• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang atau penyewanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang atau penyewanya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ojek adalah transportasi umum yang menggunakan sepeda atau sepeda motor yang ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang atau penyewanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pada awal hadirnya ojek sekitar tahun 1970an, kendaraan yang digunakan untuk mengantar penumpang adalah sepeda. Ojek sepeda pertama kali mulai beroperasi di kawasan Tanjung Priok, Jakarta. Hadirnya ojek di pelabuhan Tanjung Priok ini disebabkan oleh dilarangnya becak dan bemo untuk masuk ke pelabuhan. Oleh karena itu, masyarakat memanfaatkan sepeda mereka untuk mengangkut barang dan penumpang. Kata ojek dipercaya di dasarkan dari kata “objek” yang di artikan sebagai usaha untuk mencari pendapatan tambahan dalam percakapan Betawi.

Ojek di Indonesia pada awalnya hadir bukan hanya untuk mengatasi masalah transportasi di pelabuhan Tanjung Priok, tetapi juga di daerah-daerah kecil perkampungan. Akses jalan yang pada saat itu tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan roda empat, dapat dengan lebih mudah dan murah untuk dilalui sepeda. Pada tahun 1974, ojek sepeda motor mulai hadir di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Walaupun pada tahun 1979 dilakukan razia ojek sepeda motor di kawasan Jakarta, ojek sepeda motor tetap bertahan sampai hari ini. Pada masa krisis moneter tahun 1998, jumlah

(2)

4

pengendara ojek pun meningkat, hal ini disebabkan banyaknya pegawai yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tidak hanya berhenti sampai disitu, ojek sampai saat ini tetap memberikan solusi terhadap masalah yang di hadapi oleh masyarakat.

Pada tahun 2015, Jakarta dinobatkan sebagai kota yang memiliki tingkat kemacetan paling tinggi di dunia oleh perusahaan oli Castrol lewat Stop-Starts Index (2015) mereka. Jakarta dengan nilai index sebesar 33.240 menempati peringkat pertama mengalahkan tingkat kemacetan di kota Istanbul, Turkey di urutan kedua dengan nilai 32.520 dan Mexico City, Mexico dengan nilai 30.840 di urutan ketiga. Tidak hanya berhenti sampai di peringkat satu saja, Indonesia dalam Castrol’s Magnatec Stop-Start index juga mencantumkan kota Surabaya sebagai kota dengan tingkat kemacetan paling parah nomor empat setelah Mexico City dengan nilai index 29.880. Disinilah ojek sepeda motor sekali lagi menawarkan solusi alternatif bagi mereka yang hendak bepergian di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya dengan lebih cepat dan murah daripada menggunakan kendaraan pribadi roda empat, atau alternatif transportasi umum lainnya.

Revolusi jasa ojek konvensional di Indonesia dimulai oleh hadirnya GO-JEK di Jakarta pada tahun 2011. Dengan slogan “An ojek for every need”, GO-JEK memfasilitasi dan menjembatani pengendara ojek sepeda motor dan pelangganya dengan aplikasi yang dapat di akses secara online di sistem operasi Android dan iOS. Sistem pemesanan baru yang ditawarkan GO-JEK ini memudahkan pelanggan untuk mencari dan memesan jasa ojek. Pelanggan yang dahulu harus mencari dan memesan langsung di pangkalan ojek, sekarang dengan mudah dan praktis dapat memesan jasa

(3)

5

ojek lewat aplikasi yang ada di smartphone mereka. Bahkan pelanggan dapat mengetahui lokasi pengendara ojek yang mereka pesan saat dalam perjalanan ke tempat penjemputan. Tidak hanya berhenti sampai disitu, GO-JEK membuka pasar baru dengan pelanggan yang juga belum ada sebelumnya, yaitu mereka yang menggunakan jasa ojek untuk memesan makanan, tiket konser, membeli kebutuhan rumah tangga di supermarket, sampai memesan jasa pijat atau membersihkan rumah.

Tidak lama setelah hadirnya GO-JEK di Indonesia, perusahaan jasa ojek online berbasis aplikasi dengan model bisnis yang serupa pun mulai bermunculan. Mulai dari Grab Bike asal Malaysia, Blu-Jek asli Indonesia, sampai Uber yang memiliki kantor pusat di Amerika Serikat ikut menawarkan pemesanan jasa ojek secara online berbasis aplikasi.

Pada tahun 2015, YouGov melakukan survey terkait GO-JEK dan ojek pangkalan. Survey ini dilakukan di seluruh Indonesia dengan responden sebanyak 4.785 (52% pria, dan 48% wanita). Hasilnya, hanya sebesar 18% dari responden yang tidak setuju atas keberadaan GO-JEK. Berikut adalah lima alasan utama mengapa responden dalam survey YouGov lebih memilih Go-Jek dibanding ojek pangkalan:

a. Bisa menjemput pada tempat yang sudah ditentukan b. Harga pas dan pasti

c. Pengendara, kendaraan, dan helm yang digunakan memiliki standar tertentu d. Tersedia di sekitar tempat saya

(4)

6

Dari kelima alasan diatas, poin c dan e menunjukan bahwa pelanggan ojek lebih memilih GO-JEK karena faktor keamanan. Pelindung kepala berupa helm yang memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI) jarang ditemui pada penggendara ojek konvensional. Aksesibilitas juga menjadi salah satu alasan pelanggan lebih memilih GO-JEK dibandingkan dengan ojek konvensional/pangkalan. Walaupun belum tersedia di seluruh wilayah di Indonesia, pelanggan GO-JEK tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan ojek, tetapi pengendara GO-JEK lah yang menjemput pelanggan dimanapun mereka berada.

Beberapa alasan responden lebih memilih ojek pangkalan adalah: a. Harga dapat ditawar

b. Melestarikan bisnis komunitas lokal agar tidak dimonopoli oleh perusahaan besar.

c. Tidak perlu menunggu pengendara GO-JEK, bisa langsung mencari ojek pangkalan di luar.

d. Lebih flexibel dalam perubahan tempat tujuan, waktu penjemputan, dan lain-lain.

e. Merasa kasihan terhadap ojek pangkalan yang merasa lahan kerja mereka berkurang karena Go-Jek.

Dari poin b dan e hasil tersebut, ada indikasi terjadinya konflik antara GO-JEK dan ojek pangkalan. Terdapat hal yang menarik jika kita membandingkan masing-masing alasan dari responden yang memilih Go-Jek dan ojek pangkalan. Faktor harga

(5)

7

jika kita perhatikan muncul di kedua alasan diatas, dengan alasan harga yang sudah ditentukan/pas bagi Go-Jek dan alasan harga yang dapat di tawar bagi ojek pangkalan. Hal ini merupakan preferensi pribadi dari tiap-tiap pelanggan ojek. Ketika ada sebagian yang lebih memilih ojek konvensional/pangkalan karena harganya bisa di tawar, sebagian pelanggan lainnya memilih Go-Jek karena harganya yang sudah tetap dan jelas.

Sejak harga merupakan salah satu dari lima alasan utama mengapa pelanggan ojek menggunakan Go-Jek, pertanyaan baru terkait harga Go-Jek pun muncul. Tidak sedikit dari masyarakat yang bertanya-tanya tentang jumlah uang yang pengendara Go-Jek terima pada setiap transaksi. Mengingat bahwa Go-Go-Jek itu sendiri menyediakan applikasi dan sistem informasi yang bekerja sebagai perantara antara pengendara ojek dan pelanggan, aman peneliti mengasumsikan bahwa Go-Jek mendapatkan porposi yang lebih besar dibanding pengendara ojek. Setidaknya, peneliti mengganggap bagi hasil antara keduanya adalah seimbang. Tetapi, faktanya pengendara Go-Jek mendapatkan 80% dari hasil pembayaran pelanggan. Hal ini meninggalkan sisa sebesar 20% untuk perusahaan. Tidak hanya itu, pihak Go-Jek menawarkan insentif berupa bonus bagi pengendaranya yang berhasil mengantarkan minimal 10 pelanggan dalam satu hari.

Tidak sedikit dari publik yang bertanya-tanya bagaimana Go-Jek bisa mendapatkan keuntungannya, dan untuk bisa bertahan selama 5 tahun belakangan ini. Model bisnis Sharing Economy, merupakan konsep yang baru-baru ini populer dan bisa

(6)

8

membantu menjawab pertanyaan terkait Go-Jek. Sharing Economy itu sendiri adalah kegiatan yang berdasarkan peer-to-peer untuk mendapatkan, memberikan, atau berbagi akses ke barang dan jasa, yang terkoordinasi lewat pelayanan online berbasis komunitas (Hamari, Sjöklint, dan Ukkonen, 2015). Dengan merekrut pengendara ojek yang memiliki motor sendiri, Go-Jek tidak perlu khawatir dengan kos asset dan depresiasi dari asset itu sendiri. Go-Jek juga menurut keterangan Maulana Pandu sebagai Corporate Officer dari Go-Jek tidak menganggarkan dana untuk iklan. Mereka menyediakan jaket dan helm dengan corak hijau dan logo Go-Jek sebagai media iklan mereka ke masyarakat. Walaupun demikian, pemasukan utama Go-Jek tidak lain adalah dana investasi dari Venture Capital yang bisa mencapai milyaran Rupiah per tahunnya.

Hadirnya jasa ojek online berbasis aplikasi di Indonesia bukan berarti tidak menghadapi masalah. Walaupun menawarkan solusi baru yang inovatif terhadap permasalahan kemacetan di kota-kota besar, jasa ojek online berbasis aplikasi banyak ditentang oleh ojek konvensional atau ojek pangkalan. Dinilai merebut pelanggannya, ojek pangkalan pun mengambil tindakan dengan melarang pengendara ojek berbasis aplikasi untuk menjemput pelanggan di daerah tertentu. Bahkan tidak sedikit dari ojek pangkalan yang melakukan tindakan kekerasan – baik verbal maupun fisik – kepada pengendara ojek berbasis aplikasi yang ada di sekitar lingkungan pangkalan mereka.

(7)

9

Gambar 1.1 Ojek Online dilarang masuk di beberapa kawasan di Jakarta, salah satu contohnya Kalibata City

Gambar 1.2 Konflik antara Ojek Online dan ojek pangkalan bukan hanya sebatas perebutan wilayah, tetapi sampai menggunakan kekerasan fisik.

Perebutan pelanggan antara ojek pangkalan dan ojek online berbasis aplikasi ini meresahkan banyak pihak. Mulai dari pengendara ojek berbasis aplikasi yang menjadi korban secara langsung, pihak kepolisian yang harus berjaga lebih ketat lagi, sampai pelanggan dan masyarakat umum yang merasa tidak aman untuk menggunakan jasa ojek online berbasis aplikasi. Konflik antara ojek pangkalan dan ojek berbasis

(8)

10

aplikasi ini di dasari oleh pendapat ojek pangkalan yang merasa dirugikan oleh hadirnya ojek online berbasis aplikasi di Indonesia. Walau bagaimanapun belum diketahui kebenarannya bahwa GO-JEK, Grab Bike, Blu-Jek, Uber, dan ojek online berbasis aplikasi lainnya benar-benar mentargetkan segmentasi pelanggan yang sama dengan ojek pangkalan. Tidak sekedar sampai disitu, tetapi pertanyaan apakah ojek pangkalan dan ojek berbasis aplikasi benar-benar harus bersaing di segmentasi pelanggan yang sama pun ikut muncul. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap layanan ojek berbasis aplikasi.

Untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari permasalahan diatas, peneliti menggunakan Information System Success Model yang dikembangkan oleh William DeLone, dan Ephraim R. McLean pada tahun 2003. Model ini terumuskan dari hasil uji review literatur sebanyak kurang lebih 300 artikel serta jurnal internasional terkait dengan sistem informasi di antara tahun 1992 sampai 2003. Sistem Informasi itu sendiri menurut pandangan sistem informasi tradisional adalah perpaduan antara perangkat keras, perangkat lunak, data, orang, dan prosedur (Sliver et al., 1995) yang di operasikan untuk mengumpulkan data atau semacamnya. Aplikasi ojek online seperti GO-JEK merupakan salah satu jenis perangkat lunak yang termasuk dalam komponen sistem informasi.

Information System Success Model yang awalnya diperkenalkan pada tahun 1992 oleh William DeLone dan Ephraim R. McLean ini memiliki enam faktor yang mempengaruhi kesuksesan suatu sistem informasi, yaitu Kualitas Informasi, Kualitas

(9)

11

Sistem, Kualitas Pelayanan, niat untuk menggunakan/penggunaan, kepuasan pengguna, serta manfaat bersih. Permasalahan segmentasi antara ojek pangkalan dan ojek online berbasis aplikasi kemudian menuntut penelitian ini untuk bisa memberikan target kepada kedua jenis ojek secara spesifik dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dipaparkan diatas. Oleh karena itu, aspek demografis dari responden peneliti jadikan variabel moderator tambahan dalam model. Harapannya, penelitian ini dapat mengidentifikasi demografi – usia, tingkat pendidikan, serta jenis kelamin – dari segmen yang cocok untuk menjadi target bagi ojek pangkalan dan ojek online berbasis aplikasi.

Untuk memperjelas arah penelitian ini, peneliti melakukan wawancara umum terkait penggunaan jasa ojek online di Indonesia. Peneliti mewawancarai 3 responden dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Anda lebih memilih untuk menggunakan jasa ojek online atau konvensional? Mengapa?

2. Apa pendapat anda mengenai aplikasi jasa ojek berbasis online yang belakangan ini masuk di Indonesia?

Keempat responden yang di wawancarai merupakan pengguna jasa ojek, berusia lebih dari 18 tahun, dan berdomisili di kota yang sudah ada jasa ojek online. Hasil dari wawancara ketiga responden bervariasi dan menarik, yaitu:

(10)

12

1. Online, karena lebih mudah dan praktis digunakan. Bisa digunakan kapan aja, tidak susah cari ojek kalau memang sedang di tempat yang jarang ojek biasa. Harganya jauh lebih murah daripada ojek biasa yang kesepakatan harganya berdasarkan belas kasih.

2. Bagus sih karena memudahkan masyarakat dalam berpergian. Tapi kurang bagus karena ojek online yang sangat menjanjikan seakan mendesak masyarakat (yang pengangguran) jadi ojek juga dan mereka beli motor yang bisa menambah polusi dan macet. Apalagi sekarang ini kredit motor sangat mudah, jadi orang orang tidak berfikir dua kali untuk harus membeli motor dan bergabung dengan ojek online.

Responden 2, 21 tahun, pendidikan S1, pria:

1. Saya sih jelas lebih memilih ojek online, karena lebih praktis dan harganya jelas. Saya jadi tidak perlu mencari-cari tukang ojek dulu, dan bahkan tidak perlu bayar cash. Kalo ojek pangkalan kan harus menawar harga dulu, kadang harganya juga di tinggikan.

2. Menurut saya sangat membantu kebutuhan pelanggannya, selain praktis dan cepat kita juga bisa tau dimana driver ojek yang kita pesan serta nomor telepon nya. Apalagi belakangan ini juga aplikasi ojek memfasilitasi kita buat pesan makan, beli tiket konser, sampai pesan pemijit professional. Pokoknya sangat praktis dan memudahkan saya sebagai pelanggannya. Responden 3, 67 tahun, pendidikan S1, wanita:

(11)

13

1. Saya sudah sepuh, susah kalau pakai hp, tidak mengerti mengotak-atiknya. Mana tulisannya juga kecil, jadi saya harus pakai kaca mata buat bacanya. Jadinya saya lebih milih ojek pangkalan, toh tidak jauh-jauh juga ke pangkalan ojeknya.

2. Kelihatannya sih bagus, saya lihat di tv juga mereka kan pakai tukang ojek pangkalan, jadi memberdayakan gitu. Tapi tukang ojek pangkalan juga banyak yang tidak senang dan jadinya berantem. Nah itu saya juga bingung gimana, kasian sama tukang go-jek nya kan jadi bulan-bulanan.

Responden 4, 62 tahun, pendidikan D3, wanita:

1. Biasanya kalo saya dipesenin Gojek sama anak saya. Tadinya saya itu selalu naik ojek pangkalan, tapi karena harus jalan dulu buat nyari tukang ojeknya dan kadang kalo ditelepon juga mereka sedang mengantar penumpang, jadinya anak saya menyuruh saya sama Go-jek aja. Katanya biar dia juga bisa tau saya sudah sampai atau belum atau lewat jalan mana, saya sendiri kurang mengerti hahaha. Tapi kalau disuruh pesen sendiri, saya juga memilih ojek online. Soalnya kaki saya sudah tidak kuat lagi kalau harus jalan kedepan komplek untuk pesan ojek pangkalan. Harga ojek pangkalan juga se-enaknya mereka saja, walau biasanya 15rb tapi kadang-kadang juga bisa jadi 25rb. Kalau pake Gojek kan enak, udah tau pasti berapa harganya sebelum pesan.

(12)

14

2. Wah saya sendiri sih jujur saja tidak mengerti pakai yang begitu-begituan. Pokoknya kalo saya mau kemana-mana yang memesan itu anak saya, saya mah terima jadi saja hahaha. Tapi kata anak saya sih dia bisa tahu saya udah sampai mana waktu dijalan, jadi kayaknya bagus-bagus saja.

Dari hasil wawancara terkait jasa ojek online diatas, terlihat bahwa responden yang berumur lebih tua memiliki kendala dalam mengoperasikan aplikasi ojek online (dalam konteks ini Go-jek). Di lain pihak, kedua responden yang jauh lebih muda – berusia 19 dan 21 tahun – merasa bahwa sistem pemesanan ojek online lewat aplikasi praktis. Walaupun demikian, dari keempat responden wawancara hanya satu responden saja yang lebih memilih ojek pangkalan dibandingkan ojek online. Responden yang lebih memilih ojek pangkalan mengeluhkan ketidak mampuannya dalam mengatur dan “mengotak-atik” aplikasi ojek online.

Dua dari tiga responden wanita wawancara diatas, mendapati kesulitan dalam memesan ojek online lewat aplikasi. Salah satu diantaranya bahkan mengaku bahwa anaknya lah yang melakukan pemesan ojek online setiap kali dia bepergian. Satu-satunya responden pria dalam wawancara diatas tidak mengalami kesulitan dalam pengoperasian aplikasi ojek online, dan menganggap jasa ojek online “sangat praktis”. Responden pria ini juga satu-satunya responden yang menyebutkan jasa lainnya yang ditawarkan perusahaan ojek online seperti pemesanan makanan, tiket konser, dan pemijit professional.

(13)

15

Mayoritas tingkat pendidikan dari responden wawancara diatas adalah sarjana 1 (S1), yaitu sebanyak tiga orang. Dari ketiga responden yang memiliki tingkat pendidikan yang sama itu, dua diantaranya menyinggung masalah yang muncul terkait hadirnya ojek online di Indonesia. Saat salah satunya mengetahui bahwa ada kekerasan yang banyak dilakukan oleh ojek pangkalan, satu responden lainnya mencermati permasalahan kemacetan dan polusi yang berpotensi meningkat karena hadirnya ojek online.

1.2 Rumusah Masalah

Jasa ojek sudah dikenal di Indonesia selama kurang lebih 40 tahun. Selama puluhan tahun tersebut, jasa ojek yang ditawarkan sudah mengalami banyak perubahan. Salah satu perubahan yang paling drastis dari ojek lahir dari perusahaan GO-JEK. Perusahaan Go-jek itu sendiri merupakan lini bisnis baru yang menawarkan produk atau jasa baru yang inovatif. Dalam menawarkan jasa ojek, perusahaan startup di Indonesia menjembatani hubungan antara pengendara ojek dan pelanggan lewat aplikasi smartphone. Walaupun sukses dalam menawarkan jasa ojek yang inovatif kepada pelanggan, ojek online berbasis aplikasi menghadapi masalah dengan pengendara ojek konvensional. Ojek konvensional – atau sering disebut ojek pangkalan – mengaku berkurang pendapatannya sejak hadirnya GO-JEK di Indonesia.

Studi terdahulu mengidentifikasi bahwa penggunaan suatu sistem informasi – seperti GO-JEK, Grab Bike, Uber, dan lain-lain – dipengaruhi oleh enam aspek/faktor, yaitu kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas pelayanan, niat untuk

(14)

16

menggunakan/penggunaan, kepuasan pengguna, serta manfaat bersih (DeLone dan McLean, 2003). Penelitian ini menggunakan Information System Succes Model yang dimodifikasi dengan menambahkan variabel moderator, yaitu faktor demografi berupa usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin di tambahkan dalam model penelitian ini.

1.3 Pertanyaan Riset

1. Apakah Kualitas Informasi memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna?

2. Apakah Kualitas Sistem memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna?

3. Apakah Kualitas Pelayanan memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna?

4. Apakah Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna?

5. Apakah Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna?

6. Apakah Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna?

7. Apakah Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna?

(15)

17

8. Apakah Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna?

9. Apakah Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna?

10.Apakah jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna?

11.Apakah jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna?

12.Apakah jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna?

13.Apakah Kepuasan Pengguna memiliki efek positif terhadap Niat untuk Menggunakan Kembali?

1.4 Tujuan Riset

Peneliti bermaksud untuk dapat memberikan solusi terhadap permasalahan antara ojek online berbasis aplikasi dan ojek konvensional/pangkalan. Dengan menganalisisa segmentasi pelanggan dari ojek berbasis aplikasi dan ojek pangkalan, harapannya perselisihan antar keduanya dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membuktikan bahwa Kualitas Informasi memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna.

(16)

18

2. Membuktikan bahwa Kualitas Sistem memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna.

3. Membuktikan bahwa Kualitas Pelayanan memiliki efek positif terhadap Kepuasan Pengguna.

4. Membuktikan bahwa Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna.

5. Membuktikan bahwa Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna.

6. Membuktikan bahwa Usia memoderasi secara negatif hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna.

7. Membuktikan bahwa Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna.

8. Membuktikan bahwa Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna.

9. Membuktikan bahwa Tingkat Pendidikan memoderasi secara positif hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna.

10.Membuktikan bahwa jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna.

11.Membuktikan bahwa jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna.

12.Membuktikan bahwa jenis kelamin memoderasi hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna.

(17)

19

13.Membuktikan bahwa Kepuasan Pengguna memiliki efek positif terhadap Niat untuk Menggunakan Kembali.

1.5 Lingkup Riset

1.5.1 Model Riset

Model penelitian ini menggunakan model kesuksesan sistem informasi oleh William DeLone, dan Ephraim R. McLean pada tahun 2003. Bagaimanapun, peneliti melakukan beberapa penyesuaian terhadap model, dengan mengadaptasi model dari Theory of Reasoned-Action oleh Fishbein dan Ajzen (1975).

1.5.2 Subyek Riset

Subyek dari penelitian ini adalah pelanggan ojek (baik ojek konvensional maupun berbasis online) yang berada di Jabodetabek, Bandung, dan DI Yogyakarta yang berusia lebih dari sama dengan 18 tahun dan setidaknya pernah menggunakan jasa ojek online.

1.5.3 Lokasi Riset

Lokasi penelitian ini adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Bandung, dan Yogyakarta. Kota kota tersebut dipilih karena tersedianya jasa ojek online, serta banyaknya kasus konflik antara Gojek dan ojek pangkalan.

(18)

20

1.5.4 Waktu Riset

Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016, sementara pengolahan serta analisa data dilakukan pada bulan November dan Desember tahun 2016 dan memakan waktu total selama kurang lebih 10 minggu.

1.5.5 Kontribusi Riset

Penelitian ini menghasilkan analisis segmentasi yang baik untuk ojek online berbasis aplikasi serta ojek pangkalan. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan antara ojek online berbasis aplikasi dan ojek konvensional/pangkalan. Penelitian ini juga dapat membantu kita untuk memahami jasa ojek online dengan lebih baik.

Gambar

Gambar 1.2 Konflik antara Ojek Online dan ojek pangkalan bukan hanya sebatas  perebutan wilayah, tetapi sampai menggunakan kekerasan fisik

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik dimana fasilitas- fasilitas produksi akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan pengelompokannya

Berdasarkan hasil validasi, media pembelajaran yang dibuat sangat layak digunakan karena memperoleh rerata skor media 91 dan skor rata-rata materi 84,5.Kelayakan

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Jadi, média Pangajaran Basa jeung Sastra Sunda, nyaéta média nu digunakeun dina Pangajaran Basa jeung Sastra Sunda, anu ngawéngku alat bantu guru dina ngajar

Sasaran 1: Tersedianya dokumen hasil perencanaan pembangunan melalui penyelenggaraan Musrenbang, yang ditunjang dengan pelaksanaan 1 (satu) Program: 1. Program

Pasar Ekuitas Tenggelamkan Minyak Minyak anjlok ke level terendah dalam 3- bulan di New York seiring laporan laba perusahaan tidak sesuai perkiraan analis, data

Satu rangkap berkas (poin a sampai j) dimasukkan ke dalam map (warna biru untuk S1 / D.IV dan warna merah untuk D.III) sesuai urutan di atas dengan menuliskan nama