• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN. HUBUNGAN PERAN KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN LAMA HARI RAWAT DI RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN. HUBUNGAN PERAN KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN LAMA HARI RAWAT DI RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA OLEH :"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA

DENGAN LAMA HARI RAWAT DI

RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

OLEH :

DIANA NOMIARSIH

2013727011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii   

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN Riset Keperawatan, Maret 2015

DIANA NOMIARSIH

HUBUNGAN PERAN KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN LAMA HARI RAWAT DI RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2015

VII Bab + 65 Halaman + 15 Tabel + Lampiran Abstrak

Peran keluarga sangat penting dalam perawatan klien gangguan jiwa meliputi lima tugas kesehatan terutama dalam pemberian dan pengawasan minum obat serta memodifikasi lingkungan yang mendukung dalam proses penyembuhan klien dan menurunkan lama hari rawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan adanya hubungan peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat.Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross

Sectional. Jumlah sampel yang diambil adalah 87 responden, analisa data menggunakan

uji Chi-Square dengan α = 0,05. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value = 0,003, maka dapat dinyatakan ada hubungan peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat dengan nilai OR = 4,625 yang artinya peran keluarga yang kurang beresiko 4,625 kali lama hari rawatnya lebih panjang daripada yang peran keluarganya baik.

Kata kunci : Peran keluarga, gangguan jiwa, lama hari rawat Daftar pustaka : 23 (Tahun 2003 -2014)

(5)

iv   

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan HidayahNya yang diberikan sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian keperawatan jiwa dengan judul “HUBUNGAN PERAN KELUARGA KLIEN

GANGGUAN JIWA DENGAN LAMA HARI RAWAT DI RS JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN TAHUN 2015”. Laporan penelitian keperawatan ini diajukan sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan membimbing dalam penyelesaian usulan penelitian riset keperawatan ini, yaitu kepada :

1. Bapak DR.Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

2. Ibu Irna Nursanti, M.Kep,.Sp.Kep.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

3. Bapak Giri Widagdo, SKp.MKM selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis

4. Bapak Dr. Aris Tambing,MARS selaku Direktur Utama RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

5. Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini yang telah berkenan memberikan informasi yang sangat bermakna.

(6)

v   

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan penelitian ini, oleh karena itu penulis membuka diri untuk pemberian kritik dan saran menbangun demi kesempurnaan dan kelanjutan usulan penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Warah matullahi wabarakatuh.

(7)

vi   

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LembarPersetujuan ... i Lembar Pengesahan ... ii Abstrak ... iii Kata Pengantar ... iv Daftar Isi ... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa ... 8

2.2 Peran Keluarga ... 16

2.3 Lama HariRawat ... 17

2.4 PenelitianTerkait ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 KerangkaKonsep ... 25

3.2 Hipotesis ... 26

(8)

vii   

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel ... 28

4.3 Tempat Penelitan ... 31

4.4 Waktu Penelitian ... 31

4.5 Etika Penelitian ... 32

4.6 Alat dan Cara Pengumpulan Data ... 33

4.7 Uji Coba Instrumen ... 36

4.8 Pengolahan Data ... 37

4.9 Analisa Data ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat ... 41

5.2 Analisa Bivariat ... 43

5.3 Analisa Bivariat Confounding dengan Peran Keluarga ... 43

5.4 Analisa Bivariat Counfonding dengan Lama Rawat ... 50

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden ... 56

6.2 Peran Keluarga ... 57

6.3 Lama Hari Rawat ... 58

6.4 Hubungan Peran Serta Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat ... 59

6.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Peran Keluarga ... 62

6.6 Hubungan Karakteristik Responden dengan Lama Hari Rawat ... 62

(9)

viii   

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 64 7.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Penelitian

LAMPIRAN 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden LAMPIRAN 3 Lembar Kuesioner

(10)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang secara klinis signifikan yang terjadi pada individu dan berkaitan dengan distres yang dialami (mis., gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan satu atau lebih area fungsi) atau secara signifikan meningkatkan risiko mengalami kematian, nyeri, disablitas atau kehilangan kebebasan (The American Psychiatric Association= APA, 2000).

The Global Burden of Disease 2010 mengestimasi bahwa terdapat 400 juta orang

menderita depresi (termasuk distimia) dan 272 juta menderita gangguan ansietas, 59 juta orang menderita gangguan bipolar dan 24 juta menderita skizofrenia, 140 juta orang mengalami gangguan akibat penggunaan alkohol dan napza; dan 80 juta anak menderita gangguan perilaku (gangguan perilaku atau attention deficit hyperactivity

disorder) yang selanjutnya dilaporkan gangguan mental dan penggunaan zat

diperhitungkan sebagai 7,4% kematian dini dikombinasikan dengan disabilitas pada

the global burden of disease (WHO, 2011). 1 dari 4 orang (25%), menderita

gangguan mental baik di negara maju dan negara berkembang. Empat dari enam penyebab utama disabilitas adalah depresi, gangguan penggunaan alkohol, skizofrenia dan gangguan bipolar (WHO, 2013).

(11)

 

Gangguan jiwa di negara-negara Asia seperti di China, tercatat angka bunuh diri setiap tahun 2004-2005 pada pria adalah 13,85 per 100,000 penduduk, dan wanita 12.29 per 100,000 penduduk (China MOH, 2008), sedang gangguan neuropsikiatrik diperkirakan berkontribusi 17.6% dari beban penyakit global (WHO, 2008). Negara Jepang tercatat angka bunuh diri pada pria sebesar 35,8 per 100, 000 penduduk dan wanita 13,7 per 100,000 penduduk, sedang gangguan neuropsikiatrik diperkirakan berkontribusi sebesar 24.6% beban penyakit global (WHO, 2008). Negara Malaysia tercatat gangguan neuropsikiatrik diperkirakan berkontribusi sebesar 16.8% beban penyakit global (WHO, 2008).

Prevalensi gangguan jiwa berat nasional 1,7 permil, terbanyak di provinsi DI Yogyakarta dan Aceh yaitu sebesar 2,7 permil, dan terendah adalah di provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,7 permil. Sedangkan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 1,1 permil. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung Anggota

Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3%, terbanyak pada penduduk yang

tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 0,6%. Provinsi dengan jumlah prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%), sedangkan yang terendah di Lampung (1,2%). Sedangkan di provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 5,7%. (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Gangguan jiwa bisa menyerang semua usia, dengan sifat serangannya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Adanya stigma di masyarakat bahwa gangguan

(12)

 

merupakan penyakit yang sulit disembuhkan memalukan dan aib keluarganya (Dadang Hawari,2003). Klien gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit jiwa, disamping memerlukan pengobatan dan perawatan juga harus mendapatkan dukungan dari keluarga serta lingkungannya sehingga efek terapi lebih optimal dan efektif. Friedman (2010) menjelaskan sebagai wujud dari peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam memberikan kasih sayang, yaitu memberikan dukungan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan stabilitas mental.

Hasil pengamatan dan wawancara dengan keluarga klien (selama tahun 2014 di ruang Melati dan ruang Nuri ), menunjukkan peran keluarga yang masih kurang. Hal ini ditunjukan dengan beberapa keluarga klien yang meyerahkan sepenuhnya proses penyembuhan pada pihak rumah sakit, jarang membezuk dengan alasan kesibukan, bahkan menelantarkannya karena merasa terbebani dengan kondisi tersebut. Tidak jarang klien yang kondisi mentalnya sudah stabil dan diperbolehkan pulang atau berobat jalan oleh dokter, namun keluarganya tidak datang menjemput atau sulit untuk dihubungi, sehingga klien kembali mengalami gangguan stabilitas mental dan mengakibatkan lama hari rawat memanjang.

Asuhan keperawatan jiwa yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut (Keliat 2003).

(13)

 

Keliat (2003) juga mengemukaan pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan jiwa yang dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu (1) Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannnya, (2) Keluarga merupakan suatu system yang saling bergantung dengan anggota keluarga yang lain, (3) pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan keluarga sementara, (4) Berbagai penelitian menunjukan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang.

Average length of stay (AvLOS) atau rata-rata hari rawat adalah jumlah hari di

rumah sakit per jumlah klien pulang, yaitu rata-rata durasi satu episode hospitalisasi. AvLOS dihitung dengan membagi jumlah hari rawat klien rawat inap total, dihitung dari tanggal masuk sampai dengan tanggal pulang, dengan jumlah total pemulangan klien (termasuk meninggal) selama tahun berjalan. Lama hari rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Untuk menentukan apakah penurunan lama hari rawat itu meningkatkan efisiensi atau perawatan yang tidak tepat, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berhubungan dengan keparahan atas penyakit dan hasil dari perawatan.

Lama perawatan di rumah sakit jiwa kurang dari satu tahun sebesar 77%, hampir seperempatnya dirawat lebih dari satu tahun (WHO, 2011). Di Eropa, terdapat therapeutic host families sebagai alternatif hospitalisasi dengan AvLOS 21 hari (Caldas de Almeida & Killaspy, 2011). Di tingkat negara-negara Asia, tercatat pasien yang masuk ke rumah sakit jiwa di Jepang sebanyak 193,71 per 100,000

(14)

 

penduduk dengan perawatan kurang dari satu tahun sebesar 35% dari total jumlah rawat. Di Malaysia, pasien yang masuk rumah sakit jiwa sebesar 21,04 per 100,000 penduduk dengan lama rawat kurang dari 1 tahun sebesar 25%, lebih dari 1 tahun dan kurang dari 5 tahun sebesar 18% dan lebih dari 5 tahun sebesar 57% (WHO, 2011). Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Standar Pelayanan Minimal RS, indikator lama hari perawatan pasien gangguan jiwa adalah ≤ 6 minggu (42 hari).

RS Jiwa DR. Soeharto Heerdjan adalah rumah sakit khusus untuk penanganan gangguan jiwa. Berdasarkan laporan indikator mutu umum bahwa rata-rata lama hari rawat klien gangguan jiwa adalah sebesar 25 hari (Oktober 2014), yang sebelumnya pada tahun 2013 rata-rata lama hari rawat adalah sebanyak 30 hari.

Keluarga sebagai system pendukung dan caregiver utama dalam pemberian asuhan keperawatan langsung bagi klien. Dengan demikian perawat harus memberikan pemahaman baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada anggota keluarga melalui pendidikan kesehatan tentang perawatan klien gangguan jiwa, sehingga keterlibatan keluarga dalam perawatan di rumah sakit akan memberikan dampak positif pada proses pemulihan klien dan menurunkan lama hari perawatan klien dirumah sakit.

(15)

 

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis memfokuskan tentang bagaimana hubungan peran serta keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui tentang karakteristik peran keluarga klien gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015

1.3.2.2 Mengetahui tentang gambaran lama hari rawat klien gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015

1.3.2.3 Mengetahui tentang hubungan peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Aplikatif 1.4.1.1 Perawat pelaksana

Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif khususnya terhadap keluarga sehingga dapat menurunkan lama hari rawat klien gangguan jiwa.

(16)

 

1.4.1.2 Manajemen

Penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam membuat perencanaan intervensi dan SPO terhadap upaya peningkatan mutu pelayanan untuk menurunkan lama hari rawat klien gangguan jiwa.

1.4.1.3 Peneliti

Penelitian dapat merupakan informasi untuk penerapan asuhan keperawatan di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta untuk menurunkan lama hari rawat

1.4.1.4 Keluarga

Keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sesuai dengan perannya sebagai caregivers.

1.4.2 ManfaatTeoritik

Hasil penelitian diharapkan dapat menunjang teori berkaitan dengan lama hari perawatan klien dengan gangguan jiwa.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah adanya perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan pada fungsi jiwa, sehingga menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial baik peran di keluarga maupun masyarakat (Keliat, dkk., 2005).

Kriteria umum untuk mendiagnosis gangguan jiwa mencakup ketidakpuasan dengan karakteristik, kemampuan dan pengakuan terhadap seseorang, hubungan tidak efektif atau tidak puas, ketidakpuasan dengan keberadaannya, koping terhadap peristiwa hidup tidak efektif, dan kurangnya pertumbuhan personal. Selain itu, perilaku seseorang secara kultural tidak diharapkan atau disangsikan. Perilaku menyimpang tidak selalu mengindikasi gangguan jiwa (APA, 2000 dalam Videbeck, 2011).

2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Faktor yang berkontribusi terhadap gangguan jiwa dapat dilihat berdasarkan kategori individual, interpersonal dan sosial/kultural. Faktor individu mencakup biologis, ketakutan atau kekhawatiran intolerabel atau tidak realistik, ketidakmampuan untuk membedakan realitas dengan fantasi,

(18)

intoleransi ketidakpastian hidup, ketidakharmonisan dalam hidup, dan kehilangan makna hidup. Faktor interpersonal mencakup komunikasi tidak efektif, ketergantungan atau menarik diri berlebihan dari hubungan, tidak ada perasaan saling memiliki, dukungan sosial tidak adekuat, dan kehilangan kontrol emosi. Faktor sosial/kulturan mencakup kurangnya sumber-sumber, kekerasan, tuna wisma, kemiskinan, dan pandangan negatif orang lain dan diskriminasi seperti stigma, rasisme, strata, usia dan gender. Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan somatik ataupun jiwa.

2.1.3 Tipe Gangguan Jiwa

a. Skizofrenia, merupakan suatu sindroma klinis yang bervariasi, tetapi sangat destruktif, psikopatologinya mencakup aspek-aspek kognisi, emosi, persepsi dan aspek-aspek perilaku lainnya. Ekspresi dari manifestasi gangguan ini bervariasi di antara pasien, tapi efeknya selalu berlangsung lama dan berat. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, dapat mengenai siapa saja dari kelompok sosial ekonomi manapun (Sadock dan Sadock, 2007). Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju ke arah

(19)

kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ”cacat.”

b. Depresi. Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Sadock & Sadock, 2007). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan, seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi. Individu dengan gangguan alam perasaan (mood) depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding

(20)

dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).

c. Kecemasan. Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Sadock & Sadock, 2007). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Laraia (2009) mengidentifikasi rentang respon kecemasan ke dalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

d. Gangguan Kepribadian. Gangguan kepribadian merupakan suatu varian dari sifat karakter yang ditemukan pada sebagian besar orang dimana kepribadiannya tidak fleksibel dan megalami maladaptif. Faktor genetik, psikoanalitik, biologi dan faktor temperamental mempengaruhi timbulnya gangguan kepribadian. Berdasarkan DSM-IV, gangguan kepribadian dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal; kelompok B terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik; kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,

(21)

dependen, obsesif-kompulsif dan kategori gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (Kaplan & Sadock, 2005).

Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid yaitu kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan ini biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikandirinya (Kaplan & Sadock, 2005).

e. Gangguan Mental Organik. Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat (Kaplan & Sadock, 2005).

Didalam DSM IV diputuskan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain (Kaplan & Sadock, 2005).

Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang

(22)

terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya.

f. Gangguan Psikosomatik. Gangguan psikosomatik adalah gangguan yang melibatkan pikiran dan tubuh. Beberapa penyakit fisik diperkirakan cenderung diperburuk dengan factor mental seperti stress dan ansietas. Status mental saat ini dapat menyebabkan seberapa berat penyakit fisik pada saat itu (Punnose, 2010).

g. Retardasi Mental. Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai penurunan IQ secara keseluruhan di bawah 70 dan dihubungkan dengan adanya defisit fungsional pada perilaku adaptif seperti perilaku dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan sosial, dan komunikasi (Gulati, dalam Argadi, 2008). Berdasarkan nilai IQ, derajat retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua yaitu retardasi mental ringan dengan nilai IQ antara 50 dan 70, dan retardasi mental berat dengan nilai IQ di bawah 50.

h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja. Dalam PPDGJ III, gangguan perilaku pada masa anak dan remaja merupakan suatu golongan yang disediakan untuk semua gangguan yang terjadi pada masa anak dan remaja yang bersifat lebih menetap, mendalam, dan lebih sukar diatasi dibandingkan dengan gangguan situasional sementara. Tetapi gangguan ini lebih ringan dari psikosa, nerosa, dan gangguan kepribadian. Keadaan seperti ini disebabkan karena perilaku pada usia tersebut masih berada dalam keadaan yang relatif mudah berubah-ubah (Maslim, 2004) Sedangkan berdasarkan DSM-IV, gangguan tingkah laku tergolongkan gangguan eksternalisasi yang termasuk dalam kategori DSM-IV-TR

(23)

bersama dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) dan delinquency behavior.

2.2 Peran Keluarga

2.2.1 Konsep Keluarga a. Definisi

Keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Baylon, et.al, 1989 dalam Setiawati & Dermawan, 2008). Duvall dan Logan (1986 dalam Setyawan, 2012), menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

b. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga menurut Friedman, 1986 ( dalam Setiawati & Dermawan 2008) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

(24)

2. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

3. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia,

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu ; sandang, pangan dan papan.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.2.2 Peran Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relative homogen dibatasi secara normative dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi social yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan individu didalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Nye, 1976 , dalam Friedman 2010).

Anggota keluarga berperan penting dalam membantu memanajemen perawatan individu dengan satu atau lebih penyakit kronik. Banyak studi

(25)

yang menyebutkan bahwa keterlibatan keluarga bermanfaat besar dalam dukungan dalam penanganan penyakit kronis (Rosland, 2009).

Friedman (1981, dalam Ali, Zaidin, 2006) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

Keluarga bisa mendapatkan informasi mengenai gangguan jiwa ( pengertian, tipe, tanda dan gejala ) melalui media informasi atau konsultasi dengan tenaga kesehatan.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan dalam menangani klien gangguan jiwa.

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak sakit.

Peran keluarga yang diharapkan dalam perawatan klien gangguan jiwa adalah memberi dukungan, pemberian obat dan pengawasan minum obat.

d. Memodifikasi suasana rumah yang mendukung kesehatan keluarga serta perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Dalam hal ini peran keluarga adalah mengontrol ekspresi emosi keluarga seperti mengkritik, bermusuhan dapat mengakibatkan tekanan pada klien gangguan jiwa.

(26)

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan kemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.

Selain keluarga berperan dalam pengawasan minum obat, keluarga juga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk kontrol ke dokter secara teratur atau segera membawa klien gangguan jiwa ke rumah sakit jika terjadi kekambuhan.

Keluarga dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan tentang riwayat masalah kesehatan pada anggota keluarganya saat pengkajian dilakukan.

Gangguan jiwa berat termasuk dalam kondisi penyakit kronis dimana diperlukan penanganan jangka panjang, sehingga dapat menyebabkan keluarga mengalami kelelahan dan ketegangan peran dalam merawat klien dengan gangguan jiwa berat. Dengan memahami peran dan tugasnya, keluarga dapat memanajemen perawatan klien baik di rumah dan di rumah sakit, sehingga dapat berbagi peran dan beban perawatan pada semua anggota keluarga untuk mencapai kestabilan perawatan dan emosi dalam keluarga itu sendiri.

2.3 Lama Hari Rawat

2.3.1 Pengertian Lama Rawat

Lama rawat atau Lama Hari Rawat atau Length of Stay (LOS) adalah suatu ukuran berapa hari lamanya seorang klien dirawat inap pada suatu periode

(27)

perawatan. Satuan lama hari rawat adalah hari. Kemudian, cara menghitung lama hari rawat ialah dengan menghitung selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari rumah sakit, baik hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit (Wartawan, 2012 dalam Prabandari, 2013). Klien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama rawatnya dihitung sebagai 1 hari. Angka rerata lama rawat ini dikenal dengan istilah average Length of Stay (AvLOS). Mengukur rata-rata lama hari rawat yaitu membagi jumlah hari perawatan klien rawat inap (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode tertentu dengan jumlah klien rawat inap yang keluar (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode waktu yang sama. Dalam beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan keluar saja, tapi juga butuh mencatat jam klien tersebut masuk perawatan dan keluar perawatan, terutama jika klien tersebut keluar dalam keadaan meninggal (Subekti, dalam Prabandari, 2013).

Lama hari rawat ini berkaitan dengan indikator penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit bersama dengan tiga indikator lainnya yaitu lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi (Turn Over Interval =TOI), presentase tempat tidur yang terisi atau presentase tingkat hunian tempat tidur (Bed Occupancy

Rate=BOR), dan klien yang dirawat keluar dalam keadaan hidup dan mati per

tempat tidur yang tersedia dalam periode tertentu (Bed Turn Over = BTO). 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama Rawat

Faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat seseorang terdiri dari factor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal atau ada dalam rumah sakit, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar rumah sakit atau berhubungan dengan klien (Wartawan, dalam Prabandari, 2013).

(28)

a. Faktor-faktor Internal

1. Jenis dan Derajat Penyakit

Penyakit yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat lebih lama daripada penyakit yang bersifat akut. Klien dengan gangguan jiwa berat umumnya akan mengalami peningkatan lama penyembuhan jika klien berulang kali mengalami kekambuhan.

2. Tenaga Medis yang menangani

Perbedaan keterampilan dan memutuskan melakukan suatu tindakan antar dokter yang berbeda akan mempengaruhi lama hari rawat klien. Selain itu, jumlah tenaga dokter maupun perawat juga berperan penting dalam menangani klien. Tenaga kesehatan yang memiliki komptensi yang baik dalam penanganan klien dengan gangguan jiwa akan mampu memberikan psikoterapi yang akan meningkatkan kemampuan pasien memperbaiki mekanisme koping yang dimilikinya sehingga mampu menghadapi stressor pencetus gangguan jiwa yang dialami, selanjutnya dapat menurunkan tingkat kekambuhan/relaps. 3. Tindakan yang dilakukan

Tindakan dokter termasuk pemeriksaan penunjang rumah sakit berpengaruh terhadap lama hari rawat. Klien yang memerlukan tindakan operasi akan memerlukan persiapan dan pemulihan lebih lama dibanding pasien dengan prosedur standar. Klien dengan gangguan jiwa berat dengan komorbiditas dapat menjalani

(29)

pemeriksaan yang lebih lama terkait dengan kondisi emosi dan fisik yang terganggu.

4. Administrasi Rumah Sakit

Dari sisi administrasi rumah sakit, prosedur penerimaan dan pemulangan pasien dapat menjadi hambatan yang menyebabkan lambatnya kepulangan pasien dari rumah sakit. Sebagai contoh, klien yang masuk rumah sakit hari Sabtu dan Minggu akan memperpanjang lama hari rawatnya. Hal ini dikarenakan pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang lain mungkin akan diundur sampai hari kerja. Klien masuk rumah sakit saat pergantian jaga atau di luar jam kerja rumah sakit, dan berbagai alasan administrasi lainnya.

b. Faktor eksternal 1. Umur Klien

Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko, dan sifat resistensi tertentu. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk menghancurkan organisme asing juga berkurang. Peningkatan umur berhubungan dengan pengurangan progresif terhadap kemungkinan pulang lebih awal dari rumah sakit baik pada hari ke 14 maupun hari ke 28.

2. Pekerjaan Klien

Walaupun pekerjaan tidak secara langsung mempengaruhi lama hari rawat, tapi mempengaruhi cara klien dalam membayar biaya

(30)

perawatan. Pekerjaan akan menentukan pendapatan dan ada atau tidaknya jaminan kesehatan untuk menanggung biaya perawatan. 3. Penanggung jawab biaya

Adanya kecenderungan klien yang biaya perawatannya ditanggung oleh perusahaan atau pihak asuransi mempunyai lama rawat yang lebih lama daripada klien yang menanggung sendiri biayanya. Hal ini dapat disebabkan karena proses penyelesaian administrasi yang memakan waktu dan kondisi sosial ekonomi pasien.

Kondisi sosioekonomi yang rendah dapat mengakibatkan seorang klien mempercepat lama rawatnya untuk menghindari mengeluarkan banyak biaya atau justru memperlama karena tidak memiliki biaya untuk memenuhi administrasi selama perawatan.

4. Alasan Pulang

Klien akan pulang atau keluar dari rumah sakit apabila telah mendapat persetujuan dari dokter yang merawatnya. Tetapi ada beberapa penderita yang walaupun dinyatakan sembuh dan boleh pulang harus tertunda pulangnya. Hal tersebut karena masih menunggu pengurusan pembayaran oleh pihak penanggung biaya (perusahaan/ asuransi kesehatan) atau surat keterangan tidak mampu, jamkesmas dari pihak yang berwenang bagi yang kurang mampu. Sehingga lama hari rawat menjadi memanjang. Sedangkan ada pula klien yang pulang atas permintaan sendiri/ keluarga (pulang paksa), sehingga lama rawat memendek.

(31)

Komorbiditas yaitu terdapatnya 2 atau lebih diagnosis penyakit pada individu yang sama. 17 Komorbiditas yang tinggi pada klien UGD yang masuk kembali dalam 72 jam memiliki tingkat penerimaan yang lebih tinggi, prognosis yang lebih buruk, lebih lama tinggal di rumah sakit, dan kematian di rumah sakit yang tinggi.

6. Tingkat Kerapuhan Klien

Tingkat kerapuhan klien terutama pasien lanjut usia dapat menjadi salah satu petanda awal memanjangnya lama rawat. Pada penelitian sebelumnya, peningkatan skor kerapuhan pada Edmonton Frail Scale yang diberikan saat sebelum penerimaan operasi elektif non-kardiak dihubungkan dengan komplikasi post-operasi, peningkatan lama tinggal di rumah sakit dan ketidakmampuan untuk dipulangkan ke rumah, terlepas dari umur.

2.4 Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Cohen et al, 2013 dengan judul Preferences for

Family Involvement in Care Among Consumers With Serious Mental Illness

(Preferensi Keterlibatan Keluarga dalam Perawatan pada Konsumen dengan Penyakit Mental Serius) melibatkan 232 konsumen kesehatan mental dengan penyakit mental yang serius yang memiliki kontak dengan keluarga tetapi tidak memiliki keluarga yang secara teratur terlibat dalam perawatan kesehatan mentalnya. Konsumen direkrut dari rawat jalan klinik kesehatan mental di tiga pusat medis dalam dua Layanan Jaringan Veterans Terpadu. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data karakteristik demografi, preferensi pengobatan dengan

(32)

keterlibatan keluarga, dan manfaat yang dirasakan dan hambatan dalam melibatkan keluarga dalam pengobatan. Data lain yang dikumpulkan termasuk grafik Diagnosis dan tindakan terhadap beratnya gejala, fungsi keluarga, dan hubungan keluarga. Hasil yang diperoleh sebanyak 78% (171 dari 219) menginginkan anggota keluarganya terlibat dalam perawatan melalui beberapa metode yang diinginkan. Konsumer khawatir dengan dampak keterlibatan keluarga baik pada dirinya atau anggota keluarganya. Derajat keterlibatan keluarga yang dirasakan oleh consumer secara signifikan memprediksi derajat keterlibatan keluarga setelah menganalisis kebutuhan pelayanan (konflik keluarga, kualitas hidup dan berat gejala), factor pemungkin (kontak dan kapasitas keluarga, variabel demografik (usia, gender, ras, tinggal dengan keluarga dan status pernikahan) serta hambatan yang dirasakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ruspawan dkk, 2011 dengan Judul Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia. Penelitian ini termasuk penelitian

Deskriptif Analitik Korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.

Jumlah sampel yang diambil adalah 47 responden dengan tehnik pemilihan sampel nonprobability dengan consecutive sampling. Tehnik analisa data menggunakan Uji

Korelasi Product Moment dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata

nilai peran keluarga sebesar 55,57 dan rata-rata kekambuhan klien skizofrenia sebesar 4,02 kali. Nilai p sebesar 0,0001 dan nilai r=0,610 dengan p<0,05, maka dapat dinyatakan ada hubungan yang kuat antara Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di poli klinik Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.

(33)

Dari penelitian-penelitian tersebut dapat diambil suatu gambaran peran serta keluarga selama klien dirawat akan memberikan dampak pada proses pemulihan klien dan hari perawatan klien di rumah sakit.

