• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 1

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR

SEPTEMBER TAHUN 2014

*

SEPTEMBER 2014 : 6,31% TURUN 0,11% DARI MARET 2014 (6,42%)

*)

termasuk di Kalimantan Utara

 Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Timur pada September 2014 sebanyak 252,68 ribu (6,31 persen). Pada Maret 2014 penduduk miskin berjumlah 253,60 ribu (6,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 0,92 ribu orang (0,11 persen).

 Selama periode Maret 2014 - September 2014, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,59 ribu orang dan di daerah perdesaan turun sebanyak 1,51 ribu orang.

 Pada bulan September 2014, jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 154,20 ribu orang (10,06 persen), lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan sebanyak 98,48 ribu orang (3,98 persen).

 Selama Maret 2014 - September 2014, Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 2,94 persen, yaitu dari Rp. 431.560,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp. 444.248,- per kapita per bulan pada September 2014. Pada periode yang sama GK Nasional sebesar Rp. 302.735,- perkapita per bulan (Maret 2014) dan naik menjadi Rp. 312.328,- perkapita per bulan (September 2014) atau naik 3,17 persen.

 Pada periode Maret 2014 – September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,08 pada keadaan Maret 2014 menjadi 0,80 pada keadaaan September 2014. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,28 menjadi 0,18 pada periode yang sama.

(2)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 2

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Timur, Maret 2014 - September 2014

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada September 2014 sebesar 252,68 ribu (6,31 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 sebesar 253,60 ribu orang (6,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 0,92 ribu orang (0,11 persen).

Jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan secara persentase mengalami penurunan, namun secara absolut penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan. Selama periode Maret 2014 – September 2014, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,59 ribu orang atau turun sebesar (0,02 persen) dan di daerah perdesaan turun sebanyak 1,51 ribu orang (0,26 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan Maret 2014 dan September 2014 masing-masing sebesar 10,33 persen dan 10,06 persen. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 4,01 persen pada bulan Maret 2014 dan 3,98 persen pada bulan September 2014.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Timur Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2014

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Maret 2014 97,89 155,71 253,60 4,01 10,33 6,42

September 2014 98,48 154,20 252,68 3,98 10,06 6,31

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan Maret 2014 dan September 2014

Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2014 - September 2014

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama Maret 2014 – September 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,94 persen, yaitu dari Rp. 431.560,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp. 444.248,- per

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 3 kapita per bulan pada September 2014. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2014, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 69,54 persen.

Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan September 2014 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 459.004,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 420.427,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2014 – September 2014

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu)

Persentase penduduk

miskin

Makanan Non Makanan Total

Perkotaan Maret 2014 314.344 133.876 448.220 97,89 4,01 September 2014 319.200 139.804 459.004 98,48 3,98 Perdesaan Maret 2014 301.084 103.470 404.554 155,71 10,33 September 2014 313.240 107.187 420.427 154,20 10,06 Kalimantan Timur Maret 2014 309.285 122.275 431.560 253,60 6,42 September 2014 316.920 127.327 444.248 252,68 6,31

(4)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 4

Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Terbesar

Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Timur pada bulan September 2014 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pola. Daerah perkotaan secara berturut-turut adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, ikan bandeng, mie instan dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan di daerah perdesaan adalah beras, beras ketan, jagung pipilan, tepung terigu, ketela pohon, ketela rambat, gaplek dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, September 2014

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Beras 13.73 Beras 14.95

2 Rokok kretek filter 8.61 Beras ketan 9.31 3 Telur ayam ras 2.68 Jagung pipilan 2.44 4 Daging ayam ras 2.22 Tepung terigu 2.38

5 Gula pasir 2.06 Ketela pohon 2.29

6 Bandeng 1.96 Ketela rambat 1.71

7 Mie instan 1.84 Gaplek 1.29

8 Tongkol/tuna/cakalang 1.52 Tongkol/tuna/cakalang 1.24

9 Kembung 1.15 Kembung 1.12

10 Bawang merah 1.10 Teri 1.05

11 Tempe 1.03 Bandeng 1.04

12 Susu bubuk 1.00 Mujair 1.04

13 Cabe rawit 0.88 Daging sapi 0.94

14 Tahu 0.82 Daging babi 0.85

15 Bayam 0.70 Daging ayam ras 0.84

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan September 2014

Penyumbang terbesar untuk garis kemiskinan non makanan urutan pertama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan yaitu perumahan, namun urutan selanjutnya terdapat perbedaan pola antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 5

Tabel 4.

Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, September 2014

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Perumahan 37.35 Perumahan 46.16

2 Listrik 10.26 Bensin 11.98

3 Bensin 9.76 Listrik 7.39

4 Pendidikan 7.30 Pakaian jadi anak-anak 4.27

5 Air 5.35 Pendidikan 4.15

6 Pakaian jadi perempuan dewasa 4.22 Perlengkapan mandi 3.70 7 Pakaian jadi anak-anak 3.92 Pakaian jadi perempuan dewasa 3.33

8 Perlengkapan mandi 3.64 Sabun cuci 2.71

9 Pakaian jadi laki-laki dewasa 3.20 Pakaian jadi laki-laki dewasa 2.47

10 Barang kecantikan 1.76 Kesehatan 2.22

11 Minyak tanah 1.75 Barang kecantikan 1.46

12 Pajak kendaraan bermotor 1.50 Pajak kendaraan bermotor 1.26 13 Angkutan

1.48 Obat nyamuk, korek api, baterai,

aki, dsb 1.25

14 Sabun cuci 1.24 Kayu bakar 1.23

15 Perayaan hari raya agama 1.07 Upacara agama atau adat lainnnya 1.12

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan September 2014

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk berkaitan dengan miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2014 – September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan` (P2) menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,077 pada keadaan Maret 2014 menjadi 0,793

(6)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 6 pada keadaaan September 2014. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,279 menjadi 0,176pada periode yang sama.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan September 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,548 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,187. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,132 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,247. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan relatif lebih baik daripada daerah perdesaan.

Tabel 5

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Timur Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2014

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2014 0,703 1,683 1,077

September 2014 0,548 1,187 0,793

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2014 0,188 0,427 0,279

September 2014 0,132 0,247 0,176

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 7 Penjelasan Teknis dan Sumber Data

 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

 Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

 Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulanan pada bulan September 2014.

(8)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 8

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Informasi lebih lanjut hubungi :

Ir. Aden Gultom, M.M

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial)

Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121 e-mail: [email protected]

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun Anggaran 2015, BPBD Kabupaten Magelang melaksanakan 43 (empat puluh tiga) kegiatan dengan pencapaian rata-rata sesuai dengan harapan atau dapat

(2) Perorangan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan atau Pasal 12 dikenakan sanksi berupa penarikan

Dari berbagai komposit dengan fraksi volume serat yang berbeda terlihat bahwa pada komposit fraksi volume serat 50% terjadi perubahan nilai hambat panas terhadap temperatur

Jadi bila didapatkan harga-harga koefisien integrasi pada domain ξ , maka integrasi akan dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien integrasi tersebut tanpa harus

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka Majelis Hakim pada persidangan

Hasil yang didapatkan dari metode integrasi AHP-TOPSIS pada tabel 17 menunjukan, pemberian presentasi atau pelatihan merupakan strategi yang paling ideal dengan

Pada tahap ini data yang telah terkumpul dianalisis berdasarkan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Iban yang berkenaan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti yaitu

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Mu yang telah memberikan limpahan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat