KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU
BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE
Arusmalem Ginting
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
Jurnal Wahana Teknik
(Jurnal Bidang Keteknikan Antar Perguruan Tinggi Swasta DIY)
KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN
CLAW NAIL PLATE
Arusmalem Ginting1
Abstract: Connection was the weakest point in wood structures especially that still was conventional
connection. Safe factor that was used still quite high so as the use of wood became wasteful. Development modern timber connector was expected to be able to save wood. The goal of this research was to know the physical and mechanics characteristics of bangkirai wood that covered the specific gravity, moisture content, tension stresses, compression stresses, bending stresses and behaviour of beam connector used claw nail plate. The testing of beam connector used bangkirai wood measurement 6/10 cm and long 150 cm with 2 variations that is connector with left right side position used claw nail plate type 10C4 and connector with upper low side position used claw nail plate type 6C2. Results of the research was gotten moisture content bangkirai wood 14.632 %, the specific gravity 0.902, tension stresses 971.992 kg/cm2, compression stresses 657.63 kg/cm2, modulus of elasticity 125312 kg/cm2, and bending stresses 1229.31 kg/cm2. The capacity supported the load of claw nail plate connecting in upper low side position better than the left right side position.
Kata-kata Kunci: Sambungan Balok, Kayu Bangkirai dan Claw Nail Plate
1.PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan kayu baik jenis maupun kwantitasnya yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Kayu adalah sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui (renewable) yang tidak akan habis apabila dikelola atau diusahakan dengan baik. Kayu yang sudah ditebang di hutan harus segera ditanam kembali sebagai pohon-pohon pengganti agar sumber kayu tidak habis. Penebangan hutan secara liar di Indonesia berakibat semakin menipisnya jumlah kayu dan menyebabkan sulitnya mendapatkan kayu dengan dimensi dan panjang sesuai kebutuhan. Untuk mendapatkan panjang kayu sesuai dengan kebutuhan dilakukan penyambungan kayu. Sambungan perpanjangan kayu dapat berupa sambungan aksial seperti sambungan pada batang desak dan batang tarik atau dapat juga berupa sambungan momen seperti yang terjadi pada balok.
Sambungan merupakan titik terlemah dalam struktur kayu khususnya yang masih berupa sambungan konvensional, dimana faktor aman yang digunakan masih cukup tinggi sehingga mengakibatkan kurang hematnya pemakaian kayu. Munculnya alat-alat sambung baru atau modern (modern timber connector) diharapkan dapat menghemat pemakaian kayu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan sifat mekanika kayu bangkirai yang meliputi berat jenis, kadar air, kuat tarik, kuat desak, kuat lentur dan perilaku sambungan balok menggunakan claw nail plate yang ditempatkan pada dua posisi yang berbeda yaitu posisi samping kiri kanan dan posisi atas bawah.
Arusmalem Ginting adalah Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu Bangkirai
Kayu bangkirai mempunyai nama botani Shorea Laevifolia Endert yang banyak dijumpai didaerah hutan tropis dan sub tropis, terutama di kepulauan Kalimantan dan Sumatra dalam jumlah yang besar. Kayu Bangkirai termasuk dalam kategori kelas awet I dan kelas kuat I – II, yang mempunyai berat jenis pada kondisi kering udara sebesar 0,60 – 1,16 atau rata-rata 0,91. Kayu ini tahan terhadap rayap dan mudah diolah. Kembang susutnya hanya sedikit dan mudah didapat dalam ukuran yang besar tanpa cacat-cacat. Kayu Bangkirai banyak dipakai untuk konstruksi terlidung (Wiryomartono, 1976).
2.2. Sifat Fisik Kayu 2.2.1. Berat jenis kayu
Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar, umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan kering udara dan volume kayu pada kadar air tersebut (Dumanauw, 1984).
Berat zat kayu untuk segala jenis kayu hampir sama. Berat jenis zat kayu sekitar 1,54. Karena susunan sel kayu pada berbagai pohon berbeda-beda, berat jenis dan angka rapat kayu berbeda-beda pula, tergantung jumlah zat kayu tiap satuan volumnya (Soehendradjati, 1990).
Faktor tempat tumbuh, iklim, letak geografis dan spesies dapat berpengaruh terhadap berat jenis, demikian pula letak bagian kayunya berpengaruh terhadap berat kayu (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiono (2004), berat jenis rata-rata kayu Bangkirai sebesar 0,913 g/cm3.
2.2.2. Kadar air kayu
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam sebatang kayu, dinyatakan sebagai prosentase berat kayu kering tungku. Banyaknya kandungan air pada kayu bervariasi tergantung dari suhu dan kelembaban udara disekitarnya serta jenis kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan perlu diketahui kandungan kadar airnya (Dumanauw, 1984).
Kayu dari pohon hidup mengandung air 30% - 300%. Penyusutan kayu terjadi apabila kadar air berkurang sampai di bawah titik jenuh serat, dan besarnya penyusutan sebanding dengan banyaknya air yang dilepas di bawah titik jenuh serat tersebut (Frick, 1981).
Air ikat sangat berpengaruh terhadap penyusutan kayu. Pada saat air bebas telah keluar dan hanya terdapat air ikat saja, disebut pada kondisi titik jenuh serat (fiber saturation point). Kadar air pada keadaan ini berkisar antara 25% - 35% tergantung jenis kayunya. Kayu yang mengering dibawah titik jenuh serat akan menyusut cukup besar, sedangkan perubahan kadar air diatas titik jenuh serat kurang nampak penyusutannya (relatif stabil). Kayu yang mengering mengakibatkan dinding sel
menjadi semakin padat, sehingga serat-seratnya menjadi lebih kuat. Jadi turunnya kadar air kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu. Kayu akan mempunyai kadar air yang stabil jika suhu dan kelembaban udara di sekelilingnya stabil, keadaan ini disebut kadar air imbang (Soehendradjati, 1990).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiono (2004), kadar air rata-rata kayu Bangkirai sebesar 8,89 %.
2.3. Sifat Mekanika Kayu
Menurut Dumanauw (1984) sifat mekanik kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan beban muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar yaitu gaya-gaya dari luar benda yang memiliki kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda.
Kuat tarik kayu terbesar terjadi pada sejajar arah serat. Kekuatan tarik arah tegak lurus serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan kekuatan tarik mempunyai hubungan ketahanan kayu terhadap pembelahan (Dumanauw 1984).
Kekuatan kompresi tegak lurus arah serat lebih kecil dari keteguhan kompresi sejajar arah serat (Dumanauw, 1984). Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) kuat desak sejajar arah serat adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang cenderung untuk memendekkan kayu dalam arah longitudinal.
Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha untuk melengkunggan kayu. Kekuatan lengkung statik adalah kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan, sedangkan kekuatan lengkung pukul yaitu kekuatan kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan (Dumanauw 1984).
Menurut Sutiono (2004), kuat desak kayu bangkirai sebesar 695,198 kg/cm2, kuat tarik 2238,704 kg/cm2, kuat lentur sebesar 1917,537 kg/cm2.
Berdasarkan PKKI 1961 tingkat kekuatan kayu dibagi menjadi beberapa kelas kuat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat kekuatan kayu (PPKI 1961)
Kelas Kayu Berat Jenis Kukuh lentur mutlak Kg/cm2
Kukuh tekan mutlak Kg/cm2 I > 0,90 > 1100 > 650 II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425 III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300 IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215 V < 0,30 < 360 < 215
Besarnya tegangan ijin dan modulus elastisitas kayu berdasarkan kelas kuat seperti pada Tabel 2. dan 3. (PKKI, 1961).
Tabel 2. Tegangan ijin kayu (PKKI 1961) Kelas Kuat I II III IV V Jati (Tectanograndis) σlt// (kg/cm2) σtk// = σtr// (kg/cm2) σtk⊥ (kg/cm2) τ// (kg/cm2) 150 130 40 20 100 85 25 12 75 60 15 8 50 45 10 5 - - - - 130 110 30 15
Tabel 3. Modulus elastisitas kayu sejajar serat (PKKI 1961) Kelas Kuat Kayu E// (kg/cm2)
I II III IV 125000 100000 80000 60000
2.4.Kekuatan Sambungan Balok Kayu
Santosa (2004) melakukan penelitian sambungan momen pada balok kayu bangkirai ukuran 4/10 cm panjang 90 cm menggunakan plat baja ganda yang dipaku dengan paku diameter 3,05 mm dan panjang 36 mm pada sisi kiri dan kanan. Jumlah paku yang digunakan 6, 10, dan 14 buah pada masing-masing sisi kiri dan sisi kanan dengan panjang plat 15 cm, lebar 9 cm dan tebal 2 mm. Hasil pengujian menunjukkan kekuatan sambungan dengan 6, 10 dan 14 buah paku sebesar 50,72 %, 46,18 %, dan 39,04 % dari balok utuh tanpa sambungan. Penurunan kekuatan sambungan seiring dengan bertambahnya jumlah paku yang mengakibatkan retak pada saat pemakuan akibat jumlah paku semakin banyak dan masih kurang baiknya pendetailan jarak paku.
Sutiono (2004) melakukan penelitian sambungan lentur balok kayu bangkirai ukuran 5/7 cm panjang 150 cm menggunakan plat kayu ganda dengan ukuran 2 x 2,5/7 cm yang ditempatkan di sisi kiri dan kanan, disambung dengan 8 buah baut diameter 3/8” ( panjang 12,5 cm, diameter 0,95 cm) yang dipasang menjadi 2 baris. Panjang plat sambung untuk jarak baut 6 cm, 8 cm, dan 10 cm adalah 40 cm, 44 cm dan 48 cm. Hasil pengujian menunjukkan kekuatan sambungan untuk jarak baut 6 cm, 8 cm, dan 10 cm adalah sebesar 45,53 %, 53,17 %, dan 61,17 % dari kekuatan balok tanpa sambungan.
2.5.Claw Nail Plate
Pelat paku claw nail plate dibuat dari gulungan baja galvanis G2-Z275 berbentuk plat bergerigi. G2 yang menunjukkan kelas standar suatu baja sedangkan Z275 adalah kelas lapisan timah yang menempel pada baja. Produk claw nail plate
meliputi berbagai ukuran dan berbagai tipe. Claw nail plate terdiri dari 4 tipe yaitu C, K, P, dan L. Kriteria perencanaan sambungan menggunakan alat sambung claw nail plate meliputi kekuatan terpaku pada pelat dan pemasangannya menggunakan alat khusus dengan cara penekanan (pressing). Pelat dalam satu lubang terdapat 2 paku, dan setiap paku mampu menahanbeban sebesar 16,5 kg ( Pryda, 2002).
3. METODE
Pada penelitian ini diadakan pengujian pendahuluan mengenai sifat fisik dan mekanik kayu Bangkirai. Pengujian sifat fisik terdiri dari pengujian kadar air dan berat jenis, sedangkan pengujian sifat mekanik terdiri dari pengujian kuat tarik dan kuat desak.
Pengujian balok kayu menggunakan balok kayu Bangkirai ukuran 6/10 cm dan panjang 150 cm. Pengujian ini terdiri dari pengujian balok utuh tanpa sambungan dan pengujian balok dengan sambungan. Pengujian balok dengan sambungan terdiri dari 2 variasi yaitu balok dengan sambungan samping kiri kanan dan balok dengan sambungan atas bawah. Balok sambungan samping kiri kanan menggunakan alat sambung claw nail
plate tipe 10C4 dengan panjang 25 cm, tebal 0,1 cm dan lebar 10 cm. Balok sambungan atas bawah menggunakan menggunakan alat sambung claw nail plate tipe 6C2 dengan panjang 15 cm dan lebar 5 cm, dan tebal 0,1 cm.
Berdasarkan Design Loads for Claw Pryda kekuatan tarik satu pasang alat sambung tipe 6C2 sebesar 7392 N dan tipe 10C4 sebesar 42240 N. Untuk menghitung kekuatan sambungan maka diadakan pendekatan dari kuat tarik ke kuat lentur.
Pengujian balok mengunakan pembebanan 2 titik sehingga besarnya momen yang terjadi dapat dihitung dengan Persamaan 1.
