• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 1 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan Tugas Pembantuan. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat disebutkan bahwa setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selambatnya bulan ketiga tahun selanjutnya. Atas dasar tersebut, maka disusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 yang merupakan informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang disampaikan Walikota kepada DPRD.

Sebagai sebuah wilayah otoritas pemerintahan, Kota Semarang ditetapkan sebagai Kotapraja di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari Negara Kesatuan RepubIik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam perkembangannya, Kota Semarang mengalami penambahan kecamatan hingga terakhir pada tahun 1992 wilayah administrasi kecamatan di Kota Semarang menjadi 16 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban ini disusun dalam tujuh bab sesuai dengan lampiran III Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2007, yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan

Bab II Kebijakan Pemerintah Daerah

Bab III Kebijakaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Bab V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Bab VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Bab VII Penutup

(2)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

B. GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

1. GAMBARAN WILAYAH

KotaSemarang adalah ibukota pemerintahan Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2 (BPS, 2016) yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, Kabupaten Demak di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara dengan panjang garis pantai berkisar 13,6 km. Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ Lintang Selatan dan garis 109º 50’ - 110º 35’ Bujur Timur. Secara administratif Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan

Gambar 1.1

Peta Administratif Kota Semarang

Kota Semarang sebagai salah satu kota yang berada di garis pantai utara pulau Jawa memiliki ketinggian antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas permukaan laut. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90.56 - 348 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel wilayah Semarang Selatan. Tugu, Mijen, dan Gunungpati. Untuk dataran rendah mempunyai ketinggian 0.75 mdpl.

Secara topografis, Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu :  Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang

Timur, Semarang Utara, Tugu, sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen.

(3)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 3 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

 Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan.

 Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Candisari.

 Lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara) dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik.

Kondisi klimatologi Kota Semarang sama seperti kondisi klimatologi di Indonesia pada umumnya. Kota Semarang memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan, turun pada periode ini. Berdasarkan 11 titik pantau pos hujan, curah hujan di Kota Semarang di tahun 2015 rata-rata mencapai 202 mm (BPS, 2016). Sedangkan untuk temperatur, pada tahun 2015 suhu udara rata-rata mencapai 28°, dengan kelembaban udara mencapai 76% (BPS, 2016).

Berdasarkan posisi lokasinya, Kota Semarang terletak pada jalur lalu lintas ekonomi Pulau Jawa. Selain itu, berdasarkan posisinya, Kota Semarang memiliki lokasi strategis sebagai koridor pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu koridor pantai utara, koridor selatan, koridor timur dan koridor barat. Lokasi strategis Kota Semarang juga didukung dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, Bandar Udara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, Stasiun Kereta Api Tawang dan Poncol, yang menguatkan peran Kota Semarang sebagai simpul aktivitas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia.

2. GAMBARAN DEMOGRAFI

Secara demografi, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Semarang di tahun 2016 berjumlah 1.604.419 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sejumlah 797.625 jiwa (49,71%) dan penduduk perempuan sejumlah 806.794 jiwa (50,29%). Jika dibandingkan dengan penduduk di tahun 2015, penduduk di tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 0,6% atau bertambah 9.152 jiwa.

Dari sebaran penduduk per kecamatan, Kecamatan Pedurungan adalah kecamatan dengan penduduk terbanyak, dan Kecamatan Tugu adalah kecamatan dengan penduduk paling sedikit. Secara rinci, sebaran penduduk di tiap kecamatan terlihat pada tabel berikut:

(4)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG PER KECAMATAN TAHUN 2016

NO KECAMATAN JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)

1 Kecamatan Semarang Selatan 85.897 5,35

2 Kecamatan Semarang Utara 131.926 8,22

3 Kecamatan Semarang Barat 164.623 10,26

4 Kecamatan Semarang Timur 81.898 5,10

5 Kecamatan Semarang Tengah 74.391 4,64

6 Kecamatan Gunungpati 76.600 4,77 7 Kecamatan Tugu 31.255 1,95 8 Kecamatan Mijen 57.678 3,59 9 Kecamatan Genuk 93.392 5,82 10 Kecamatan Gajahmungkur 65.340 4,07 11 Kecamatan Tembalang 146.124 9,11 12 Kecamatan Candisari 82.557 5,15 13 Kecamatan Banyumanik 132.360 8,25 14 Kecamatan Ngaliyan 123.741 7,71 15 Kecamatan Gayamsari 76.024 4,74 16 Kecamatan Pedurungan 180.613 11,26 J U M L A H 1.604.419 100,00

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

Jika dilihat dari sebaran penduduk berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) di tahun 2016 sejumlah 1.147.521 jiwa, dan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-15 tahun dan 65 tahun keatas) sejumlah 456.898 jiwa. Dengan membandingkan antara jumlah penduduk tidak produktif dengan penduduk yang produktif, maka akan dapat diketahui Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio). Angka beban ketergantungan Kota Semarang pada tahun 2016 adalah sebesar 28,47%. Secara rinci, jumlah penduduk Kota Semarang di tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2016 KELOMPOK UMUR JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)

0 – 4 128.948 8,04 5 – 9 128.132 7,99 10 – 14 124.303 7,75 15 – 19 148.644 9,26 20 – 24 156.654 9,76 25 – 29 151.623 9,45 30 – 34 141.479 8,82 35 – 39 127.136 7,92 40 – 44 120.670 7,52 45 – 49 107.925 6,73 50 – 54 91.311 5,69 55 – 59 65.022 4,05 60 – 64 37.057 2,31 65+ 75.515 4,71 JUMLAH 1.604.419 100,00

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota Semarang hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, SMA/MA sederajat) dengan persentase terbesar adalah tamatan SD/MI sederajat sebesar 22,88%. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 8,78%, yang terdiri dari tamatan Diploma

(5)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 5 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

I/II/III sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar 4,44%. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat pendidikan formal.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR PENDIDIKAN TAHUN 2016

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)

1 Tidak / belum sekolah 96.542 6,54

2 Tidak / belum tamat SD 301.282 20,40

3 Tamat SD/MI sederajat 337.997 22,88

4 Tamat SLTP/MTs / sederajat 299.785 20,29

5 Tamat SLTA/MA / sederajat 311.934 21,12

6 Tamat Diploma I / II / III 64.103 4,34

7 Tamat D IV / S1 / S2 / S3 65.569 4,44

J U M L A H 1.477.212 100,00

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kota Semarang sebagian besar bekerja sebagai buruh industri (25,69%), PNS/TNI/POLRI (13,77%), pedagang (12,53%) dan buruh bangunan (12,03%). Sementara itu, jenis mata pencaharian petani dan buruh tani (3,9%) serta nelayan (0,37%) adalah mata pencaharian yang paling sedikit di Kota Semarang. Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya secara lengkap dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN TAHUN 2016

NO JENIS MATA PENCAHARIAN JUMLAH PERSENTASE

(JIWA) (%) 1 Petani Sendiri 27.297 3,89 2 Buruh Tani 18.713 2,67 3 Nelayan 2.528 0,36 4 Pengusaha 54.223 7,73 5 Buruh Industri 180.389 25,70 6 Buruh Bangunan 84.414 12,03 7 Pedagang 87.964 12,53 8 Angkutan 25.949 3,70 9 PNS/TNI/POLRI 96.693 13,78 10 Pensiunan 40.426 5,76 11 Lainnya 83.220 11,86 J U M L A H 701.816 100,00

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

Untuk mengukur kualitas hidup, terutama yang terkait dengan kualitas pembangunan manusia di suatu wilayah, digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunansuatu wilayah/negara. Sejak data tahun 2014, IPM dilihat dengan menggunakan indikator metode pengukuran yang berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya IPM diukur dengan Angka Melek Huruf (AMH), Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama Sekolah dan Konsumsi Per Kapita, dari tahun 2014 digunakan indikator Angka Harapan Hidup (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Paritas Daya Beli. Di tahun 2016, diperkirakan nilai IPM Kota Semarang meningkat menjadi 80,28.

(6)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

GRAFIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA SEMARANG TAHUN 2016

Keterangan : *) Target pada RPJMD 2016-2021

Sumber : BPS Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang ( data diolah )

3. KONDISI EKONOMI

a. POTENSI DAERAH

Selain berdasarkan posisinya dalam kontekks nasional, Kota Semarang memiliki lokasi strategis sebagai koridor pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu koridor pantai utara, koridor selatan, koridor timur dan koridor barat. Lokasi strategis Kota Semarang juga didukung dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, Bandar Udara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, Stasiun Kereta Api Tawang dan Poncol, yang menguatkan peran Kota Semarang sebagai simpul aktivitas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia.

Dalam konteks pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga merupakan bagian dari rangkaian kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan. Sebagai kota metropolitan, Kota Semarang dalam kedudukannya di kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR menjadi pusat aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Fungsi inilah yang kemudian berdampak pada perkembangan pembangunan yang ada di Kota Semarang karena sebagaimana yang diketahui, aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan menjadi aktivitas yang paling banyak mengundang manusia untuk beraktivitas di dalamnya. Oleh karenanya, Kota Semarang menjadi salah satu kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk pendatang untuk beraktivitas di dalamnya.

Dengan letaknya yang strategis, Kota Semarang merupakan pintu gerbang bagi arus barang dan penumpang dari udara, darat dan laut. Kota Semarang memiliki Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pintu utama Jawa Tengah dari jalur laut,

77.58 78.04 78.68 79.24 80.23 80.28 77 77.5 78 78.5 79 79.5 80 80.5 2011 2012 2013 2014 2015 2016 *)

(7)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 7 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

serta bandara Ahmad Yani yang merupakan bandara tersibuk di Provinsi Jawa Tengah. Selama tahun 2016, kinerja penumpang dan bongkar muat barang di Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas dapat terlihat pada tabel berikut ini:

JUMLAH PENERBANGAN, ARUS BARANG DAN PENUMPANG

MELALUI BANDARA AHMAD YANI DAN PELABUHAN TANJUNG EMAS DI TAHUN 2016 *)

BULAN

BANDARA AHMAD YANI PELABUHAN TANJUNG EMAS

JUMLAH PENERBA-NGAN **)

JUMLAH PENUMPANG **)

JUMLAH ARUS BARANG PERDAGANGAN DALAM

NEGERI

JUMLAH ARUS BARANG

PERDAGANGAN LUAR NEGERI JUMLAH PENUM-PANG **) BONGKAR (TON) MUAT (TON) BONGKAR

(TON) MUAT (TON)

Januari 1.332 153.973 122.354 6.499 500.693 10.513 Februari 1.268 150.319 179.484 5.496 136.870 20.500 9.564 Maret 1.381 166.624 336.467 17.988 63.564 25.700 7.441 April 1.290 156.381 165.446 122.992 44.559 6.525 Mei 1.432 181.423 196.423 6.154 85.033 6.101 6.079 Juni 1.367 146.108 234.297 18.473 149.293 5.000 5.389 Juli 1.559 260.758 179.675 12.056 34.897 7.000 38.686 Agustus 1.511 187.193 246.542 7.760 138.045 6.101 10.074 September 1.478 182.400 209.103 19.363 80.309 17.036 10.254 Oktober 1.395 168.898 254.727 20.407 126.780 11.845 9.313 November 1.527 172.400 223.197 5.041 130.541 49.620 7.276 JUMLAH 15.540 1.926.477 2.347.715 242.229 1.490.584 148.903 121.114

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (data sementara, data diolah) *) data sampai dengan bulan November 2016

**) data keberangkatan (embarkasi)

Dari sisi jumlah penerbangan dan penumpang, Bandara Ahmad Yani melayani lebih banyak penerbangan dan penumpang dibandingan dengan Bandara Adi Sumarmo Surakarta. Selama tahun 2015 (hingga November 2016), jumlah penerbangan di Bandara Ahmad Yani mencapai 15.540 penerbangan dengan jumlah penumpang 1.926.477 orang. Di kurun waktu yang sama, bandara Adi Sumarmo hanya melayani 6.969 penerbangan dengan 922.847 penumpang. Dengan kondisi tersebut, pengembangan bandara Ahmad Yani menjadi keniscayaan untuk lebih meningkatkan koneksitas di Jawa Tengah.

b. GAMBARAN EKONOMI

Kinerja perekonomian suatu wilayah salah satunya dapat dilihat dari seberapa besar nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu satu tahun yang berada di daerah atau regional tertentu. Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

(8)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

Dari tahun 2014, BPS menggunakan metode dan lapangan usaha baru dalam penghitungan PDRB. Penyesuaian ini dilakukan sesuai dengan System of National Accounts 2008 (SNA2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) yang merupakan rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Jika sebelumnya terdapat 9 jenis lapangan usaha, di penghitungan PDRB yang baru digunakan 17 jenis lapangan usaha. Selain itu, hal baru pada penghitungan PDRB dari tahun 2014 adalah penggunaan tahun dasar penghitungan harga konstan dari sebelumnya tahun 2000 menjadi tahun 2010. Nilai PDRB pada tahun 2016 adalah sebagaimana tersebut dalam tabel berikut ini:

PDRB KOTA SEMARANG TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

LAPANGAN USAHA HARGA BERLAKU (milyar rupiah)

HARGA KONSTAN 2010 (milyar rupiah)

2015*) 2016**) 2015*) 2016**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1.362,22 1.423,98 1.041,93 1080,73 2 Pertambangan dan Penggalian 270,12 285,04 183,86 187,59 3 Industri Pengolahan 36.992,39 39.727,41 28.754,50 30,777,45

4 Pengadaan Listrik, Gas 122,31 120,51 124,26 129,32

5 Pengadaan Air 113,66 108,75 104,84 103,81

6 Konstruksi 36.287,62 37.988,31 28.462,91 29.733,18

7 Perdagangan besar dan

eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor 18.953,60 19.368,77 16.392,74 17.081,90 8 Transportasi dan Pergudangan 4.989,76 5.345,63 3.931,80 4.212,03 9 Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

4.576,77 4.918,17 3.488,72 3725,31

10 Informasi dan Komunikasi 9.488,19 9.684,85 10.341,28 11.254,04

11 Jasa Keuangan 5.950,78 6.256,29 4.468,34 4.644,57

12 Real Estate 3.697,26 3.845,98 3.285,25 3.498,69

13 Jasa Perusahaan 828,57 898,04 658,03 713,99

14 Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

4.479,66 4.607,02 3.413,77 3.476,08

15 Jasa Pendidikan 3.676,69 4.156,57 2.510,83 2.790,10

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1.014,38 1.110,49 765,70 832,81

17 Jasa lainnya 1.464,64 1.512,23 1.229,00 1.284,74

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

134.268,63 141.358,04 109.141,55 115.526,34 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

keterangan : *) Angka sementara **)Angka sangat sementara

Berdasarkan harga konstan tahun 2010, pada tahun 2016 sumbangan terbesar berasal dari lapangan usaha Industri Pengolahan yang sebesar 26,64%. Kontributor tertinggi kedua adalah dari lapangan usaha Konstruksi yang sebesar 25,74%. Kontribusi terbesar ketiga berasal dari sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor, yaitu sebesar 14,79%. Gambaran lengkap distribusi lapangan usaha PDRB Kota Semarang dapat terlihat pada tabel berikut ini :

(9)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 9 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012-2016

LAPANGAN USAHA 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) *) 2016 (%)**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,01 0,99 0,96 0,95 0,94

2 Pertambangan dan Penggalian 0,19 0,18 0,18 0,17 0,16

3 Industri Pengolahan 25,96 26,45 26,65 26,33 26,64

4 Pengadaan Listrik, Gas 0,13 0,13 0,13 0,11 0,11

5 Pengadaan Air 0,11 0,10 0,10 0,10 0,09

6 Konstruksi 26,80 26,49 26,02 26,08 25,74

7 Perdagangan besar dan eceran, reparasi

dan perawatan mobil dan sepeda motor

15,78 15,43 15,20 15,02 14,79

8 Transportasi dan Pergudangan 3,40 3,52 3,64 3,60 3,65

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

3,14 3,14 3,18 3,20 3,22

10 Informasi dan Komunikasi 8,57 8,67 9,13 9,48 9,74

11 Jasa Keuangan 4,17 4,10 4,02 4,09 4,02

12 Real Estate 2,89 2,93 2,96 3,01 3,03

13 Jasa Perusahaan 0,54 0,57 0,58 0,60 0,62

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

3,41 3,30 3,15 3,13 3,01

15 Jasa Pendidikan 2,13 2,19 2,27 2,30 2,42

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,65 0,66 0,69 0,70 0,72

17 Jasa lainnya 1,10 1,13 1,15 1,13 1,11

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

keterangan : *) Angka sementara **)Angka sangat sementara

DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012-2016

LAPANGAN USAHA 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) *) 2016 (%)**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,00 1,04 1,01 1,01 1,01

2 Pertambangan dan Penggalian 0,19 0,18 0,19 0,20 0,20

3 Industri Pengolahan 27,15 27,24 27,62 27,55 28,10

4 Pengadaan Listrik, Gas 0,11 0,11 0,10 0,09 0,09

5 Pengadaan Air 0,10 0,09 0,09 0,08 0,08

6 Konstruksi 26,71 26,56 26,88 27,03 26,87

7 Perdagangan besar dan eceran, reparasi

dan perawatan mobil dan sepeda motor

15,18 14,91 14,30 14,12 13,70

8 Transportasi dan Pergudangan 3,27 3,48 3,64 3,72 3,78

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

3,24 3,41 3,40 3,41 3,48

10 Informasi dan Komunikasi 7,66 7,33 7,16 7,07 6,85

11 Jasa Keuangan 4,41 4,42 4,33 4,43 4,43

12 Real Estate 2,70 2,70 2,72 2,75 2,72

13 Jasa Perusahaan 0,55 0,59 0,59 0,62 0,64

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

3,53 3,47 3,35 3,34 3,26

15 Jasa Pendidikan 2,46 2,68 2,75 2,74 2,94

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,69 0,71 0,74 0,76 0,79

17 Jasa lainnya 1,05 1,09 1,12 1,09 1,07

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)

keterangan :*) Angka sementara **)Angka sangat sementara

Indikator lain yang digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi Kota Semarang juga dapat terlihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang merupakan kenaikan output agregat (keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian). Jika pada tahun 2015 LPE Kota Semarang mencapai 5,80%, maka pada

(10)

BAB I PE N DAHULU AN Hal. 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

tahun 2016 angka LPE mencapai 5,85%. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan LPE nasional (5,02%) dan LPE Provinsi Jawa Tengah (5,28%).

PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (LPE) KOTA SEMARANG DAN NASIONAL TAHUN 2011-2016

*) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2016

Dari sisi inflasi, pada tahun 2016 inflasi mengalami penurunan dibandingkan inflasi tahun 2015. Inflasi Kota Semarang di tahun 2016 tercatat sebesar 2,32% menurun dibandingkan inflasi di tahun 2015 yang mencapai 2,56%.

LAJU INFLASI DI KOTA SEMARANG

Sumber: BPS Kota Semarang, 2016 (data sementara, data diolah)

Inflasi di Kota Semarang akan terus dikendalikan agar dapat tetap berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi. Upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi dengan menjaga kelancaran distribusi serta ketersediaan barang menjadi hal yang yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Semarang.

6.58 5.97 6.25 6.38 5.8 5.85 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 2011 2012 2013 2014 2015 2016 *) 2.87 4.85 8.19 8.53 2.56 2.32 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar

GRAFIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)  KOTA SEMARANG TAHUN 2016

Referensi

Dokumen terkait

a) Siswa lebih aktif dan lebih banyak berlatih soal-soal terutama mengenai lingkaran, agar dapat melatih keahlian dalam berhitung, dan menambah ingatan siswa.

Kebudayaan nasional harus memiliki unsur-unsur budaya yang mendapat pengakuan dari semua bangsa kita, sehingga menjadi milik bangsa. Kebudayaan nasional dilaksanakan pada

Berbagai hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini dapat.CNC II di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. Jenis

Sebagaimana diungkapkan oleh guru (Abdul) sebagai berikut: “Kepala madrasah dalam memimpin beliau itu tidak otoriter (sesuka hati), hanya mengeluarkan perintah

Pengakomodasian hukum yang hidup dimasyarakat memiliki persoalan apakah yang diakomodir adalah nilai-nilai dalam artian perbuatannya saja yang dianggap bertentangan dengan

Pada tahun 2005 terjadi pemecahan dan penggabungan menjadi 3 (tiga) Kantor

Pada rancang bangun mesin bending otomatis untuk begel diameter 8mm, ini juga merupakan otomisasi yakni pengontrolan arus listrik sehingga motor dapat on/off secara

Seharusnya kata lembaga Provost diganti saja dengan PTI, karena dalam Permendagri No 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan Peralatan Operasional Satuan