• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Paramita et al.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Paramita et al."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu

Penelitian yang membahas tentang manajemen laba telah banyak dilakukan. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Paramita et al. (2017) berjudul pengaruh financial distress, risiko litigasi dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2016 dengan 68 sampel perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linear berganda dengan program SPSS yang menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, risiko litigasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, dan pengungkapan corporate social responsibility juga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Damayanti and Kawedar (2018) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, mekanisme pemantauan dan financial distress terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 267 sampel perusahaan pada tahun 2013-2015. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda dengan menggunakan software SPSS 22. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu Mekanisme Pemantauan dan financial distress memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh.

(2)

Miftakhunnimah et al. (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial distress, leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dengan menggunakan objek sektor perusahaan industri ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018 yang berjumlah 22 sampel. Analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial distress dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan leverage dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Melinda and Widyasari (2019) melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2017 dengan menggunakan 26 sampel. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan financial distress, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Khairunnisa et al. (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial distress, perencenaan pajak, ukuran perusahaan, komite audit dan kualitas audit terhadap manajemen laba dengan menggunakan objek sektor perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2018 yang berjumlah 29 sampel. Analisis data yang digunakan yaitu regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial distress, perencaan pajak, ukuran perusahaan dan kualitas

(3)

audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Medyawati and Dayanti (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba menggunakan analisis data panel. Sampel yang digunakan sebanyak 38 perusahaan di sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 dengan menggunakan teknik analis regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Dimara and Hadiprajitno (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kualitas audit, komite audit dan leverage terhadap manajemen laba dengan 71 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda dengan hasil penelitian yang menunjukkan ukuran perusahaan dan leverage berpangaruh positif terhadap manajemen laba sedangkan variabel struktur kepemilikan manajerial, kualitas audit dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Astuti et al. (2017) melakukan penelitian mengenai penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursaa Efek Indonesia periode tahun 2013-2015 dengan 27 sampel perusahaan. Analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

(4)

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Agustia and Suryani (2018) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-2016 dengan sampel 17 perusahaan sektor industri pertambangan. Analisis data yang digunakan yaitu regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan umur perusahaan dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Sucipto and Zulfa (2021) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate governance, financial distress dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019 dengan sampel 7 perusahaan. Analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate governance, financial distress, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

B. Tinjauan Pustaka 1. Teori Keagenan

Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana manajemen laba bisa terjadi. Teori keagenan adalah hubungan tertentu antara antara agen (manajemen) dan prinsipal (pemegang saham). Agen bertugas memenuhi

(5)

tugas yang diperlukan prinsipal, di sisi lain prinsipal memberikan kompensasi berupa bonus untuk agen (Jensen and Meckling 1976). Prinsipal juga memberi wewenang agen untuk pengambilan keputusan. Prinsipal bertugas mengawasi dan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agen berupa semua informasi yang ada di dalam perusahaan. Pihak agen yang berperan sebagai manajer memiliki kuasa atas pilihan alternatif dalam metode pencatatan yang akhirnya digunakan dalam mencatat transaksi yang berpengaruh pada pendapatan.

Ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress manajemen akan berusaha agar kondisi perusahaan tidak menurun. Salah satu cara yang mungkin dilakukan manajer yaitu dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan mengingat kontrak yang telah disepakati sebelumnya. Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki laba yang semakin menurun dalam periode tertentu. Semakin rendah laba yang dihasilkan suatu perusahaan, maka semakin rendah pula deviden yang dibagikan kepada investor. Dengan adanya hal tersebut tentu bertentangan dengan kepentingan investor. Oleh karena itu, manajemen laba dalam teori ini dipengaruhi oleh financial distress.

Pada umumnya, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan membutuhkan dana internal maupun eksternal yang lebih besar. Sebaliknya, perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil maka akan sedikit pula dana internal maupun eksternal yang dibutuhkan. Dana eksternal

(6)

yang dikeluarkan tentunya mempengaruhi laba yang dihasilkan perusahaan. Tentunya hal ini berakibat pada laporan keuangan perusahaan karena terjadi penurunan laba dan bertentangan dengan prinsipal yang menginginkan laba tinggi. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi juga peluang manajer untuk melakukan manajemen laba.

2. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu tingkah laku manajer yang bermaksud untuk meninggikan atau merendahkan laba perusahaan (Subramanyam and Wild 2017). Manajer memiliki kebebasan dalam memilih kebijakan akuntansi yang akan digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Perusahaan dinilai baik kinerjanya apabila laba yang dihasilkan tidak mengalami penurunan. Mengenai hal itu, manajer akan berupaya semaksimal mungkin dan cenderung akan melakukan manajemen laba agar informasi laba yang diberikan lebih baik.

Menurut Subramanyam and Wild (2017) Terdapat empat jenis manajemen laba yang biasanya dilakukan pihak manajemen agar laba yang dilaporkan sesuai yang diinginkan, diantaranya:

a. Peningkatan Laba

Peningkatan laba merupakan salah satu bentuk strategi manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba dalam laporan keuangan saat ini lebih tinggi dari laba yang sebenarnya. Tujuan penerapan strategi ini adalah untuk mendapatkan bonus yang

(7)

lebih besar, meningkatkan keuntungan dan menghindari pelanggarap kontrak jangka Panjang. Peningkatan laba dicapai dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya, dan memindahkan biaya ke periode lain.

b. Taking a Bath

Taking a bath merupakan salah satu strategi manajemen laba, dimana manajemen akan melaporkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan laba periode sebelumnya, guna meningkatkan laba di masa yang akan datang. Strategi ini biasanya diterapkan ketika manajer diubah, digabung (merger), atau re-organisasi.

Metode taking a bath mengakui biaya periode berikutnya dan kerugian periode berjalan. Akibatnya, manajemen menghapus beberapa asset dan membebankan estimasi biaya mendatang. Oleh karena itu, keuntungan untuk periode berikutnya akan lebih tinggi dari yang seharusnya.

c. Menurunkan Laba

Menurunkan laba adalah semacam strategi manajemen laba yang mengurangi laba saat ini sehingga ketika laba diperkirakan akan menurun drastic pada periode berikutnya, hal itu dapat diatasi dengan mengurangi laba periode sebelumnya. Teknik ini biasanya digunakan ketika profitabilitas perusahaan sangat tinggi. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan asset tidak berwujud, pemungutan belanja iklan, dan lain-lain.

(8)

d. Perataan Laba

Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara meningkatkan atau menurunkan laba pada laporan keuangan agar laba yang diperoleh stabil. Hal ini dapat menarik investor, karena investor lebih menyukai laba yang relative stabil dari tahun ke tahun.

Menurut Watts and Zimmerman (1986) dalam positive accounting theory terdapat tiga hipotesis utama perilaku etis seseorang dalam menyusun laporan keuangan dan pencatatan transaksi, yaitu:

a. The Bonus Plan Hypothesis

Manajer akan cenderung mempermainkan dan menggunakan berbagai metode-metode akuntansi apabila perusahaan memberikan bonus berdasar pada sistem besar kecilnya besar atau kecilnya laba yang diperoleh dalam laporan keuangan.

b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang tentunya mendapatkan sanksi berupa pembatasan kewenangan manajer dalam mengelola perusahaan. Untuk menghindari hal tersebut manajer akan berupaya menghindari sanksi tersebut dengan menghindari perjanjian utang dengan meningkatkan laba melalui metode akuntansi yang dipilih.

(9)

c. The Political Cost Hypothesis

Perusahaan yang berhubungan dengan biaya politik cenderung meminimalkan biaya yang dikeluarkan dengan melakukan rekayasa penurunan laba. Manajer menggunakan metode-metode akuntansi dalam laporan keuangan untuk mempermainkan laba yang dihasilkan agar alokasi laba tidak terlalu tinggi.

3. Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut Arifin (2018) financial distress adalah keadaan dimana aliran kas atau alokasi biaya yang harus dibayarkan untuk kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo tidak cukup dan perusahaan terpaksa untuk melakukan kegiatan korektif atas usahanya. Perusahaan dikatakan baik apabila kondisi keuangannya stabil. Perusahaan yang tidak mampu mengelola kinerja keuangan atau gagal dalam penjualan produknya akan mengakibatkan turunnya pendapatan. Financial distress berbeda dengan kebangkrutan. Namun, kebangkrutan tidak muncul begitu saja dalam suatu perusahaan, tetapi indikasi awal berupa financial distress dapat menjadi pemicunya. Analisis financial distress dapat dilakukan untuk menggali informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan untuk mencegah resiko kebangkrutan dalam periode tertentu.

(10)

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari besar atau kecilnya skala perusahaan tersebut. Perusahaan dengan skala besar memiliki jumlat aset yang berlimpah, jumlah pendapatan yang tinggi, dan pangsa pasar yang luas. Hal ini berbanding terbalik dengan perusahaan kecil yang masih dalam proses pengembangan. Di dalam aset yang besar terdapat modal yang besar di dalamnya, semakin besar tingkat penjualan maka perputaran uang perusahaan akan semakin besar sehingga kapitalisasi perusahaan pun bertambah besar. (Sulistyanto 2018)

Besar atau kecilnya perusahaan dapat mendorong manajer melakukan manajemen laba. Perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam laporan keuangan agar investor melirik untuk penanaman modal, sedangkan perusahaan besar membutuhkan banyak pendanaan eksternal yang mengakibatkan penurunan laba dan dapat memengaruhi turunnya saham yang ditanam investor.

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Menajamen Laba

Financial Distress yaitu keadaan dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau kerugian dan total pendapatan tidak dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kewajiban (Hery 2018). Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan financial disress dijelaskan bahwa agen (manajemen) bertugas memenuhi tugas yang diperlukan prinsipal, disisi lain prinsipal (pemegang saham)

(11)

memberikan kompensasi berupa bonus untuk agen. Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki laba yang semakin menurun dalam periode tertentu. Semakin rendah laba yang dihasilkan suatu perusahaan, maka semakin rendah pula deviden yang dibagikan kepada investor. Dengan adanya hal tersebut tentu bertentangan dengan kepentingan investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Paramita et al. (2017), Ernadi and Kamil (2020), Damayanti and Kawedar (2019), Chairunesia et al. (2018) menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dirumuskan yaitu:

H1: Financial Distress berpengaruh terhadap manajemen laba

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari besar atau kecilnya skala perusahaan dan hal itu dapat mendorong manajer melakukan manajemen laba. Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam laporan keuangan agar investor melirik untuk penanaman modal, sedangkan agen (manajemen) perusahaan besar membutuhkan banyak pendanaan eksternal yang mengakibatkan penurunan laba dan dapat memengaruhi turunnya saham yang ditanam investor. Berbeda dengan pihak prinsipal (pemegang saham) yang menginginkan laba yang tinggi untuk kepentingannya. Oleh karena

(12)

itu, semakin besar perusahaan akan semakin besar pengaruhnya dalam melakukan praktik manajemen laba guna melaporkan laba yang baik dan stabil bagi pemakai informasi keuangan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Medyawati and Dayanti (2017) dan Dimara and Hadiprajitno (2017) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dirumuskan yaitu: H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Perusahaan yang mengalami financial distress akan mendapatkan laba yang menurun setiap periodenya. Disaat kondisi keuangan perusahaan tidak stabil, manajer terdorong untuk melakukan manajemen laba guna mendapatkan dana dari investor untuk menutupi kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan. Hal tersebut dilakukan manajer demi mempertahankan posisinya dan mempertahankan kepercayaan investor. Begitu juga dengan ukuran perusahaan, baik perusahaan yang berukuran besar atau kecil manajer akan melakukan manajemen laba untuk menghindari laporan keuangan yang pendapatannya menurun, membuat perataan laba guna mendapatkan kepercayaan investor.

Financial Distress (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

We investigated the contradictions found in the research relating to the computing gender gap and examined the various types of computing skills that are expected of students in

Perbedaan penelitian Cesaria Yomi dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian yaitu pada Bank Umum Syariah (BUS) periode 2009-2012 dan pada variabel independen

Peserta sudah memiliki pengetahuan dan keterampiran yang cukup setelah mengikuti pelatihan kultur jaringan yang diadakan di Laboratorium Biosains dan Bioteknologi Produksi

Peramalan kualitatif yang biasa digunakan adalah pendapat manajemen eksekutif dan hasil survei lapangan; (2) Peramalan Kuantitatif. Teknik peramalan ini didasarkan

Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri.. Paus menyatakan 3

Setelah di injeksikan arus, maka nilai beda potensial bawah tanah dapat terukur..  Dari hasil arus dan

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga

Salah satu sebagai wujud pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga adalah melalui permainan tradisional, permainan tradisional diangkat karena budaya merupakan identitas