• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank - ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH (PERIODE 2013-2015) - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank - ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH (PERIODE 2013-2015) - UMBY repository"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Landasan Teori

1. Pengertian Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Kasmir, 2010).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit dalam bentuk-benbtuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

(2)

2. Jenis – Jenis Bank

a. Bank Konvensional

1) Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(3)

2) Kegiatan Usaha Bank Konvensional

Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2013), kegiatan usaha Bank Konvensional terdiri dari :

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

a) Memberikan kredit;

b) Menerbitkan surat pengakuan utang;

c) Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya antara lain :

i) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

ii) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

iii) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

iv) Sertifikat Bank Indonesia (SBI). v) Obligasi.

vi) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.

(4)

dengan satu (1) tahun

viii) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

ix) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga;

x) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

xi) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

xii) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

xiii) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

xiv) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

xv) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(5)

ketentuan yang ditetapkan oleh BI;

xvii) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI;

xviii) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI;

xix) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku; dan xx) Melakukan kegiatan usaha bank berupa Penitipan dengan

Pengelolaan/Trus. b. Bank Syariah

1) Pengertian Bank Syariah

(6)

dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

2) Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :

a) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio,2009).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: i) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)

(7)

atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

ii) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) Adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

b) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana (Antonio,2009). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

i) Al-Mudharabah

(8)

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

(1) Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

(2) Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

ii) Al-Musyarakah

(9)

al-musyarakah:

(1) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

(2) Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

c ) Pinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin) (Antonio, 2009). Implikasinya berupa:

1) Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

2 ) Salam

(10)

tersebut diterima sesuai syarat- syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

3) Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen

yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna paralel.

d) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. (Antonio,2009). Al-ijarah terbagi kepada dua jenis:

i) Ijarah, sewa murni.

(11)

sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

e) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank (Antonio,2009). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

i) Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. ii) Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

iii) Al-Hawalah

Al-Hawalah Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

iv) Ar-Rahn

(12)

Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. v) Al-qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

3) Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:

a) Sistem Penghimpunan Dana

(13)

kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

i) Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.

(14)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah.

Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

iii) Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. b) Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

(15)

murabahah, salam dan istishna’.

ii) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

iii) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.

4) Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

(16)

1) Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

2) Lembaga Penyelesai Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

a) Struktur Organisasi

(17)

konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

b) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

c) Lingkungan dan Budaya Kerja

(18)

syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.1.

Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional.

Bank Syariah Bank Konvensional

1.Melakukan investasi-investasi yang

halal saja.

2.Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli

atau sewa.

3.Berorientasi pada keuntungan (profit

oriented) dan kemakmuran dan

kebahagian dunia akhirat.

4.Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan.

5.Penghimpunan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan fatwa Dewan

Pengawas Syariah

1. Investasi yang halal dan

Haram

2. Memakai perangkat bunga

1. 3. Profit oriented

4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk kreditur-debitur.

5.Tidak terdapat/tidak terdapat

dewan sejenis

(19)

3. Laporan Keuangan

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai likuiditas, profitabilitas, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi banyak pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan, oleh karena itu diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri ini bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan (Hanafi; 2003).

4. Definisi Kinerja Keuangan

(20)

perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat, dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Martono (2007) mengemukakan arti dari kinerja keuangan, yaitu: “Kinerja keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasi perusahaan

yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil dari kegiatan perusahaan pada periode sekarang harus dibandingkan dengan kinerja keuangan pada periode yang lalu, anggaran laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, serta rata-rata kinerja keuangan perusahaan sejenis.”

Jumingan (2006) menyebutkan kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

(21)

Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan, bank memiliki beberapa tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank, terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai pada tahun berjalan maupun pada tahun sebelumnya.

b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

5. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Aspek utama dari kinerja keuangan yaitu tercapainya keseimbangan yang baik antara hutang dan ekuitas. Hutang mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Pemerintah, pengusaha bahkan perorangan membiayai banyak bisnisnya menggunakan hutang. Sucipto (2003) menyebutkan bahwa penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal – hal sebagai berikut:

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses tersebut dinamakan planning.

(22)

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Bringham dan Houston (2001) menyebutkan bahwa dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yang mencakup (1) perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan (2) evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu yang ditentukan. Laporan keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.

(23)

pelajaran bagi manajemen bagi periode kedepan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya, sehingga kejadian tersebut tidak terulang.

6. Analisa Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan menurut Bringham dan Houston (2001) dapat diukur dengan menggunakan analisa rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan suatu perusahaan dan secara simultan mengkoreksi kelemahan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba rugi.

7. Rasio Keuangan

Menurut Irawati (2005) rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu , ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan baik daftar neraca maupun laba rugi.

a. Rasio Permodalan (Solvabilitas)

(24)

masyarakat. Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut : 1) Modal disetor

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

2) Agio saham

Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3) Cadangan umum

Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing- masing.

4) Cadangan tujuan

(25)

5) Laba ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

6) Laba tahun lalu

Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

7) Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

8) Bagian Kekayaan

(26)

sahamnya dimiliki oleh bank.

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, dengan perincian sebagai berikut:

a) Cadangan revaliasi aktiva tetap

Cadangan revaliasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

c) Modal kuasi

Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang sifatnya seperti modal.

d) Pinjaman subordinasi

(27)

Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991

(Pakfeb’91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum

menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Prosentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital Adequacy Ratio (CAR).

Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.

Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:

i) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.

(28)

iii) Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.

iv) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

CAR = Modal Bank x 100% Total ATMR

v) Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.

b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

(29)

valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:

1) Prospek usaha

2) Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3) Kemampuan membayar

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi:

1) Lancar (Pass)

2) Dalam perhatian khusus (special mention) 3) Kurang lancar (sub standard)

4) Diragukan (doubtful) 5) Macet (loss)

Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL = Total Kredit Bermasalah x 100% Total Seluruh Kredit

c. Rasio Rentabilitas (Earning)

(30)

yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

1) Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi pengamanan aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih x 100% Total Aktiva

2) Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih x 100% Modal Sendiri

(31)

3) Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

BO/PO = Biaya operasional x 100% Pendapatan Operasional

4) Rasio Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya,dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).

(32)

LDR = Total pembiayaan x 100% Dana Pihak Ketiga

5) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengetahui efektifitas manajemen dalam menjalankan usaha (Sawir, 2005).

(33)

B. Peneliti Terdahulu

(34)

Tabel II.2 Peneliti Terdahulu

NO JUDUL PENELITIAN PENULIS HASIL PENELITIAN

1 ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA KEUANGAN

BANK UMUM SYARIAH

DENGAN BANK UMUM

KONVENSIONAL

DI INDONESIA (SKRIPSI)

Widya

Wahyu

Ningsih

2012

Hasil uji statistic

independent sample t-test

menunjukkan rasio

CAR, LDR, NPL, BOPO,

dan ROA Bank Umum

Syariah berbeda secara

signifikan dengan Bank

Umum Konvensional

2 ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA KEUANGAN

ANTARA PERBANKAN

KONVENSIONAL DENGAN

PERBANKAN SYARIAH

DIINDONESIA

(SKRIPSI)

Fivtina

Marbelanty

2015

Hasil penelitian

menunjukkan ada perbedaan

yang signifikan dalam kinerja

keuangan bank konvensional

dan bank syariah. Namun,

kinerja keuangan secara

keseluruhan bank

konvensional dan bank

syariah sama-sama baik,

karena bank konvensional

yang lebih baik dalam rasio

profitabilitas dan efisiensi

rasio, sedangkan bank

(35)

rasio likuiditas dan risiko dan

solvabilitas rasio

3 ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA KEUANGAN

PERBANKAN SYARIAH

DENGAN PERBANKAN

KONVENSIONAL

(PERIODE 2002-2011)

(SKRIPSI)

Anggraini

2012

Hasil dari penelitian bahwa

ada perbedaan

signifikan antara perbankan

syariah dengan perbankan

konvensional

Namun, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kinerja

perbankan

syariah tidak lebih baik jika

dibandingkan dengan

perbankan

konvensional

4 ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA KEUANGAN

PERBNKAN SYARIAH

Ema

Rindawati

tahun

Rata-rata rasio keuangan

perbankan syariah lebih baik

(36)

DENGAN PERBANKAN

KONVENSIONAL (SKRIPSI)

2007 dibandingkan dengan

perbankan konvensional

5 ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA KEUANGAN

PERBANKAN SYARIAH

DENGAN PERBANKAN

KONVENSIONAL DENGAN

MENGGUNAKAN

RASIO KEUANGAN

(STUDI KASUS PADA PT.

BANK SYARIAH MUAMALAT

INDONESIA Tbk

DENGAN PT. BANK RAKYAT

INDONESIA Tbk PERIODE

2003-2008)

Kiki

Maharani

2010

kinerja keuangan Perbankan

syariah berbeda dengan

kinerja keuangan perbankan

(37)

C. Kerangka Pikir

Gambar II.1

Kerangka Pikir

D. Hipotesa Penelitian

Sebagaimana ditulis oleh J. Supranto (2001) yang dikutip dari Abustan bahwa hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalanmaupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis

BANK

Bank Syariah Bank Konvensional

Laporan Keuangan

Analisa Rasio Keuangan

CAR LDR NPL ROA BOPO

(38)

juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi.

Dengan pertimbangan tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berdasarkan Rasio CAR

H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berdasarkan Rasio NPL

H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berdasarkan Rasio LDR

H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berdasarkan Rasio ROA

H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berdasarkan Rasio BOPO

Gambar

Tabel II.1.
Tabel II.2  Peneliti Terdahulu
Gambar II.1

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian adalah mengetahui pangsa pasar dari setiap merek printer inkjet dengan menggunakan metode rantai markov

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di Kota Ambon tahun 2016.. Penelitian ini berdasarkan data dari Dinas

Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun bangsa).. Jakarta:

dengan resolusi tinggi. Memungkinkan untuk mendapatkan berbagai signal dari satu lokasi yang sama. Hanya meneliti area yang sangat kecil dari sampel. Perlakuan awal dari sampel

1) Sistem ini menampilkan halaman login, sebagai proses authentikasi dari user yang akan mengakses sistem.. 2) Sistem yang dibangun akan mempunyai antar muka yang

Untuk mendapat kemurnian selulosa yang cukup tinggi, dapat dilakukan proses delignifikasi secara mekanis dengan cara digiling lalu diayak lalu dilanjutkan secara

Bahan pencemar yang berasal baik dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun

Abstrak : Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu hamil dan neonatal yang tinggi terutama di negara berkembang Sampai saat ini preeklampsia dan eklampsia