• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Investasi

Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi uang atau hal lainnya saat ini dengan harapan mendapatkan manfaat keuntungan di masa yang akan datang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2009). Saham (common stock) saat ini menjadi investasi yang menarik bagi para investor yang juga dikenal dengan sebutan sekuritas modal (equity securities) atau modal (equities). Bodie, Kane, dan Marcus (2009) menyebutkan saham juga dapat sebagai bukti kepemilikan atas beberapa bagian dalam suatu perusahaan. Sehingga para pemegang saham yang menanamkan dananya di suatu perusahaan ikut juga memiliki perusahaan tersebut karena mempunyai hak kepemilikan dalam suatu perusahaan tersebut. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Investasi pada financial assets

Investasi pada financial assets dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

(2)

1) Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya.

2) Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan lainnya

b. Investasi pada real asset

Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

2. Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar transaksi berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 1994). Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan dana modal sendiri biasanya berbentuk saham.

Saham atau common stock merupakan produk yang banyak diperdagangakan. Kelebihan dari investasi pada saham biasa adalah kemampuannya untuk memberikan keuntungan (rate of return). Namun hal tersebut tergantung pada perkembangan kinerja perusahaan penerbit saham.

Kegiatan yang terjadi dalam pasar modal juga memerlukan suatu tempat tertentu untuk melaksanakan kegiatan perdagangan. Sistemnya sama dengan yang terjadi pada pasar tradisional. Tempat inilah yang kemudian

(3)

disebut sebagai bursa efek (stock exchange) (Ang, 1997). Efek disini merupakan komoditas yang diperdagangkan menggantikan pengertian komoditas modal. Selain komoditas modal, seiring dengan pertumbuhan pasar modal suatu negara maka akan timbul produk atau komoditas turunan (derivatif) yang diturunkan dari komoditas modal yang sebenarnya. Selanjutnya dipilihlah bursa efek sebagai perantara perdagangan di pasar modal. Semua komoditas yang diperdagangkan di pasar modal melalui bursa efek disebut efek atau sekuritas (Ang, 1997).

Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 2000). Fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki dana lebih ke pihak yang membutuhkan dana. Fungsi finansial, pasar modal menjadi wadah bagi investor untuk melakukan investasi. Fungsi tersebut menunjukkan bahwa tujuan investor menginvestasikan dananya adalah memperoleh deviden dan capital gain. Fungsi finansial dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung kedalam menyediakan dana.

Dalam penelitian yang dilakukan Wibowo (2004) menunjukkan bahwa informasi mempengaruhi harga saham. Informasi makro berkenaan dengan kondisi pasar berupa berita politik, kebijakan ekonomi nasional maupun global, serta kebijakan berkaitan dengan pasar modal. Sedangkan informasi mikro adalah informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan

(4)

Menurut Sunariyah (2006), jenis-jenis pasar modal dibagi menjadi 4 (empat), antara lain:

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham pada pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (Over the Counter Market).

4. Pasar Keempat (Fourth Market)

Perdagangan efek antar investor atau pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Namun, dalam pembahasan ini digunakan data-data dari perusahaan yang listing di bursa, sehingga hanya menggunakan 2 (dua) jenis pasar modal yaitu pasar perdana dan pasar sekunder.

(5)

3. Integrasi Pasar Modal Dunia

Ada dua pengertian integrasi pasar modal dunia secara umum. Pertama, pengertian menurut teori Capital Asset Pricing Model (CAPM), yaitu bahwa pasar modal dipertimbangkan sudah terintegrasi apabila surat berharga dengan karakteristik risiko yang sama memiliki harga yang sama, walaupun diperdagangkan di pasar modal yang berbeda (Bodie, Markus dan Kane, 2006). Bila ada dua atau lebih pasar modal yang terintegrasi maka surat berharga yang identik seharusnya memiliki harga yang sama di seluruh pasar modal yang terintegrasi tersebut. Keberadaan pasar modal yang terintegrasi mengakibatkan semua saham di seluruh pasar modal memiliki faktor-faktor dan premi risiko untuk setiap faktor akan sama di setiap pasar modal.

Pengertian kedua mengenai integrasi pasar modal yang menggunakan model the Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticty Model (GARCH), Granger Causality and Vector Auto Regressive (VAR). Apabila antar pasar modal memiliki hubungan equilibrium yang berkelanjutan dapat disebut bahwa mereka saling berintegrasi (Nasry, 2006). Hal ini mengindikasikan adanya integrasi bersama antar pasar modal, yang mengakibatkan bahwa salah satu dari pasar modal yang terintegrasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi return dari pasar modal yang lain, karena koreksi nilai error yang valid dari tiap pasar modal akan ada. Integrasi pasar modal sendiri dapat merujuk pada keadaan dimana seorang investor di suatu negara dapat

(6)

membeli dan menjual tanpa pembatasan surat berharga yang dikeluarkan di negara lain.

Tujuan dari integrasi pasar modal sebenarnya adalah untuk menghubungkan pasar modal secara elektronis sehingga para anggota bursa dapat mengeksekusi perintah dari para investor untuk membeli saham dengan harga yang terbaik. Keadaan ini secara substansial akan meningkatkan kedalaman dan likuiditas dari pasar modal yang bersangkutan serta dapat mendorong pasar modal tersebut untuk berkompetisi lebih efektif.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi pasar modal (Nasry, 2006), antara lain:

1) Harga yang lebih murah untuk semua produk-produk keuangan di pasar modal. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi yang lebih ketat dan adanya skala ekonomis.

2) Munculnya produk-produk keuangan yang lebih inovatif. 3) Bagi perusahaan dapat menjadi sarana pembiayaan yang lebih

murah karena biaya transaksi yang rendah.

4) Pasar modal menjadi lebih efisien, lebih likuid, dan tingkat perdagangan yang lebih tinggi.

5) Investor akan mendapat return yang lebih tinggi karena biaya transaksi yang rendah.

6) Investor akan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam berinvestasi yang akhirnya dapat mengurangi tingkat risikonya.

(7)

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai integrasi pasar modal dunia, diantaranya penelitian yang dilakukan Bhamra (2002) menemukan hasil bahwa ketika dua negara membuka pasar modalnya untuk investor dari masing-masing negara, maka akan didapatkan korelasi yang tinggi antara indeks saham di tiap negara. Saat ini sekitar 80% setiap pasar modal di dunia membuka diri untuk investor asing dan tidak melakukan kontrol investasi yang ketat (www.reuters.com), ini berarti setiap pasar modal di dunia akan mempunyai hubungan baik kuat ataupun lemah.

Adanya hubungan antara pasar modal dunia, juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakri, Shabri, dan Karim 2009). Hasil penelitian mereka mengemukakan bahwa selama periode pengamatan dari bulan Juli tahun 1998 hingga bulan Desember tahun 2007, ditemukan indikasi bahwa pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan China. Adanya kemajuan teknologi informasi dan kebebasan bagi investor untuk melakukan investasi di mana saja membuat pasar modal di suatu negara akan memiliki hubungan yang kuat dengan pasar modal di negara lain.

Bakri, Shabri, dan Karim (2009) mengemukakan bahwa pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal dunia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung maupun tidak langsung.

(8)

4. Indeks Dow Jones

Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari 3 indeks utama di Amerika Serikat. Indeks yang lain adalah Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500. Indeks ini merepresentasikan dari kegiatan perekonomian di Amerika Serikat. Indeks ini dapat menggambarkan mengenai bagaimana performa perekonomian Amerika. Perusahaan yang tercatat di Indeks Dow Jones merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global.