M = 1/6. P. L (1)
Keterangan: M = momen P = beban
L = panjang bentang
3.1. Sambungan samping kiri kanan
Untuk menghitung kekuatan sambungan claw nail plate yang ditempatkan pada samping kiri kanan diadakan pendekatan dengan cara perhitungan kokot seperti Persamaan 2.
M = P⊥ . e1 = P//. ( 1 – 0,25 sin α ). ¼.l (2) Keterangan : M : momen pada sambungan
n : jumlah paku (320 buah)
Ppaku : beban yang mampu ditahan paku (16,5 kg x 80%) σtr : tegangan tarik (kg/cm2)
σdsk : tegangan tarik desak (kg/cm2 ) l : panjang plat (cm)
e1 : jarak titik berat alat sambung dari setengah sambungan M = (1/2. 4224). (1 – 0,25 sin 90). ¼. 25 = 9900 kgcm P = L M . 6 = 150 9900 . 6 = 396 kg
3.2. Sambungan atas bawah
Untuk menghitung kekuatan sambungan claw nail plate yang ditempatkan pada posisi atas bawah diadakan pendekatan menggunakan momen kopel yang ditimbulkan pelat atas dan pelat bawah seperti pada Persamaan 3, 4, 5, dan 6.
M = Ptr. e (3)
Ptr = Fn. σtr (4)
e = h + t (5)
Fn = t. (bbruto – b. n) (6) Keterangan : t = tebal pelat (mm)
bbruto = lebar pelat (mm) h = tinggi balok (cm)
e = jarak antara titik berat alat sambung (cm) Fn = luas tampang netto pelat (cm2)
b = lebar lubang pelat (cm) n = jumlah lubang
Pdsk = gaya desak (kg) Ptr = gaya tarik (kg)
Fn = 0,1. ((5-(0,3. 4)) = 0,38 cm2 Ptr = 0,38. 2388,0597 = 907,4627 kg e = 10 + 0,1 = 10,1 cm M = 907,4627. 10,1 = 9165,3731 kgcm P = L M . 6 = 150 3731 , 9165 . 6 = 366,615 kg
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar Air Kayu Bangkirai
Hasil pengujian kadar air kayu bangkirai seperti pada Tabel 4. berikut ini. Tabel 4. Kadar air kayu bangkirai
Berat ( gr ) Benda uji Sebelum di oven Setelah di oven Kadar air (%) Kadar air rata-rata (%) K-1 7,82 6,95 12,518 K-2 8,08 7,15 13,007 K-3 8,06 6,96 15,804 K-4 8,31 6,96 19,366 K-5 8,12 7,22 12,465 14,632
Berdasarkan Tabel 4. kadar air rata-rata kayu bangkirai yang dipakai pada penelitian ini sebesar 14,632 %. Kayu ini sudah termasuk kering udara karena kadar air kayu sudah berkisar antara 12 % - 18 %.
4.2.Berat Jenis Kayu Bangkirai
Hasil pengujian berat jenis kayu bangkirai seperti pada Tabel 5. berikut ini. Tabel 5. Berat jenis kayu bangkirai
Benda uji Berat (gr) Volume (cm3) Berat jenis (gr/cm3) Berat jenis rata-rata K-1 6,95 8,010 0,868 K-2 7,15 7,420 0,964 K-3 6,96 8,010 0,869 K-4 6,96 7,252 0,960 K-5 7,22 7,870 0,917 0,902
Berdasarkan Tabel 5. berat jenis rata-rata kayu bangkirai sebesar 0,902, dan berdasarkan Tabel 1. kayu bangkirai termasuk kelas kuat I.
4.3.Kuat Tarik Kayu Bangkirai
Hasil pengujian kuat tarik kayu bangkirai seperti pada Tabel 6. berikut ini. Tabel 6. Kuat tarik kayu bangkirai
Banda uji Luas bidang tarik (cm2) Pmaks (kg) Tegangan tarik ( kg/cm2 )
Teg. tarik rata-rata (kg/cm2 ) K-1 0,501 390,44 779,321 K-2 0,509 408,60 502,750 K-3 0,545 515,29 945,486 K-4 0,432 435,84 1008,889 K-5 0,578 764,99 1323,512 971,992
Berdasarkan Tabel 6. kuat tarik rata-rata kayu bangkirai sebesar 971,992 kg/cm2. Berdasarkan Tabel 2. tegangan ijin tarik untuk kayu kelas kuat I sebesar 130 kg/cm2, jadi besarnya faktor aman untuk tegangan tarik sebesar 7,48.
4.4. Kuat Desak Kayu Bangkirai
Hasil pengujian kuat desak kayu bangkirai seperti pada Tabel 7. berikut ini. Tabel 7. Kuat desak kayu bangkirai
Benda Uji Luas bid. desak, A (cm2) P Maks (kg) Teg. desak maksimal σdsk =P/A ( kg/cm2 ) Teg. desak rata-rata ( kg/cm2 ) KD1 24,90 16071,60 645,45 KD2 25,05 16434,80 656,08 KD3 24,60 16003,50 650,55 KD4 25,10 16875,00 672,31 KD5 25,00 16593,70 663,75 657,63
Berdasarkan Tabel 7. kuat desak rata-rata kayu bangkirai sebesar 657,63 kg/cm2. Berdasarkan Tabel 1. kayu bangkirai termasuk kelas kuat I karena kuat desak > 650 kg/cm2. Berdasarkan Tabel 2. tegangan ijin desak untuk kayu kelas kuat I sebesar 130 kg/cm2, jadi besarnya faktor aman untuk tegangan desak sebesar 5,06. Dari Tabel 6. dan Tabel 7. dapat dilihat bahwa kuat tarik kayu bangkirai lebih besar sekitar 1,48 kali kuat desaknya.
Diagram tegangan regangan pengujian desak kayu dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 0.0000 0.0030 0.0060 0.0090 0.0120 0.0150 Regangan T e ga nga n ( k g /c m ^ 2 KD1 KD2 KD3 KD4 KD5
Gambar 1. Tegangan regangan kayu Bangkirai
Dari Gambar 1. dapat dicari besarnya modulus elastisitas kayu bangkirai, dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Tabel 8. berikut ini.
Tabel 8. Modulus elastisitas kayu bangkirai Benda uji Modulus Elastisitas (kg/cm2) Modulus Elastisitas rata-rata (kg/cm2) KD1 102173 KD2 135383 KD3 133634 KD4 132732 KD5 122639 125312
Berdasarkan Tabel 8. modulus elastisitas rata-rata kayu Bangkirai sebesar 125312 kg/cm2, dan termasuk dalam kelas kuat I (Tabel 3).
4.5. Kuat Lentur Balok Utuh
Hasil pengujian balok utuh tanpa sambungan dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini.
Tabel 9. Kuat lentur balok utuh Balok Beban maks
(kg) σlt = 2 . . h b l P (kg/cm2) BU1 4868 1217,00 BU2 5380 1345,00 BU3 4158 1039,50 BU4 5263 1315,75 Rata-rata 4917,25 1229,31 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Lendutan (mm) B eba n ( k g )
BU1 BU2 BU3 BU4
Gambar 2. Hubungan beban-lendutan balok utuh
Dari Tabel 9. didapat tegangan lentur rata-rata kayu bangkirai sebesar 1229,31 kg/cm . Berdasarkan Tabel 1. untuk kayu dengan kuat lentur mutlak 2 > 1100 kg/cm2 termasuk kayu kelas kuat I. Berdasarkan Tabel 2. untuk kayu kelas kuat I tegangan ijin lentur sebesar 150 kg/cm2, jadi besarnya faktor aman untuk tegangan lentur sebesar 8,20.
4.6. Beban Lentur Balok Sambungan Samping Kiri Kanan
Besarnya beban lentur balok sambungan samping kiri kanan seperti pada Tabel 10. berikut ini.
Tabel 10. Beban lentur balok sambungan samping kiri kanan Balok Beban maks
(kg) Lendutan maksimum (mm) BSS1 644 11,15 BSS2 869 11,13 BSS3 763 10,69 BSS4 661 11,60 BSS5 571 11,75 Rata-rata 701,60 11,26 ) k g n ( e ba B 0 200 400 600 800 1000 0 5 10 15 20 Lendutan (mm) BSS 1 BSS 2 BSS 3 BSS 4 BSS 5
Gambar 3. Hubungan beban-lendutan balok sambungan samping kiri kanan
Dari Tabel 10. didapat beban lentur maksimum balok sambungan samping kiri kanan sebesar 701,60 kg, hasil ini lebih besar dari hasil perhitungan teoritis sebesar 396 kg. Besarnya beban lentur hasil pengujian 177 % kali hasil perhitungan teoritis.
