• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 – Juni 2007.

Beberapa pertimbangan penentuan lokasi penelitian :

1. Pada tahun 2004, DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dari 12 provinsi yang ditetapkan KLB Nasional tercatat IR (incidence rate) 15,07

per 100.000 penduduk dan CFR (case fatality rate) 0,04.

2. Setiap tahun kasus DBD selalu ditemukan pada lima wilayah di DKI Jakarta. Kasus yang tebanyak terdapat pada Jakarta Timur (7249 kasus) dan Jakarta Selatan (5995 kasus).

3. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara RI dan juga sebagai megapolitan, mempunyai permasalahan kesehatan yang mengakibatkan pencemaran udara dan kualitas sanitasi pemukiman sangat buruk. Keadaan ini meningkatkan munculnya TPN (tempat perindukkan nyamuk)

4. Memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang bersumber dari swadaya masyarakat seperti posyandu. Bahkan telah banyak terdapat posyandu plus di wilayah provinsi DKI Jakarta pada tahun 2002. Jumlah posyandu sebanyak 3553, 5 % diantaranya adalah Posyandu Mandiri.

3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei, mendatangi instansi terkait. Data sekunder meliputi data statistik, data vektor dan penyakit DBD, hasil-hasil penelitian, potensi pemanfaatan vegetasi anti nyamuk dan data hasil olahan lainnya. Data sekunder digunakan untuk menganalisis faktor potensial pencegahan, fluktuasi kepadatan jentik dan nyamuk, peranan vegetasi anti nyamuk dalam pencegahan, analisis interaksi antar komponen dan faktor serta analisis valuasi ekonomi untuk komponen lingkungan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada pakar dan masyarakat. Wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pakar untuk menetapkan kriteria dan penyusunan model, sedangkan pembagian

(2)

kuesioner dan wawancara pada stakeholder serta focus group discussion (FGD) untuk mendapatkan respon keinginan masyarakat terhadap kebijakan dan strategi pencegahan.

3.3. Teknik Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar) ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Dasar perhitungan dalam penetuan pakar untuk dijadikan responden

menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Keberadaan responden dan kesediaan untuk dijadikan responden

b. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli /pakar pada bidang yang diteliti.

c. Telah memiliki pengalaman dalam bidangnya.

Pakar yang akan menjadi alternatif pilihan untuk dijadikan responden sebanyak 28 orang, antara lain: pegawai Dinas Kesehatan, Bapeda, Sudinkes di wilayah Provinsi DKI Jakarta, LSM yang terkait dengan masalah lingkungan, tokoh masyarakat dan dosen sehingga pakar yang terpilih dapat mewakili setiap unsur: birokrasi, akademisi (perguruan tinggi), masyarakat dan LSM.

Responden masyarakat untuk analisis: sosial dan biaya manfaat pencegahan penyebaran penyakit DBD pada faktor lingkungan. Ditentukan secara Purposive sampling (Walpolle, 1995). Jumlah responden (n) ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

1 ) 1 ( ) 1 ( 1 2 2 2 2 2 2 − − = − = − ⇔ − = − ⇔ = + ⇔ = + ⇔ + = ne n N n ne N n N nNe N nNe n N Ne n Ne N n n : ____N_____ 1 + Ne2 Keterangan : n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi (jumlah kepala keluarga) e : Galat yang dapat diterima (5%)

Berdasarkan rumus diatas diketahui jumlah populasi yang terkena kasus DBD DKI Jakarta (N) sebanyak 991 KK (kepala keluarga), sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian (n) diperoleh sebanyak 285 KK. Untuk

(3)

menentukan jumlah sampel wilayah dilakukan berdasarkan proporsi jumlah wilayah yang terjadi kasus dari pengamatan mingguan terhadap jumlah kasus DBD rata-rata per wilayah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan jumlah sampel yang mencolok antar wilayah di lokasi penelitian, sehingga didapatkan jumlah sampel per wilayah berdasarkan analisis epidemiologi adalah Jakarta Timur 65 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 38 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 6.991 kasus, Jakarta Selatan 60 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 32 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 4.300 kasus, Jakarta Barat 60 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 10 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 3.675 kasus, Jakarta Pusat 50 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 12 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 2.769 kasus dan Jakarta Utara 50 sampel dimana jumlah wilayah kasus pengamatan selama 24 minggu terdapat 14 wilayah dan total kejadian kasus adalah sebanyak 2.905 kasus.

3.4. Pendekatan Penelitian yang digunakan

3.4.1. Pendekatan Hirarki dan Strukturisasi Faktor A. Analytical Hierarchi Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan upaya penyederhanaan

suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, tetapi strategik, dan dinamis menjadi bagian-bagian serta menatanya dalam suatu hierarki. Prinsip kerja Proses Hierarki Analitik adalah sebagai berikut (Marimin, 2004), seperti pada diagram alir Gambar 4.

1. Penyusunan Hierarki,

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif melalui perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) dengan skala 1 sampai 9,

3. Penentuan Prioritas, 4. Konsistensi Logis

(4)

Identifikasi Sistem

Penyusunan Hirarkhi

Pengisian Matriks Pendapat Individu

CI : CR Memenuhi Revisi Pendapat

Penyusunan Matriks Gabungan Pengolahan Vertikal

Perhitungan Vektor Prioritas Sistem

Keterangan: CI= Consistency Index dan CR = Consistency Ratio

Pemeringkatan komponen level

BERLANJUT KE ISM MULAI

Gambar 4. Diagram alir proses hierarki analitik

o Interpretative Structure Modelling Analysis (ISM)

Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretatif Structural Modelling) digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan di masa yang akan

datang. Tahapan ISM ada dua yakni penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen. Tahapan dan proses dalam melakukan teknik ISM dapat dilihat pada

Gambar 5. Mengenai hal yang berkaitan dengan agregasi pendapat penilai pada teknik ISM terdapat pada Gambar 6.

(5)

Gambar 5. Diagram alir deskriptif teknik ISM pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta

Mulai

Tentukan elemen kunci yang berperan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran DBD

Uraikan setiap elemen menjadi subelemen

Tentukan hubungan kontekstual antara subelemen pada setiap elemen

Susun SSIM untuk setiap elemen

Bentuk reachibility matriks untuk setiap elemen

Revisi dengan aturan transivity rule

Ok? Ya Modifikasi ISM Tidak Tentukan level melalui penilaian

Ubah RM menjadi format

lower triangular RM

Tentukan Rank & Hirarki

dari subelemen Tetapkan Driver Power Dependence Matriks setiap

elemen Plot subelemen pada empat

sektor Susun digraph dari lower

triangular RM

Susun ISM dari setiap elemen

Kajian strukturisasi faktor penting

Klasifikasi subelemen pada empat peubah kategori Tetapkan Dependence Power setiap subelemen

Strategi pengambilan keputusan

(6)

Diskusi kelompok, revisi Agregasi Tidak Cek konsistensi Penilaian individu Penyusunan kuisioner Eksplorasi elemen Ya

Gambar 6. Agregasi pendapat penilai pada teknik ISM Proses kegiatan penilaian ISM :

a. Penyusunan Hierarki

Struktur dari suatu sistem yang berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang perihal yang dikaji.

b. Klasifikasi subelemen

Secara garis besar klasifikasi subelemen digolongkan dalam 4 sektor yaitu: • Sektor 1; weak driver-weak dependent variabels (Autonomous). Subelemen

yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Subelemen yang masuk pada sektor 1 jika:

Nilai DP ≤ 0.5 X dan nilai D ≤ 0.5 X, X adalah jumlah subelemen.

• Sektor 2; weak driver-strongly dependent variabels (Dependent). Umumnya

subelemen yang masuk dalam sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 2 jika:

Nilai DP ≤ 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen.

• Sektor 3; strong driver- strongly dependent variabels (Lingkage). Subelemen

(7)

antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada subelemen akan memberikan dampak terhadap subelemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Subelemen yang masuk pada sektor 3 jika:

Nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen.

• Sektor 4; strong driver-weak dependent variabels (Independent). Subelemen

yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 4 jika:

Nilai DP > 0.5 X dan nilai D ≤ 0.5 X, X adalah jumlah subelemen.

Mengenai hal yang berkaitan dengan tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD terdapat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pencegahan berbasis lingkugan terhadap penyebaran penyakit DBD Lingkage Variablel Sektor III Autonomous Variable Sektor I Dependent Variable Sektor II Independent Variable Sektor IV Daya Dorong (Drive Power) Ketergantungan (Dependence) 3.4.2. Pendekatan Sistem

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang memadukan konsep pencegahan, valuasi lingkungan dan analisis sistem. Ada empat komponen yang saling terkait dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Masing-masing komponen sebagai push

dan trigger dalam mewujudkan PHBS pada pencegahan berbasis lingkungan

terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta melalui pengelolaan lingkungan sehingga akan tercapai tujuan pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta yang berkelanjutan. Keempat komponen dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran

(8)

penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta antara lain: (1) Lingkungan Hidup, (2) Vektor, (3) Manusia, dan (4) Penyakit DBD.

Keempat komponen yang saling terkait akan diteliti dan dianalisis untuk menghasilkan suatu model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Analisis komponen lingkungan hidup dianalisis secara deskriftif terhadap kesimpulan beberapa hasil kajian seperti temperatur, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan vegetasi anti nyamuk.

Untuk menetapkan konsep pencegahan penyebaran penyakit DBD dimasa mendatang, digunakan model sistem dinamik. Dalam kaitan ini kasus DBD dianggap sebagai salah satu komponen suatu sistem sebab-akibat dalam suatu skenario yang dapat disimulasi dengan menggunakan powersim constructor.

Pemodelan dilakukan melalui langkah: 1) Konseptualisasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung, 2) Pemodelan, menetapkan variabel yang menjadi level dan rate, 3) Input data untuk dibuat SFD, 4) Simulasi menunjukkan perilaku semua variabel secara keseluruhan (simultan), dan 5) Validasi, menggunakan metode statistik dengan menghitung absolute mean error (AME) dan absolute varian error (AVE).

Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar dan sifat kesalahan dapat digunakan: 1) Absolute Mean Error (AME) adalah

penyimpangan (selisih) antara nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai

aktual, 2) Absolute Variation Error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi

(variance) simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat diterima

adalah antara 1-10%.

AME = [(Si – Ai)/Ai]...(1) Si = Si N, dimana S = nilai simulasi

Ai = Ai N, dimana A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan

AVE = [(Ss – Sa)/Sa]...(2) Ss = ((Si – Si)2 N) = deviasi nilai simulasi

(9)

Mengenai hal yang berkaitan dengan skema konsep pemikiran terdapat pada Gambar 8, sedangkan skema konsepsi penelitian tersaji pada Gambar 9.

Keterangan : Ekonomi Ekologi U G L I PHBS Host Susceptible Kasus DBD Masalah Kesehatan Masyarakat Kota Populasi Penduduk Pencemaran Udara (BBM) Kesehatan Masyarakat L I D Kualitas Sanitasi Pemukiman Suhu & Kelembaban Klimatologi Populasi Nyamuk Aedes aegypti ( Betina ♀)

Curah Hujan T P N Virus Dengue

Sosial

L I D : Laju Infeksi Dengue

UGLI : Umur, Gizi, Lingkungan dan Imunitas PHBS : Perilaku Hidup Bersih & Sehat

TPN : Tempat Perindukkan Nyamuk

(10)

KOMPONEN YANG DIANALISIS

ASPEK YANG DIANALISIS HASIL AKHIR

• Faktor Lingkungan yang berperan pada pertumbuhan dan kepadatan Populasi nyamuk Aedes aegypti

• Kepadatan Jentik dan Populasi nyamuk Aedes aegypti terhadap iklim dan vegetasi

• Manfaat pengelolaan Sanitasi Lingkungan dalam mewujudkan PHBS

• Penyebaran penyakit DBD berdasarkan orang, tempat dan waktu.

• Kualitas sanitasi

permukiman

• Angka kasus baru dan angka kematian Model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD • Lingkungan o Iklim o Temperatur/kelembaban o Curah hujan/ kecepatan

angin

o Kualitas Udara

• Vektor

o Kepadatan jentik

o Kepadatan nyamuk

dewasa (Aedes aegypti) • Manusia

o PHBS o PSP DBD

• Penyakit DBD

Gambar 9. Skema konsepsi penelitian

3.5. Tahapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap secara sekuensi tahapan penelitian dideskripsikan dengan rinci sebagai berikut:

1. Tahapan Pertama:

Pada tahapan pertama dialakukan analisis keempat komponen sebagai faktor yang berperan pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.

a. Komponen lingkungan dinilai dan dianalisis perannya terhadap perubahan dan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti. Ada dua

faktor yang memberikan kontibusi perubahan, yaitu: Iklim dan Vegetasi. Faktor iklim terdiri dari: suhu, kelembaban, temperatur, curah hujan, dan kecepatan angin. Vegetasi yang dapat digunakan pencegahan aktivitas nyamuk disekitar lingkungan manusia dalam bentuk reppelent

(11)

b. Komponen vektor dinilai dan dianalisis tingkat kepadatan jentik dan nyamuk dewasa untuk mengetahui perbedaan fluktuasi kepadatan jentik dan nyamuk dewasa terhadap iklim dan vegetasi.

c. Komponen manusia dinilai dan dianalisis konsistensinya dalam mewujudkan PHBS dengan melihat manfaat ekonomi dari pengelolaan sanitasi lingkungan. Model penilaian manfaat ekonomi total (Total Economic Valuation/TEV) adalah menggunakan model valuasi ekonomi.

Untuk menghasilkan pilihan akurasi tindakan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Hasilnya adalah suatu model terpilih yang membandingkan antara pencegahan berbasis lingkungan dengan tidak berbasis lingkungan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.

d. Komponen penyakit DBD dinilai dan dianalisis berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu sehingga dapat diketahui keterkaitan faktor yang dapat menjadi potensial dalam penyebaran penyakit DBD.

2. Tahapan kedua

Pada tahapan kedua dilakukan analisis keterkaitan antara faktor secara sistem dengan menganalisis keterkaitan keempat kelompok dan dengan menilai faktor potensial penyebaran penyakit DBD yang dihasilkan untuk analisis tahap kedua. Pemilihan faktor-faktor potensial penyebaran penyakit DBD pada masing-masing komponen tersebut ditetapkan sebagai suatu pilihan model yang perlu diuji keterkaitannya dalam suatu sistem. Pembuktian keterkaitan ini akan dikaji melalui analisis kesisteman, yaitu model sistem dinamis. Trend dan rate masing-masing komponen dinilai sebagai faktor

potensial yang mempengaruhi penyebaran penyakit DBD dan sistem keseluruhannya akan mempengaruhi pencegahan terhadap penyakit DBD. Hasil akhirnya adalah model yang perlu dipertimbagkan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD dari faktor kesisteman. Alat yang digunakan untuk menganalisis ini adalah Powersim Constructor.

Mengenai Hal yang berhubungan dengan skema tahapan penelitian lebih lengkap tersaji pada Gambar 10.

(12)

Gambar 10. Tahapan dalam penelitian Sistem dinamik (powersim) Komponen Pencegahan Penyebaran Penyakit DBD Lingkungan Vektor Manusia Penyakit DBD Iklim T P N TAN Kualitas Sanitasi Lingkungan PSP Angka Angka Temperatur Kelembaban SLM Spot Survey Faktor potensial Tempat Perindukan Nyamuk (TPN) ABJ NIR/AHJ PHBS Analisis

Deskriptif wilayah Zona DBD

Skenario dan validasi

model pencegahan pencegahan Model Nilai manfaat Budidaya Tanaman Deskriptif Pemeringkatan dan penstrrukturan elemen penting

AHP & ISM (FGD) Strategi pencegahan Total Economi Valuation (TEV) Model pencegahan penyebaran penyakit DBD B/C SPSS Deskriptif Keterangan :

TEV : Total Economic Valuation

TPN : Tempat Perindukan Nyamuk

TAN : Tempat Aktifitas Nyamuk

SLM : Single Larva Method

ABJ NIR/AHJ : Angka Bebas Jentik, Nyamuk Istirahat Rumah/Angka Hinggap Per jam

PSP : Pengetahuan Sikap Perilaku

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat AHP : Analytical Hierachy Process

ISM : Interpretative Structure Modelling

Gambar

Gambar 5.  Mengenai hal yang berkaitan dengan agregasi pendapat penilai pada  teknik ISM terdapat pada Gambar 6
Gambar 5. Diagram alir deskriptif teknik ISM pada pencegahan  berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di  Provinsi DKI Jakarta
Gambar  6.  Agregasi pendapat penilai pada teknik ISM  Proses kegiatan penilaian ISM :
Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam  pencegahan berbasis lingkugan terhadap penyebaran  penyakit DBD  Lingkage Variablel Sektor III Autonomous Variable  Sektor I  Dependent Variable  Sektor II Independent Variable Sektor IV Day
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Visual Basic 6.0 cukup sederhana dan menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang umum digunakan dan tidak perlu lagi menghafalkan sintaks-sintaks maupun format bahasa

Pilihlah salah satu jawaban atau pendapat yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan pendapat

bahan aktif yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat menembus

Dalam Proses Penerimaan Siswa Baru dan Informasi Pondok Pesantren Hidayatussalikin Panitia Penerimaan Siswa Baru pun akan lebih mudah untuk mendata calon Siswa Baru tidak

Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan para investor untuk berinvestasi yakni agar mendapatkan imbal hasil (return) dari dana yang diinvestasikan. Pada sisi

Aplikasi Sistem Informasi Pembelajaran Budidaya Udang Windu dan Ikan Bandeng Pada Area Tambak Udang Windu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), dapat

Salah satunya adalah mahasiswa program studi D-3 Teknik Perpustakaan (PSTP), Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga yang akan menyelenggarakan pameran sebagai syarat

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pembelajaran berpusat pada