Dengan naiknya Indeks Dow Jones ini berarti kinerja perekonomian Amerika Serikat ikut membaik, begitupula sebaliknya. Penelitian yang dilakukan Witjaksono (2010) memperlihatkan bahwa indeks Dow Jones memiliki pengaruh positif terhadap pergerakan indeks saham di Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal (Sunariyah, 2006). 5. Indeks Strait Times

Indeks Straits Times (STI) adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi di Bursa efek Singapura. Indeks ini digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Singapura. Salah satu negara yang perekonomiannya maju di kawasan Asia Tenggara adalah Singapura yang berada satu region dengan Indonesia. Oleh karena Singapura merupakan negara yang termaju di Asia Tenggara dan berdekatan letaknya dengan Indonesia, keadaan

(9)

ekonomi Singapura akan berimbas pula terhadap keadaan ekonomi Indonesia. Begitupun dengan indeks saham, Singapore Stock Exchange dengan salah satu indeksnya yaitu Strait Times Index, juga memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2013) menunjukkan bahwa pasar saham singapura memiliki pengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia. Penelitian lain yang digagas oleh Ansari (2009) juga menunjukkan bahwa terdapat integrasi yang kuat antar pasar modal di seluruh dunia.

6. Indeks LQ45

Indeks LQ45 merupakan indeks yang diperkenalkan BEI mulai tanggal 24 Februari 1997 dan dengan hari dasar tanggal 13 Juli 1994. Indeks ini meliputi 45 jenis saham yang harus memenuhi kriteria yang ditentukan dan indeks LQ45 ini akan ditinjau setiap tiga bulan sekali untuk mengecek saham-saham yang termasuk dalam LQ45. Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Pergerakan indeks saham LQ45 seiring dengan pergerakan IHSG. Sehingga baik faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi pergerakan indeks saham LQ45. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

(10)

b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular.

Pembobotan dalam perhitungan indeks LQ45 sama dengan perhitungan pada IHSG dan Indeks sektoral, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2010) :

Dimana :

Indeks LQ45t : Indeks LQ45 hari ke-t.

Nilai Pasar : Rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t).

Nilai Dasar : Sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 13 Juli 1994.

7. Nilai Tukar (Kurs)

Menurut teori makro, nilai tukar merupakan suatu perbandingan nilai mata uang negara terhadap mata uang negara lain atau tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Sedangkan menurut Dahlan (2001), nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya. Nilai tukar atau disebut dengan kurs yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

(11)

1) Kurs nominal (nominal exchange rate) yaitu harga relatif dari mata uang satu negara terhadap negara lain.

2) Kurs riil (real exchange rate) yaitu nilai tukar nominal yang disesuaikan dengan tingkat harga atau rasio harga internasional dengan harga domestik.

ER = e x (P*/P) Dimana : ER = Real Exchange Rate

E = Nominal Exchange Rate P* = Tingkat Harga Luar Negeri P = Tingkat Harga Domestik

Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum. Persoalannya lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batas negara. Pada umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau

(12)

penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Banyak sebab yang melatarbelakangi perubahan ini seperti neraca ekspor impor, aliran modal, perubahan struktur, neraca perdagangan dan lain-lain (Dornbusch and Fischer, 1984).

Kurs rupiah dengan kurs mata uang asing akan mempengaruhi harga saham emiten. Kurs rupiah akan mempengaruhi penjualan perusahaan (terutama untuk emiten yang berorientasi bisnis ekspor), Cost Of Good Sold (mempengaruhi pembelian bahan baku apabila diperoleh dari impor), dan rugi kurs. Khusus untuk rugi kurs, terutama bagi perusahaan yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing, akan sangat terpengaruh oleh depresiasi maupun apresiasi rupiah. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dollar Amerika) berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya produksi, atau dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar saham.

8. Tingkat Suku Bunga the Fed

Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek (Madura, 2000). Perubahan tingkat suku bunga akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi

(13)

peningkatan aliran modal masuk (capital inflow) dari luar negeri dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing. Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang (Samuelson dan Nordaus, 1998).

Penelitian oleh Lee (1992), menemukan bahwa perubahan tingkat suku bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Sementara Tandelilin (1997), melakukan penelitian untuk membuktikan apakah variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP mempengaruhi risiko sistematis. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tingkat suku bunga secara parsial terbukti berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. Selain itu ada juga penelitian oleh Ang dan Bekaert (2001) juga menemukan pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga jangka pendek dengan return saham.

Informasi lain yang sering dijadikan dasar pengambilan keputusan investasi adalah pergerakan suku bunga. Salah satu tingkat suku bunga yang memiliki pengaruh besar yaitu tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat Fed Fund Rate (FFR). Apabila suku bunga AS naik, maka investor kemungkinan akan memindahkan dananya dari Indonesia ke Amerika, mereka memiliki persepsi return yang akan mereka dapat lebih sedikit jika berinvestasi di pasar modal Indonesia

Fed Fund Rate (FFR) adalah tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh the Fed sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di

(14)

seluruh AS. Ketika suku bunga AS naik, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan lembaga keuangan lainnya juga bisa naik. Jika bunga simpanan di bank-bank di Amerika naik, maka akan menarik minat investor dari seluruh dunia untuk menempatkan dana mereka dalam bentuk tabungan/deposito di Amerika. Tidak hanya bunga tabungan, ketika FFR naik maka bunga obligasi yang diterbitkan perusahaan-perusahaan di Amerika juga biasanya akan ikut naik. Misalkan perusahaan Black Rock, perusahaan asset management terbesar di dunia asal New York, AS. Perusahaan ini lebih banyak menempatkan portofolionya di instrumen obligasi ketimbang saham (53.3% berbanding 43.5%, sisanya dalam bentuk instrumen pasar uang termasuk deposito). Jika FFR naik maka bisa dipastikan bahwa mereka akan menarik minimal sebagian investasinya dari negara-negara diluar Amerika untuk kembali berinvestasi ke negara mereka sendiri.

9. Harga Minyak

Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang sangat dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi untuk melakukan kegiatan produksi. Jenis minyak mentah yang diperdagangkan di dunia seperti, West Texas Intermediate (WTI), Brent Bland, OPEC Basket price dan Russian Export Blend.

Banyak faktor yang menentukan tingkat harga minyak dunia diluar faktor fundamental. Diantaranya adalah persediaan, perdagangan berjangka, keekonomian kilang, faktor psikologis dan politik. Harga minyak mentah secara umum sangat bervariasi. Komposisi (yield)

(15)

hidrokarbon, berat jenis yang dinyatakan dalam derajat API, kandungan impurities belerang adalah hal-hal yang mempengaruhi harga minyak mentah. OPEC sendiri pernah menetapkan patokan harga minyaknya berdasarkan derajat American Petroleum Institute (API). Setiap perbedaan derajat API dinilai 2 sen dollar AS. Namun Perusahaan minyak menambah atau mengurangi harga tidak hanya berdasarkan perbedaan derajat API, tetapi juga oleh faktor lain.

Dalam penentuan harga minyak ada beberapa sistem yang digunakan. Berikut ini berbagai sistem harga minyak yang dijadikan acuan untuk menetapkan harga minyak dunia :

a. Sistem harga minyak semula dikembangkan oleh OPEC. Karena produksi minyak OPEC sebagian besar untuk tujuan ekspor maka organisasi ini memerlukan sistem penetapan harga yang baik. Pada awalnya sistem harga semula diterapkan demi mendapatkan rente ekonomi yang besar bagi negara produsen.

b. Sistem harga minyak pasti (fixed pricing system) yang diterapkan OPEC memberi kesempatan kepada perusahaan minyak untuk menutupi biaya produksi dan pembayaran rente ekonomi kepada negara produsen (host goverment). Disamping sebagai produsen, perusahaan minyak juga aktif bertindak selaku pelaksana transportasi, kilang, dan distribusi. Sistem harga minyak pasti lebih dikenal dengan posted price, diterapkan hanya untuk tujuan akutansi perhitungan pajak.

(16)

c. Mekanisme pasar yang lebih bervariasi kemudian muncul akibat struktur pasar minyak yang semakin kompetitif dan bersifat regional. Beberapa negara OPEC menerapkan penjualan dengan harga spot langsung, penghitungan net back produk minyak, penghitungan biaya proses (processing deal), barter dan perjanjian dengan counter-trade, dan metode lain seperti memberikan potongan harga.

d. Sistem formula harga mulai dikembangkan untuk penjualan minyak ekspor yang dikaitkan dengan harga spot dan forward dari jenis minyak lain sebagai patokan. Ada tiga alasan dikembangkannya sistem patokan harga. Pertama, supaya harga dapat saling terkait dengan harga minyak lainnya. Kedua, harga dapat lebih berorientasi pasar dan bergerak sesuai dengan perkembangan pasar. Ketiga, pendorong kompetisi yang lebih baik diantara minyak ekspor.

Kenaikan harga minyak dunia bisa memberikan dampak berbeda pada setiap harga saham, yaitu saham dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan perusahaan yang bergerak di luar bidang pertambangan. Pada perusahaan non pertambangan, kenaikan harga minyak bisa membawa dampak negatif karena akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi dan secara tidak langsung akan menurunkan harga saham. Sedangkan pada perusahaan pertambangan kenaikan harga minyak membawa dampak positif pada penerimaan yang akan diperoleh yang akan mengakibatkan kenaikan harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010)

(17)

mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak secara umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga barang tambang secara umum.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham telah dilakukan di berbagai negara. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Constantinos, Ektor dan Dimitrios (2012) di Yunani dengan tujuan melihat keterkaitan antara harga minyak dan perilaku pasar saham di sebuah ekonomi kecil yang bergantung pada harga minyak. Metodologi yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR) dan uji kausalitas granger. Penelitian ini menggunakan variabel indeks ASE yang merupakan indeks harga saham negara Yunani dan indeks harga minyak. Hasil penelitian yang ditemukan adalah bahwa pertama, adanya hubungan positif yang signifikan antara pasar saham dan pasar minyak. Kedua, indeks harga saham Yunani sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan minyak sehingga kondisi harga minyak dunia berpengaruh besar terhadap pergerakan harga saham Yunani.

Namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Sahu, Bandopadhyay, dan Mondal (2014) yang juga melakukan penelitian tentang pengaruh harga minyak terhadap indeks harga saham India. Penelitian ini melihat bahwa liberalisasi dan integrasi pasar internasional pada negara berkembang mempengaruhi arus investasi yang masuk. Variabel penelitian yang digunakan yaitu BSE Sensex, S&P CNX Nifty Index dan harga minyak mentah. Metodologi yang digunakan untuk penelitian menggunakan VECM.

(18)

Hasil penelitian menemukan bahwa Adanya hubungan jangka panjang positif yang signifikan antara harga minyak dan indeks saham. Sedangkan dalam jangka pendek tidak ada hubungan kausal di antara harga minyak dan indeks saham India.

Santoso (2013) melakukan penelitian tentang integrasi pasar modal kawasan China-ASEAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat integrasi pasar saham kawasan ASEAN dan China. Alat analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian ini menggunakan indeks saham beberapa negara antara lain Pasar saham kawasan ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura) dan China. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pasar modal Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan China berpengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia, tetapi pasar modal Indonesia tidak berpengaruh terhadap pasar modal negara lain. Kedua, pasar saham Singapura berpengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia, Malaysia, Thailand, dan China, kecuali Filipina. Ketiga, pasar modal China hanya mempengaruhi pasar modal di Singapura. Pasar saham Singapura dan China mengalami integrasi lengkap karena keduanya saling mempengaruhi. Keempat, pasar modal Filipina hanya mempengaruhi pasar modal Indonesia. Pasar modal Indonesia berada dalam posisi rentan, mudah dipengaruhi oleh gejolak pasar modal yang terjadi di kawasan ASEAN dan China. Pasar modal Singapura berada dalam posisi yang kuat, sebagai referensi untuk pasar modal lain di wilayah tersebut. Sementara pasar modal Filipina relatif lebih tersegmentasi, dipengaruhi gejolak domestik.

(19)

Vanita dan Khushboo (2015) yang juga melakukan penelitian tentang pengaruh jangka panjang antara tingkat suku bunga dengan harga saham di negara BRICS. Variavel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks saham negara Brazil, Rusia. India, China dan Africa Selatan (BRICS). Hasil dari penelitian ini adalah pertama, globalisasi ekonomi secara signifikan meningkatkan indeks pasar saham. Kedua, adanya hubungan positif dan signifikan terhadap saham perusahaan tergantung pada globalisasi politik dan variabel dummy. Ketiga, terdapat pengaruh negatif dan signifikan terkait dengan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah, nilai tukar dan efek interaksi ekonomi.

Wijayaningsih, Rahayu, dan Saifi (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh BI rate, fed rate, dan kurs rupiah terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) periode tahun 2008-2015. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga bank Indonesia, fed rate, dan nilai tukar rupiah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan menunjukkan BI rate, fed rate, dan kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial hasil analisis menunjukkan pertama, BI Rate menunjukkan pengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan. Kedua, FED Rate tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan. Ketiga, kurs rupiah menunjukkan pengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap indeks harga saham gabungan adalah variabel kurs rupiah.

(20)

Nofiatin (2013) yang juga melakukan penelitian tentang hubungan inflasi, suku bunga, produk domestik bruto, nilai tukar, jumlah uang beredar, dan indeks harga saham gabungan periode tahun 2005–2011. Penelitian ini menggunakan Vector Autoregression sebagai alat analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan IHSG. Namun tidak ditemukan adanya kesamaan pergerakan antara PDB, jumlah uang beredar, dan IHSG.

Kewal (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham gabungan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Variabel penelitian yang digunakan antara lain tingkat inflasi, tingkat suku bunga, kurs, pertumbuhan PDB dan indeks harga saham gabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Gu dan Gao (2013) melakukan penelitian tentang hubungan antara kebijakan moneter the Fed dan pasar saham Amerika. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel M1, M2, indeks bulanan S&P 500, dan Fed Fund Rate. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Fed fund rate dan indeks S & P 500 berhubungan positif dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa the Fed biasanya menaikkan tingkat bunga target saat pertumbuhan ekonomi kuat dan pasar saham dalam tren bullish, dan Memotong suku bunga ketika pertumbuhan menurun dan pasar saham dalam tren bearish.

(21)

Atik (2011) melakukan penelitian tentang hubungan inflasi, nilai tukar, dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Variabel penelitian yang digunakan adalah harga saham sektor perbankan, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga SBI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan positif dan searah dengan harga saham perbankan. Variabel nilai tukar dan suku bunga SBI mempunyai hubungan negatif dan berlawanan dengan harga saham perbankan.

Prasetiono (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor fundamental ekonomi makro dan harga minyak terhadap saham LQ45 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Variabel penelitian yang digunakan adalah faktor fundamental ekonomi makro dan harga minyak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek kurs tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang semua variabel tidak berpengaruh signifikan.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh guncangan ekonomi global yang dilihat dari pergerakan indeks Dow Jones, STI, nilai kurs, harga minyak, dan tingkat suku bunga the Fed terhadap indeks LQ45. Tujuan lain dari penelitian ini juga untuk mengetahui hubungan antar variabel dan respon yang ditunjukkan oleh pergerakan indeks Dow Jones, STI, nilai

(22)

kurs, harga minyak, dan tingkat suku bunga the Fed dengan indeks LQ45. Maka kerangka penelitian akan digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran D. Hipotesis

Berdasarkan uraian, gambaran kerangka pemikiran, dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan dibuktikan, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara perubahan tingkat kurs, harga minyak, tingkat suku bunga the Fed, indeks Dow Jones, STI dengan indeks LQ45.

2. Terdapat perbedaan pola respon indikator perubahan tingkat kurs, harga minyak, tingkat suku bunga the Fed, indeks Dow Jones, STI terhadap indeks LQ45.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran  D.  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

1) Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan.. 2) Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

 Terimakasih kepada semua dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember..  Kepada Dosen Pembimbing saya :

Jadi kata santri adalah orang yang sedang belajar pada seseorang (guru). Maka istilah santri sama dengan istilah murid. Kajian teoretis di atas mengandung permasalahan

Dari gambaran keempat konsep yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini akan dilanjutkan guna mengukur kontribusi antara keseluruhan variabel baik secara partial

Hasil yang didapatkan dari penelitian etika komunikasi dalam kearifan lokal tradisi temanten kucing adalah rumusan-rumusan beserta datum (kumpulan data) yang akan

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam