46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan berdiri pada tahun 1023, berawal dengan nama RSJ Grogol (Jelambar). Pada ahun 1942 sempat ditutup dan pasien dipindah ke RSJ Bogor oleh Jepang. Difungsikan kembali tahun 1974. Diresmikan sebagai proyek Pelopor Kesehatan Jiwa Bidang Preventif dan Kuratif tahun 1965. Dalam rangka upaya meningkatkan citra positif, maka sejak tahun 1999 telah terakreditasi dan tahun 2002 diubah namnaya dengan mengabdikan nama dari seorang tokoh yang berperan dalam pengembangan kesehatan jiwa yaitu menjadi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.
Visi rumah sakit ini adalah “ Menjadi Pusat Unggulan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Perkotaan “. Dan misi rumah sakit ini adalah 1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan bagi masyarakat perkotaan di bidang promotif, perventif, kuratif dan rehabilitatif. 2) Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan pengembangan IPTEK tenaga keshatan jiwa. 3) Melaksanakan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. 4) Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Jenis pelayanan di rumah sakit ini yaitu pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, pelayanan mobil psikiatri
47 keliling, pelayanan diklat dan litbang, pelayanan rehabilitasi dan pelayanan lainnya.
B. Gambaran Pelayanan Gizi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan yaitu asuhan gizi, penyelenggaraan makanan penelitian dan pengembangan Gizi. Sumber Daya Manusia di Instalasi Gizi
terdiri dari 6 orang ahli gizi, 11 orang juru masak, 3 orang pramusaji dan 2 orang cleaning service. Sistem penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini adalah sentralisasi. Dalam melakukan asuhan gizi, ahli gizi menimbang pasien baru di setiap ruangan setelah mengkaji data pendukung diantaranya data antropometri, biokimia dan klinis. Jenis pasien yang dilayani adalah pasien VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Menu yang digunakan adalah menu 10 hari + 1. Pasien yang dilayani di rumah sakit ini homogen sehingga tidak terlalu rumit dalam memberikan terapi gizi. Pada tahun 2008 jenis diet yang kami berikan kepada pasien adalah diet TKTP. Karena pasien jiwa seringkali masuk rumah sakit dalam keadaan kurus. Oleh karena itu, pemberian terapi gizi bagi pasien dengan status gizi kurang menjadi perhatian yang lebih.
48 C. Deskripsi Data Responden
1. Gambaran Berat Badan Pasien
1.1 Gambaran Perubahan Berat Badan Pasien
Analisis deskripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang distribusi perubahan berat badan pasien schizophrenia dengan gizi kurang sebelum dan sesudah diberikan kedua bentuk makanan tambahan. Berikut adalah distribusi Perubahan berat badan secara keseluruhan, berat badan awal, berat badan setelah diberikan kedua makanan tambahan
Tabel 4.1 Tabel Perubahan berat badan
Dari tabel di atas terjadi perbedaan berat badan minimum, maksimum, dan nilai mean. Pasien mengalami penambahan berat badan setelah diberikan makanan tambahan.
N Minimum Maksimum Mean
Std. Deviasi
BB awal pasien 45 38.3 53.0 46.1 3.6224
BB akhir bentuk makanan 1 45 38.5 53.0 46.2 3.6148 BB akhir bentuk makanan 2 45 38.7 53.2 46.4 3.6231
49 1.2 Gambaran Penambahan Berat Badan Pasien
Pada table 4.2 menjelaskan tentang distribusi penambahan berat badan. Nilai rata-rata penambahan berat badan setelah diberikan bentuk makanan tambahan 1 dan 2 masing-masing 80 gr dan 204.4 gr, nilai maksimum untuk masing-masing setelah diberikan kedua makanan tamabahan dalah 100 gr dan 800 gr. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi penambahan berat badan pasien yang lebih banyak setelah diberikan perlakuan 2.
Tabel 4.2 Tabel Penambahan Berat Badan Kenaikkan BB
(gr)
Bentuk makanan tambahan 1 ( susu dan telur terpisah)
Bentuk makanan tambahan 2 (susu &
telur tercampur modisko)) n % n % 0 16 35,6 4 8.9 100 22 48,9 8 17.8 200 7 15,6 22 48.9 300 0 0 8 17.8 400 0 0 2 4.4 800 0 0 1 48.9 Jumlah 45 100 45 100 Mean 80 204.4 Median 100 200 Modus 100 200 Std. Deviasi 69.413 131.349 Minimum 0 0 Maksimum 200 800
50 Gambar 4.1 Grafik Histogram Penambahan Berat Badan
Berdasarkan Bentuk Makanan Tambahan
perubahan BB pasien (gr) setelah perlakuan 1 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0
perubahan BB pasien (gr) setelah perlakuan 1
30 20 10 0 Std. Dev = 69.41 Mean = 80.0 N = 45.00
perubahan BB pasien gr) setelah perlakuan 2 800.0 600.0 400.0 200.0 0.0
perubahan BB pasien gr) setelah perlakuan 2
40 30 20 10 0 Std. Dev = 131.35 Mean = 204.4 N = 45.00
Berdasarkan gambar 4.1. Grafik histogram penambahan berat badan pasien setelah diberikan perlakuan 1 dan 2 selama 7 hari berdistribusi mendekati normal.
1.3 Asupan Energi Tambahan
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Asupan Makanan Tambahan Asupan Makanan (Kal) Bentuk makanan
tambahan 1 Bentuk makanan tambahan 2 n % N % 65.3 6 13.3 1 2.2 130.6 16 35.6 4 8.9 261.2 23 51.1 40 88.9 Total 45 100 45 100 Mean 188.7 245.3 Median 261.2 261.2 Modus 261.2 261.2 Std. Deviasi 77.8 46.5 Minimum 65.3 65.3 Maksimum 261.2 261.2
51 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata asupan energi pasien pada pemberian bentuk makanan tambahan 1 sebesar 188.7 kal sedangkan rata-rata asupan energi pasien pada pemberian bentuk makanan tambahan 2 sebesar 245.3 kal. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata asupan energi pasien pada pemberian bentuk makanan tambahan 2 lebih besar 56.6 kal daripada rata-rata asupan energi pasien pada pemberian bentuk makanan tambahan 1.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengolahan data dari setiap variabel, maka didapatkan hasil skor penilaian : mean, median, modus, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. Standar deviasi adalah jumlah nilai penyimpangan setiap hasil pengamatan terhadap nilai rata-rata. Makin kecil angka deviasi, maka semakin mendekati angka sebenarnya.
. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan penambahan BB pasien schizophrenia dengan status gizi kurang di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Berdasarkan alasan tersebut, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan analisis uji t-Test dua sample dependen dan uji anova one way. Penulis akan menggunakan analisis data kuantitatif dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5% atau α = 0,05
52 D.1 Uji Beda Rata-rata Penambahan Berat Badan Pasien
Berikut adalah hasil analisis uji beda rata-rata 2 sampel dependen tentang rata-rata penambahan berat badan setelah diberikan kedua bentuk makanan tambahan.
Tabel 4.5 Uji Beda Rata-rata Perbedaan Penambahan Berat Badan Pasien Paired Samples Statistics
Mean N Standar
Deviasi Kenaikkan BB Setelah Pemberian Bentuk
Makanan Tambahan 1 (gr) 80 45 69.413
Kenaikkan BB Setelah Pemberian Bentuk
Makanan Tambahan 2 (gr) 204.44 45 131.349
Paired Samples Test
Angka perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar (– 124.44) menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yaitu dari rata-rata penambahan berat badan setelah diberikan bentuk makanan tambahan 1 sebesar 80.00 gr sedangkan rata-rata penambahan berat badan setelah diberikan bentuk
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Standar Deviasi Std. Error Mean Kenaikkan BB Setelah Pemberian Bentuk Makanan Tambahan 1 (gr)- Kenaikkan BB Setelah Pemberian Makanan Tambahan Bentuk 2 (gr) -124.44 126.441 18.844 -6.604 44 .000
53 makanan tambahan 2 sebesar 240.44 gr. Dari tabel 4.6 nilai signifikansi α = 0.025 α < 0.05 jadi dapat disimpulkan perbedaan rata-rata penambahan berat badan pasien setelah diberikan perlakuan 1 dengan setelah diberikan perlakuan 2 adalah signifikan.
Nilai t hitung di atas adalah (-6.604) sedangkan nilai t tabel dengan df = 44 adalah 2.0154 maka Ho diterima, oleh karena itu Ha ditolak. Artinya Ada perbedaan rata-rata penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang berdasarkan bentuk makanan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
D.2. Uji Beda 2 Rata-rata Asupan Energi Pasien
Dalam Hirnawati daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya.
Tabel 4.6 Uji Beda Rata-rata Perbedaan Asupan Energi Berdasarkan Bentuk Makanan
Paired Samples Statistics
Mean N Standar Deviasi
asupan energy bentuk makanan tambahan 1 asupan
energy bentuk makanan tambahan 2 188.6771 245.2840 45 45 77.81074 46.51053
54
Angka Perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar (–56.6069) menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yaitu dari rata-rata
asupan energi yang berasal dari bentuk makanan tambahan 1 sebesar 188.6771 Kal, rata-rata asupan energi yang berasal dari bentuk makanan tambahan 2 sebesar 245.2840 Kal. Nilai signifikansi α = 0.508 α > 0.05. Nilai t hitung pada tabel di atas adalah (-4.389) sedangkan nilai t tabel dengan df = 44 adalah 2.0154 maka Ho diterima, oleh karena itu Ha ditolak. Artinya ada perbedaan asupan energi pasien schizophrenia dengan status gizi kurang antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.
D.3 Uji Anova Perbedaan Rata-rata Penambahan Berat Badan Berdasarkan Asupan Makanan Tambahan
Uji Anova merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Dari hasil yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis dengan uji anova untuk mengetahui perbedaan rata-rata penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang berdasarkan asupan makanan
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Standar Deviasi Std. Error Mean asupan energi bentuk makanan tambahan 1 asupan energi bentuk makanan tambahan 2 -56.6069 86.51685 12.89717 -4.389 44 .000
55 tambahan. Dalam Almatsier, Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Begitu juga dalam Daldiyono, Berat badan merupakan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi energi, protein dan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlangsung. Jadi dapat dikatakan bahwa asupan makanan berupa energi dan protein mempengaruhi status gizi seseorang yang dapat diukur melalui perubahan berat badan.
Tabel 4.7
Perbedaan Rata-rata Penambahan Berat Badan Berdasarkan Asupan Makanan Tambahan Perlakuan 1 Perlakuan 2 N Mean N Mean habis 1/4 6 33.33 1 .00 habis 1/2 16 56.25 4 25.00 habis semua 23 108.70 40 227.50 Total 45 80.00 45 204.44
Berdasarkan tabel 4.7, pasien yang menghabiskan semua makanan tambahan pada perlakuan 1 sebanyak 23 pasien rata-rata mengalami penambahan berat badan sebanyak 108.7 gr sedangkan pada perlakuan 2 sebanyak 40 pasien rata-rata mengalami penambahan berat badan sebanyak 227.50 gr dengan nilai F hitung sebesar 7.03 secara statistic signifikan (p=0.002) maka dapat disimpulkan bahwa asupan makanan tambahan mempengaruhi rata-rata penambahan berat badan.