• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penelitian yang dilakukan (Wahjuni et al., 2017) menunjukkan bahwa leverage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penelitian yang dilakukan (Wahjuni et al., 2017) menunjukkan bahwa leverage"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan (Wahjuni et al., 2017) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Ini berarti bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi asetnya akan cenderung melakukan manipulasi. Menurut Sari dan Asyik (2013), leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang berarti apabila leverage dalam suatu perusahaan tinggi maka praktik manajemen laba dalam perusahaan tersebut rendah dan berlaku sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena nilai hutang yang rendah disebabkan oleh tingginya tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan agar laporan keuangan terlihat baik untuk meyakinkan para kreditor dan menarik investor.

Penelitian yang dilakukan Aljana & Purwanto (2017) dan Purnama (2017) mengenai pofitabilitas menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian mereka berpendapat bahwa tindakan manajemen perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan cara income minimization (minimisasi laba) maupun income maximization (maksimisasi laba) yang berkaitan juga dengan motivasi manajemen laba.

Penelitian (Gunawan et al., 2015) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian milik (Tala & Karamoy, 2017) dan penelitian milik (Wibisana & Ratnaningsih, 2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Penelitian (Kalbuana et al., 2020) menyatakan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap manajemen laba , didasari bahwa hasil tersebut membuktikan secara

(2)

13

empiris modal intelektual dapat menjadi indikator pemicu terjadinya praktik manajemen laba. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian (Julianingsih et al., 2020) yang menyatakan intellectual capital tidak berpengaruh dengan pendapat mereka yang menyatakan bahwa komponen intellectual capital yang dimiliki perusahaan tidak memberikan kontribusi apabila pengelolaan intellectual capitalnya kurang baik sehingga kurang maksimal.

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori agency

Teori agensi menggambarkan mengenai hubungan keagenan antara pihak pemilik atau principals dengan pengelola atau agent. Hubungan tersebut merupakan kontrak antara satu atau lebih orang (principals) yang melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan kegiatan atau aktivitas perusahaan yang melibatkan pendelegasian atas otoritas dalam pengambilan keputusan (Jensen, 1986). Dengan kata lain, manajemen bertanggung jawab kepada pemegang saham atau investor sebagai principals untuk melaporkan kondisi perusahaan melalui penerbitan laporan keuangan yang ia tangani. Teori keagenan menunjukkan bahwa terdapat dua konflik potensial masalah keagenan.

Informasi keuangan dikategorikan ke dalam bentuk pertanggungjawaban yang akan digunakan untuk pengambilam keputusan (Chandra, 2017). Seringkali informasi yang disampaikan manajemen kepada pemegang saham atau investor terkadang berbeda dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Hal seperti ini disebut dengan asimetri informasi (information asymetric). Teori agensi terwujud dalam kontrak kerja satu atau lebih orang yang mengatur mengenai proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhatikan keadilan dalam bentuk kemanfaatan secara keseluruhan tanpa merugikan salah satu pihak (Setiawati et al, 2019).

2. Discretionary Accruals

(3)

14

Cara mengidentifikasi tindakan manajemen laba dalam penyusunan laporan keuangan dapat dilihat dari nilai discretionary accruals (Sulisyanto, 2008). Dalam hal ini discretionary accrual merupakan bagian akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan pemilihan kebebasan dan keleluasaan dalam mengestimasi dan standar akuntansi yang digunakan. Sebagian besar model manajemen laba memproksikan tindakan rekayasa ini menggunakan discretionary accruals. Konsep ini menggambarkan jika nilai discretionary accrual meningkat atau positif maka menunjukkan bahwa manajemen laba tersebut berada di pola meningkatkan laba, dan sebaliknya jika nilai discretionary accrual menurun atau negatif menunjukkan bahwa tindakan manajemen laba berada pada pola menurunkan laba (Maulidina & Kristanti, 2018).

3. Motivasi Manajemen Laba

Terdapat beberapa motivasi yang mendorong manajer melakukan manajemen laba menurut (Sulistyanto, 2008). Manajemen laba dilakukan dengan meningkatkan laba, meratakan laba atau bahkan menurunkan laba. Kemudian dalam hal ini motivasi tersebut dikelompokkan sesuai dengan yang akan dilakukan, sebagai berikut :

a. Meningkatkan Laba

Terdapat beberapa motivasi atau alasan manajer perusahaan meningkatkan laba :

1) Rencana Bonus (Bonus Plan)

Tolak ukur penilaian kinerja manajer di suatu perusahaan dilihat dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam hal ini, pemilik perusahaan menjanjikan bonus kepada manajer, yang dimana hal tersebut menjadi motivasi manajer untuk melakukan kecurangan manajerial.

2) Menaikkan Harga Saham Perusahaan

Tujuan ini sangat diinginkan perusahaan, dikarenakan laba yang

(4)

15

besar akan membuat profil atau nama perusahaan baik bagi pengguna, sehingga harga saham yang dihasilkan pun akan naik pesat.

3) Penawaran Saham Perdana

Penawaran saham perdana dilakukan suatu perusahaan private untuk pertama kalinya kepada publik. Pada perusahaan private seluruh kepemilikan perusahaan dikuasai orang lain. Hal ini yang membuat pemilik mempunyai hak dan tanggung jawab yang lebih besar di perusahaan (Sulistyanto, 2008).

4) Seasoned Equity Offerings

Seasoned Equity Offerings memiliki arti penawaran saham tambahan yang dilakukan perusahaan publik apabila memerlukan dana tambahan untuk kegiatan operasional perusahaan (Sulistyanto, 2008).

b. Meratakan Laba

Terdapat beberapa motivasi atau alasan manajer perusahaan meratakan laba : 1) Motivasi Pasar Modal

Penyerahan pengelolaan perusahaan dari pihak pemegang saham kepada yang mengelola atau manajer secara konseptual terjadi pemisahan fungsi. Sebagai pihak yang lebih mengetahui informasi perusahaan daripada pihak lain, manajer akan melakukan tindakan yang mementingkan kepentingannya terlebih dahulu. Upaya manajer yang dilakukan dengan memanfaatkan laporan keuangan perusahaan, hal ini dilakukan dengan menunda pengungkapan, mengubah informasi dan menyembunyikan informasi.

2) Laporan untuk para Investor

(5)

16

Tujuan ini dikarenakan dorongan laporan untuk para investor. Semua perusahaan memang harus melaporkan laporan keuangannya kepada investor pada akhir periode. Hal ini dilakukanvagar laba perusahaan tampak stabil dan investor menilai positif kinerja perusahaan.

c. Menurunkan Laba

Terdapat beberapa motivasi atau alasan manajer perusahaan menurunkan laba : 1) Pelanggaran Perjanjian Utang (Debt Convenant)

Kemampuan perusahaan dan resiko yang dihadapi perusahaan dapat dilihat dari perjanjian utang ini. Dengan kata lain, ketika manajer telah menandatangani kontrak utang manajer bertanggung jawab dalam mengelola dana pinjaman untuk aktivitas produktif yang diharapkan memberikan hasil yang optimal. Semakin besar timbal balik yang dihasilkan manajer maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk mengembalikan dana pinjaman beserta bunga yang telah tercantum di perjanjian. Sebaliknya, semakin kecil timbal balik yang dihasilkan manajer maka semakin kecil kemampuan perusahaan untuk mengembalikan dana pinjaman beserta bunganya.

2) Alasan Motivasi Politik

Motivasi ini diterapkan apabila perusahaan tersebut memiliki kaitan dengan pemerintah. Perusahaan akan cenderung menurunkan laba akibat tekanan public tersebut. Namun di sisi lain, dengan adanya motivasi ini juga bisa membuat perusahaan mengehmat pajak yang akan dibayarkan.

4. Manajemen Laba

Setiap perusahaan tentunnya berkewajiban untuk menyediakan laporan keuangan yang dipertanggungjawabkan langsung oleh seorang manajer. Menurut (Setiawati & Na’im, 2000) manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan

(6)

17

eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Akibat penyalahgunaan kebijakan tersebut kini praktek manajemen laba sudah menjadi hal yang wajar karena pihak manajer akan melakukan praktek tersebut apabila kondisi keuangan perusahaan mereka mengalami penurunan yang besar.

Manajemen laba terjadi bila manajer menggunakan peluang atas tindakannya untuk memuaskan dirinya sendiri dalam penyusunan laporan keuangan dengan mempermainkan angka-angka seperti mengatur transaksi yang telah terjadi dengan melakukan perubahan laporan keuangan untuk memberi kesan tertentu yang nantinya akan mempengaruhi tindakan stakeholder dalam pengambilan keputusan yang dimana stakeholder bergantung pada laporan keuangan tersebut. Perbuatan ini dilakukan manajer dengan memanfaatkan kelemahan pihak lain yang tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi perusahaan, yang mengakibatkan stakeholder mengalami kerugian dengan kehilangan kesempatan untuk memperoleh return dari kerja sama yang dijalinnya dengan perusahaan yang bersangkutan (Sulisyanto, 2008).

Berdasarkan dari definisi oleh beberapa ahli diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan manajer untuk merekayasa angka- angka dalam laporan keuangan atau memanipulasi laba pada suatu perusahaan untuk proses pelaporan keuangan sehingga menyebabkan pelaporan keuangan suatu perusahaan bukan berdasarkan keadaan yang sebenarnya dengan tujuan memperoleh keuntungan yang diharapkan.

5. Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

(7)

18

manajemen perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir, 2012). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasiterhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.

Menurut Astuti dan Nuswandari (2013) profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dari keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dan operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil- hasil operasi. Profitabilitas yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

6. Leverage

Rasio leverage adalah rasio penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Penggunaan hutang dalam kegiatan pendanaan perusahaan tidak hanya memberikan dampak yang baik bagi perusahaan.

Leverage menunjukkan sumber dana atau kemampuan perusahaan dari hutang yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan (Setiawati et al, 2019). Leverage sebagai salah satu usaha perusahaan untuk meningkatkan laba, dalam hal ini leverage dapat menjadi

(8)

19

tolak ukur untuk melihat kinerja manajer dalam mengelola laba perusahaan (Astuti, 2017).

Menurut (Maulidina & Kristanti, 2018) leverage juga dapat memperlihatkan risiko perusahaan sehingga dengan nilai rasio leverage yang tinggi dapat memotivasi manajer untuk melakukan Tindakan manajemen laba. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan menyeimbangkan antara jumlah utang dengan sumber dana yang dipakai untuk membayar utang tersebut beserta biaya tetapnya. Perusahaan yang memiliki rasio leverage relatif tinggi maka perusahaan tersebut memiliki harapan yang tinggi dalam pengembalian ketika perekonomian perusahaan berada pada kondisi yang normal. Bila risiko yang dihadapi perusahaan semakin tinggi maka dalam menghasilkan laba di masa depan menjadi tidak pasti semakin meningkat. Rasio leverage menggambarkan hubungan dengan return perusahaan yang dimana hutang digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan (Agustia, 2013).

Apabila perusahaan melakukan kesalahan dalam strategi bisnis dan pengambilan keputusan hal itu dapat mengakibatkan perusahaan terancam tidak dapat membayar kewajibannya. Dalam hal ini perusahaan yang terancam tidak dapat membayar kewajibannya akan memicu kemungkinan pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba sehingga pandangan investor maupun publik terhadap perusahaan tetap baik dengan melihat hasil laporan keuangannya (Sarmo et al., 2020).

7. Intellectual Capital

Dalam (Sawarjuwono, 2003) modal intelektual atau intellectual capital merupakan perpaduan dari human capital, structural capital dan customer capital dan terkait dengan pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan nilai lebih perusahaan untuk bersaing secara global. Dari definisi intellectual capital yang telah dikemukakan, secara umum disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan bentuk aset tak berwujud perusahaan yang mencakup beberapa item seperti kekayaan intelektual, pengalaman perusahaan, hubungan dan reputasi pelanggan. Intellectual Capital sebagai pendorong keunggulan kompetitif yang memiliki

(9)

20

nilai lebih daripada perusahaan lain dan menghubungkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan pengetahuan (Hang Chan, 2009).

Human capital merupakan dimensi intellectual capital yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman manusia, yang akan mempengaruhi nilai perusahaan dengan cara mempengaruhi elemen lain dalam perusahaan (Wang dan Chang, 2005).

Structural capital merupakan setiap hal yang dihasilkan oleh karyawan, database, software, panduan, struktur organisasi dan lain sebagainya.

Customer capital merupakan asset yang tampak dari reputasi perusahaan dan loyalitas konsumen. Customer capital didefenisikan sebagai sumber daya yang berkaitan dengan konsumen.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Perusahaan dengan tingkat Leverage tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat agar tidak diawasi secara ketat atau menghindari pengawasan khusus dari para pemegang hutang. Kurangnya pengawasan selain menyebabkan leverage yang tinggi juga akan meningkatkan perilaku oportunis manajemen seperti melakukan manajemen laba untuk mempertahankan kinerjanya di mata pemegang saham dan publik. Investor maupun calon investor untuk melihat kemampuan dan resiko perusahaan, salah satunya dengan leverage rasio

Penelitian yang dilakukan oleh Maulidina & Kristanti (2018) dan Astuti et al., (2017) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Hasil ini dibuktikan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Dapat disimpulkan bahwa Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Leverage sebagai salah satu usaha peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam hal manajemen laba.

(10)

21

Perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar utang pada waktunya. Keadaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi memiliki pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen dapat membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat.

H1 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

2. Intelectual Capital berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Perusahaan tentu perlu adanya sumber daya manusia untuk mengelola aset perusahaan, sehingga dapat berjalan dengan semestinya. Menurut Klein and Prusak intellectual capital adalah sesuatu yang direncanakan dan digunakan yang kemudian dikembangkan untuk menghasilkan nilai aset suatu perusahaan yang lebih tinggi (Sawarjuwono, 2003). Intellectual Capital yang memiliki nilai lebih sebagai pendorong daripada perusahaan lain dan menghubungkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan pengetahuan (Hang Chan, 2009).

Besarnya Modal Intelektual (IC) yang dimiliki sebagian perusahaan manufaktur di Indonesia sangat mempengaruhi Manajemen Laba. Pada penelitian Kalbuana et al., (2019) menghasilkan variabel intellectual capital berpengaruh positif tehadap manajemen laba.

Hal ini membuktikan secara empiris bahwa modal intelektual dapat menjadi indikator pemicu terjadinya praktik manajemen laba. Dengan adanya intellectual capital yang tinggi, maka perusahaan dapat melakukan praktik manajemen laba.

Dari pembahasan diats menunjukkan bahwa intellectual capital berperan penting di dalam suatu perusahaan. Intellectual capital yang tinggi memicu perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba. Jika rendah maka perushaan tersebut tidak akan melakukan praktik manajemen laba.

H2 : Intelectual Capital berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

(11)

22

3. Profitabilitas berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dalam kaitannya dengan manajemen laba (earning management), profitabilitas dapat mempegaruhi manajer untuk melakukan manajemen laba. Karena jika profitabilitas yang didapat perusahaan rendah, umumnya manajer akan melakukan tindakan manajemen laba untuk menyelamatkan kinerjanya di mata pemilik.

Hal ini berkaitan erat dengan usaha manajer untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya. Archibalt dalam Herni dan Yulius Kurnia Susanto (2008) menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah cenderung melakukan perataan laba. Rasio profitabilitas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Hal ini dibuktikan melalui yang dilakukan oleh (Guna & Herawaty, 2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan agency theory dimana manajemen perusahaan sebagai agen melakukan tindakan yang hanya mementingkan kepentingan sendiri karena telah melakukan manipulasi laporan keuangan sehingga merugikan pihak investor. Selain itu, penelitian ini mendukung teori akuntansi positif yang menerangkan adanya motivasi bagi manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan manajemen laba. Dengan cara mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.

H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

D. Kerangka Pemikiran

Untuk memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini dan mengetahui pengaruh variabel leverage, Intellectual capital dan

(12)

23

profitabilitas terhadap manajemen laba, maka dibentuk suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Leverage

(X1)

Profitabilitas (X3)

Intellectual Capital

(X2) Manajemen Laba

(Y)

Size

(Variabel Control)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Leverage (X1) Profitabilitas (X3) Intellectual Capital (X2) Manajemen Laba (Y) Size (Variabel Control)

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam

a) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. b) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan

Selama administrasi perpajakan tidak mengoreksi jumlah pajak terutang yang telah ditetapkan dan dibayar sendiri oleh wajib pajak (dalam SPT) dengan menerbitkan

Setelah data yang berkaitan dengan Strategi Pemasaran Produk Tabungan ‚FAEDAH‛ yang ada di Bank BRISyariah KCI Gubeng Surabaya terkumpul selanjutnya akan dianalisis

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Tindakan bodoh adalah sesuatu yang dilakukan tapi tidak membuat Anda mendekati yang Anda inginkan atau, bahkan lebih buruk lagi, menjauhkan dari yang Anda

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai, agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar