• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Imran (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian Dosen Pendidikan Sosiologi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Imran (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian Dosen Pendidikan Sosiologi."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Application Analysis Process Competence Personality Lecturer In Class Student In Sociology Of Education Studies Program Faculty Of Teaching And

Education University Tanjungpura Pontianak

Oleh: Imran

(Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penerapan Kompetensi Kepribadian Dosen dalam melaksanakan proses perkuliahan, yang terdiri dari; aspek Mantap dan stabil, Dewasa, Arif, Berwibawa, Menjadi berahlak mulia dan teladan bagi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan bentuk penelitian studi kasus, dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sebagian besar dosen di Prodi Sosiologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak telah memiliki dan melaksanakan kompetensi kepribadian dengan baik dalam proses perkuliahan mahasiswa, yaitu: 1) Mantap dan stabil, 2) Dewasa, 3) Arif, 4) Berwibawa, 5) berahlak mulia dan teladan bagi mahasiswa.

Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian Dosen Pendidikan Sosiologi.

Abstract: This study aims to analyze the process of implementing the personal competence of lecturers in carrying out the lecturing process comprising aspects of steady and stable, mature, wise, noble and role models for student. This research uses, descriptive method ferifikatif the form of case studies with the number of respondents as many as 80 people. The results of this study indicate that the majority of 95% of lecturers, in courses of study Sociology Education FKIP University Tanjongpura already own and carry personal competence well in the lecture students, comprising, aspects 1) Steady and Stable, 2) Adults, 3) Arif, 4) authoritative, 5) and a good moral example for students.

Keywords:Personality Competence Education Lecturer Sociology.

Pendahuluan

Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.

Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan dalam kehidupan setiap individu. Pendidikan memberikan kontribusi

(2)

yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, terutama dalam

membangun watak bangsa.

Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian serta kreativitas yang tinggi.

Seorang Dosen memegang peranan dalam penentu berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu proses pembelajaran, sekalipun proses pembelajaran telah menggunakan berbagai model pendekatan dan metode yang lebih memberi peluang bagi siswa aktif. Kedudukan dan peran guru tetap penting dan menentukan, untuk itu mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini menandai bahwa peranan guru tidak dapat digantikan oleh siapapun juga. Menurut Bedjo Sujanto (2007:90) “dosen berusaha menempatkan mahasiswa sebagai subjek belajar, dosen sebagai pelayan dan mitra mahasiswa agar siswa dapat mengalami proses belajar bermakna.

Dosen sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap peserta didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru”

(di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian dosen merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar peserta didik.

Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa: “kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Peserta didik yang baik sebagai modal Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tumbuh rasa cinta kepada Indonesia”.

Penulis mencoba melakukan observasi di Prodi Pendidikan Sosiologi pada tanggal 19 September 2016, jam 10.00 wib. Peneliti menemukan beberapa masalah yang terjadi pada sebagian dosen, bahwa tidak semua dosen telah memenuhi kompetensi kepribadiannya.

Adapun sifat-sifat yang

menggambarkan kompetensi

kepribadian dosen/guru, menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan. (1994:14), adalah kemantapan dan integritas pribadi, berpikir alternatif, adil, jujur dan objektif, berdisiplin dalam melaksanakan tugas, ulet dan tekun bekerja, berupaya memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya, simpatik. dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam

(3)

In Sociology Of Education Studies Program Faculty Of Teaching And Education University Tanjungpura Pontianak bertindak, bersifat terbuka, kreatif,

berwibawa.

Menurut standar Pendidikan Nasional, pasal 28 ayat (3) butir “b” dikatakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Dari beberapa indikator kompetensi kepribadian di atas tidak semua dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak dapat melaksanakan atau menerapkannya pada proses perkulihan tersebut berlangsung. Selain itu dosen mengalami beberapa kendala dalam mengimplementasikan indikator dan aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi kepribadiannya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan,

menggambarkan bagaimana

penerapan kompetensi kepribadian dosen dalam proses kegiatan perkuliahan di Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjujngpura, maka dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan bentuk penelitian studi kasus.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan penyajian data di atas, maka disajikan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Indikator Dosen Mantap Dan Stabil.

Indikator Mantap dan Stabil ini menilai kompetensi kepribadian dosen yang bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai dosen dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Pribadi yang stabil merupakan suatu kepribadian yang kokoh. Kalau kita menelaah dari segi arti bahasanya bahwa pribadi ini sebenarnya sama halnya dengan pribadi yang mantap. Dwi Sunar P (2008:215) bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena

(4)

kekhawatiran untuk dimarahi dan membelokkan konsentrasi peserta didik sehingga hasil belajar yang diinginkan tidak berhasil.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa dari 80 orang responden, menunjukkan bahwa secara umum sembilan sub indikator kepribadian dari mantap dan stabil menunjukkan hasil yang sangat baik dalam kompetensi kepribadian dosen 77 responden menyatakan sangat setuju dengan prosentase sebesar 96% dan 3 orang responden menyatakan setuju atau 4%.

2. Indikator Dewasa.

Indikator Dewasa ini menilai kompetensi kepribadian dosen yang menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan mampu menahan emosi. Menurut Mulyasa E. (2007:121-122) menyatakan dosen yang dewasa di sini berarti ia telah mampu mandiri dan dapat mengatur dirinya sendiri karena akalnya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dosen sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani. Dengan sifat kedewasaan yang dimiliki oleh dosen, maka mahasiswa akan merasa terlindungi oleh sosok pengayom dan pembimbingnya dalam proses belajar mengajar, sehingga keakraban yang ditandai dengan sikap bangga dan patuh dari mahasiswa kepada dosen dapat terwujud dengan baik, dengan

demikian hasil belajar dapat diperoleh dengan baik pula.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa dari 80 0rang responden, menunjukkan bahwa sub indikator mampu menahan emosi menunjukkan hasil yang sangat baik dalam kompetensi kepribadian dosen sebanyak 74 orang responden atau 94% menyatakan sangat setuju dan yang menyatakan setuju sebanyak 6 orang atau 6% sedangkan yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Artinya bahwa dosen di Prodi Pendidikan Sosiologi telah menunjukkan pribadi yang dewasa dalam mendidik, mengayomi dan membimbing mahasiswa dalam proses perkuliahan. 3. Indikator Arif.

Indikator Arif ini menilai kompetensi kepribadian dosen bertanggung jawab serta menjadi contoh sabar dan penuh pengertian. Menurut Sagala (2009:27) menyatakan arif adalah dosen menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dikatakan seorang guru/dosen harus mampu untuk dapat mengambil keputusan yang diambil berdasarkan atas dasar pemikiran yang mengutamakan kepentingan para peserta didiknya, faktor-faktor yang terkait oleh pertimbangan personal yang tidak terkait dengan dasar kompetensi belajar tidak seharusnya

(5)

In Sociology Of Education Studies Program Faculty Of Teaching And Education University Tanjungpura Pontianak mempengaruhi keputusan yang

diambil oleh dosen/guru tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa dari 80 0rang responden, menunjukkan bahwa sub indikator dari seorang dosen yang arif menunjukkan hasil yang sangat baik dalam kompetensi kepribadian dosen sebanyak 78 orang responden atau 98% menyatakan sangat setuju dan yang menyatakan setuju sebanyak 2 orang atau 2% sedangkan yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Artinya bahwa dosen di Prodi Pendidikan Sosiologi telah menunjukkan pribadi yang arif dalam mendidik, mengayomi dan membimbing mahasiswa pada proses perkuliahan.

4. Indikator Berwibawa.

Indikator Berwibawa ini menilai kompetensi kepribadian guru yang Berpengaruh positif terhadap peserta didik, Mengangkat citra baik dan kewibawaannya, Keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Menurut Mulyasa E. (2012:27) menyatakan guru harus berwibawa atau disegani oleh siswa namun tetap menyenangkan, guru juga harus mengawasi siswa ada jam sekolah sehingga kalau terjadi pelanggaran dapat segera diatasi dan dikendalikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa dari 80 orang responden, menunjukkan bahwa sub indikator dari seorang dosen yang berwibawa menunjukkan hasil yang sangat baik dalam kompetensi

kepribadian dosen sebanyak 76 orang responden atau 96% menyatakan sangat setuju dan yang menyatakan setuju sebanyak 4 orang atau 4% sedangkan yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Artinya bahwa dosen di Prodi Pendidikan Sosiologi telah menunjukkan kewibawaan dalam

mendidik, mengayomi dan

membimbing mahasiswa pada proses perkuliahan.

5. Indikator Menjadi Berakhlak Mulia Dan Teladan Bagi Mahasiswa.

Indikator Menjadi berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik ini menilai kompetensi kepribadian guru yang Berpengaruh positif terhadap peserta didik, Mengangkat citra baik dan kewibawaannya, Keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

Menurut Haidir (2012:14) menyatakan guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasihat bagi siswa. Banyak guru/dosen cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan mengatur kehidupan orang. Padahal menjadi guru/dosen pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan yang harus berakhlak mulia. Kegiatan pembelajaran mestinya diletakkan pada posisi tersebut. Mahasiswa senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

(6)

keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada guru/dosennya. Semakin efektif dosen menangani setiap permasalahan mahasiswa, makin besar kemungkinan mahasiswa membutuhkan bimbingan dosen. Di sinilah arti penting dan posisi dari akhlak mulia tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bahwa sebagian besar dosen di Prodi Sosiologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak telah memiliki dan melaksanakan Kompetensi kepribadian dengan baik dalam melaksanakan proses perkuliahan mahasiswa, yaitu:

1) Mantap dan stabil, 2) Dewasa,

3) Arif,

4) Berwibawa.

Menjadi berahlak mulia dan teladan bagi mahasiswa.

Daftar Pustaka

Dwi Sunar P. (2008). Membaca Kepribadian Orang. Jogjakarta: THINK.

Faizah Usnida Rusdiyati. (2010). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Pendidik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Bakti Ponorogo. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Gumelar dan Dahyat (2002), Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Dan Praktis Profesional. Bandung: Angkasa.

Haidir. (2012). Standar Kompetensi

Dan Kompetensi

Kepribadian Guru Dalam Pendidikan. Medan: Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara.

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi Dan Serifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2008) Menjadi Guru

Profesional (Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan). Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2012). Manajemen

Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permen 16-2007KompetensiGuru.pdf. Diakses 10 Maret 2016. Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional

Guru Dan Tenaga

Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Satori Djam’an, dkk. (2008). Materi

Pokok Profesi

Kependidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

(7)

In Sociology Of Education Studies Program Faculty Of Teaching And Education University Tanjungpura Pontianak Siti Suwadah Rimang. (2011).

Meraih Predikat Guru Dan Dosen Paripurna. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Renika Cipta.

Sudarwan Danim. (2010).

Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Dosen. Bandung: Alfabeta.

Sudarwan Danim, Khairil. (2011). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Asep Jihad. (2013).

Menjadi Pendidik

Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi Dan Kualitas Di Era Global. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan sosial dan menelaah masalah – masalah social yang timbul dan berkembang,

Pemeliharaan dan perawatan pada prasarana, sarana dan utilitas umum terminal Hamid Rusdi yang sangat banyak itu harus selalu diperhatikan dan jika ada yang tidak

Uji-T (parsial) digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk

Dari penjelasan tanggapan responden mengenai “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan PT Pertamina (PERSERO) UP II Sungai Pakning, maka dapat ditarik

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan mengungkap jenis peran gender yang dilakukan suami istri dalam keluarga, mengungkap kasus cerai gugat yang sering

Peningkatan insentif berbasis kinerja dengan dana hasil usaha komersial bagi dosen dan tenaga kependidikan. Meningkatnya besaran

Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Briliana & Mursito (2017), Larasati, Hati & Safira (2018) dan Maichum, Parichatnon &

Budaya membaca adalah suatu kebiasaan yang didalamnya terjadi proses berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti keterampilan menangkap atau memahami