• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui pemberian Tes Hasil Belajar (THB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui pemberian Tes Hasil Belajar (THB)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa a. Tes Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa diperoleh melalui pemberian Tes Hasil Belajar (THB) yang berjumlah 25 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. THB diberikan sebelum model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT diterapkan yaitu dalam bentuk pretest dan kemudian akan diberikan setelah model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT diterapkan yaitu dalam bentuk posttest. Hasil belajar siswa yang sudah didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus perhitungan pada Bab III dengan skor penilaian jika siswa menjawab benar nilainya 1 dan jika salah nilainya 0. Ketuntasan hasil belajar disesuaikan dengan Standar Ketuntasan Minimal (SKM) Depdiknas (2003) dalam Kunu (2013) yakni siswa dikatakan tuntas apabila mencapai nilai minimum ≥ 75

dan sesuai dengan sekolah tempat penelitian yaitu SMP Swasta Diakui Adhyaksa 2 Kupang adalah ≥70, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas apabila mencapai jumlah minimum ≥85

Data perhitungan hasil belajar siswa secara lengkap terdapat dalam Lampiran 14 sedangkan rekapitulasi hasil belajar siswa terdapat pada Tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Dan Posttest

NO Nama siswa Nilai U1 Nilai U2 Gain SKM SMP Swasta Diakui Adhyaksa 2 Kupang ≥ 70 Depdiknas ≥ 75

(2)

1 Adestiani Y. 56 92 36 T T 2 Adyanto Ndun 40 96 56 T T 3 Adonia Liubaha 24 96 72 T T 4 Aguanius Jezua 52 96 44 T T 5 Chen Y. Look 24 88 64 T T 6 Clara Belahia 56 88 32 T T 7 Dona C. Mokola 60 80 20 T T 8 FebridianaDinuth 44 88 44 T T 9 Gofransisco 24 88 64 T T 10 Helena Mailairu 28 88 60 T T 11 Hezron Njukamb 56 88 32 T T 12 Imelda Dosantos 36 88 52 T T 13 Kevin Lumikis 64 96 32 T T 14 Maria Berista 52 84 32 T T 15 Marsel Ton 40 84 44 T T 16 Mira Minata 44 88 44 T T 17 Nobertus 28 88 60 T T 18 Oktaviana Bani 36 92 56 T T 19 Patris Arisanto 44 88 44 T T 20 Tirsa Novita 44 96 52 T T Jumlah 852 1792 940 Rata- rata 42,6 89,6 47 Peningkatan 47 Keterangan:

UI : Pretest U2 : Posstest SKM : Standar Ketuntasan Minimal T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

Sumber: Data Olahan Peneliti

Dari hasil analisis perhitungan hasil belajar siswa seperti yang terdapat pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tertinggi adalah 96 yang diperoleh 4 orang siswa dan terendah adalah 80 yang diperoleh 1 orang siswa.Hal ini berarti semua siswa memperoleh nilai di atas SKM sekolah dan di atas SKM Depdiknas. Rerata ketuntasan siswa adalah 89,6 dan jika jumlah siswa yang tuntas menurut SKM Depdiknas dikonversikan ke dalam persamaan (3) akan diperoleh nilai ketuntasan klasikal 100%. Karena nilai 100% lebih besar dari acuan patokan yang ditetapkan oleh Depdiknas (2003) dalam Kunu (2013) yaitu 85%, maka kelas tersebut dikatakan tuntas setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT.

(3)

b. Kuis

Selain menganalisis THB, pada penelitian ini pun dihitung nilai ekstra siswa (skor) secara individu dalam mengerjakan kuis untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan dan dikerjakan dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti sebanyak dua kali pertemuan, sehingga terdapat kuis 01 dan kuis 02 (Lampiran 6 dan 9 ). Nilai kuis dari masing-masing siswa akan membantu dalam nilai kelompok untuk mendapatkan kategori kelompok. Perhitungan skor peningkatan hasil belajar kelompok memakai rentangan 0-30 (lihat penjelasan halaman 48)

Rekapitulasi hasil kuis dapat dilihat pada lampiran 20 dan skor peningkatan siswa dalam mengerjakan kuis 01 dan 02 dapat dilihat pada

Tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini: skor peningktan siswa mengerjakan kuis 01

NK Nama Skor Kuis

01 Gain Skor

Rata-rata Tim

Siswa Awal Peningkatan

Mawar Agung 52 80 28 30 30 Super

(4)

Patris 44 70 31 30 Desti 56 85 29 30 Kamboja Tomy 44 70 26 30 Hezron 56 80 24 30 30 Super Gofran 24 60 36 30 Marsel 50 70 20 30 Matahari Mira 44 75 31 30 Tirsa 24 60 36 30 Okta 36 65 40 30 30 Super Ado 24 60 40 30 Anggrek Imelda 36 65 29 30 Adyanto 40 75 35 30 Kevin 64 85 21 30 Febridi 44 75 31 30 30 Super Melati Chenn 24 55 24 30 Nobert 28 60 32 30 Clara 56 85 29 30 Patris 44 70 26 30

Tabel 4.3 Skor Peningkatan Siswa dalam Mengerjakan Kuis 02

NK Nama Kuis 02 Gain Skor Rata- Tim Siswa Kuis 01 Peningkatan Rata Mawar Agung 80 90 10 20 17,5 Hebat Dona 80 90 10 20 Patris 75 80 5 10 Desti 80 90 10 20 Kamb Tomy 70 90 20 30 Hezrn 80 90 10 20 22,5 Hebat Gofran 60 70 10 20 Marsel 70 80 10 20 Mataha Mira 75 85 10 20 Tirsa 60 75 15 30 Okta 65 75 10 20 22,5 Hebat Ado 60 70 10 20 Anggr Imelda 65 85 20 30 Adya 75 90 15 30 Kevin 80 90 10 30 Febrid 75 80 5 10 25 Super Melati Chenn 55 70 15 30 Nobert 60 70 10 20 Clara 85 95 10 20 Patris 70 90 20 30

Sumber : Data Olahan Peneliti

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai kuis 01 dari setiap individu melampaui skor awal (skor pretest) dengan peningkatan antara 20-40. Begitu pun pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai kuis 01 lebih besar dari nilai kuis 02 dengan peningkatan

(5)

antara 5-20. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing anggota kelompok mampu bekerja dengan baik dalam kelompok kooperatif.

2. Ketuntasan Indikator dan Sensitivitas Butir Soal

Ketuntasan indikator dapat digunakan untuk mengetahui baik tidaknya perangkat pembelajaran. Ketuntasan indikator dianalisis berdasarkan nilai proporsional indikator. Jumlah indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa pada penelitian ini setelah mengikuti proses pembelajaran pada materi pokok organisasi kehidupan adalah tiga (3) indikator. Indikator-indikator tersebut dikatakan tuntas jika nilai proporsinya (Pi) mencapai ≥ 0,75% menurut Depdiknas (2003) dalam Kunu (2013) untuk penilaian

hasil belajar. Asumsi dasar dari sensitivitas butir soal adalah mengacu pada pretest dan posttest. Butir soal yang sensitif adalah butir soal yang dijawab benar oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan dengan sebelum pembelajaran. Menurut Grounlund dalam Trianto (2009: 242) mengatakan bahwa butir soal yang sensitif terhadap efek pembelajaran adalah butir soal yang mempunyai nilai sensitivitas (S) ≥

0,30.

Untuk penelitian ini, nilai ketuntasan indikator yang dicapai setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT dihitung dengan menggunakan persamaan (2), sedangkan nilai sensitivitas butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (4).

Untuk mengetahui ketuntasan indikator dan sensitivitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 4.4 sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 14

Tabel 4.2 Ketuntasan Indikator Hasil Belajar dan Sensitivitas Butir Soal. Indikator No Soal Proporsi butir soal Proporsi indikator Ketuntasan ≥0,75 S

(6)

U1 U2

1

Mendeskripsikan Keragaman tingkat sel pada

sel hewan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0,45 0,55 0,45 0,35 0,55 0,5 0,6 0,5 0,4 0,95 0,9 0.9 0.9 0,95 0,85 0,9 0,85 0,9 0,9 T 0,5 0,35 0,45 0,55 0,4 0,35 0,5 0,35 0,6 2 Mendeskripsikan keragaman tingkat jaringan menurut sel – sel

penyusunnya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0,4 0,45 0,55 0,45 0,4 0,4 0,35 0,35 0,4 0.95 0,95 0,85 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0,95 0,90 T 0,55 0,5 0,5 0,35 0,5 0,5 0,55 0,55 0,55 3 Mengaitkan hubungan antara sel, jaringan,organ dan sistem organ

penyusun tubuh 19 20 21 22 23 24 0,45 0,4 0,3 0,45 0,35 0,45 0,95 0,9 0,85 0,95 0,9 0,95 0,92 0,5 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5

(7)

25

0,35 0,95 0,6

Proporsi rata-rata 0,91 0,5

Keterangan: K = Ketuntasan Pi = Proporsi Indikator S = Sensitivitas Butir soal. Sumber: Data Olahan Peneliti

Hasil analisis yang terdapat pada Tabel 4.4 menunjukkan proporsi rata-rata indikator adalah 0,91 atau 91% dan dinyatakan tuntas. Ini berarti tiga indikator dalam pembelajaran ini berhasil dicapai dengan baik. Sedangkan analisis sensitivitas butir soal menunjukkan bahwa soal THB yang disusun oleh peneliti mempunyai nilai sensitivitas (S) 0,5. Ini berarti bahwa butir soal yang disusun oleh peneliti dapat digunakan karena mempunyai efek pembelajaran. Apabila nilai sensitivitasnya tidak mencapai ≥ 0,30, maka setiap soal yang digunakan tidak memiliki efek pembelajaran.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT pada materi pokok organisasi kehidupan diamati dengan menggunakan format aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Rekapitulasi hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT pada materi pokok organisasi kehidupan, seperti terdapat pada Tabel 4.5 berikut ini. Sedangkan data hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 16.

(8)

Tabel 4.5. Rekapitulasi Persentase Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan NHT

No Aspek yang diamati

PBM Rata-rata (%) RPP 01 (%) RPP 02 (%)

1 Memperhatikan penjelasan guru 14,39 14,59 14,49

2 Berdiskusi dan mengejarkan LKS 14,85 14,45 14,65

3 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 24,50 23,12 23,81

4 Mengajukan pertanyaan 14,08 13,87 13,97

5 Memberi respon/menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

23,58 22,25 22,91 6 Menyimpulkan pelajaran 8,42 11,56 9,99 Jumlah 99,82 99,63 99,82 Rerata 16,64 16,60 16,64

Sumber: Data Olahan Peneliti

Berdasarkan data hasil analisis seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.5 diatas,

dapat diketahui bahwa aktivitas siswa yang paling menonjol terjadi pada saat mempresentasekan hasil kerja kelompok yaitu 23,81%. Diikuti dengan dan memberi respon/menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan 22,91%, Berdiskusi dan mengerjakan LKS 14,65%, Memperhatikan penjelasan guru 14,49%, mengajukan pertanyaan 13,97%, dan Menyimpulkan pelajaran 9,99%. Data ini memperlihatkan bahwa kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT dapat mengaktifkan peran aktif siswa secara langsung dalam memproses sendiri pengetahuannya.

Data hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat, tentunya memiliki perbedaan frekuensi penilaian yang diberikan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Dari nilai hasil pemberian kedua pengamat tersebut, dapat digunakan

(9)

untuk menghitung reliabilitas instrumen pengamatan yang digunakan, yang mana cara perhitungannya dikonversikan menurut persamaan (5). Reliabilitas instrumen aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini. Sedangkan data hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 4.6. Presentase Reliabilitas Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa Pengamatan

terhadap aktivitas siswa

Reliabilitas (%) Reliabilitas rata-rata (%)

RPP 1 RPP 2

95,62 96,99 96,30

Sumber : Data Olahan Peneliti

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa instrumen pengamatan aktivitas siswa yang digunakan adalah reliabel dengan tingkat reliabilitasnya (tingkat kepercayaannya) 96,30%.

4. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dikatakan baik apabila guru mampu menerapkan setiap rencana pembelajaran yang telah disusun dalam RPP dan mengelola kelas dengan baik. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT, diamati oleh dua orang pengamat menggunakan lembar pengamatan. Dari hasil perhitungan instrumen pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pendekatan NHT, diketahui bahwa skor rata-rata untuk masing-masing kategori pengamatan secara ringkas disajikan dalam Tabel 4.7 sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 18.

Tabel 4.7 Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Pendekatan NHT No Aspek yang diamati

Skor tiap RPP

Skor rata-rata Kategori RPP

01

RPP 02

1 Pendahuluan 3,75 3,75 3,75 Baik

(10)

3 Penutup 3,5 3,83 3,67 Baik

4 Pengelolaan waktu 3 3,5 3,25 Cukup Baik

5 Suasana kelas 3,75 3,75 3,75 Baik

Skor rata-rata 3,55 Baik

Sumber : Data Olahan Peneliti

Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Ini berarti bahwa guru mampu mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT pada materi pokok organisasi kehidupan.

Pengamatan ini dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu Ibu Siti Seminar, S.Pd, guru mata pelajaran Biologi dan Yakobus Lede . Dari nilai hasil pemberian kedua pengamat tersebut, dapat digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen pengamatan yang digunakan, yang mana cara perhitungannya dikonversikan menurut persamaan (5). Reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas guru dalam mengelola model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT dapat dilihat dalam Tabel 4.8 sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 18.

Tabel 4.8 Reliabilitas Instrumen Pengamatan Kemampuan guru Pengamatan

terhadap guru

Reliabilitas tiap RPP (%) Reliabilitas rata-rata (%)

RPP 1 RPP 2

97,39 96,67 97,03

Sumber : Data Olahan Peneliti

Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa reliabilitas instrumen pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model kooperatif pendekatan NHT untuk masing-masing RPP melebihi 75% artinya termasuk dalam instrumen baik atau reliabel (Borrich, 1994 dalam Trianto, 2009: 240). Hal ini berarti instrumen ini layak dipakai.

(11)

Berbagai kendala yang ditemukan dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan NHT adalah sebagai berikut:

a. Siswa tidak terbiasa melaksanakan kegiatan KBM dengan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung masih ada beberapa siswa yang belum berperan secara aktif.

b. Siswa tidak terbiasa dengan berbagai macam tes yang diberikan guru seperti pretest, posttest,dan kuis yang diberikan setiap pertemuan. Ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dan kejenuhan.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Analisis perhitungan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tertinggi adalah 96 (5 orang) dan yang terendah adalah 80 (2 orang). Berdasarkan ketetapan DEPDIKNAS (2003) dalam Kunu (2013) yaitu siswa dikatakan tuntas belajar bila telah berhasil menyelesaikan sekurang-kurangnya 75% dari semua indikator hasil belajar yang dipelajari dan sesuai dengan ketetapan sekolah tempat penelitian yaitu SMP Swasta Diakui Adhyaksa 2 Kupang adalah 70%, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas apabila mencapai jumlah minimum 85%. Jadi semua siswa memperoleh nilai di atas Standar Ketuntasan Minimum (SKM) Depdiknas dan di bawah SKM sekolah sedangkan Rerata ketuntasan siswa adalah 89,6 dan ketuntasan klasikal 100%.

Ketuntasan hasil belajar siswa di atas dikarenakan model pembelajaran kooperatif membuat siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Trianto, 2009: 56).

(12)

Selain itu, pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, dapat meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Jadi dengan belajar secara bersama-sama, siswa dapat saling membantu mengatasi setiap permasalahan yang ada di dalam kelompok belajar (Slavin dalam Sanjaya, 2011: 242). Kemudian dengan menggunakan pendekatan NHT, setiap siswa memiliki nomor masing-masing. Ini membuat siswa lebih meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok karena guru dapat menunjuk siswa dengan nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Jadi, berdasarkan hasil analisis perhitungan hasil belajar siswa di atas menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Ketuntasan Indikator dan Sensitivitas Butir Soal

Hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata proporsi indikator adalah 0,91 atau 91% dan dinyatakan tuntas. Hal ini berarti semua indikator yang digunakan oleh peneliti adalah baik. Nilai ketuntasannya adalah 91% berada di atas nilai Pi ≥ 70% menurut Depdiknas (2003) dalam Kunu (2013). Dengan demikian indikator hasil

belajar ini dapat digunakan untuk materi pokok organisasi kehidupan.

Menurut Gronlund (dalam Trianto, 2009: 242) bahwa butir soal yang sensitif terhadap efek pembelajaran adalah butir soal yang mempunyai nilai sensitivitas (S) ≥ 0,30. Hasil analisis pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa 25 butir soal yang digunakan sensitif, dengan rerata S-nya 0,5 lebih besar dari S ≥ 0,30 menurut ketetapan Gronlund.

(13)

3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT pada materi pokok organisasi kehidupan.

Siswa sangat aktif dan antusias dalam menerima pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan oleh dua orang pengamat yang diolah dalam bentuk hasil analisis data yang menunjukkan bahwa aktivitas yang paling menonjol adalah. mempresentasekan hasil kerja kelompok yaitu 23,81%. Di ikuti dengan dan memberi respon/menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan 22,91%, Berdiskusi dan mengerjakan LKS 14,65%, Memperhatikan penjelasan guru 14,49%, mengajukan pertanyaan 13,97%, dan Menyimpulkan pelajaran 9,99%. Data ini memperlihatkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT dapat mengaktifkan peran aktif siswa secara langsung dalam memproses sendiri pengetahuannya pada materi pokok organisasi kehidupan.

4. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan NHT

Hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT secara umum adalah baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh dari setiap kategori pengamatan adalah 3,51. Dari hasil analisis reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan NHT menunjukkan bahwa reliabilitas RPP 01 adalah 97,39% dan RPP 02 adalah 96,67%. Rata-rata reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran 97,03% terbukti reliabel dengan R≥ 75% sehingga merupakan instrumen yang baik dan layak digunakan untuk mengambil data.

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Dan Posttest
Tabel 4.3 Skor Peningkatan Siswa dalam Mengerjakan Kuis 02
Tabel 4.5. Rekapitulasi Persentase Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa         Dalam Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan NHT
Tabel 4.8 Reliabilitas Instrumen Pengamatan Kemampuan guru  Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan siklus 1 ini dimulai hari Jumat, tanggal 5 Juli 2018 dan berakhir pada hari Kamis, 12 Juli 2018. Berdasarkan hasil analisis deskriptif.. terhadap hasil belajar siswa

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe eksplanatori, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parental discipline dan intensitas komunikasi

KPU Kota Yogyakarta melakukan kooordinasi dengan penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan dan tingkat desa/kelurahan terkait dengan pemaksimalan daftar pemilih

Materi yang disajikan sesuai dengan RPP yang ada. Guru menyampaikan materi dengan sangat komunikatif dan di sisipi dengan lelucon sehingga membuat siswa tidak terlalu kaku

2 Profil Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat dengan Metode Penyiapan Obat Secara UDD (Unit Dose Dispensing) di Rawat Inap RSI Aisyiyah Malang PATUH MINUM OBAT PERNYATAAN HASIL

2) Pada rumusan masalah yang kedua tentang keefektifan penggunaan media pembelajaran Haxazen (hanzi writing+mobizen) dalam pembelajaran menulis hanzi telah terjawab

Program Kemitraan Masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan plastik bekas menjadi bantal hias di Desa Ngempit, Kecamatan Kraton, Kabupaten

harzianum GFP sebagai pengendali hayati diketahui perlakuan yang paling tinggi persentase hidupnya adalah dengan aplikasi T. harzianum GFP empat hari sebelum aplikasi