• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kewenangan Pemerintahan Aceh berdasarkan Pasal 16

Undang-Undang

Nomor

11

Tahun

2006

tentang

Pemerintahan

Aceh

adalah

menyelenggarakan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.

Oleh karena itu, pemerintah Aceh berupaya untuk melaksanakan kewenangan

tersebut dengan menyusun Rancangan Qanun Aceh tentang Penanaman Modal.

Rancangan ini telah disiapkan oleh Pemerintah Aceh, dan telah pula dilakukan

konsultasi public.

Salah satu tahapan dan ini merupakan suatu kewajiban dalam rangka

penyusunan rancangan Qanun Aceh adalah melakukan penyusunan naskah

akademik/kajian akademik. Kewajiban ini ditegaskan di dalam Pasal 12 ayat (1)

Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun, yang

menyatakan bahwa suatu rancangan qanun Aceh harus disertai dengan naskah

akademik/kajian akademik, oleh sebab itu kajian akademik merupakan salah satu

syarat dalam proses pembentukan dari rancangan Qanun Aceh.

Berdasarkan hal ini, maka kajian akademik merupakan bahagian yang tidak

terpisahkan dari naskah rancangan qanun. Dengan demikian, pembahasan

rancangan qanun di legislatif akan mengacu pula kepada kajian akademik. Oleh

sebab itu kajian akademik ini menjadi penting dan mempunyai nilai yuiridis.

B. Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai

Kajian akademis dilakukan untuk mengkaji atas rancangan qanun Aceh

tentang Penananaman Modal dari sudut pandang akademik baik ditinjau dari segi

filosofis, yuridis, dan Sosiologis. Dengan adanya kajian akademik ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan arahan untuk menciptakan harmonisasi dan

sinkronisasi Rancangan Qanun Aceh tentang Penanaman Modal ini dengan

peraturan perundang-undangan lain yang berlaku di Aceh.

C. Metode Pendekatan

Untuk penyusunan kajian akademik Rancangan Qanun Aceh tentang

Penanaman Modal ini dilakukan penelusuran berbagai aturan hukum dan telaah

(2)

2

undangan. Selain itu juga dilakukan beberapa diskusi akademik dengan para pakar

atau akademisi, yang dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dan aspirasi dari

segi akademis atas rancangan qanun ini. Hal ini dilakukan untuk memenuhi harapan

Pasal 12 ayat (4) Qanun

Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pembentukan Qanun.

D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara

(Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 1103);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3263), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264),

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18

Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3611);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4279);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817);

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternative

Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomo);

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4279);

(3)

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4548);

11.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

12.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran

Negara Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633);

13.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran

Negara Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4724);

14.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indoenesia Nomor 4724)

15.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1986 tentang Jangka Waktu Izin

Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986

Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3335), sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1993 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3515);

16.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam

Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 28), sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2001 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4162);

17.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3718);

(4)

4

18. Peraturan Presisden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007 Tentang

Kriterian dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang

Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

19.Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang

Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal.

20.Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun

(Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03,

Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03).

21.Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan organisasi dan tata kerja

Dinas, lembaga teknis daerah, dan lembaga daerah provinsi nanggroe aceh

Darussalam (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor

05, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor

05).

(5)

BAB II

LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DAN SOSIOLOGIS

Pasal 33 UUD 1945 menyatakan:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi.

(5) ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang.

Ketentuan di dalam Pasal 33 UUD 1945 tersebut pada dasarnya negara

Indonesia ingin mewujudkan negara kesejahteraan atau

welfare state.

Dalam garis

besar, negara kesejahteraan merujuk pada sebuah model ideal pembangunan yng

difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih

penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial secara universal dan

komprehensive kepada warganya. Spiker menyatakan bahwa Negara Kesejahteraan

adalah ”...

stands for a developed ideas in which welfare is provided

comprehensively by the state best possible standars”

1

.

Dalam hal ini, konsep negaa

kesejahteraan berfokus kepada

social welfare

dan

economic development

yang

disebut juga

antithetical nations.

2

Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep

pembangunan

kesejahteraan sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga

yang ditujukan untuk meningkatkan standard dan kualitas kehidupan manusia. Oleh

karena itu, dengan berlandaskan pada Pasal 33 UUD 1945, mengisyaratkan adanya

upaya membangun secara struktural melalui tindakan nyata dan ini menjadi tugas

negara.

3

Pasal 17 ayat (1) huruf (i) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh menyebutkan bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi

kewenangan dari Pemerintahan Kabupaten/Kota adalah fasilitasi pengembangan

koperasi, usaha kecil, dan menengah.

1

Paul Spicker, Social Policy: Themes and Approaches, London, 1995, hal. 82.

2James Midgley, Growth, Redistribution and welfare, Toward Social Invesment, 2003.

(6)

6

Faslitasi dimaksudkan adalah sebagai upaya pembangunan ekonomi

bagi

peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat..

Negara berkembang seperti

Indonesia perlu memacu perbaikan kesejahteraan dengan meningkatkan kegiatan

usaha yang produktif oleh masyarakat. Perbaikan kesejahteraan memerlukan

pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan yang pada dasarnya bersumber dari

permodalan dan perbaikan produktivitas dalam ekonomi masyarakat.

Kendala yang dialami oleh masyarakat dalam memasuki kegiatan usaha selain

faktor tidak dimiliki sikap kewiswastaan yang dimiliki oleh

masyarakat, juga

mengalami kesulitan permodalan. Masyarakat yang memulai kegiatan usaha

mengalami kesulitan untuk mendapat permodalan dari lembaga perbankan karena

tidak ketersediaan jaminan (coleteral).

Untuk itu, pemerintah daerah

mengantisipasinya dengan memberikan

bantuan permodalan kepada masyarakat yang melakukan kegiatan usaha dengan

sistem bergulir. Pemberian permodalan itu harus dilakukan secara transparans, dapat

dipertanggung jawabkan, serta menjunjung prinsip keadilan dan pemerataan bagi

seluruh anggota masyarakat.

