• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sangat penting untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sangat penting untuk"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan kemampuan seorang siswa secara optimal merupakan tanggungjawab besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sangat penting untuk pengembangan siswa sebagai manusia yang maju, mandiri dan bertanggung jawab.

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal berperan penting dalam pendidikan anak untuk mendewasakan anak dalam menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa. Dan sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal memiliki tanggungjawab yang besar dalam upaya pengembangan siswa secara maksimal yang nantinya dapat bermanfaat bukan saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat luas.

Peran seorang guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah seorang pengajar atau pendidik yang memegang tanggungjawab memberikan bantuan kepada siswa dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidup misalnya dalam penelitian ini penulis mengambil contoh tentang kedisiplinan dalam hal belajar.

(2)

Kedisiplinan yang harus ditanamkan pada diri siswa merupakan suatu pembawaan sikap yang baik dan patut dicontoh. Sikap ini dapat terbawa hingga ke jenjang pendidikan maupun diluar pendidikan. Dalam urusan kedisiplinan belajar peran guru sangatlah penting karena guru dalm membentuk atau membantu siswa agar disiplin bisa dikatakan sulit. Tak banyak dari siswa yang membangkang dengan peraturan yang ada sehingga guru terpaksa memberikan punishmentyang diharapkan dapat membuat jera si pelaku.

Adapun konsep bimbingan dan konseling dalam membentuk kedisiplinan siswa adalah tidak lepas dari arti bimbingan itu sendiri. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa atau peserta didik dalam rangka menemukan pribadi. Mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.1 Sedangkan konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.2

Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi ini bisa berasal dari guru, siswa, materi pelajaran ataupun kondisi dan situasi saat proses pembelajaran yang tengah berlangsung.

Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan bukan karena paksaan, akan

1

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling(Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 15. 2

(3)

tetapi kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan.3

Kedisiplinan dalam hal belajar yang di lakukan oleh siswa di sekolah masih minim kenyataan, dikarenakan banyak siswa yang kurang perduli terhadap arti kedisiplinan itu sendiri yang merupakan hal yang sangatlah penting dalam mecapai cita-citanya di masa depan dan dapat menaati aturan tata tertib dalam sekolah diantaranya kurangnya kesadaran untuk dapat belajar pada saat akan ulangan, tidak memerhatikan apa yang di sampaikan oleh gurunya di kelas dan sebagainya.

Dengan diberikannya tata tertib baik di sekolah maupun di rumah, kedisiplinan yang tertanam pada diri siswa akan diterapkan dimana saja dan kapan saja. Dengan terciptanya kedisiplinan di sekolah akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada, dengan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai maka seorang siswa akan dapat memperoleh prestasi yang baik.

Oleh karena itu, upaya guru bimbingan dan konseling dalam peningkatan disiplin siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah mendesak untuk dilaksanakan. Sebab jika disiplin siswa dalam sekolah dapat dikelola dengan baik maka segala potensi yang dimilikinya dapat didayagunakan dengan semaksimal mungkin sehingga akan lahir output pendidikan sekolah yang bermutu dan berkualitas.

3

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 54.

(4)

Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling sebagai seorang pembimbing di sekolah untuk meningkatkan disiplin siswa dalam kegiatan pendidikan adalah melalui layanan bimbingan konseling. Ini merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan pribadi siswa. Dalam hal ini masih banyak kelemahan-kelemahan yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Salah satu kelemahan yang krusial adalah jumlah guru bimbingan konseling, latar belakang pendidikan guru bimbingan konseling shingga peningkatan disiplin siswa melalui pelayanan bimbingan konseling yang dilakukan guru belum berjalan optimal.

Dalam hal ini MAN 2 Pekalongan sekarang memiliki 6 orang guru bimbingan dan konseling dengan latar belakang pendidikan sarjana ada 4 sedangkan 2 orang guru bukan lulusan sarjana bimbingan dan konseling hingga saat ini, sementara jumlah siswa yang terdaftar dari kelas X-XII berjumlah 1160 siswa. Tidak sebanding dengan guru bimbingan dan konseling yang idealnya seorang guru pembimbing melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya maksimal 4 – 5 kelas. Oleh karena itu, pembagian jumlah guru bimbingan dan konseling dibagi secara merata dengan jumlah kelas yang ada. Berdasarkan penjelasan di atas jelas terlihat bahwa jumlah guru bimbingan dan konseling dan banyaknya siswa tidak seimbang dan dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan yang dipegangnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “ Peran Guru Bimbingan dan

(5)

Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diperlukan perumusan masalah agar arah penelitian yang dilakukan menjadi fokus. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kedisiplinan di MAN 2 Pekalongan?

2. Bagaimana Kondisi Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan? 3. Apa Saja Peran Masing-masing Guru Bimbingan dan Konseling dalam

meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan? Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul proposal di atas, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul di atas, yaitu :

1. Peran

Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.4

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.5

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 208.

(6)

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing yang telah di persiapkan kepada individu yang membutuhkannya. Sedangkan konseling salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan, dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembinbing/ konselor dengan klien.6

Jadi, guru bimbingan dan konseling adalah orang yang berprofesi sebagai pengajar di sekolah befungsi sebagai konselor yang bertugas untuk memberikan bantuan atau bimbingan serta arahan atas permasalahan yang di alami oleh peserta didik.

3. Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah ketaatan, kepatuhan kepada aturan, dan tata tertib yaitu disiplin belajar secara teratur dan rajin atau rutin sesuai dengan aturan.7

4. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8

5

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 288.

6

Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2010), h. 37 & 42.

7

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet I (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 237

8

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 1

(7)

5. Siswa

Siswa disebut juga dengan peserta didik, yaitu individu yang sedang menerima proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.9

Jadi maksud dari judul “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan” adalah tindakan atau upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling (tenaga konselor) dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan.

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Pekalongan

2. Untuk mengetahui Kondisi Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan

3. Untuk mengetahui Peran Masing-masing Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan

9

(8)

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam mengambil sebuah keputusan yang berkaitan dengan kinerja guru bimbingan dan konseling dalam menerapkan kedisiplinan belajar siswa di sekolah.

b. Bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manfaat layanan bimbingan dan konseling dan fungsi bimbingan dan konseling dapat menumbuhkan kembali gairah siswa selalu disiplin dalam belajar.

E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori

Dalam buku Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolahyang ditulis oleh I. Djumhur dan Drs. Moh. Surya, pengertian bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan

(9)

untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tersebut.10

Dewa Kentut Sukardi dalam bukunya Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah menyatakan bahwa konseling adalah satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, di mana yang seorang( yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.11

Dalam buku karya Jamal Ma’mur Asmani yang berjudul Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah menyatakan bahwa bimbingan konseling adalah layanan yang berorientasi pada siswa. Bimbingan konseling berusaha memahami keberadaan dan kebutuhan siswa serta membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bimbingan konseling bertugas untuk membantu siswa dalam hal

10

Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1999), h. 28.

11

Dewa Kentut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 38.

(10)

perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademik), mengenal diri sendiri, menentukan cita-cita dan tujuan hidupnya, menyusun rencana untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya, dan mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah atau hubungan dengan orang lain.12

Penelitian terdahulu yang relevan pada peneitian ini addalah skripsi Dewi Masruroh yang berjudul Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMA Muhammadiyah 01 Pekajangan Pekalongan menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah 01 Pekajangan berdiri sebagai subsistem pendidikan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling menggunakan sistem bimbingan dan konseling pola 17 plus, peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan dengan cara pemberian motivasi di dalam kelas maupun di luar kelas (di ruang BK).13

Dalam skripsi Giarti Wahyu Sukmawati Jurusan Tarbiyah yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Konseling Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa di SMK Maarif NU Tirto Kota Pekalongan (Studi di SMK Maarif Tirto Kota Pekalongan)” menyatakan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling siswa SMK Ma’arif NU Tirto termasuk dalam kategori cukup/ sedang. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai tata pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan nilai 31 yang terletak pada interval 31-32 dan hasil perhitungan nilai rata-rata kedisiplinan belajar siswa SMK Ma’arif NU Tirto

12

Jamal Ma’mur Asmani, Op. Cit., h. 126.

13Dewi Masruroh, “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMA Muhammadiyah 01 Pekajangan Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam,(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. ix.

(11)

dapat dikategorikan cukup dengan nilai 31 yang terletak pada interval 31-32.14 Perbedaannnya, pada penelitian terdahulu menggunakan penelitian kuantitatif dan berfokus pada siswa di SMK Ma’arif NU Tirto. Sedangkan penulis menggunakan penelitian kualitatif dan berfokus pada siswa MAN 2 Pekalongan.

Dalam skripsi Yuli Puspita Dewi yang berjudul “Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Penanganan Siswa Bermasalah Di SMPN 2 Comal” menyatakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 Comal dapat berperan membantu siswa dalam menangani masalah, program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 Comal dalam menangani masalah. Sehingga setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling berperan dalam penanganan siswa bermasalah di SMP Negeri 2 Comal.15 Perbedaannya, penelitan terdahulu hasilnya memfokuskan pada penanganan siswa bermasalah di SMPN 2 Comal. Sedangkan penulis hasilnya berfokus pada kedisiplinan belaja siswa di MAN 2 Pekalongan.

Berdasarkan kajian yang telah penulis lakukan terhadap berbagai sumber, karya ilmiah dan bahan pustaka belum ada penelitian yang sama dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Penulis bermaksud untuk mengkaji lebih dalam melalui penelitian ini dengan fokus pada

14Giarti Wahyu Sukmawati, “Pengaruh Bimbingan Konseling Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa di SMK Maarif NU Tirto Kota Pekalongan (Studi di SMK Maarif Tirto Kota Pekalongan)”,Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2010), hlm. Ix.

15Yuli Puspita Dewi, “Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Penanganan Siswa Bermasalah Di SMPN 2 Comal”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2010), hlm. ix.

(12)

kondisi di lapangan saat ini. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian terkait peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan.

2. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yaitu gambaran pada hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajia teoritis yang ada.16Berdasarkan analisis teoritis di atas, maka penulis merumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling menjadikan peran seorang guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswanya, dikarenakan seorang siswa yang harus dapat menaati aturan dan tata tertib di sekolah yang sudah tercantum dalam peraturan-peraturan tata tertib sekolah. Seorang siswa dalam proses pembelajaran sedang berlangsung diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaramn tersebut dengan baik dengan cara dapat memahami dan mengerti maksud apa yang telah diajarkan oleh gurunya.

Meskipun demikian, terkadang dalam proses pembelajaran sedang berlangsung adakalanya siswa yang kurang disiplin dalam belajar karena beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal siswa itu sendiri. Apalagi pada siswa MAN yang mana mereka sedang berada dalam masa remaja yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja

16Makrum Kholil dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Program Strata 1 STAIN Pekalongan, (Pekalongan: STAIN Pekalonga Press, 2007), hal. 1.

(13)

(pencarian jati diri). Seringkali mereka cenderung ikut-ikutan temannya seperti membolos pada saat jam pelajaran, menyontek saat ulangan, bergurau di kelas dan tidak mendengarkan saat guru menjelaskan.

Untuk itu, peran seorang guru bimbingan dan konseling itu diperlukan dalam menangani siswa dari permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya, sehingga siswa tersebut dapat mempertahankan prestasi dan mendapatkan keberhasilan dalam belajarnya. Guru bimbingan dan konseling tersebut diharapkan mampu mamahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya, sekaligus harus dapat melihat arah perkembangan individu di masa depan serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

Oleh karena itu, peran seorang guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi siswa agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal sesuai dengan yang sudah direncanakan.

F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian ini meliputi:

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekaan kualitatif ini menekankan analisisnya pada data deskriptif

(14)

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.17 Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dicari berupa bentuk data yang terdiri dari hasil pengamatan bukan dari suatu proses perhitungan angka-angka.

b. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), karena merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.18

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang dapat diperoleh. Yang dimaksud sumber data dalam penelitan adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, terdapat dua sumber data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau narasumber.19Sumber data yang penulis gunakan sebagai sumber data primer adalah guru bimbingan dan konseling dan siswa.

17

Lexy J. Moeloeng, Metode Pendekatan Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.

18Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 8. 19

Herman J. Waluyo, Metodologi Penelitian (Surabaya, FKIP Universitas Negeri 11 Maret, 1993), h. 72.

(15)

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokmen-dokumen seperti buku, artikel dari media massa, internet dan sumber lain yang mendukung dan melengkapi penelitian yang dilakukan.20

3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penyelidikan.21

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa seperti guru, kepala sekolah dan siswa.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian

20Suhrasimi Arikunto, Manajemen Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 37. 21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 95

(16)

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.22 Artinya peneliti mengadakan pengamatan yang sistematis pada objek yang akan diteliti.

Metode ini digunakan unutk mengumpulkan data hasil pangamatan mengenai situasi dan kondisi secara umum MAN 2 Pekalongan.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai suatu hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.23 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi bimbingan dan konseling di sekolah, tata tertib di sekolah dan pelanggaran peraturan di sekolah.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data menyederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Berhubung penelitian ini adalah penelitian lapangan yang mendesripsikan tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan, maka data yang dihasilkan adalah data kualitatif, untuk data kualitatif metode analisa data yang dipakai adalah analisa dengan menggunakan metode berpikir induktif. Metode berpikir induktif adalah suatu cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit kemudian

22

S. Margono, Metodologi Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 170. 23

(17)

dengan peristiwa-peristiwa tersebut ditarik generaisasi-generalisasi yang bersifat umum.24

Metode ini digunakan dengan harapan agar semua analisa berdasarkan pemikiran yang logis dan teratur berdasarkan fenomena-fenomena diperoleh, dan ini disiapkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami perumusan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Bimbingan dan Konseling serta Kedisiplinan Belajar Siswa. Dalam bab ini penulis menerangkan ada dua sub bab yaitu Bimbingan dan Konseling meliputi Pengertian Bimbingan dan Konseling, Tujuan Bimbingan dan Konseling, Fungsi Bimbingan dan Konseling, Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling, Asas-Asas Bimbingan dan Konseling, Bidang Bimbingan dan Konseling, Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling, Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling, Tugas Guru Bimbingan dan Konseling serta Peran Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Sedangkan Kedisiplinan Belajar meliputi Pengertian Kedisiplinan Belajar, Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar, Alasan

24

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 156.

(18)

Ditingkatkannya Kedisiplinan Belajar, serta Usaha-usaha untuk Menumbuhkan Kedisiplinan belajar.

BAB III: Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan yang berisi tentang Gambaran Umum di MAN 2 Pekalongan meliputi Sejarah Berdirinya Sekolah, Letak Geografis, Profil MAN 2 Pekalongan, Visi dan Misi, Tujuan, Keadaan Guru dan Karyawan, Keadaan Siswa, Sarana dan Prasarana serta Struktur Organisasi. Sedangkan Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan meliputi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling MAN 2 Pekalongan, Kondisi Kedisiplinan Belajar MAN 2 Pekalongan dan Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan

BAB IV: Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan yang berisi Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Pekalongan, Analisis Kondisi Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan serta Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan.

BAB V: Penutup. Bab ini berisi Kesimpulan dan saran. Halaman terakir berisi tentang Daftar pustaka dan Lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 4 ayat (6) Penetapan Presiden Nomor 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan pasal 5 sub b Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan media pembelajaran yang lebih baik dalam proses belajar mengajar pada sekolah yang

Tabel 1. Dapat disimpulkan dari pilihan responden, bahwa sebagian besar guru BK di SMA Negeri Se Kota Gorontalo, sebelum memulai layanan BK meminta siswa berdoa

Dari urian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh peristiwa yang terjadi pada seseorang (locus of control), pengetahuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui biofisik tanah yaitu kandungan C-organik, pH tanah, Kalium serta Fosfor yang ada di tanah tembakau, jenis makro dan

Apabila dalam perjanjian kerja antara perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruhnya tidak memuat adanya pengalihan

Esensi urutan hal-hal di atas semangatnya tentu saja berbeda dengan bay’ al inah yang sudah mempersyaratkan dari awal dalam aqd sale (al bay’) bahwa objek ijārah tersebut

a) Bencana adalah urusan bersama. Bencana dapat menimpa siapa saja, tidak peduli usia, jenis kelamin, tingkat kesejahteraan, dan latar belakang sosial dan politik. Oleh karena