• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Papua dan Papua Barat yang sebelumnya bernama Irian Jaya mempunyai luas hutan + 40,5 juta hektar, kaya akan berbagai jenis flora dan fauna. Kekayaan flora diindikasikan dengan lengkapnya tipe hutan yang dimiliki mulai dari tipe hutan mangrove sampai vegetasi alpin. Keaneka ragaman flora diduga mencapai 15.000 - 20.000 jenis tumbuhan tinggi dengan jumlah marga yang sudah teridentifikasi sebanyak 1.465, dimana paling sedikit 124 marga diantaranya endemik. Demikian halnya dengan jenis fauna, terdapat 268 jenis burung endemik dari 641 jenis burung yang telah ditemukan pada saat itu [1].

Hutan Papua Barat merupakan salah satu The Global Tropical Wilderness Areas selain Hutan Tropis Amazone dan Hutan Tropis Kongo, juga The Larger Tropical Rain Forest Ecosystem paling lengkap dan sangat unik terbentang dari pesisir pantai sampai pegunungan atas. Hutan Papua Barat termasuk dalam The World’s Tropical Biodiversity Hotspots karena memiliki tingkat keanekaragaman hayati endemik sangat tinggi [2].

Berdasarkan data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah (BPKH) XVII Manokwari tahun 2008, saldo akhir luas kawasan hutan dalam Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) Provinsi Papua Barat Tahun 2008 adalah seluas 9.384.724 Ha dengan luas Kawasan Konservasi seluas 2.814.275 Ha (29,9%); Hutan Lindung seluas 1.708.230 Ha (18,2%); dan Hutan Produksi Terbatas seluas 922.937 Ha (9,83%), Hutan Produksi (HP) seluas 1.733.207 Ha (18,47%) dan Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 2.206.074 Ha (23,51%). Berdasarkan kondisi penutupan lahan diketahui bahwa hutan primer seluas 5.768.907 Ha (61,47%), hutan sekunder/bekas tebangan seluas 2.812.961Ha (29,97%), dan tidak berhutan seluas 802.856 Ha (8,55%) [1].

(2)

2

Data-data NSDH yang diberikan BPKH XVII Manokwari, merupakan sebagian kecil dari NSDH Kemenhut seluruh wilayah Indonesia. Data-data NSDH dari masing-masing wilayah satuan kerja tersebut oleh Kemenhut dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah aplikasi berbasis web, yaitu webGIS Kementerian Kehutanan. WebGIS Kemenhut merupakan sistem informasi website berbasis GIS (Geographic Information System) atau SIG (Sistem Informasi Geografi).

Bagi sebuah organisasi dalam hal ini Kemenhut, sistem informasi geografi penting karena berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi. Informasi diperlukan sebagai bahan untuk membuat keputusan. Keputusan yang baik didasarkan kepada informasi yang baik dan informasi yang baik dapat disediakan oleh sistem informasi yang baik. Kesuksesan sebuah sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakannya, sehingga mampu mencapai tujuan organisasi [3]. Dalam kegiatan pengelolaan kawasan hutan, Kementerian Kehutanan RI menghadapi permasalahan sistem informasi kehutanan dalam tata batas kawasan konservasi hutan. Dengan berkurangnya kawasan hutan, Kemenhut RI membutuhkan suatu sistem pengelolaan data kawasan hutan yang akurat, lengkap dan mutakhir. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kemenhut RI telah membangun Sistem Informasi Geografi Kementerian Kehutanan yang berbasis web (webGIS).

Sebagai suatu sistem yang sudah diimplementasikan, evaluasi SIG Kehutanan di Kemenhut dipandang perlu untuk dievaluasi guna mengoptimalkan penggunaan sistem dalam penentuan batas kawasan hutan. Dalam mengevaluasi SIG Kehutanan ini, maka sangat dibutuhkan umpan balik dari penggunanya (user), sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan penyempurnaan sistem. Pengguna (user) merupakan orang yang dianggap paling mengetahui apakah sistem berjalan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, kepuasan pengguna serta persepsi mengenai manfaat yang diperoleh merupakan ukuran yang sangat baik dalam menilai kesuksesan implementasi SIG Kehutanan. Hal ini

(3)

3

hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Goodhue dan Thompson bahwa keberhasilan sistem informasi tergantung pada bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan [4].

Doll dan Torkzadeh telah mengembangkan instrumen kepuasan pengguna akhir sebagai tolok ukur kesuksesan suatu sistem informasi yang telah banyak digunakan dalam penelitian mengenai sistem informasi. Kepuasan pengguna akhir sistem informasi dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan suatu sistem informasi [5]. Demikian juga dengan model kesuksesan penerapan sistem informasi yang dibuat oleh DeLone dan McLean. DeLone dan McLean menyatakan bahwa salah satu variable yang berpengaruh adalah kepuasan pengguna akhir. Maka dari pada itu penelitian yang akan diambil dalam kegiatan ini adalah pengaruh sistem informasi geografi kehutanan terhadap kepuasan penggunanya [6].

Sebenarnya untuk mengukur tingkat keberhasilan susatu sistem informasi ada beberapa model. Model penilaian keberhasilan atau kesuksesan sistem informasi dengan menggunakan kepuasan atau penerimaan sebagai tolok ukur, di antaranya adalah model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, TAM (Technology Acceptance Model), TTF (Task Technology Fit), UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology). Model TAM (Technology Acceptance Model) dan UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology) banyak digunakan pada penelitian untuk melihat keberhasilan sistem dari sisi penerimaan user terhadap sistem. Sedangkan TTF (Task Technology Fit) digunakan untuk melihat kesesuaian antara karakteristik tugas dengan teknologi yang ada. Penelitian yang akan dikerjakan ini menggunakan model DeLone dan McLean tahun 2003 dengan sedikit modifikasi. Model ini dipilih karena dianggap mampu untuk menjelaskan evaluasi sistem dari sisi pengguna yaitu kepuasan pengguna Sistem Informasi Geografi Kehutanan. Selain itu masih minimnya evaluasi tentang sistem informasi peta kawasan hutan yang menggunakan model ini sehingga model DeLone dan McLean-lah yang digunakan dalam penelitian ini.

(4)

4

Karena model DeLone dan McLean sangat sesuai dengan evaluasi sistem informasi geografi kehutanan Kemenhut.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan implementasi Sistem Informasi Geografi Kementerian Kehutanan di Papua Barat berdasarkan model DeLone dan McLean.

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang sistem informasi dengan menggunakan model kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik dari luar maupun dalam negeri, seperti Evaluasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaiaan (SIMPEG) di Badan Kepegawaiaan Daerah Kabupaten Banyumas, tentang kualitas sistem, kualitas informasi dan efektifitas dari proses sistem informasi manajemen kepegawaian yang telah berjalan dengan menggunakan model DeLone dan McLean [7].

Pengujian Model DeLone dan McLean Terhadap Layanan Mobile Banking di Bank Rakyat Indonesia juga pernah dilakukan oleh Kurniawan dengan menggunakan model DeLone McLean tahun 1992 dengan hasil penelitian yang menunjukkan semua variabel berpengaruh dan positif terhadap hubungan antara penggunaan sistem dengan dampak individu [8].

Andriyani meneliti tentang Analisis Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Di BPK RI Dengan Model Kesuksesan DeLone dan McLean Modifikasian. Penelitian ini memodifikasi mode DeLone dan McLean dengan menghilangkan konstruk penggunaan (use) yang menghasilkan kepuasan pengguna sistem dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan [3].

Penelitian-penelitian tersebut umumnya dilakukan pada organisasi profit maupun kepemerintahan berkaitan dengan urusan intern perusahaan. Sementara penelitian yang akan diambil ini berkaitan dengan pemetaan kawasan hutan yang

(5)

5

bertujuan untuk pengambilan suatu keputusan. Selain itu, penelitian ini menggunakan model kesuksesan De Lone dan Mc Lean yang terbaru tahun 2003 dan sedikit dimodifikasi [9].

Peneliti akan melakukan pengukuran tingkat kesuksesan dari penggunaan sistem informasi geografi kehutanan yang akan dapat memberikan rekomendasi dalam pengambilan suatu keputusan berdasarkan peta kawasan hutan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji sejauh mana tingkat kesuksesan Sistem Informasi Geografi Kehutanan di Provinsi Papua Barat. Tingkat kesuksesan yang dimaksudkan disini adalah diketahuinya pengaruh kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagi Kementerian Kehutanan, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam hal ini Dirjend Planologi Kemenhut mengenai kepuasan yang berpengaruh terhadap efektifitas dan kesuksesan Sistem Informasi Geografi Kehutanan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas sistem informasi kehutanan dimasa yang akan datang.

2) Sebagai sumber referensi penelitian berikutnya dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pengelolaan data kawasan konservasi kehutanan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk