• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2.1.1. Program Studi Pendidikan Ekonomi

Awal peresmian program studi Pendidikan Ekonomi, mulanya dikenal dengan program studi Pendidikan Dunia Usaha. “Perubahan nama dari PDU menjadi Pendidikan Ekonoi dipertimbangkan dalam upaya penyesuaian dengan SK Menteri No. 021/U/1996 tentang Kurikulum yang berlaku secara Nasional Program Sarjana Pendidikan.”1

Program studi Pendidikan Ekonomi mempunyai visi untuk membentuk guru profesional sekaligus pengembang Pendidikan Ekonomi.“Penyelenggaraan program akademik Progdi-PE ditujukan untuk mempersiapkan kemampuan lulusan sebagai Guru (Pendidik) Profesional yang kreatif, inovatif, dan proaktif yang diikat moral etik di bidang ilmu Pendidikan Ekonomi; Pemasaran, Tatakelola Perkantoran, Koperasi, Akuntansi dan bisnis, dan bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.”2

Penelitian ini tidak hanya menitik beratkan pada pengetahuan sisi ekonomi, terutama pengelolaan keuangannya saja yang dituntut untuk dimiliki seorang mahasiswa calon guru nantinya. Aspek kompetensi guru menjadi sorotan lain dalam penelitian ini, karena mahasiswa PE-UKSW mempelajari ilmu ekonomi terlebih pengelolaan keuangan tidak hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi untuk dapat dijadikan contoh bagi peserta didiknya. Undang-undang

1

http://fkip.uksw.edu/id/prodi/pendidikan-ekonomi. Diakses 03 April 2014, 22:09 WIB

(2)

11

no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8 kemudian diperjelas dalam pasal 10, guru wajib memiliki kualifikasi kompetensi yang meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pengelolaan keuangan yang baik seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka dari 4 kompetensi tersebut, kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini. Peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru pasal 3 menjelaskan lebih rinci kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, salah satunya kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi kepribadian yang:

a. Beriman dan bertakwa; b. Berakhlak mulia; c. Arif dan bijakasana;

d. Demokratis; e. Mantap; f. Berwibawa; g. Stabil; h. Dewasa; i. Jujur; j. Sportif;

k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

(3)

12

Sikap arif dan bijaksana, mantap, dewasa,menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri yang terdapat dalam kompetensi kepribadian tersebut, berhubungan dengan mental accounting yang harus dimiliki seorang calon guru ekonomi. Pertama, arif dan bijaksana serta mantap untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan. Kedua, dewasa dalam artian seseorang telah memperhitungkan kelemahan dan kelebihan dari keputusan yang diambil. Ketiga, seorang guru tidak hanya memberikan contoh dari literatur atau artikel lainnya dalam mengelolaa keuangan yang bijaksana, diri mereka sendiri dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat dalam menerapkan teori ke kehidupan sehari-hari. Keempat, dalam konteks mental accounting yakni mengevaluasi kinerja sendiri apakah seseorang tersebut telah bertindak dengan tepat ataukah belum.

2.1.2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Mahasiswa adalah peserta didik yang memiliki tingkatan paling tinggi dibandingkan dengan siswa SD, SMP, dan SMA / SMK. Mahasiswa dianggap lebih dewasa dan dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar, hidup, dan bersosialisasi. Belajar materi perkuliahan mereka, belajar bersosialisasi dengan tepat, dan belajar dalam memanajemen hidup terutama memanajemen uang mereka sendiri.

Program Studi Pendidikan Ekonomi telah memberikan mata kuliah Dasar Akuntansi dan Keuangan bagi semua mahasiswanya. Terlepas mahasiswa tersebut ketika penjurusan akan memilih konsentrasi Akuntansi atau non akuntansi.

(4)

13

Pemberian mata kuliah Dasar Akuntansi dan Keuangan diharapkan menjadi dasar bagi mahasiswa Pendidikan Ekonomi guna memiliki pengetahuan dasar yang diapliasikan ketika mengelola keuangan pribadi dengan baik dan bijaksana.

“Kebutuhan manusia timbul dari :

(a) Kebutuhan biologis untuk hidup (makanan, minuman dan mungkin juga pakaian dan tempat tinggal).

(b) Kebutuhan yang timbul dari peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri (misalnya keinginan rumah yang baik, keinginan mendapatkan pendidikan, keinginan akan makanan lezat dan sebagainya).

Lain-lain kebutuhan yang khas masing-masing perorangan.”3

Kebutuhan mahasiswa yang tidak terbatas, dan hanya didukung dengan sumber uang sebagai alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Seorang mahasiswa akan memilih membelanjakan sepenuhnya uang mereka guna memenuhi seluruh kebutuhan yang sudah direncanakan maupun yang belum direncanakan, atau disisihkan untuk dimasukkan dalam akun tabungan sebagai suatu keputusan kegiatan keuangan mereka. Sumber uang yang biasa didapatkan oleh mahasiswa adalah uang saku dari orang tua, uang bonus, pendapatan yang didapatkan jika mahasiswa tersebut memiliki pekerjaan sampingan, dan bisa juga dari sumber uang lainnya. Pengelolaan uang dalam memenuhi kebutuhan berbanding lurus, dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan kebutuhan tabungan sebagai motif

3Boediono,1989,Op. Cit., hal. 2 .

(5)

14

berjaga-jaga akan lebih bermanfaat dari pada melebihi dalam memenuhi kebutuhan seorang mahasiswa diluar uang yang dimiliki.

2.2. Mental Accounting

2.2.1. Hakekat Akuntansi

“Akuntansi adalah pengukuran,penjabaran atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.”4 “Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya sistem informasi akuntansi.”5Informasi akuntansi yang dihasilkan akan mengungkap hasil pelaporan keuangan selamatransaksi keuangan terjadi. “Tujuan informasi keuangan adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi dimasa yang akan datang.”6“Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan.”7“Accounting

4

id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi. Diakses 22 Juni 2014, 10:09 WIB

5Suartana, I.W., 2011. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Andi Publisher,

hal. 2.

6

Ikhsan dan Arfan. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta, hal. 1.

(6)

15

isthe system of recording and summarizing business and financial transactions in books, and anallyzing, verifying, and reporting the results.”8

“Financial accounting is a process involving the collection and processing of financial information to assist in the making of various decisions by many parties external to the organisation.”9 Dari hakikat akuntansi, dapat ditarik unsur-unsur penting dalam akuntansi yakni;

1. Collecting 1.1 Recording 1.2 Summarizing 2. Processing 2.1 Anallyzing 2.2 Verifying 2.3 Reporting

Unsur-unsur dalam akuntansi dilakukan dengan cermat,teliti dan setiap periodenya.Akuntansi dalam penelitian ini merupakan suatu sistem pengumpulan dan pengolahan informasi keuangan dengan mencatat dan meringkas transaksi keuangan untuk mengungkap hasil laporan keuangan. Informasi laporan keuangan tersebut dijadikan petunjuk dalam memilih tindakan untuk mengelola keuangan seseorang.

8

Thaler,R.1999. Mental Accounting Matters, Journal of Berhavioral Decision Making, hal. 184.

(7)

16 2.2.2. Mental Accounting

Richard Thaler mengenalkan mental accounting sebagai pengetahuan seseorang yang digunakan untuk mengorganisasikan, mengevaluasi, serta mengambil keputusan dalam kegiatan ekonomi. “Mental accounting is a description of the ways they do these things.”10

Akuntansi adalah cara untuk melacak kemana saja uang telah digunakan, dan mencoba untuk mengendalikan pengeluaran, maka mental accounting adalah deskripsi cara bagaimana seseorang melakukan hal-hal untuk pelacakan jejak keuangan dan pengendalian pengeluaran.

Mental accounting hanya dapat dipelajari dengan mengamati perilaku seseorang dan menyimpulkan aturan-aturan yang berlaku.

“Mental accounting is the set of cognitive operations used by individuals and households to organize, evaluate, and keep track of financial activities.”11“Mental Accounting is a cognitive form of book keeping that individuals practice to keep track of expenses and control consumption.”12

10Thaler, R. Ibid., hal. 2. 11

Thaler, R. Op. Cit., hal. 1.

12

Cheema,A. & Soman,D. 2005. Malleable Mental Accounting: The Effect of Flexibility on the Justification of Attractive Spending and consumption Decisions, Journal of Consumer Psychology, hal.33.

(8)

17

“Mental accounting mengacu pada kecenderungan seseorang untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening terpisah berdasarkan pada berbagai kriteria subjektif, seperti sumber uang dan tujuan untuk setiap akun.”13

“Mental accounting refers to a process of coding, categorinzing, and evaluating (primarily financial) outcomes.”14

Mental Accounting is the set of cognitive operation used by people to organize, evaluate, and make decisions about financial activities.”15

“Wealth is divided into three mental accounts – current income, current assets, and future income.”16

Current income berlaku sebagai pendapatan yang dibelanjakan atau dikonsumsikan. Current assets merupakan bagian dari pendapatan yang digunakan untuk disimpan atau ditabungkan dalalm rekening. Future income adalah bagian lainnya dari pendapatan yang digunakan dengan tujuan memiliki pendapatan yang lebih atau pendapatan dikemudian hari, seringnya untuk mendapatkan hal ini dilakukan dengan menginvestasikan sebagian pendapatannya.

13

Wiharjo, K,K. 2012. Faktor Demografis dan Mental Accounting: Penggunaan Kartu Kredit Pada Karyawan Bank Bumi Arta Tbk Cabang Surakarta. Skripsi. Program S1 Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga, hal. 2.

14Karlsson,N. 1998. Mental Accounting and Self Control.Goterbarg Psycological Reports, Swedia : Gotebarg University, Departmen of Psychology, hal. 2.

15

Paritosh. Op. Cit., hal. 2.

(9)

18

Gambar 2.1 Pembagian pendapatan kedalam mental account

Uang dalam mental accounting, dianggap tidak sesuai dengan fungsi uang pada umumnya:

“Uang adalah apa saja yang secara umum diterima sebagai alat pembayaran untuk dipertukarkan dengan barang, jasa atau pelunasan hutang. Uang sendiri memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai alat tukar 2. Sebagai satuan hitung 3. Sebagai alat pembayaran

4. Sebagai alat penyimpanan kekayaan.”17

Anggapan uang difungsikan dalam mental accounting adalah :

“ Money, designed to be a currency for exchange, allows us to compare apples and oranges, but yet, mental accounting research shows that people still think of money-for-apples and money-for-oranges, and don‟t always think of money as money.”18

Seseorang dianggap perlu untuk memiliki mental accounting karena ini akan membantu seseorang dalam mengontrol pengeluaran mereka,meskipun

17

Monica. Op. Cit., hal. 9.

18Paritosh. Op. Cit., hal. 2.

Pendapatan (Income) Future Income Current assets Current income

(10)

19

mental accounting bersebrangan dengan fungsi uang secara umum. Dikatakan demikan karena uang dalam mental accounting berlaku “uang untuk makan”, “uang untuk pulsa”, “uang untuk menabung” dan sebagainya. Pendapatan seseorang dikelola agar dapat mengkonsumsi kebutuhan dan memberdayakan penghasilan yang terbatas secara produktif.

“Money is commonly labeled at three levels: expenditures are grouped into budgets (e.g. food, housing, etc.); wealth is allocated into accounts ( e.g. checking, pension, „rainy day‟); ad income is divided into categories (e.g. regular or windfall).”19

Dalam mental accounting didapati tiga komponen yang paling penting, dan paling disoroti.

“Three components of mental accounting receive the most attention. This fisrt captures how outcomes are perceived and experienced, and how decisions are made and subsequently evaluated. The accounting system provides the inputs to the both ex ante and ex post cost-benefit analyses. A second component of mental accounting involves the assignment of activitist specific accounts. Both the soruces and uses of funds are labeled in real as well as in mental accounting systems. Expenditures are grouped into categories (housing,food, etc.) and spending in sometimes constrained by implicit or explicit budgets. The third component of mental accounting concerns the frequency with which accounts are evaluated and „choice bracketing‟. Accounts can be balanced dailiy, weekly, yearly, and so on, and can be defined narrowly or broadly.”20

19

Thaler. Op. Cit., hal. 193.

(11)

20 2.3. Pembelajaran Akuntansi Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Mental accounting merupakan suatu refleksi atau wujud nyata perilaku seseorang atas karakteristik akuntansi yang melekat dalam proses mengorganisasi, mengambil keputusan, mengevaluasi dalam hal keuangan. Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi terdapat mata kuliah Akuntansi dan Keuangan pada matakuliah lainnya. Adapun matakuliah Akuntansi dan Keuangan dasar bagi mahasiswa yang tidak mengambil konsentrasi akuntansi meliputi : Dasar-dasar akuntansi, Keuangan Perusahaan, dan Manajemen Keuangan dengan bobot 9 SKS, masing-masing matakuliah memiliki bobot 3 SKS. Ketiga matakuliah wajib diambil oleh seluruh mahasiswa, baik dengan konsentrasi akuntansi maupun non akuntansi. Sementara itu, bagi mahasiswa yang mengambil konsentrasi akuntansi, disamping 3 matakuliah tersebut ditambah dengan 8 matakuliah akuntansi dengan bobot 24 SKS.Dengan berbekal pengetahuan dari beberapa matakuliah tersebut, baik mahasiswa konsentrasi akuntansi maupun non akuntansi diharapkan memiliki sikap yang diwarnai dengan karakteristikakuntansidalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar pengelolaan keuangan pribadi mahasiswadan sebagai faktor lanjutan pembentuk mental accounting mahasiswa.

2.4. Manfaat Mental Accounting pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Mental accounting diperlukan dalam kehidupan sehari-hari guna mengontrol keuangan seseorang. Pengelolaan keuangan individu dimaksudkan agar seseorang mampu menghindari perilaku boros. Mengelola keuangan dan belajar tentang keuangan pribadi diperlukan agar seseorang mencapai dua tujuan

(12)

21

keuangannya, yakni financial succes dan financial independence. “financial succes is usually thought of as obtaining the maximum benefits from limited financial resources.”21“Financial independence is to have enough income or resources to be self-reliant.”22

Personal finance penting untuk dipelajari dan dipahami, konsepnya tidak jauh berbeda dengan keuangan perusahaan pada umumnya. Mulai dari bagaimana seseorang merencakan pengeluaran hingga merencanakan pemasukan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Salah satu pengelolaan personal financial yang baik dapat menerapkan mental accounting pada kehidupan sehari-hari mereka.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian Marisa Siloy (2012) dengan judul “Mental Accounting: Perilaku Boros VersusSelf-Control”. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomenal mental accounting pada pegawai non akademik UKSW Salatiga khususnya wanita dengan dilihat dari faktor demografi tertentu. Kemudian penelitian ini juga hendak melihat apakah mental accounting dapat dijadikan sebagai self-control. Hasil penelitian ini fenomenal mental accountingmuncul ketika seseorang memiliki kencenderungan untuk mengelompokkan dan memberlakukan uang secara berbeda antara lain tergantung dari mana uang tersebut berasal, dan terjadi pada responden dengan

21

Winger,B., Frasca, R. 2005. Personal Finance: An Integrated Planning Approach (7th ed.). New York, NY: Prentice-Hall, hal. 14.

22

(13)

22

tingkat pendidikan S1 ke atas daripada tingakt pendidikan responden lainnya. Kemudian mental accounting sebagai perangkat self-control terjadi pada objek penelitian.

Penelitian terdahulu lainnya adalah penelitian milik Katarina Kumalasari Wiharjo (2012) dengan judulnya “Faktor Demografis dan Mental Accounting: Penggunaan Kartu Kredit Pada Karyawan Bank Bumi Arta Tbk. Cabang Surakarta”. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif naratif dan regresi logistik. Penelitian ini hendak melihat apakah terdapat pengaruh faktor jenis kelamin, usia, dan pendapatan terhadap mental accounting dalam penggunaan kredit. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh antara jenis kelamin, usia, dan pendapatan tehadap mental accounting dalam penggunaan kartu kredit pada karyawan Bank Bumi Arta, Tbk. Cabang Surakarta. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman karyawan pada bank tersebut terhadap kartu kredit cukup baik sehingga lebih bijaksana dalam penggunaan kartu kredit dan terhidar dari mental accounting.

2.6. Kerangka Berpikir

Peneliti ingin mengetahui proses yang dilakukan mahasiswa dalam mengelola keuangan untuk menunjukkan mental accounting yang dimiliki pada mahasiswa. Mental accounting seseorang akan terlihat pada perilaku seseorang ketika memberlakukan uang yang dimiliki dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengelola keuangan dengan tepat serta sebijaksana mungkin untuk mencapai kesejahteraan individu dan serta sebagai alat kontrol diri seseorang guna

(14)

23

menghindari perilaku konsumtif. Konsep mental accounting diidentifikasi pada perilaku mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW terhadap uang yang dimiliki. Mental accounting diterapkan dengan tujuan melacak jejak uang mereka dan menjaga pengeluaran tetap terkendali atau menghindari perilaku konsumtif.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir mental accounting di kalangan mahasiswa. Kerangka konseptual Mental

Accounting

Mengidentifikasi mental accounting di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Pemaknaan deskriptif mental accounting di kalangan mahasiswa

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir mental accounting di kalangan  mahasiswa. Kerangka konseptual Mental

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan pada penelitian ini adalah kitosan sebagai material alternatif untuk membran fuel cell masih memiliki kekurangan yaitu sifat mekanik yang lemah,

implementasi program ini adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Pemberdayaan Masyarakat sebagai penyedia data dan informasi,

Dengan ini diumumkan bahwa Peserta yang namanya tercantum dalam Lampiran pengumuman ini dinyatakan Lulus Seleksi Administrasi Penerimaan Calon Tenaga Kerja Fasilitator Desa

Persiapan bahan baku pada KBM Industri Kayu Gresik PERUM PERHUTANI II JATIM diperoleh dari sejumlah daerah di Jawa Timur yang dibagi dalam 2 unit, berikut tabel yang

Responden memperkirakan suku bunga kredit untuk 6 bulan ke depan masih mengalami penurunan sebagaimana ditunjukkan dengan indeks yang berada pada level dibawah 100 yaitu

berbahaya Tidak stabil bila dipanaskan – lakukan tindakan pencegahan normal 2 Terbakar bila dengan panas yang cukup Berbahaya, gunakan alat pelindung pernapasan Bahan kimia

Dalam penelitian ini perempuan bekerja adalah perempuan yang bekerja sebagai pedagang kaki lima di pasar tradisionil, dengan indikator jenis pekerjaan, jumlah uang

Menimbang, bahwa saksi Penggugat dan saksi Tergugat telah memberikan keterangan yang saling bersesuaian, menyatakan bahwa benar antara Penggugat dengan Tergugat