4.7. Beban Lentur Balok Sambungan Atas Bawah
Besarnya beban lentur balok sambungan atas bawah seperti pada Tabel 11. berikut ini.
Tabel 11. Kuat lentur balok sambungan atas bawah Balok Beban maksimum (kg) Lendutan maksimum (mm) BSAB1 443 8,02 BSAB2 482 9,43 BSAB3 389 10,15 BSAB4 485 9,34 BSAB5 464 9,49 Rata-rata 452,60 9,29
0 200 400 600 0 5 10 Lendutan (mm) B eba n ( k g)
BSAB 1 BSAB 2 BSAB 3 BSAB 4 BSAB 5 15
Gambar 4. Hubungan beban-lendutan balok sambungan atas bawah
Dari Tabel 11. didapat beban lentur maksimum balok sambungan atas bawah sebesar 452,60 kg, hasil ini lebih besar dari hasil perhitungan teoritis sebesar 366,615 kg. Besarnya beban lentur hasil pengujian 123 % kali hasil perhitungan teoritis.
4.8. Pola Kerusakan Sambungan
Kerusakan balok sambungan samping kiri kanan terjadi secara bertahap dan diawali dengan robeknya alat sambung claw nail plate pada bagian bawah dan terus menjalar ke arah atas sampai balok runtuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Kerusakan sambungan atas bawah berupa robeknya alat sambung claw nail plate
pada daerah tarik atau bagian bawah balok dan menekuknya claw nail plate pada bagian atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pola kerusakan sambungan atas bawah
Dari pola kerusakan kedua jenis penempatan clawnail plate tersebut, yang lebih menguntungkan adalah penempatan sambungan atas bawah. Pada sambungan atas bawah pelat sambung yang berada pada sisi bawah dapat memberi perlawanan terhadap beban sampai mencapai kekuatan batasnya.
Kekuatan maksimum sambungan samping kiri kanan terjadi sebelum adanya robekan awal pada pelat yang berada pada daerah tarik, dan robekan yang menjalar dari bawah ke atas mengakibatkan kekuatan sambungan yang berada didaerah tarik terus berkurang.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
a. Dari pemeriksaan sifat fisik kayu bangkirai didapat besarnya kadar air 14,632 % dan berat jenis 0,902
b. Dari hasil pemeriksaan sifat mekanik kayu bangkirai didapat besarnya kuat tarik sebesar 971,992 kg/cm2, kuat desak 657,63 kg/cm2, modulus elastisitas 125312 kg/cm2, tegangan lentur 1229,31 kg/cm2
c. Kemampuan mendukung beban sambungan claw nail plate pada posisi atas bawah lebih baik dari sambungan samping kiri kanan
5.2.Saran
Perlu diadakan penelitian sambungan balok menggunakan claw nail plate dengan kapasitas sambungan secara teoritis sama dengan balok utuh, sehingga dapat dibandingkan hasilnya
6.DAFTAR RUJUKAN
Anonim, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dumanau, J.F., 1984, Mengenal Kayu, Penelitian Industri Kayu, Pika, Semarang.
Haygreen, J.G., Bowyer, J.L, 1996, Hasil Hutan dan Ilmu Ukur Kayu, UGM, Yogyakarta
Pryda, 2002, Buletin Pryda, Bandung.
Santosa, D.H., 2004, Tinjauan Penggunaan Plat Baja Untuk Sambungan Momen Pada Konstruksi Kayu, Skripsi FT UJB, Yogyakarta
Soehendrajati, R.J.B., Kayu untuk Struktur Jilid 1, Bahan Kuliah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sutiono, 2004, Pengaruh Variasi Jarak Baut Terhadap Kekuatan Sambungan pada Uji Lentur, Skripsi FT UJB, Yogyakarta
Wiryomartono, S., 1976, Konstruksi Kayu, Bahan Kuliah Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.