(34)

 

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 KerangkaKonsep

Klien dengan gangguan jiwa tidak hanya memerlukan perawatan di rumah sakit tetapi juga peran serta dari keluarga (caregiver). Semakin keluarga kooperatif dan berperan dalam perawatan klien, diharapkan klien akan pulih dalam kondisi optimal sebelum mengalami gangguan atau kekambuhan. Dengan demikian akan menurunkan lama hari rawat klien di rumah sakit dan segera kembali kerumah. Hubungan tersebut yang akan peneliti identifikasi lebih lanjut dalam penelitian ini untuk mencari dan menegaskan bahwa terdapat hubungan peran serta keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, seperti digambarkan dalam kerangka konsep berikut :

Variabel Independent

PeranKeluarga: Variabel Deependent ‐ Mengenal masalah kesehatan

‐ Memutuskan tindakan Lama HariRawat ‐ Merawat klien

‐ Memodifikasi lingkungan

‐ Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Variabel Confounding Jenis kelamin, usia, pendidikan Pekerjaan, penghasilan,hubungan dengan klien

(35)

 

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, sebagai patokan dugaan yang akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan klien gangguan jiwa dengan lama harirawat di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

Ha : Ada hubungan antara peran keluarga dengan klien gangguan jiwa dengan lama harirawat di RS Jiwadr. Soeharto Heerdjan Jakarta

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi operasional variable independent, variable dependent dan variable confounding

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Independent

Peran Keluarga Perilaku yang meliputi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Memutuskan tindakan yang tepat 3. Merawat anggota

keluarga yang sakit 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan Lembar observasi/ kuesioner

0 : Kurang, jika skor < mean/median 1 : Baik, jika skor ≥ mean/median

Ordinal

Dependent

Lama Hari Lama klien dirawat dihitung

(36)

 

Rawat sampai dengan tanggal keluar perawatan. Menurut SK Menkes Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008

Medical Record 1 : ≤ 42 hari

Confounding

Usia Karakteristik usia responden berdasarkan pada jumlah

tahun pada ulang tahun terakhir Kuisioner 0 : 15-24 tahun 1 : 25-34 tahun 2 : 35-44 tahun 3 : 45-54 tahun 4 : > 54 tahun Ordinal

Jenis Kelamin Karakteristik responden

berdasarkan gender dibedakan antara laki-laki

dan perempuan

Kuisioner 0 : Laki-laki 1 : Perempuan

Nominal

Pendidikan Tingkat pendidikan formal terakhir yang ditunjukkan dengan kepemilikan ijazah terakhir

Kuisioner 0 : Tidak sekolah 1 : SD

2 : SMP 3 : SMA 4 : PT

Ordinal

Pekerjaan Kegiatan kepala rumah tangga yang menghasilkan uang

Kuisioner 0 : Tidak bekerja 1 : Buruh 2 : Swasta 3 : PNS 4 : TNI/Polri

Nominal

Penghasilan Keadaan sosial ekonomi dari keluarga yang digambarkan dengan penghasilan keluarga dalam sebulan. Berdasarkan PERGUB Provinsi DKI Jakarta No. 176 tahun 2014 tentang Upah Minimum Propinsi tahun 2015 Kuisioner 0 :< Rp. 2.700.000 1 :≥ Rp. 2.700.000 Ordinal Hubungan keluarga dengan klien

Hubungan keluarga dengan klien gangguan jiwa ditunjukkan dengan adanya ikatan darah Kuisioner 0 : Ayah 1 : Ibu 2 : Anak 3 : saudara kandung 4 : Suami 5 : Istri Nominal

(37)
(38)

 

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian deksriptif korelasional, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan hubungan antar variable. Pada penelitian ini mencari, menjelaskan dan menguji suatu hubungan berdasarkan teori yang ada ( Nursalam 2003). Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara varibel bebas ( independen) yaitu peran serta keluarga dengan variable terikat ( dependen ) yaitu lama hari rawat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu pengukuran atau pengumpulan data variable bebas dan variable terikat di lakukan satu kali pada satu saat ( Notoatmojo, 2002).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang anggota keluarganya pernah dirawat di RS. Jiwa DR. Soeharto Heerdjan Jakarta. Populasi pada penelitian ini berdasarkan data rekam medik dan register perawatan di RS. Jiwa DR. Soeharto Heerdjan Jakarta. Data yang tercatat pada bulan November 2014

(39)

 

sampai dengan Januari 2015 (3 bulan sebelum dilakukan penelitian) adalah sebanyak 389 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian keluarga klien gangguan jiwa. Tehnik yang dilakukan peneliti dalam menentukan sampel menggunakan tehnik non probability sampling tipe purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya ( Notoatmojo, 2002). Sampel diperoleh dengan menentukan kriteria inklusi,

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau yang akan di teliti.

Adapun kriteria keluarga yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 17 tahun atau telah berkeluarga

b. Terlibat dalam perawatan klien gangguan jiwa (caregiver) yang tinggal berdekatan dengan klien selama lebih dari 4 bulan

c. Mengantarkan klien gangguan jiwa berobat. d. Tidak mengalami gangguan jiwa

(40)

 

Jumlah atau besar sampel yang dijadikan responden pada penelitian ini,sesuai dengan hasil rumus untuk populsi kecil atau kurang dari 10.000 (Notoatmojo,2002 : Nursalam,2003) sebagai berikut :

n = N 1 + N (d2) n = 389 1 + 389 (0,1)2 n = 78 Keterangan : N = Besar populasi N = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan

Mengantisipasi kemungkinan subyek atau sampel yang terpilih dropped out (DO) maka perlu sejumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi (sastroasmoro & Ismael,2002) berikut ini :

n’ = n ( 1 – f )

(41)

 

n’ = n ( 1 – 0,1 )

Keterangan :

n’ = Besar sampel yang di hitung f = Perkiraan proporsi DO (0,1)

Jadi jumlah sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 87 orang responden.

4.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Poli rawat jalan RS. Jiwa DR. Soeharto Heerdjan Jakarta. Alasan menggunakan rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena RS. Jiwa DR. Soeharto Heerdjan Jakarta adalah rumah sakit khusus untuk penanganan gangguan jiwa.

4.4 Waktu Penelitian

(42)

 

4.5 Etika Penelitian

Prinsip etika dalam penelitian yang menjadi pertimbangan peneliti (Nursalam,2003) adalah sebagai berikut :

4.5.1 Prinsip Manfaat

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, tanpa intervensi dan perlakuan, kemanfaatan yang didapat dalam batas perkembangan teoritis dan keilmuan, tetapi memerlukan informasi tepat dari responden. Peneliti akan memberikan penjelasan dan meyakinkan responden tidak akan digunakan dalam hal-hal yang merugikan responden dalam bentuk apapun.

4.5.2 Prinsip Menghargai Hak Azasi Manusia

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, responden hanya diminta informasi yang tepat mengenai pernyataan peran serta keluarga klien gangguan jiwa. Penelitian memperlakukan responden secara manusiawi. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun.. Memahami dan menerapkan inform

consent, yaitu menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan, memberikan kebebasan responden untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Peneliti juga meminta tanda tangan responden sebagai bukti bahwa responden bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian ini.