Pemberian permodalan kepada masyarakat harus didasarkan pada suatu

legalitas yang memungkinkan pemerintah daerah memakai keuangan daerah untuk

membantu permodalan bagi masyarakat. Bantuan permodalan tersebut bukanlah

santunan sehingga bantuan tersebut harus dikembalikan. Proses pemberian dan

pengembalian dari modal usaha tersebut harus diatur secara jelas sehingga

penggunaan keuangan daerah tersebut tepat sasaran dan terhindar dari praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme.

(7)

BAB III

ANALISIS ATAS BATANG TUBUH RANCANGAN QANUN

A. Pertimbangan dan Landasan Hukum

Salah satu pertimbangan penting di dalam penyusunan Qanun Aceh

tentang Penanaman Modal adalah adanya otonomi khusus yang diberikan

kepada Aceh, termasuk dalam kaitannya dengan penanaman modal

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh. Oleh karena itu, penyusunan qanun hendaknya dapat

menampung dan mengimplementasikan lebih lanjut secara khusus semua

kewenangan Pemerintah Aceh dalam bidang penanaman modal dimaksud.

Dengan demikian kepentingan daerah akan dapat ditampung dan

diimplementasikan melalui qanun tersebut.

Untuk itu, secara umum, nantinya qanun ini akan memiliki titik-titik

perbedaannya dengan pengaturan penanaman modal di daerah lainnya di

Indonesia, yang tidak memiliki status otonomi khusus seperti Aceh.

Dibandingkan dengan PERDA atau peraturan perundang-undangan lain di

bidang penananaman modal di daerah lainnya. Melalui kewenangan

pemerintahan Aceh demikian penyesuaian qanun di sini hendaknya akan lebih

maju dalam upaya meningkatkan penanaman modal di Aceh.

Perimbangan lainnya dalam penyusunan qanun ini adalah perlu

menampung perkembangan terbaru sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan peraturan

perundangan pelaksanaannya. Banyak hal baru yang diatur di dalam produk

legislatif dimaksud. Untuk itu, akan terdapat konsistensi dan sinkronisasi

dengan kepentingan nasional yang diatur di dalam Undang-Undang

Pemerintahan Aceh, pengaturan penanaman modal di Aceh memiliki

persamaan-persamaannya dengan daerah lain di Indonesia.

Selain, yang tidak kalah pentngnya, qanun penanaman modal harus

dapat menampung kepentingan penanaman modal (investor). Untuk itu, perlu

diketahui apa saja yang menarik investor untuk menanamkan modalnya di

Aceh. Salah satunya yang dapat dilakukan adalah menyediakan fasilitas

(insentif) penanaman modal kepada para investor. Secara nasional

menyangkut fasilitas penanaman modal untuk mendorong investor

menanamkan modalnya di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tinggal lagi mencari bentuk

fasilitas tambahan yang dapat diberikan Pemerintah Aceh, sehingga nantinya

cukup alasan bagi investor untuk memilih Aceh sebagai tempat investasi

daripada memilih daerah lainnya di Indonesia dan/atau luar negeri. Di samping

(8)

8

menambah fasilitas tentunya juga dikurangi dan dihilangkan hal-hal yang

dapat mengurangi minat investor untuk menanamkan modal di Aceh.

B. Perizinan

Pemberian layanan terpadu satu pintu sudah tepat karena akan

memperpendek birokrasi yang panjang dalam proses penyelesaian perizinan

misalnya apakah paling lambat penyelesaian dalam waktu 1, 2, atau 3

minggu?. Di samping itu, perlu juga adanya pelimpahan wewenang kepada

petugas di layanan terpadu satu pintu untuk dapat menyelesaikan proses

perizinan tanpa harus terlalu banyak mendatangi meja pejabat yang lain yang

dapat memperlambat proses penyelesaian. Hal lain yang perlu mendapatkan

pengaturan adalah pembagian kewenangan perizinan antara pemerintah

provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota.

Menyangkut jangka waktu penyelesaian perizinan, pelimpahan

wewenang yang cukup kepada petugas layanan terpadu satu pintu dan

pembagian kewenangan pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota dapat

diatur lebih lanjut di dalam keputusan gubernur.

C. Komisi Pemantauan Pelayanan Penanaman Modal

Keberadaan Komisi Pemantauan Pelayanan Modal juga sebagaimana

diatur dalam Pasal 24 Rancangan Qanun adalah penting. Dengan adanya

lembaga ini berbagai permasalahan yang dihadapi investor di lapangan akan

dapat dipantau melalui pengaduan yang masuk, dan persoalan yang dihadapi

akan dapat diselesaikan secara cepat.Adanya keterlambatan penyelesaian

proses perizinan melebih jangka waktu yang ditetapkan, dan adanya praktik

kolusi, korupsi, dan neptisme akan dapat diketahui melalui pengaduan oleh

investor yang mengalami hambatan tersebut. Untuk itu, perlu pengaturan

lebih lanjut di dalam keputusan gubernur tentang pemilihan orang yang tepat

beserta tugas dan tanggung jawabnya secara lebih detail.

D. Ketenagakerjaan

Pengutamaan tenaga kerja WNI yang berdomisili di Aceh sebagaimana

diatur Pasal 8 Rancangan Qanun sudah tepat. Demikian juga kewajiban

pelatihan dan alih teknologi yang perlu diatur lebih lanjut adalah bagaimana

metode pelatihan dan alih teknologi. Demikian juga apakah perlu diberikan

(9)

insentif khusus kepada perusahaan yang melakukan pelatihan dan alih

teknologi tersebut. Perlu juga diatur peranan pemerintah dalam alih teknologi

tersebut. Misalnya pemerintah dapat membntu atau bekerja sama dengan

investor dalam pemenuhan tenaga kerja, pelatihan dan alih teknologi.

E. Fasilitas Perpajakan

Perlu diatur jenis-jenis fasilitas perpajakan yang dapat diberikan oleh

Pemerintah Aceh. Kepada investor dapat diberikan kebebasan sampa dengan

jangka waktu terentu dan/atau pengurangan besarnya tarif pajak dan retribusi

daerah yang dapat diatur dalam Keputusan Gubernur.

(10)

10

BAB IV

REKOMENDASI

Disarankan kepada perancang qanun dalam berbagai tingkat pembahasannya untuk

tetap konsisten merujuk Undang tentang Pemerintahan Aceh dan

Undang-Undang Penanaman Modal di dalam merumuskan qanun ini. Dalam kerangka itu

dirumuskan fasilitas tambahan dan ketentuan khusus lainnya sepanjang

dimungkinkan untuk menjadikan Aceh tempat yang menarik bagi PMA dan PMDN.

Qanun ini hendaknya menjadi infrastruktur hukum yang menunjang pembangunan

ekonomi Aceh melalui kegiatan penanaman modal.

Banda Aceh, 18 Mei 2008.

Tim Pengkaji:

(1) Teuku Ahmad Yani, S.H.,.Hum.

(

)

(2) Yusri, S.H., M.H.

(

)

(3) Sanusi Bintang, S.H., M.LIS, LLM.

(

)

(4) T. Haflisyah, S.H., M.H.

(

)

Mengetahui:

Ketua Pusat Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Syiah Kuala

Teuku Ahmad Yani, S.H., M.Hum.

NIP. 131 918 707

(11)
(12)

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd

fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert

yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz

xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty

NOTULEN

TANGGAL 14 MEI 2012

RAPAT BADAN LEGISLASI DPR ACEH

DENGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM

DLL TENTANG

PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN

2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

(13)

N O T U L E N

RAPAT BADAN LEGISLASI DENGAN TIM LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) BANDA ACEH DAN TIM LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM)

TENTANG PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

SENIN, 14 MEI 2012

Rapat ke : Ist Sifat :

-Dengan : Pimpinan dan Anggota Banleg dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh dan lain-lain

Hari/Tanggal : Senin/ 14 Mei 2012 Pukul : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Ruang Serba Guna Sekretariat DPRA Pimpinan Rapat : Tgk. M. Harun, S. Sos

Acara : Rapat Badan Legislasi DPRA dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh tentang Perubahan Qanun Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal.

Hadir Anggota Banleg :

Tgk. M. Harun, S.Sos; Tgk. H. Abdullah Saleh, SH; Drs.H.Adnan Beuransah; Erly Hasyim, SH,S.Ag; H.M. Sidik Fahmi, SH,MH; Moharriadi, ST; Jemarin, S.Pdi; Drs. Safwan Yusuf;

Izin Anggota Banleg :

Nasruddinsyah,SH; Hj.Nurlelawati, S.Ag; Drh.Nuraini Maida; Fauzi, SH, Ermiadi Abdul Rahman, ST; Ir.Jufri Hasanuddin, SH,MH; Muhibbussubri, S.Ag; Ir.Mawardi Ali

Tenaga Ahli : H. Burhanuddin, SH, MH

Sekretariat DPRA : Mahyar, SH,M.Hum; Jamahur; Said Safrizal,ST; M. Nasir, SE; Mulyana,A.Md; Rita Afrianti, A.Md

Lembaga Bantuan Hukum LBH dll:

Syahminan Zakaria; M. Alhamda; Rusliadi; Agus Halim Wardhana; Musrizal Syahputra; Cut Risma Aini; Destika Gilang Lestari; Hospinozal Sabri; Hendra Saputra; Devi Faradilla; Hanim Ferizal; Evi Zain; Yusriadi; Muhajir; Ferdian; Juli Saidi; Deni Setiawan. (Absen

terlampir).

I. PENDAHULUAN Tgk. M. Harun, S.Sos

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur Kehadirat Allah, selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, hari ini kita bersama dengan Tim Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Dalam hal ini saudara kita pernah membantu perjuangan kita. Selanjutnya kepada Tgk. H. Abdullah Saleh, SH agar dapat memandu acara penyiapan dan pembahasan draft ini.

II. R A P A T

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

(14)

3

selaku tenaga ahli Badan Legislasi. Hari ini kita akan finalisasi. Selanjutnya akan menjadi usul inisiator Badan Legislasi sehingga pimpinan bisa menetapkan paripurna khusus. Nanti pada saat pembahasan bersama Eksekutif bisa kita sisir kembali pasal per pasal. Mari kita sisir langsung dari awal, sehingga nanti bisa kita jadikan draft awal.

Pagi ini kita sisir raqan Penanaman Modal. Nanti siang baru kita sisir raqan KKR. 1) Revisi qanun nomor 5 tahun 2009 tentang penanaman modal.

Konsideran Menimbang:

- Konsideran menimbang huruf adiubahdengan memasukkan sesuai dengan qanun nomor 5 tahun 2011 mengenai MoU Helsinki sbb:

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (Memorandum of Understanding

Between The Government of Republic of Indonesia And The Free Aceh

Movement Helsinki 15 Agustus 2005), Pemerintah Republik Indonesia dan

Gerakan Aceh Merdeka menegaskan komitmen mereka untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua, dan para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga Pemerintahan Rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;

- Huruf a lama menjadi huruf b dengan menambahkan frase ”sosial budaya dan

kearifan lokal”.

- Huruf d dengan menambahkan frase ”serta memperhatikan kelangsungan

kehidupan usaha masyarakat lokal”.

Tim LBH / LSM :

- Penambahan : dalam rangka”pemenuhan hak individu masyarakat Aceh”....

- Penambahan tersebut pada akhir huruf c atau penambahan huruf baru yakni huruf d baru sbb:

” disamping itu qanun ini juga dalam rangka memenuhi hak ekonomi, sosial dan budaya”

”dalam rangka pemenuhan hak sosial ekonomi dan budaya bagi setiap individu masyarakat Aceh sehingga perlu membentuk peratuan penyelenggaraan penanaman modal yang bersifat adil dan menguntungkan semua pihak”.

H. Burhanuddin, SH, MH

- Kalimat tersebut ditempatkan saja pada huruf c setelah kata penanaman modal di Aceh.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- substansifnya sudah hampir sama kita pahami tapi bagaimana kita memasukkan substantif ini dalam kalimat atau huruf di atas.

H. Burhanuddin, SH, MH

- Ditambah : memberi kepastian pemenuhan hak ekonomi sosial dan budaya bagi

setiap individu dan masyarakat Aceh.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Apa perlu kita pisahkan individu dan masyarakat atau kita cukupkan dengan kata individu ?

(15)

Tgk. M. Harun, S.Sos

- Kata masyarakat kita ganti dengan kata”Rakyat”

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- baik kita terima usul Tgk. M. Harun.

Drs. Adnan Beuransyah

- Mana lebih bagus kita buat bagi rakyat Aceh saja. Jadi kata”setiap”kita hilangkan.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Baik kita terima usul Tgk. Adnan.

- Kita sepakati dulu konsideran menimbang. Nanti waktu pembahasan dengan Eksekutif kita sempurnakan kembali.

Konsideran Mengingat : Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita masuk konsideran mengingat

Tim LBH

- UU Nomor 11 tahun 2005 kita masukkan saja

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Menyesuaikan dengan Qanun Tata Cara Pembentukan Qanun, selanjutnya dengan penambahan agar memuat UU Nomor 11 tahun 2005 tentang pengesahan

konvenan internasional hak ekonomi, sosial dan budaya.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Kita lanjutkan ke ketentuan umum : kita pending, kita lanjutkan ke batang tubuh.

BAB II ASAS DAN TUJUAN Drs. Adnan Beuransyah

- Pasal 2 huruf e asal negara harus kita perhatikan, jangan nanti orang Israelpun bisa buka usaha disini.

Burhanuddin, SH, M.Hum

- Huruf e saya sependapat dengan pak Abdullah. Harus kita lihat asal negara.

Usul Tim LBH

- Bisakah ditambah asas ”perlakuan yang sama dan tidak membedakan jenis

kelamin”

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita terima usul LBH

- Kita tambah satu huruf, setelah huruf e yakni huruf f baru sbb: Huruf f. ”kesetaraan gender”.

(16)

5

Usul LBH

- Asas itu harus jelas, sehingga ada kepastian. Jadi kami usulkan untuk kita masukkan mengenai kesetaraan gender ini.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kalau bisa kita juga memasukkan asas keislaman. Sehingga investasi di Aceh tidak melanggar syariat Islam. Dalam raqan KKR juga ada kita masukkan asas keislaman.

- Jadi pada huruf a kita tambahkan dengan asas keislaman.

LSM :

- Bukankah sudah ada qanun tentang Syariat Islam? Jadi apakah tidak cukup disana saja asas keislaman?

Burhanuudin, SH,M.Hum

- Ini karena masalah genderpun kan sudah ada qanun tersendiri. Jadi makanya muncul masalah ini.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita akomodir saja sementaraAsas Keislamanini.

- Kita lanjutkan ke ayat (2).

- Kita tambah tujuan penyelenggaraan penanaman modal dengan penambahan satu huruf baru yakni huruf b baru sbb:

Huruf b: ”mengupayakan pemenuhan hak ekonomi sosial budaya rakyat Aceh.

- Katapotensikita hilangkan pada huruf f.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita lanjut ke Pasal 3

- Pada ayat (2) huruf c kata ”mikro” kitahapussaja.

- Arah dan sasaran qanun ini penjabarannya dari UUPA. ( Pasal 7, pengelolaan SDA dan juga tentang kewenangan PA selain 6 kewenangan pemerintah pusat).

Tim LBH :

Jangan sampai terulang kejadian PP/UU tentang penanaman modal dimana investor asing menggerogoti usaha BUMN/milik pemerintah. Qanun ini jangan sampai terjadi hal yang sama di Aceh. Makanya harus ada sektor-sektor strategis yang tidak boleh diberikan kepada pihak investor asing.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kongkritnya bahasa/redaksinya bagaimana kita muat disini?

Tim LBH :

Nanti waktu pembahasan bersama nantinya kita ingat bersama untuk kita masukkan.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Baik, kita terima saran dari LBH.

- Buat catatan di poin a tadi sbb:

(17)

Drs. AdnanBeuransyah

Seharusnya pemerintah Aceh/pemerintah kabupaten kota menyediakan peruntukan lahan untuk investor sehingga tidak mengambil lahan masyarakat.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Kita akan lihat dalam substansi selanjutnya.

H. Burhanuddin, SH, MH

Saya setuju dengan pendapat Tgk. Adnan, sehingga adanya MoU antara inventor dengan pemerintah kab/kota yang mana tidak mengambil lahan/tanah milik rakyat di Aceh.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Baik kita tampung usulan tersebut, konkritnya mari kita masukkan:

- Kalau kita hubungkan dengan ayat (3) nya, aspek usul Tgk. Adnan tadi bisa kita masukkan disini.

Drs. Adnan Beuransyah

- Tanah tersebut tidak boleh diperjualbelikan dan tanah tersebut bisa menjadi saham untuk masyarakat apabila lahan mereka dipakai oleh investor.

Tim LBH :

- Dalam qanun tata ruang bisa kita masukkan saran dari Tgk. Adnan.

H. Burhanuddin, SH, MH

- Saya pikir lebih baik dibuat ayat baru mengenai lahan/tanah masyarakat ini.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Buat catatan saja di bawah ayat (3) tentang kebijakan peruntukan lahan masyarakat terkait investasi di Aceh.

- Kita lanjut ke BAB IV.

BAB IV PERLAKUAN TERHADAP PENANAM MODAL Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Pasal 4 ayat (1) disempurnakan sbb:

” Pemerintah Aceh dan pemerintah kab/kota memberikan perlakuan yang sama

kepada semua penanam modal baik lokal, nasional maupun asing yang

melakukan kegiatan usaha di Aceh sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

- Ayat 2 dihapus.

Tim LBH :

- Ayat (3) Hak-hak keperdataan bagi penanam modal sudah tercantum, perlu kita tambah hak-hak keperdataan bagi masyarakat.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Jaminan untuk investor satu sisi dilindungi tapi seharusnya memang jaminan untuk masyarakat juga dilindungi.

(18)

7

H. Burhanuddin, SH. MH

- Saya setuju dimasukkan perlindungan hukum yang sama tentang hak-hak perdata untuk masyarakat.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Apa kita gabung pengaturan kedua masalah ini dalam satu ayat? Atau kita buat rumusan tersendiri?

H. Burhanuddin, SH. MH

- Saya menyarankan di ayat (3) untuk kita buat rumusan ini.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Coba ditulis usul pak Burhanuddin tadi yakni dengan menambahkan hak-hak perdata masyarakat.

LBH :

- Misalnya ada satu pemodal yang mendapatkan HGU yang melakukan pembakaran lahan. Apakah qanun ini bisa mencegah atau memberikan sanksi administratif kepada investor tsb?

H. Burhanuddin, SH, MH

- Ayat (3) kalimat ”penyerobotan, pendudukan, perampasan dan tindakan anarkis” ini lebih baik kita ganti dengan kalimat ”tindakan melawan hukum”.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Dalam hal ini kita harus mampu rumuskan antara 2 kepentingan tsb, yakni kepentingan investor dan kepentingan masyarakat, sehingga kedua kepentingan ini bisa berimbang.

H. Burhanuddin, SH. MH

- Saya sarankan seluruh usul dari LBH kita buat catatan.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Buat catatan: usulan sementara ayat (3) ini dihilangkan. Alasannya karena ada kekhawatiran pemerintah akan menggunakan segala kekuatan akan memberikan perlindungan yang berlebihan untuk melindungi aset tersebut.

- Kita lanjut ke Pasal 5

Ayat (1) kalimat Undang-undang diganti dengan kalimat ”dengan alasan yang sah

menurut peraturan perundang-undangan”

- Ayat (2) kata kompensasi ini harus disempurnakan sbb:

”memberikan kompensasi sesuai dengan jumlah yang disepakati”.

- Ayat (3) kita ganti lain menjadi:

”Dalam hal pemerintah Aceh atau pemerintah kabupaten/kota menyepakati untuk memberi kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dari DPRA/DPRK”.

(19)

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Ayat (1) pengalihan aset kepada pihak lain oleh penanam modal, harus ditambah redaksi dengan ”memberitahukan kepada Pemerintah Aceh dan tidak merugikan

Aceh”.

Jadi disini kita tambah satu ayat lagi yakni ayat (2) baru; Ayat (2) baru sebagai berikut:

”Pengalihan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberitahukan dan mendapat persetujuan dari Pemerintah Aceh/kabupaten/kota”.

- Ayat (3) disempurnakan menjadi: ”Pengecualian aset sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan aset yang ditetapkan oleh Undang-undang sebagai aset yang dikuasai oleh negara”.

- Ayat (4) kata transfer dan repatriasi harus ada penjelasan yang jelas dan akan kita tanya pada para pakar di saat pembahasan bersama nanti.

- Ayat (5) huruf b kata daerah diganti menjadi Aceh/kabupaten/kota.

Drs. Adnan Beuransyah

- Ayat (6) huruf a ”menguasai saham mayoritas”, maksudnya bagaimana ?

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Ayat (6) huruf a ”menguasai saham mayoritas”, ini perlu kita telaah kembali dengan melibatkan para pakar.

- Pasal 7 ayat (3) dikembangkan menjadi 2 ayat sehingga ada ayat (4) baru sbb:

”Penanam modal dalam negeri dan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dibentuk setelah Qanun ini disahkan harus berkedudukan di Aceh”.

BAB VI KETENAGAKERJAAN

- Pasal 8 ayat (4) pada akhir kalimat bahwa akan diatur dengan pergub, namun harus kita lihat juga qanun tentang tenaga kerja.

- Pasal 8 ayat (3) harus dicantumkan masa alih teknologi ”paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

- Catatan: qanun/pergub harus memuat larangan outsourcing (tenaga kerja kontrak perahan).

- Pasal 10 ayat (1) usaha”mikro” dihapus.

- Pasal 10 ayat (2) kata ”koperasi syariah” dihapus, diganti dengan ”lembaga

ekonomi syariah”.

- Pasal 10 ditambah satu ayat baru yakni ayat (4) sebagai berikut:

”untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penanam modal berkewajiban membantu pemerintah aceh/kabupaten/kota”.

BAB VIII HAK, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENANAM MODAL.

- Pasal 11 ayat (1) huruf c kata murah diganti dengan kata mudah dan pada akhir kalimat ditambah kataefisien.

- Pasal 12 ayat (1) huruf a ditambah kata ”disclosure” dan kalimat ”keterbukaan informasi kepada masyarakat. Pada huruf b diakhir kalimat ditambah redaksi ”coorporate social responsibility (CSR) yang pelaksanaannya diserahkan

pada pihak ketiga yang mendapat persetujuan dari pemerintah Aceh/pemerintah kabupaten/kota”.

(20)

9

- Sesudah huruf c ditambah satu huruf baru yakni huruf d baru sbb:

Laporan berkala (per enam bulan) tentang kegiatan penanaman modal

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan disampaikan kepada Gubernur Aceh dan DPRA, Bupati/Walikota dan DPRK”.

- Huruf d redaksi ”SKPD” diganti dengan ”SKPA/SKPK

- Huruf f kata ”pelaku usaha” diganti dengan kata ”penanam modal”.

- Penambahan satu huruf baru yakni huruf g baru

”penanam modal baru dapat melaksanakan kegiatan usahanya setelah memperoleh izin terlebih dahulu dan dalam hal perolehan izin tersebut berlangsung tanpa paksaan terhadap masyarakat setempat.

II. PENUTUP

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Rapat tentang pembahasan draft qanun Perubahan Qanun Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal, rapat kita lanjutkan besok hari. Sebagai penutup perjumpaan kita pada hari ini, marilah sama-sama kita membaca surat Al-‘Asri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

BADAN LEGISLASI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT ACEH

Banda Aceh, 14 Mei 2012

Sekretaris,

TGK. H. ABDULLAH SALEH, SH

Notulis :

(21)

RAPAT LANJUTAN HARI SELASA TANGGAL 15 MEI 2011 PUKUL 09.00 WIB Pasal 13berubah bunyi, ada penambahan huruf.

Pasal 14 untuk catatan sbb ”Jenis-jenis penanaman modal akan diatur lebih lanjut

dengan peraturan gubernur”. BAB IX

FASILITAS PENANAMAN MODAL Pasal 15

Saran dari pihak LBH, agar Pasal 15, pada ayat (1) dan ayat (2) bisa digabung menjadi satu ayat.

Pada ayat (3) huruf a, ada perubahan bunyi ”menyerap banyak tenaga kerjalokal” untuk catatan sbb ”perlu dibuat penjelasan tentang huruf a ini tentang jumlah tenaga kerja

dan pengertian tentang tenaga kerja”.

Pada ayat (4) kata ”wisatawan asing” dihilangkan.

Ayat (5) kata atas usul dihapus. Sehingga bunyinya jadi sbb ”Pemerintah aceh sesuai dengan kewenangannya mengusulkan kepada pemerintah untuk mendapat fasilitas.... Ayat (6) pada akhir kalimat ada penambahan kata ”Aceh”.

Pasal 16

Ayat (1) tidak ada perubahan.

Ayat (2) tidak ada perubahan. Pada akhir kalimat ada penambahan kata ”setelah

berkoordinasi dengan DPRK”. Pasal 17, penambahan satu ayat.

Pasal 18ada penambahan satu ayat.

Pasal 19 ayat (2) huruf a kata ”Indonesia” berubah menjadi ”Aceh”. Huruf d berubah bunyi menjadi ”penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah yang

dikuasai langsung oleh negara;dan

Huruf e berubah bunyi sbb ”penanaman modal yang tidak menggangguhak-hak adatdan tidak merugikan umum.

Ayat (3), (4), dan ayat (5) ada perubahan bunyi :

BAB X PERIZINAN

Pasal 20

Ayat (2) ada penambahan pada akhir kalimat yaitu, ”Penanam modal yang akan

...setelah memenuhi semua persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk persetujuan dari masyarakat tanpa paksaan.”

Penambahan ayat, dari sebelumnya 4 ayat menjadi 5 ayat.

ayat (5) bunyinya sbb ” Untuk kegiatan usaha penanaman modal yang bersifat

strategis, pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatas dilakukan oleh Gubernur/ Bupati atau walikota setelah mendapat persetujuan dari DPRA/DPRK”.

(22)

11

Pasal 23 pada huruf s angka 3, catatan:perlu dijelaskan tentang pembentukan Badan

Pertanahan Aceh sesuai dengan mandat UU PA. Pada hurus s juga Angka 4,5 dan 6

dihapus.

Pasal 24 huruf h, angka 4 diubah menjadi ”izin gangguan”.

Pasal 25 Ayat (2) berubah. Ayat (3) dan (4) dihapus, tambah satu ayat baru, yg berbuny sbb ”Dalam hal penyelesaian sengketa antara masyarakat dengan penanam modal

dapat diselesaikan melalui musyawarah yang difasilitasi Oleh pemerintah Aceh/ Kabupaten kota dan bila tdk terjadi kesepakatan maka penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan”.

Pasal 26 ayat (3) terdapat pengulangan kata ”penggelembungan”. Kata kedua dihapus. Pasal 27 tidak ada perubahan.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28, ayat (2) dihapus. Jadi, pasal 28 tidak terdapat ayat.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29, diakhir kalimat ”Lembar Daerah Aceh” menjadi ”Lembar Aceh

III. PENUTUP

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Sebagai penutup perjumpaan kita pada hari ini, marilah sama-sama kita membaca surat Al-‘Asri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

BADAN LEGISLASI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT ACEH

Banda Aceh, 14 Mei 2012

Sekretaris,

TGK. H. ABDULLAH SALEH, SH

(23)

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio

pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj

klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop

asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl

zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb

NOTULEN

TANGGAL 18 SEPTEMBER 2012

RAPAT INTERN BADAN LEGISLASI DPR

ACEH TENTANG

PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN

2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

(24)

2

N O T U L E N

RAPAT INTERN BADAN LEGISLASI TENTANG PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DAN PEMBAHASAN RANCANGAN QANUN

PRIORITAS TAHUN 2012 SELASA, 18 SEPTEMBER 2012

Rapat ke : Istimewa Sifat :

-Dengan : Pimpinan dan Anggota Banleg Pukul : 09.30 WIB s/d selesai

Tempat : Ruang Badan Anggaran DPRA Pimpinan Rapat : Tgk. M. Harun, S. Sos

Acara : Rapat Intern Badan Legislasi DPRA

Hadir Anggota Banleg :

Tgk. M. Harun, S.Sos; Tgk. H. Abdullah Saleh, SH; Drs.H.Adnan Beuransah; Erly Hasyim, SH,S.Ag; Jemarin, S.Pdi; Ermiadi Abdulrahman, ST; Tgk. Fakhruddin Ahmad; Drh.Nuraini Maida; Ir.Mawardi Ali.

Izin Anggota Banleg :

Moharriadi, ST; Drs. Safwan Yusuf; Nasruddinsyah,SH; Hj.Nurlelawati, S.Ag; Muhibbussubri, S.Ag;

Tenaga Ahli : H. Burhanuddin, SH, MH Sekretariat DPRA :

Said Safrizal,ST; M. Nasir, SE; Mulyana,A.Md; Rita Afrianti, A.Md, Cut Hazrirah.

I. PENDAHULUAN Tgk. M. Harun, S.Sos

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur Kehadirat Allah, selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, hari ini kita mengadakan rapat bersama dengan seluruh anggota Banleg masalah jadwal pembahasan rancangan qanun penanaman modal, kita atur dulu hari ini sebelum kita mengadakan rapat dengan eksekutif, juga kita evaluasi sejauhmana sudah proses pembahasan qanun di DPRA.

II. RAPAT

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Assalamualaikum wr wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan selawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Kita akan mengevaluasi dua rancangan qanun yaitu KKR dan Penanaman Modal. Qanun KKR secara aspek efektifitas dan aspek legalitas rujukan undang-undang yang lebih tinggi. Kita atur jadwal pembahasan terlebih dahulu yaitu :

1. Selasa 18 September 2012 Jam 09.30 WIB tentang Penyusunan Jadwal Pembahasan. 2. Senin 01 Oktober 2012 Pertemuan dengan Eksekutif

3. 2 s/d 5 Oktober Konsultasi ke KADIN Pusat dan BKM Pusat

(25)

5. Selasa 9 Oktober 2012 RDPU 6. 15 s/d 19 Oktober Kunjungan Kerja

7. Senin 22 Oktober 2012 Perumusan Kembali Bersama dengan Eksekutif 8. Selasa 23 Oktober 2012 Finalisasi Pembahasan Bersama dengan Eksekutif

Mengenai Qanun KKR bagaimana kesepakatan kita karena rencana dipending terlebih dahulu.

Ermiadi Abdulrahman, ST

- Didalam Tatib sebenarnya setelah paripurna qanun inisiatif dalam jangka waktu 6 bulan harus dibahas.

- Didalam MoU disebutkan harus dibawah Undang-undang KKR, kalau hanya payung hukumnya MoU dan turunannya di UUPA

- Kalau kita menunda bagaimana caranya, apakah harus konsultasi ke Jakarta tentang kemungkinan dikeluarkan undang-undang KKR pusat

- Pelakunya mungkin sudah keluar dari Aceh dan kita belum berlaku ekstradisi, kalau tidak ada payung hukum yang jelas ini harus ditunda.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita akan mengadakan rapat khusus tentang masalah qanun KKR nantinya

Drs. H. Adnan Beuransyah

- Masalah KKR didalam pasal 229 UUPA ada disebutkan - Saya sepakat kalau qanun ini dipending terlebih dahulu

H. Burhanuddin, SH, MH

- Menyangkut dengan UU KKR ini yang sudah dibatalkan oleh MK

- Sandaran vertikal dari qanun ini sudah terpotong, secara politik juga muncul pembicaraan di kalangan eksekutif, saya sependapat secara teknis yuridis tidak di hentikan pembahasan.

- Ini tidak selesai, tetapi tidak diproses, DPRA harus mendesak Pemerintah Aceh, karena pasal KKR di UUPA masih ada maka pemerintah Aceh masih bisa mendesak Pemerintah Aceh untuk menyelesaikan UU KKR Nasional.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita harus mengajukan kepada Pimpinan untuk sesegera mungkin untuk melahirkan UU KKR Nasional

(26)

4

- Jadi kita pending ini dengan alasan yang cukup dan respek terhadap persoalan yang menjadi kebutuhan para korban.

H. Burhanuddin, SH, MH

- Kita harus membicarakan kembali dengan Pemerintah atau tim LSM/LBH yang sudah bersama kita membuat draft KKR.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Kita akan undang Pemerintah Aceh untuk membahas masalah ini

- Jadwal ini akan kita atur di sela-sela pembahasan qanun penanaman modal

Erly Hasyim, SH, S.Ag

- Kita harus koordinasi dengan pembahas qanun sejauhmana sudah proses pembahasan qanun ini sudah berjalan.

- Waktu kita hanya 3 bulan lagi untuk menyelesaikan segala permasalahan.

II. PENUTUP

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Sebagai penutup perjumpaan kita pada hari ini, marilah sama-sama kita membaca surat Al-‘Asri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

BADAN LEGISLASI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT ACEH

Banda Aceh, 18 September 2012

Sekretaris,

TGK. H. ABDULLAH SALEH, SH

Notulis :

(27)

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio

pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj

klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop

asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl

zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb

NOTULEN

TANGGAL 15 MEI 2012

RAPAT BADAN LEGISLASI DPR ACEH

DENGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM

DLL TENTANG

PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN

2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

(28)

2

NOTULEN

RAPAT BADAN LEGISLASI DENGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDA ACEH DLL TENTANG PERUBAHAN QANUN NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG PENANAMAN MODAL SELASA, 15 MEI 2012

Rapat ke : Istimewa Sifat :

-Dengan : Pimpinan dan Anggota Banleg dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh dan lain-lain

Hari/Tanggal : Selasa / 15 Mei 2012 Pukul : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Ruang Serba Guna Sekretariat DPRA Pimpinan Rapat : Tgk. M. Harun, S. Sos

Acara : Rapat Badan Legislasi DPRA dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh tentang Perubahan Qanun Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal.

Hadir Anggota Banleg :

Tgk. M. Harun, S.Sos; Tgk. H. Abdullah Saleh, SH; Drs.H.Adnan Beuransah; Erly Hasyim, SH,S.Ag; H.M. Sidik Fahmi, SH,MH; Moharriadi, ST; Jemarin, S.Pdi; Drs. Safwan Yusuf;

Izin Anggota Banleg :

Nasruddinsyah,SH; Hj.Nurlelawati, S.Ag; Drh.Nuraini Maida; Fauzi, SH, Ermiadi Abdul Rahman, ST; Ir.Jufri Hasanuddin, SH,MH; Muhibbussubri, S.Ag; Ir.Mawardi Ali

Tenaga Ahli : H. Burhanuddin, SH, MH

Sekretariat DPRA : Mahyar, SH,M.Hum; Jamahur; Said Safrizal,ST; M. Nasir, SE; Mulyana,A.Md; Rita Afrianti, A.Md

Lembaga Bantuan Hukum LBH dll:

Syahminan Zakaria; M. Alhamda; Rusliadi; Agus Halim Wardhana; Musrizal Syahputra; Cut Risma Aini; Destika Gilang Lestari; Hospinozal Sabri; Hendra Saputra; Devi Faradilla; Hanim Ferizal; Evi n Zain; Yusriadi; Muhajir; Ferdian; Juli Saidi; Deni Setiawan. (Absen terlampir).

I. PENDAHULUAN Tgk. M. Harun, S.Sos

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur Kehadirat Allah, selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, hari ini kita bersama dengan Tim Lembaga Bantuan Hukum (LBH) melakukan rapat lanjutan tentang penyiapan draft perubahan qanun nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal.

II. RAPAT

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Assalamualaikum wr wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan selawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Penyempurnaan kedua raqan ini sudah kita minta bantu kepada pak Burhanuddin selaku tenaga ahli Badan Legislasi. Hari ini kita akan melanjutkan finalisasi.

Pasal 13berubah bunyi, ada penambahan satu huruf.

Pasal 14 untuk catatan sbb ”Jenis-jenis penanaman modal akan diatur lebih lanjut

(29)

H. Burhanuddin, SH

Pasal 14 harus dijelaskan apa saja SDA yang diambil harus jelas, agar bisa kita atur kalau ada eksplorasi di Aceh.

Tim LBH

Ini mencakup ketentuan investasi, saran : kita buat produksi strategis dan non strategis, buat rekomendasi bab khusus.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Pasal 14 : Pengaturan detailnya di qanun pertambangan, jadi tidak harus disebutkan secara detail disini.

BAB IX

FASILITAS PENANAMAN MODAL Tim LBH/LSM

agar Pasal 15, pada ayat (1) dan ayat (2) bisa digabung menjadi satu ayat, kata wisatawan

asingdihilangkan.

H. Burhanuddin, SH

Harus tegas masalah fasilitas

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH Pasal 15

Pada ayat (3) huruf a, ada perubahan bunyi ”menyerap banyak tenaga kerja lokal” untuk catatan sbb ”perlu dibuat penjelasan tentang huruf a ini tentang jumlah tenaga kerja dan

pengertian tentang tenaga kerja”.

Pada ayat (4) kata”wisatawan asing”dihilangkan.

Ayat (5) kata atas usul dihapus. Sehingga bunyinya jadi sbb ”Pemerintah Aceh sesuai

dengan kewenangannya mengusulkan kepada pemerintah untuk mendapat fasilitas....

Ayat (6) pada akhir kalimat ada penambahan kata”Aceh”.

Pasal 16

Ayat (1) tidak ada perubahan.

Ayat (2) tidak ada perubahan. Pada akhir kalimat ada penambahan kata ”setelah

berkoordinasi dengan DPRK”. Pasal 17, penambahan satu ayat.

Pasal 18ada penambahan satu ayat.

Pasal 19 ayat (2) huruf a kata ”Indonesia” berubah menjadi ”Aceh”. Huruf d berubah bunyi menjadi ”penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah yang dikuasai

langsung oleh negara;dan

Huruf e berubah bunyi sbb”penanaman modal yang tidak mengganggu hak-hak adat dan

tidak merugikan umum”.

Ayat (3), (4), dan ayat (5) ada perubahan bunyi : ....

BAB X PERIZINAN

Pasal 20

Ayat (2) ada penambahan pada akhir kalimat yaitu,”Penanam modal yang akan ...setelah

memenuhi semua persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk persetujuan dari masyarakat tanpa paksaan.”

Penambahan ayat, dari sebelumnya 4 ayat menjadi 5 ayat.

ayat (5) bunyinya sbb ” Untuk kegiatan usaha penanaman modal yang bersifat strategis,

(30)

4

Tim LBH/LSM

- Ayat (2) seharusnya ada persetujuan dari masyarakat

- Kalau tidak ditulis dipahami seperti biasa hanya rekomendasi pemerintah sedangkan masyarakat tidak disetujui.

- Dimasukkan saja harus ada izin masyarakat.

Tgk. M. Harun, S.Sos

Pemerintah tidak boleh mengambil tanah rakyat

Tim LBH/LSM

Perlu kesepakatan bersama antara masyarakat, pemerintah dan penanam modal, perusahaan harus terbuka kepada masyarakat.

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

- Ayat (3) ditambah

- Pasal 20 ditambah ayat (5) - Pasal 23 : angka 3 dihapus - Pasal 28 : ayat (2) dihapus

BAB XII

PENYELENGGARAAN URUSAN PENANAMAN MODAL

Pasal 23 pada huruf s angka 3, catatan: perlu dijelaskan tentang pembentukan Badan

Pertanahan Aceh sesuai dengan mandat UU PA. Pada hurus s juga Angka 4,5 dan 6

dihapus.

Pasal 24 huruf h, angka 4 diubah menjadi ”izin gangguan”.

Pasal 25 Ayat (2) berubah. Ayat (3) dan (4) dihapus, tambah satu ayat baru, yg berbunyi sbb

”Dalam hal penyelesaian sengketa antara masyarakat dengan penanam modal dapat diselesaikan melalui musyawarah yang difasilitasi Oleh pemerintah Aceh/ Kabupaten kota dan bila tdk terjadi kesepakatan maka penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan”.

Pasal 26 ayat (3) terdapat pengulangan kata ”penggelembungan biaya pemulihan dan

biaya lainnya”. Kata kedua dihapus. Pasal 27 tidak ada perubahan.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28, ayat (2) dihapus. Jadi, pasal 28 tidak terdapat ayat.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29, diakhir kalimat”Lembaran Daerah Aceh” menjadi ”Lembaran Aceh

II. PENUTUP

Tgk. H. Abdullah Saleh, SH

Sebagai penutup perjumpaan kita pada hari ini, marilah sama-sama kita membaca surat Al-‘Asri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

BADAN LEGISLASI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT ACEH

Banda Aceh, 15 Mei 2012

Sekretaris,

TGK. H. ABDULLAH SALEH, SH

Notulis :

(31)

Referensi

Dokumen terkait

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, memberikan kebebasan investor asing dan investor dalam negeri menanamkan modalnya untuk melakukan kegiatan usahanya di

Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing, yang melakukan kegiatan berdasarkan Pendaftaran/izin Prinsip/Surat Persetujuan Penanaman Modal, wajib

perusahaan untuk melaksanakan CSR itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Selain itu, apabila nilai tukar rupiah mengalami penguatan maka para investor akan tertarik menanamkan modal yang dimilikinya dipasar modal, akan tetapi jika yang terjadi

1. kesejahteraan bagi rakyat. Investasi atau penanaman modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal yang merupakan perubahan terhadap

negara penerima modal asing, terutama dalam hal pengaturan penanaman. modalnya, yang belum pernah dijumpai di tulisan-tulisan sebelumnya

1) Memudahkan perusahaan dalam meningkatkan modal di masa mendatang, artinya untuk perusahaan yang tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya

Melihat dari fenomena terjadinya era globalisasi yang memudahkan investor dalam menanamkan modalnya dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik sehingga