yang dimiliki oleh Kecamatan Taluditi dan menghindari ancaman-ancaman (T) yang ada.

(33)

Tabel 21. Matrik SWOT Lingkungan Internal dan Eksternal Kecamatan Taluditi, 2013

Sumber : Data Diolah. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal, 2013

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (S)

1. Letak wilayah Kecamatan Taluditi sangat strategis

2. Program Pembangunan

Kecamatan Taluditi Berbasis Desa Mandiri.

3. Tingginya tingkat produktivitas usahatani kakao.

4.Besarnya potensi kelembagaan di tingkat petani.

5.Banyaknya pedagang yang

bergerak dalam pemasaran

kakao.

Kelemahan (W) 1.Rendahnya mutu dan kualitas

kakao hasil produksi petani. 2.Keterbatasan permodalan yang

dimiliki oleh petani

3.Keterbatasan jenis dan jumlah sarana teknologi pengolahan hasil.

4.Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen

5.Prasarana jalan Kecamatan

Taluditi yang kurang memadai. 6.Keterbatasan ketersediaan sarana

produksi di sekitar lokasi Usahatani kakao

7. Tidak ada ketersediaan resi gudang penampungan kakao.

Peluang (O)

1.Penetapan kakao sebagai

komoditas unggulan

Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato.

2.Tersedianya lembaga

pendukung usahatani kakao

3.Tingginya permintaan dan

tingkat harga kakao untuk ekspor.

Strategi (S-O)

1.Memanfaatkan Potensi wilayah Kecamatan Taluditi yang strategis dan adanya program pembangunan Kecamatan berbasis desa mandiri untuk menetapkan kakao sebagai komoditas unggulan Kecamatan Taluditi.

2.Besarnya potensi kelembaga pendukung usahatani ditingkat petani dan banyak pedagang yang berpatisipasi untuk

meningkatkan produktivitas kakao sehingga dapat memenuhi permintaan dan tingkat harga untuk ekspor.

Strategi (W-O)

1.Menyediakan lembaga

pendukung usahatani kakao

dalam mengatasi keterbatasan permodalan, sarana teknologi, prasarana jalan desa.

2.Meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petani dalam

menerapkan teknologi

pascapanen dalam

memanfaatkan ketersediaan

lembaga usahatani kakao

Ancaman (T)

1.Harga komoditi kakao yang berfluktuasi.

2.Penetapan standar kualitas yang ketat oleh pedagang

3.Tingginya biaya pungutan

dalam pengangkutan.

4.Terancamnya kelestarian

lingkungan akibat perambahan

hutan untuk lahan

pengembangan kakao

5. Iklim yang kurang

mendukung.

Strategi (S-T)

1. Meningkatkan program

pembangunan Kecamatan

Taluditi berbasis desa mandiri dalam menjaga kelestarian lingkungan untuk menghindari

perambahan hutan dalam

pengembangan kakao.

2. Mempertahankan tingkat

produktivitas kakao dari iklim yang kurang mendukung.

Strategi (W-T)

1.Menyediakan sarana dan

prasarana produksi dalam

meningkatkan standar kualitas kakao.

2. Menyediakan resi gugang

penampungan kakao dalam

(34)

H. Strategi Pemasaran Kakao di Kecamatan Taluditi

Pemetaan strategi pemasaran kakao hasil analisis SWOT pada strategi bauran pemasaran (marketing mix) yaitu terdiri 4p: Produk (product, Harga (price), Tempat (place), Promosi (promotion) menunjukan bahawa :

1. Strategi produk (produc)

Mengingat kelemahan pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi saat ini terletak pada rendahnya kemampuan petani untuk menghasilkan produksi kakao sesuai standar kualitas yang ditetapkan eksportir/industri. Disamping aspek kualitas, besarnya permintaan pasar (baik ekspor maupun antar-pulau) masih sulit untuk dipenuhi. Kelemahan faktor produk inilah yang mempengaruhi sehingga petani sangat sulit untuk memperoleh tingkat harga yang memadai dalam rangka untuk meningkatkan pendapatannya. Salah satu penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh petani kakao yaitu rendahnya kualitas kakao hasil produksi usahataninya. Rendahnya kualitas kakao hasil produksi disebabkan keterbatasan petani dalam penguasaan teknologi (budidaya dan pascapanen). Olehnya itu Pemerintah Kabupaten Pohuwato perlu melakukan upaya pembinaan yang intensif kepada petani agar mampu menguasai teknologi budidaya dan pascapanen yang baik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan memfasilitasi kemitraan kelembagaan di tingkat petani (kelompoktani/gabungan kelompoktani) dengan lembaga-lembaga pembina terkait.

2. Strategi harga (price)

Untuk pengembangan pemasaran kakao perlu pula didukung oleh strategi harga (price) menyangkut terjaminnya tingkat harga yang akan diterima terutama oleh petani sebagai produsen untuk meningkatkan pendapatan petani kakao Kecamatan taluditi. Salah satu penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh petani selain faktor kualitas adalah pembebanan biaya pemasaran oleh pedagang pada harga pembelian di tingkat petani. Salah satu unsur biaya pemasaran adalah biaya pengangkutan. Untuk mempermudah pengangkutan kakao dari lokasi produksi ke pusat pemasaran di Kecamatan Taluditi, maka Pemerintah Kabupaten perlu memperbaiki prasarana jalan desa terutama di sentra-sentra produksi kakao. Dengan kondisi jalan yang memadai, pengangkutan akan

(35)

lebih mudah dan pada akhirnya akan dapat menekan biaya pengangkutan kakao ke pusat pemasaran sehingga harga yang diterima oleh petani juga dapat lebih tinggi.

3. Strategi tempat (place)

Strategi tempat sangat terkait pemanfaatan potensi wilayah Kecamatan Taluditi saat ini, baik potensi sebagai wilayah produksi, maupun potensi wilayah perdagangan. Salah satu penyebab terjadinya rendahnya harga kakao yang diterima oleh petani yaitu panjangnya rantai pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi untuk itu upaya yang dilakukan yaitu dengan memperpendek rantai pemasaran untuk mendapatkan harga yang tinggi atau tingkat harga di pasaran yang tinggi sesuai yang diinginkan petani guna memenuhi kebutuhannya.

4. Strategi promosi (promotion)

Untuk mendukung Kecamatan Taluditi sebagai wilayah potensi perkebunan kakao khususnya dalam pemasarkan kakao maka diperlukan strategi promosi (promotion). Hasil pemetaan menunjukkan bahwa yang merupakan strategi promosi yang dapat dilakukan dalam menarik berbagai pihak terutama calon investor untuk berinvestasi di Kecamatan Taluditi, untuk itu upaya yang dilakukan yaitu memanfaatkan kelembagaan kelompoktani dan gabungan kelompoktani Kecamatan Taluditi agar mampu mempromosikan produk kakao kepada para pedagang tidak hanya sebagai unit produksi maupun menjadi unit penyedia sarana dan prasarana prodiksi.

Gambar

Tabel  2.  Jumlah  Penduduk  Kecamatan  Taluditi  Menurut  Jenis  Kelamin  (orang),  2013
Tabel  4. Potensi Unggulan Pertanian Kecamatan Taluditi dan lokasinya di Desa
Tabel 5. Umur Petani Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013
Tabel 6. Pendidikan  Petani Responden di Kecamatan Taluditi,  2013
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

tertinggi dari hasil normalisasi, berdasarkan hasil respon total dari perhitungan persaamaan Simplex Lattice Design didapatkan formula terbaik yang ditunjukkan pada formula

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan strategi komunikasi pada

Dan yang terakhir narasumber ke tujuh Sella Amalia adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Berdasarkan analisis hasil temuan data dan maksud tabel diatas dari sepuluh sampel yang diwawancarai 8 orang pengunjung 1 orang pihak pengelola dan 1 orang ahli

Dasar-dasar Audit Internal Sektor Publik, Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik STAN Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)

Hasil bordir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu seni berupa benda yang dihasilkan melalui proses atau cara dengan menambah hiasan menggunakan

Apabila dibandingkan dengan hasil pengujian aktivitas antioksidan terhadap ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana kulit buah jeruk sambal menunjukkan bahwa

Perusahaan Belanda, yang kini hampir selama satu abad memperluas perdagangan- nya di Kerajaan Siam di bawah nenek moyang Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang sangat luhur,