(43)

 

4.5.3 Prinsip Keadilan

Kewajiban dalam melakukan penelitian, peneliti memperlakukan responden secara adil sebelum, selama dan setelah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi terhadap mereka yang tidak bersedia sebagai responden. Keadilan dalam penelitian ini didapatkan oleh responden juga dengan tidak hanya memberikan data secara bermakna tetapi mendapatkan pengetahuan juga melalui pendidikan kesehatan dan berkonsultasi langsung mengenai cara merawat klien dengan gangguan jiwa dari peneliti setelah responden mengisi dan mengumpulkan kuesioner.

4.5.4 Prinsip Kerahasiaan

Peneliti tidak akan menampilkan identitas responden serta menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dengan cara menggunakan kode responden. Identitas responden hanya ditulis dalam lembar persetujuan sebagai bukti tanggung jawab kesediaan menjadi responden.

4.6 Alat dan Cara Pengumpulan Data

4.6.1 Alat Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti membuat instrument berdasarkan literature ( materi dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar dan teori dalam Nasir 2011 dan pedoman asuhan keperawatan keluarga dalam model praktek keperawatan professional dalam Keliat 2007), yang dikembangkan

(44)

 

menjadi kuesioner atau angket yaitu berupa 16 pertanyaan pilihan ganda yang menggambarkan peran keluarga klien gangguan jiwa menggunakan pilihan A,B,C,D , yang terdiri dari 5 peran keluarga yaitu :

1 Mengenal masalah kesehatan meliputi pertanyaan nomor 1,2,3,4,5 dan 6. 2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, terdapat

pada pertanyaan nomor 7.

3 Memberikan perawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, meliputi pertanyaan nomor 8,9,10,11,12 dan 13

4 Memodifikasi suasana rumah yang mendukung kesehatan keluarga, terdapat pada nomor 14.

5 Memanfaatkan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada meliputi pertanyaan nomor 15 dan 16.

Untuk variable peran keluarga klien gangguan jiwa, responden menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan.dan jika distribusi normal menggunakan mean dan jika distribusi tidak normal menggunakan median dan kemudian dikelompokkan menggunakan skala likert dengan pilihan 0 = kurang baik, 1 = baik.

4.6.2 Cara Pengumpulan Data :

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

(45)

 

dari FIK Universitas Muhammadiyah Jakarta ke pihak RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

b. Setelah disetujui pihak rumah sakit, peneliti membawa surat ijin ke kepala ruangan poli rawat jalan dimana tempat adanya responden yang akan diteliti dan menjelaskan tujuan dan cara pelaksanaan penelitian.

c. Menyeleksi terlebih dahulu untuk menentukan keluarga yang akan dipilih

menjadi responden.

d. Responden dipanggil satu persatu untuk diberikan penjelasan mengenai

tujuan penelitian dan menandatangani lembar persetujuan setelah responden menyatakan memahami maksud penelitian dan bersedia untuk menjadi responden.

e. Responden diberikan kuesioner dan dipersilahkan untuk mengisinya dan diberikan kesempatan bertanya jika ada hal yang kurang jelas.

f. Responden setelah selesai mengisi kuesioner dipersilahkan mengumpulkannya dan selanjutnya diberikan pendidikan kesehatan terkait dengan perawatan klien gangguan jiwa.

(46)

 

4.7 Uji Coba Instrumen

4.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan, ketepatan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen yang dikatakan valid atau dapat di gunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur ( Polit & Beck ,2004, Sugiyono, 2007, Notoatmojo, 2010 ). Instrumen yang valid merupakan instrument yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Suatu instrument dikatakan valid jika nilai yang diperoleh dalam perhitungan butir soal kuesioner yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan r product

moment, jika lebih rendah maka butir kuesioner tersebut diganti, direvisi atau

dihilangkan ( Sugiyono, 2007 ). Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas instrument ini dapat menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Person ( Notoatmojo,2010 ).

Hasil uji validitas kuisioner tentang peran serta keluarga klien gangguan jiwa yang terdiri dari 16 pertanyaan dengan jumlah responden 30 orang mempunyai nilai r hitung ( 0,466 sampai dengan 0,907 Jadi r hitung > r table (0,361), maka 16

pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid. 4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji realibilitas adalah suatu ukuran sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Hastono 2007).

(47)

 

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas kuisioner tersebut. Instrumen penelitian dinyatakan memenuhi reliabilitas bila nilai cronbach’s coefisien-alpha lebih besar dari nilai koefisien alpha table.

Pada hasil uji reabilitas, r Alpha dapat dilihat pada akhir analisis bernilai 0,918 > r table (0,361). Oleh karena kuisioner telah dinyatakan valid dan reliable, kuesioner tersebut sudah layak disebarkan kepada responden untuk mengadakan penelitian.

4.8 Pengolahan Data

Dalam pengolahan dan analisa data, tehnik yang digunakan untuk mengolah data adalah tehnik Uji Chi Square untuk melihat ada tidaknya hubungan variable independent dan variable dependen denngan nilai kemaknaan (significance level) 95%. Dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (Editing)

Setelah dilakukan pengisian kuesioner, lembar kuesioner dikumpulkan kembali sesuai dengan jumlah responden. Kemudian diperiksa apakah semua pertanyaan yang ada sudah diisi sesuai dengan petunjuk atau belum, bila belum ditanyakan kembali kepada responden.

(48)

 

2. Memberikan Kode (Coding)

Lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi kode, dimana jawaban benar dengan kode 1 dan 0 untuk jawaban yang salah.

3. Memasukkan Data (Entry)

Memindahkan kode 1 dan 0 kedalam master table melalui system komputerisasi.

4. Proses (Processing)

Data yang telah dipindahkan kedalam master table diolah dengan software SPSS (komputerisasi).

5. Pembersihan Data ( Cleaning )

Peneliti melakukan pembersihan data. Proses ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan pada saat memasukkan data kedalam program computer. Proses pembersihan data yang dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di entry. Pengecekan dilakukan apakah ada data yang hilang ( missing ) dengan melakukan list, mengecek kembali apakah data yang sudah dientry benar atau salah.

6. Tabulasi (Tabulating)

Setelah data diproses atau diolah, kemudian data ditabulasi, Setelah itu disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

(49)

 

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti baik variable bebas (Independent), maupun variable terikat (dependent), dan peringkasan untuk melihat mean, median dan modus.

4.9.2 Analisa Bivariat

Peneliti melakukan analisa bivariat yang menggunakan hubungan variable terikat ( dependent ) dengan variable bebas ( Independent ), adapun proses yang digunakan melalui uji Chi- Square dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penghitungan dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable bebas dan variable terikat, yaitu dengan nilai p. Bila dari penghitungan statistic diperoleh nilai p< 0,05 maka hasil perhitungan statistic bermakna yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variable bebas dan terikat, sebaliknya bila dari perhitungan statistic nilai p>0,05 maka hasil perhitungan tidak bermakna atau tidak ada hubungan yang signifikan antara variable bebas dan terikat.

Pembuktian dengan uji Chi-Square dengan menggunakan formula : X2 = ∑ ( O – E )2

(50)

 

Keterangan : X2 = Distribusi kuantitas O = Hasil Observasi E = Nilai ekspektasi

(51)

 

 

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisa Univariat

Dalam analisa univariat akan dijelaskan secara deskriptif mengenai variable-variabel yang terdiri dari karakteristik responden dan mengenai hasil pengumpulan data sesuai dengan variable penelitian. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Tabel 5.1.1

Distribusi Karakteristik Responden menurut Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan dan Hubungan dengan klien di RS. Jiwa DR. Soeharto

Heerdjan Jakarta Tahun 2015

Variabel Frekuensi ( N= 87) Persentase

Usia ( th ) 15-24 25-34 35-44 45-54 >54 1 10 22 41 13 1.1 11.5 25.3 47.1 14.9 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 41 46 47.1 52.9 Pendidikan SD SMP SMA PT 1 13 63 10 1.1 14.9 72.4 11.5

(52)

  Pekerjaan Tidak Bekerja Buruh Swasta PNS TNI/Polri 3 8 64 10 2 3.4 9.2 73.6 11.5 2.3 Penghasilan < Rp. 2.700.000,- Rp. 2.700.000,- 38 49 43.7 56.3 Hubungan dengan klien

Ayah Ibu Anak Saudara Kandung Suami Istri 31 32 8 3 6 7 35.6 36.8 9.2 3.4 6.9 8.0 Interpretasi :

Berdasarkan table 5.1.1 diatas maka hasil penelitian dari jumlah seluruh responden (87 orang), mayoritas berusia 45-54 tahun (47,1%), berjenis kelamin perempuan (52,9%), berpendidikan SMA (72,4%), jenis pekerjaan swasta (73,6%), dengan penghasilan ≥ Rp. 2.700.000,- (56,3%), dan hubungannya dengan klien sebagai ibu (36,8%).

(53)

 

Tabel 5.1.2

Distribusi Karakteristik Responden menurut data variable independen (Peran keluarga) dan data variabel dependen (Lama Hari Rawat) di RS. Jiwa DR. Soeharto

Heerdjan Jakarta Tahun 2015

Variabel Frekuensi ( N= 87) Persentase

Independen (Peran Keluarga) Kurang Baik 29 58 33.3 66.7 Dependen (Lma Hari Rawat)

>42 hari ≤42 hari 42 45 48.3 51.7

Berdasarkan tabel 5.1.2 diatas, mayoritas peran keluarga adalah baik sebesar 66,7% dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebesar 51.7%.

5.2 Analisa Bivariat

Pada analisa ini peneliti ingin mengetahui hubungan peran serta keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat di RS. Jiwa DR. Soeharto Heerdjan. Disini akan dijelaskan secara statistic hubungan antara variable independen dengan variable dependen, kedua variable ini bersifat katagorik, maka uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square.

(54)

 

Tabel 5.2

Hasil analisis bivariat Hubungan Peran Serta Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Peran

keluarga Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari n % n % n % Kurang Baik 21 21 72,4 36,2 8 37 27,6 63,8 29 58 100 100 4,625 1,745-12,257 0,003 Jumlah 42 48,3 45 51,7 87 100 Interpretasi

Pada table 5.2 diatas merupakan tabulasi silang antara peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat, dijelaskan bahwa responden dengan peran keluarga yang kurang memiliki lama hari rawatnya> 42 hari 72,4% sedangkan responden dengan peran keluarga yang baik dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebesar 63,8%.

Dari hasil uji statistic yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan bahwa hubungan peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat terdapat p value = 0,003 dengan nilai OR = 4.625 artinya responden yang peran keluarganya kurang, beresiko 4.625 kali lama hari rawatnya > 42 hari dari pada yang peran keluarganya baik. Kesimpulannya ada hubungan peran keluarga klien gangguan jiwa dengan lama hari rawat.

(55)

 

5.3 Analisa Bivariat Confounding dengan Peran Keluarga

5.3.1 Usia

Tabel 5.3.1

Hasil analisis bivariat usia keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klein gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Usia

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % n % 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 54 >54 Total 1 5 6 13 4 29 100 50 27.3 31.7 30.8 33.3 0 5 16 28 9 58 0 50 72.7 68.3 69.2 66.7 1 10 22 41 13 87 100 100 100 100 100 100 1.308 (0.802-2.133) 0.448

Pada tabel 5.3.1 diatas dijelaskan bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 45 – 54 tahun yang menjalankan peran keluarga dengan baik sebesar 68,3% sedangkan yang menjalankan peran keluarganya yang kurang sebesar 31,7%. Hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa hubungan usia keluarga klien dengan peran keluarga terdapat nilai pvalue = 0,448. Nilai OR yang didapat melalui uji regresi

(56)

 

5.3.2 Jenis Kelamin

Tabel 5.3.2

Hasil analisis bivariat jenis kelamin keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klein gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Jenis Kelamin

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % n % Laki-laki Perempuan Total 17 12 29 41.5 26.1 33.3 24 34 58 58.5 73.9 66.7 41 46 87 100 100 100 2.007 (0.812-4.961) 0.197

Pada tabel 5.3.2 diatas dijelaskan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peran keluarga baik sebesar 73,9% sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan peran keluarga baik sebesar 58,5%. Hasil uji Chi-Square didapatkan hubungan jenis kelamin dengan peran keluarga terdapat nilai p value = 0,197 dengan nilai OR 2,007.

5.3.3 Pendidikan

Tabel 5.3.3

Hasil analisis bivariat pendidikan keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klein gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Pendidikan

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % n % SD SMP SMA PT Total 1 4 20 4 29 100 30.8 31.7 40.0 33.3 0 9 43 6 58 0 69.2 68.3 60.0 66.7 1 13 63 10 87 100 100 100 100 100 1.058 (0.474-2.361) 0.511

(57)

 

Pada tabel 5.3.3 diperoleh data bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden yang peran keluarganya baik adalah SMA sebesar 68,3% sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD mempunyai peran keluarga yang kurang sebesar 100%. Hasil uji Chi-Square didapatkan hubungan tingkat pendidikan dengan peran keluarga terdapat nilai Pvalue = 0,511 dengan nilai OR yang didapat melalui uji regresi logistik sebesar 1,058.

5.3.4 Pekerjaan

Tabel 5.3.4

Hasil analisis bivariat pekerjaan keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klein gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Pekerjaan

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % n % Tidak bekerja Buruh Swasta PNS TNI/Polri Total 0 3 21 4 1 29 0 37.5 32.8 40.0 50.0 33.3 3 5 43 6 1 58 100 62.5 67.2 60.0 50.0 66.7 3 8 64 10 2 87 100 100 100 100 100 100 0.693 (0.343-1.401) 0.732

Pada tabel 5.3.4 diatas dijelaskan bahwa sebagian besar jenis pekerjaan responden yang mempunyai peran keluarga baik adalah swasta yaitu sebanyak 43 orang (67,2%) dengan hasil uji Chi-Square didapatkan hubungan pekerjaan keluarga dengan peran keluarga terdapat nilai p value = 0,732 dan OR yang didapat dari hasil uji regresi logistik sebesar 0,693.

(58)

 

5.3.5 Penghasilan

Tabel 5.3.5

Hasil analisis bivariat penghasilan keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klein gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Penghasilan

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % n % < Rp. 2.700.000 ≥ Rp. 2.700.000 Total 11 18 29 28.9 36.7 33.3 27 31 58 71.1 63.3 66.7 38 49 87 100 100 100 0.702 (0.282-1.744) 0.593

Pada tabel 5.3.5 diatas dijelaskan bahwa penghasilan keluarga yang mempunyai peran keluarga baik sebagian besar berpenghasilan ≥ Rp. 2.700.000 sebanyak 31 orang (63,3%). Hasil uji Chi-Square didapatkan hubungan penghasilan keluarga klien dengan peran keluarga mempunyai nilai p value= 0.593 dan nilai OR dari uji regresi logistik sebesar 0,702.

(59)

 

5.3.6 Hubungan keluarga

Tabel 5.3.6

Hasil analisis bivariat hubungan keluarga klien gangguan jiwa dengan peran keluarga klien gangguan jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Hubungan dengan keluarga

Peran Keluarga Total OR

(95% CI) P Value Kurang Baik n % n % N % Ayah Ibu Anak Saudara kandung Suami Istri Total 12 6 6 1 2 2 29 38.7 22.2 75.0 20.0 33.3 20.0 33.3 19 21 2 4 4 8 58 61.3 77.8 25.0 80.0 66.7 80.0 66.7 31 27 8 5 6 10 87 100 100 100 100 100 100 100 1.097 (0,836-1.441) 0.096

Pada tabel 5.3.6 diatas diperoleh data bahwa hubungan keluarga yang mempunyai peran keluarga baik sebagian besar adalah ibu sebanyak 21 orang. Pada hasil uji

Chi-Square didapatkan hubungan keluarga dengan klien dengan peran keluarga

terdapat nilai p value = 0,096 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 1.097.

(60)

 

5.4 Analisa Bivariat Confounding dengan Lama Hari Rawat 5.4.1 Usia

Tabel 5.4.1

Hasil analisis bivariat Usia Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Usia(th)

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 54 >54 Total 1 4 10 22 5 42 0 6 12 19 8 45 1 10 22 41 13 8 1.031 (0.650-1.636) 0.664

Pada tabel 5.4.1 diatas dijelaskan bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 45-54 tahun yang memiliki hari rawat > 42 hari sebanyak 22 orang dan dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebanyak 19 orang.

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa hubungan usia keluarga klien dengan lama hari rawat terdapat nilai p value = 0.664 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 1.031

(61)

 

5.4.2 Jenis Kelamin

Tabel 5.4.2

Hasil analisis bivariat Hubungan Jenis Kelamin Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Jenis Kelamin

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari Laki-laki Perempuan Total 27 15 42 14 31 45 41 46 87 3.986 (1.633 - 9.731) 0.004

Berdasarkan tabel 5.3.2 diatas dijelaskan bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan lama hari rawat > 42 hari sebanyak 27 orang sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan dengan lama hari rawat > 42 hari sebanyak15 orang, dan sebagian besar responden yang berjenis kelamin perempuan dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebanyak 31 orang sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang. Pada hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa hubungan jenis kelamin keluarga klien dengan lama hari rawat terdapat nilai p value = 0.004 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 3.986

(62)

 

5.4.3 Pendidikan

Tabel 5.4.3

Hasil analisis bivariat Pendidikan Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Pendidikan

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari SD SMP SMA PT Total 1 9 26 6 42 0 4 37 4 45 1 13 63 10 87 1.483 ( 0.681 - 3.228 ) 0.161

Berdasarkan tabel 5.3.3 diatas dijelaskan bahwa dari klien dengan lama hari rawat > 42 hari dan dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebagian besar adalah responden yang berpendidikan SMA. Pada hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-Square didapatkan bahwa hubungan pendidikan keluarga klien dengan lama hari

rawat terdapat nilai p value = 0.161 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 1.483

(63)

 

5.4.4 Pekerjaan

Tabel 5.4.4

Hasil analisis bivariat Pekerjaan Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Pekerjaan

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari Tidak bekerja Buruh Swasta PNS TNI/Polri Total 0 5 31 5 1 42 3 3 33 5 1 45 3 8 64 10 2 87 0.808 (0.424 – 1.542) 0.484

Berdasarkan tabel 5.4.4 diatas dijelaskan bahwa dari klien dengan lama hari rawat > 42 hari dan dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebagian besar adalah responden yang jenis pekerjaannya swasta. Pada hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-Square didapatkan bahwa hubungan pekerjaan keluarga klien dengan lama

hari rawat terdapat nilai p value = 0.484 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 0.808

5.4.5 Penghasilan

Tabel 5.4.5

Hasil analisis bivariat Penghasilan Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Penghasilan

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari < Rp. 2.700.000 ≥ Rp. 2.700.000 Total 18 24 42 20 25 45 38 49 87 0.938 ( 0.041-2.189) 1.000

(64)

 

Berdasarkan tabel 5.4.5 diatas dijelaskan bahwa sebagian besar responden yang berpenghasilan < Rp.2.700.000 dengan lama hari rawat > 42 hari sebanyak 18 orang sedangkan responden yang berpenghasilan ≥ Rp.2.700.000 dengan lama hari rawat > 42 hari sebanyak 24 orang, dan sebagian besar responden yang berpenghasilan < Rp.2.700.000 dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebanyak 20 orang sedangkan. responden yang berpenghasilan ≥ Rp.2.700.000 dengan lama hari rawat ≤ 42 hari sebanyak 25 orang. Pada hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa hubungan penghasilan keluarga klien dengan lama hari rawat terdapat nilai p value = 1.000 dan dari hasil uji regresi logistic didapatkan nilai OR sebesar 0.938

5.4.6 Hubungan Keluarga

Tabel 5.4.6

Hasil analisis bivariat Hubungan Keluarga Klien Gangguan Jiwa dengan Lama Hari Rawat di RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2015

Hubungan Keluarga

Lama hari rawat Total OR

(95% CI) P Value >42 hari ≤42 hari Ayah Ibu Anak Saudara kandung Suami Istri Total 20 9 5 3 3 2 42 11 18 3 2 3 8 45 31 27 8 5 6 10 87 1.257 (0.967-1.634) 0.080

Berdasarkan tabel 5.4.6 diatas dapat dijelaskan bahwa hubungan keluarga responden dengan klien dengan lama rawat > 42 hari sebagian besar adalah sebagai ayah

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS PERBANDINGAN

Rangkaian driver adalah suatu rangkaian yang berfungsi sebagai kendali dari keluaran amplifier, rangkaian driver ini akan menjadi perantara atau sambungan dari

Sehingga tujuan dari penelitian ini yakni untuk memperbaiki nilai penetrasi pada penelitian sebelumnya dengan menentukan karakteristik aspal sintetis dari campuran plastik

Air Mancur yaitu dengan menyesuaikan luas gudang yang tersedia dan juga menggunakan sistem racking untuk menyimpan barang, selain itu metode FIFO yang digunakan

Disertasi Pengaruh Partikel Pb Yang Terkandung Dalam ..... ADLN - Perpustakaan

The result of logistic regression corresponds to a great extent to that of cluster analysis showing that the probability or decision of keeping or not keeping sheep seems to

Jika active voice dalam past future perfect tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah been yang diletakkan setelah auxiliary would have, sehingga menjadi ‘would have

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam