• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

459

DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL

YOGYAKARTA.

J. Purwani, R. Saraswati, E. Yuniarti, dan Mulyadi

ABSTRAK

Pengembangan pertanian lahan kering DIY kendala utamanya adalah lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Untuk memperbaiki kondisi lahan tersebut salah satu alternatif yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian bahan organik. Penggunaan pukan sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang terbarukan. Disisi lain penggunaan pukan dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman menambah bahan organik untuk pemeliharaan dan peningkatan bahan organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang utama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dalam meningkatkan produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu pupuk kandang dan pupuk mikroba. Berbagai takaran pupuk kimia, pupuk mikroba dan pupuk organik dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang maksimum dalam peningkatan produksi kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% dibandingkan takaran rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl), atau meningkat sebesar 17,83% dibandingkan takaran petani ((Tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang). Populasi bakteri tertinggi dicapai pada perlakuan takaran rekomendasi (50 ka/ha Urea+50 kg/ha SP36+100 kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 106 spk/g tanah. Perlakuan Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar 10,88 mgC-CO2/100 g

tanah.

PENDAHULUAN

Produktivitas kacang tanah petani masih rendah, yakni 0,6 – 1, 2 t/ha di lahan kering, sedangkan pada lahan sawah sekitar 1,2-1,8 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah petani adalah belum digunakannya pupuk secara tepat dan efisien, pengendalian gulma, hama dan penyakit belum baik dan pengairan sering tidak tepat saat tanaman membutuhkannya (Sudaryono, 2000). Untuk mencukupi kebutuhan kacang tanah diperlukan peningkatan produksi yang mengacu pada efisiensi penggunaan input

(2)

dan sumberdaya alam. Respon tanaman kacang tanah terhadap pemupukan kurang konsisten dan dipengaruhi oleh jenis tanah dan pupuk yang diberikan pada tanaman sebelumnya.

Pengembangan pertanian lahan kering di DIY kendala utamanya adalah lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Memperbaiki kondisi lahan adalah dengan memperbaiki tingkat kesuburan tanah baik fisika maupun kimianya. Salah satu alternatif yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian bahan organik. Perimbangan antara pemberian pupuk kimia dan bahan organik sangat menentukan hasil yang dicapai. Kenyataan pemberian pupuk fosfat dengan takaran sedang akan lebih efisien daripada takaran pupuk fosfat takaran tinggi (Suhardjo., et al. 1995). Disamping sebagai penyedia unsur hara, pupuk organik juga dapat berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Oleh karenanya, penambahan bahan organik untuk pemeliharaan dan peningkatan bahan organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang utama.

Pada lahan kering, pupuk kandang (pukan) dapat diaplikasikan dengan beberapa cara yaitu disebar di permukaan tanah kemudian dicampur pada saat pengolahan tanah, atau dalam larikan atau dalam lubang tanam. Metode aplikasi berkaitan dengan tanaman yang akan ditanam. Selain itu pukan yang akan diberikan juga berbeda jumlahnya tergantung dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Penggunaan pukan sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang terbarukan ( Hartatik dan Widowati, 2006). Beberapa pupuk mikroba dan biodekomposer telah dihasilkan. Nodulin adalah pupuk hayati penambat nitrogen untuk membantu dan meningkatkan ketersediaan N tanah melalui penambatan nitrogen pada kacang tanah. Biophos untuk meningkatkan keterdediaan P tanah. Selain itu MDec untuk menghasilkan Bioorganik dengan cara mengomposkan pupuk kandang dengan MDec. Pemanfaatan MDec adalah untuk mempercepat proses dekomposisi pupuk kandang sapi agar dapat digunakan lebih cepat.

Pupuk P-alam merupakan pupuk sumber P yang mempunyai prospek yang baik, selain biaya pengadaannya lebih murah juga mempunyai efektivitas relatif sama atau bahkan lebih tinggi dari pada pupuk TSP (Diamond et. al, 1986) Penggunaan pupuk P-alam dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P.

Pemanfaatan mikroorganisme dalam pertanian merupakan alternatif yang murah untuk meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan dan

(3)

461 mengurangi bahaya pencemaran. Namun keberhasilan pemanfaatannya sangat dipengaruhi oleh kualitasnya. Kesesuaian inokulan dengan tanah yang diinokulasi sangat menentukan keberhasilan pemberian inokulan (Hastuti, et al., 2006). Dalam lingkungan tanah, komponen pembatas aktivitas mikroba adalah ketersediaan substrat karbon. Penambahan substrat karbon ke dalam tanah, seperti inkorporasi sisa tanaman atau pukan (pupuk organik) akan memacu perkembang-biakan, aktivitas, dan populasi mikroba.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dalam meningkatkan produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu pukan dan pupuk mikroba.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada lahan kering Alfisols, Dusun Kabu Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah tersebut mempunyai ketinggian 254 m dpl.

Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok, 10 perlakuan dengan 3 (tiga) ulangan. Ukuran petak percobaan adalah 5m x 4m dengan jarak tanam 20cm x 20cm. Susunan perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan perlakuan pemupukan kacang tanah di Semin No. Urea SP-36 KCl Pukan

(1)

Pukan-MTM (2)

Bioorganik (3)

Nodulin Biophos P-alam

...Kg/ha... ...t/ha... g/ha Kg/ha

1 - - - - - - - - - 2 50 50 100 - - - - - - 3 - 30 30 1 - - - - - 4 - 25 50 - - - 200 - - 5 - 12,5 50 - - - 200 200 - 6 - 12,5 25 - - 200 200 - 7 - 30 30 - - 2 - - - 8 - 30 30 - 2 - - - - 9 - - - - - 2 200 200 45 10 - - - 2 200 200 22,5

Keterangan : (1). Pukan yang dipakai adalah pukan sapi

(2). Pukan- MTM: Pukan yang dikomposkan dengan MDec

(3). Bioorganik : Pukan- MTM yang diperkaya dengan MTM-Biofertilizer Pukan yang digunakan adalah pukan sapi yang sudah matang, yaitu pukan yang ditumpuk saja dalam kandang hingga 3-6 bulan. Pukan-MTM adalah pukan yang masih segar difermentasi dengan MDec selama 2-3 minggu. Bioorganik adalah Pukan-MTM yang diperkaya dengan MTM-Biofertilizer. Nodulin adalah

(4)

pupuk mikroba yang berfungsi untuk membentuk bintil akar pada tanaman kacang-kacangan (mengandung Rhizobium). Biophos adalah pupuk hayati yang berisi bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan P-tersedia tanah. Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif terhadap tinggi tanaman sampai saat fase primordia bunga. Pada saat panen diamati bobot brangkasan basah, bobot brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong kering.

Contoh tanah dan tanaman tempat percobaan diambil dan dianalisis pada awal (sebelum tanam), akhir fase vegetatif (fase pembungaan) dan panen. Analisis kimia tanah meliputi kandungan N, P dan K tersedia, KTK, pH. Analisis tanaman meliputi kandungan N,P dan K.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan C dan N termasuk sangat rendah, sedangkan C/N rasio termasuk rendah. P dan K potensial (HCl 25%) sangat tinggi, Kdd termasuk

sangat tinggi, P tersedia termasuk sedang dan K tersedia sangat tinggi, pH tanah termasuk agak masam, kapasitas tukar kation tinggi (Tabel 2).

Pukan-petani (pupuk kandang yang hanya ditumpuk, tanpa diinokulasi dengan mikroba dekomposer Mdec), adalah hasil kumpulan dari pembersihan kandang yang kemudian dikumpulkan dan ditumpuk disamping kandang kurang lebih 3-6 bulan. Sedangkan Pukan-MTM adalah kotoran hewan (sapi) yang diinokulasi dengan MDec kemudian difermentasikan dalam waktu sekitar 2-3 minggu (Tabel 3). Tampak bahwa kadar K dalam pukan yang menggunakan MDec lebih tinggi daripada pukan-petani (tanpa MDec). Kandungan hara dalam kotoran hewan (sapi) menunjukkan bahwa kadar N, dan K lebih kecil dibandingkan dengan yang dikomposkan lebih dahulu dengan mikroba dekomposer, penggunaan MDec untuk fermentasi kotoran hewan akan meningkatkan status hara K pupuk organik yang dihasilkan.

(5)

463 Tabel 2. Hasil analisis contoh awal tanah di lahan penelitian.

Sifat-sifat tanah Metode Nilai Kriteria

Tekstur Lempung berdebu

Pasir (%) 3,0 Debu (%) 43,0 Liat (%) 54,0 pH H2O 6,4 Agak masam KCl 5,3 Bahan organik

C-organik (%) 0,87 Sangat rendah

N-total (%) 0,10 Sangat rendah

C/N 8,7 rendah

P dan K potensial Ekstrak HCl 25%

P2O5 (mg/kg) 347 Sangat tinggi

K2O (mg/kg) 349 Sangat tinggi

P tersedia Olsen

P2O5 (mg/kg) 14 sedang

Nilai tukar kation Ekstrak ammonium asetat

1M, pH 7

Ca (Cmol/kg) 13,67 tinggi

Mg (Cmol/kg) 3,96 Tinggi

K (Cmol/kg) 1,37 Sangat tinggi

Na (Cmol/kg) 0,27 rendah

Jumlah 19,28

KTK (Cmol/kg) Ekstrak ammonium asetat

1M,pH7 26,66 tinggi KB (%) Ekstrak ammonium asetat1M,pH 7 72 tinggi Kemasaman Ekstrak KCl 1M Al 3+ 0 H+ 0,12

Tabel 3. Kandungan N, P, K pupuk kandang (pukan). Jenis penetapan

C N P K

Jenis Bahan

……….. % ……….

Pukan-petani 7,98 1,59 0,66 2,56

Kohew (Kotoran hewan) 15,41 1,02 0,66 0,84

Pukan-MTM 8,54 1,22 0,64 3,51

Keterangan :

Pukan-petani adalah kotoran sapi yang ditumpuk selama 3-6 bulan, tanpa inokulasi dengan mikroba dekomposer (MDec)

(6)

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap pertumbuhan tanaman fase berbunga

Pada Tabel 4 tampak bahwa pemberian Bio-Organik 2 t/ha meningkatkan tinggi tanaman secara nyata dibandingkan dengan pemberian pukan-petani, tinggi tanaman meningkat sebesar 57,12%. Tinggi tanaman pada perlakuan Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha dan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha menunjukkan tinggi tanaman berbeda nyata, masing-masing sebesar 26,05 cm dan 17,83 cm. Hal ini menunjukkan pemberian Bioorganik 2 t/ha meningkatkan secara nyata tinggi tanaman dibandingkan dengan pukan-MTM. Tinggi tanaman meningkat sebesar 46,10%. Hal ini menunjukkan bahwa pengkayaan kompos dengan pupuk hayati menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan hanya dengan kompos saja.

Tabel 4. Pertumbuhan tanaman kacang tanah fase primordia

No. Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah cabang Berat kering/tanaman cm g/tanaman

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 13,58 a 4,17 a 2,56 c

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl) 25.75 c 4.17 a 5.69 a

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

16.58 ab 4.17 a 4.74 ab

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha

SP-36 + 50 kg/ha KCl 15.33 ab 4.00 a 2.77 c

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

13.75 a 4.17 a 3.42 bc

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

18.50 ab 4.17 a 4.72 ab

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha

KCl + Bioorganik 2 t/ha 26.05 c 4.17 a 5.48 a

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30

kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha 17.83 ab 4.67 a 4.07 abc

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

20 b 4.17 a 5.40 a

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

14.58 ab 4.17 a 2.85 c

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

(7)

465 Berat kering tanaman tertinggi pada fase primordia dicapai pada perlakuan pemberian pupuk dengan takaran rekomendasi (50-50-100), berat kering tanaman yang paling tinggi (5,69 g/tanaman). Perlakuan pupuk yang lebih rendah dari pada takaran rekomendasi menunjukkan tinggi tanaman yang setara dengan takaran rekomendasi, hasil ini dapat dicapai juga dengan perlakuan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + BioOrganik 2 t/ha, dan perlakuan tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) berat kering tanaman masing-masing sebesar 5,48 g/tanaman dan 5,40 g/tanaman. Pemberian Nodulin+BioPhos+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioOrganik 2 t/ha menunjukkan berat kering tanaman yang tidak berbeda nyata dengan pelakuan takaran rekomendasi. Semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang.

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap kandungan hara dalam tanah dan serapan hara tanaman fase primordia bunga

Pada Tabel 5 tampak bahwa pada fase primordia kandungan N tanah tidak menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok pada semua perlakuan. Namun demikian perlakuan takaran rekomendasi menunjukkan kandungan N dan P tersedia tanah paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, yaitu masing-masing sebesar 0,12% dan 12 mg/kg. Nilai K tersedia termasuk dalam kategori tinggi-sangat tinggi. Hal ini menunjukkan ketersediaan hara P dan K yang cukup untuk pertumbuhan tanaman pada musim berikutnya. Kandungan N pada saat tersebut adalah dalam kategori sangat rendah mengingat N telah digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Kadar Kdd tanah pada perlakuan kontrol

menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini disebabkan tidak adanya pupuk yang ditambahkan sehingga menyebabkan penyerapan hara P dan K oleh tanaman pada perlakuan kontrol saat primordia menjadi rendah, sehingga hara P dan K yang tertinggal di dalam tanah masih tinggi. Rendahnya penyerapan hara oleh tanaman penyerapan kation oleh tanaman juga rendah. Penyerapan hara yang rendah disebabkan struktur perakaran tanaman yang tanpa dipupuk lebih pendek dan akar-akar rambutnya juga lebih sedikit. Pemberian pukan-MTM dan Bioorganik 2 t/ha meningkatkan kandungan Kdd tanah, kandungan Kdd tanah lebih

tinggi dibandingkan semua perlakuan. Pada perlakuan tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha adalah sebesar 1,93 mg/kg, sedangkan pada perlakuan tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) Kdd tanah sebesar adalah

(8)

Tabel 5. Kandungan hara tanah saat primordia kacang tanah

No. Perlakuan N P2O5 Kdd

% ... mg/kg ...

Awal Percobaan 0,10 14 1,37

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 0,10 9 1,22

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)

0,12 12 0,88

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

0,11 9 1,07

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha

SP-36 + 50 kg/ha KCl

0,11 6 1,12

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

0,11 11 0,98

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

0,11 11 1,30

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha

KCl + Bioorganik 2 t/ha

0,11 10 1,29

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha

KCl + pukan-MTM 2 t/ha

0,11 11 1,93

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

0,10 8 1,68

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

0,10 7 0,98

Sebagian besar perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan perbedaan nyata pada serapan hara N tanaman fase primordia dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Namun demikian perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan perbedaan nyata serapan hara N dibandingkan dengan semua perlakuan yang dicobakan yaitu sebesar 140,92 kg/ha. Sejarah pemanfaatan lahan menunjukkan bahwa petani telah memanfaatkan pupuk kandang pada tiap musim tanam, sehingga ketersediaan N dalam tanah cukup tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Perlakuan takaran rekomendasi, perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pukan-petani), dan perlakuan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan bahwa serapan hara P berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, yaitu masing-masing sebesar 4,85; 4,80; dan 4,68 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa BioPhos, Nodulin dan BioOrganik mampu meningkatkan ketersediaan N, kelarutan P dan K, sehingga meskipun tanpa pemupukan N, P, dan K serapan hara tanaman tidak menurun. BioOrganik disamping sebagai sumber hara juga mengandung pupuk hayati yang mampu melarutkan hara P

(9)

467 dan K. Serapan hara K pada perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani, dan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik (2t/ha) tidak menunjukkan perbedaan nyata, namun berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Serapan hara K pada perlakuan tersebut masing-masing sebesar 86,89 dan 89,70 kg/ha (Tabel 6).

Tabel 6. Serapan hara N, P, K tanaman kacang tanah saat primordia Serapan hara No. Perlakuan

N P K ... kg/ha ...

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 65,45 ab 3,13 ab 64,85 abc

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)

76,60 ab 4,85 d 75,83 be

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

85,65 b 4,03 ad 86,89 de

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl

83,85 b 4,80 cd 84,14 cde

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

76,75 ab 4,15 bcd 62,23 ab

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

57,27 ab 2,89 a 53,73 a

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha

52,92 a 3,11 ab 58,47 ab

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha

64,93 ab 3,62 abc 66,04 ad

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

140,92 c 4,68 cd 89,70 e

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

69,83 ab 3,63 abc 51,31 a

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Hasil Panen

Pada Tabel 7 tampak bahwa tinggi tanaman saat panen, bobot hijauan basah saat panen dan bobot hijauan kering tidak menunjukkan perbedaan nyata pada semua perlakuan yang dicobakan dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pupuk organik dapat menghemat penggunaan pupuk kimia.

(10)

Tabel 7. Tinggi tanaman, bobot brangkasan dan hasil kacang tanah saat panen. No. Perlakuan Tinggi tanaman Bobot hijauan basah Bobot hijauan kering cm ... t/ha ...

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 42,43 a 6,36 a 2,37 ab

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)

51,47 a 7,03 a 2,55 ab

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

45,93 a 8,05 a 3,10 b

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl

44,10 a 7,34 a 2,82 ab

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

42,93 a 7,58 a 2,96 ab

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

43,17 a 6,62 a 2,22 a

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha

45,43 a 6,71 a 2,22 a

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha

46,90 a 6,80 a 2,79 ab

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

46,63 a 7,24 a 2,60 ab

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

44,43 a 6,84 a 2,42 ab

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

Pengamatan terhadap jumlah polong dan hasil polong saat panen menunjukkan bahwa semua perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Perlakuan yang dicobakan juga tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap hasil polong kering. Namun demikian perlakuan Tanpa NPK+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan hasil polong kering yang tertinggi yaitu sebesar 1,52 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk P-alam mampu meningkatkan hasil polong kering secara nyata, pemberian pupuk K dalam jangka waktu tertentu belum diperlukan karena ketersediaan K tanah sudah cukup tinggi. Disamping itu pemberian pupuk N bisa disubstitusi dengan nodulin mengingat bahwa pemberian pupuk takaran rekomendasi dan tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl menunjukkan hasil polong kering yang tidak berbeda nyata.

(11)

469 Tabel 8. Jumlah polong, hasil polong saat panen dan polong kering (kadar air

20%) No. Perlakuan Jumlah polong Hasil polong saat panen Hasil polong kering Kadar air 20% Butir/tan. ... t/ha ...

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 5,17 a 2,01 a 1,16 ab

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)

6,30 a 2,47 a 1,21 ab

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

7,07 a 2,39 a 1,29 ab

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl

6,93 2,55 a 1,47 ab

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

5,97 a 2,20 a 1,16 ab

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

5,43 a 1,94 a 1,08 ab

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha

6,10 a 2,37 a 1,20 ab

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha

5,70 a 2,53 a 1,24 ab

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

5,67 a 2,18 a 1,52 b

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

6,00 a 2,26 a 0,93 a

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Aktivitas mikroorganisme tanah Aktivitas mikroorganisme tanah yang diamati melalui proses respirasi menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+Biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl (8,71 mgC-CO2/100g tanah/hari), tanpa

pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+Pukan-MTM 2 t/ha (9,05 mgC-CO2/100g

tanah/hari), dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+Biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl (10,88 mgC-CO2/100g tanah/hari )(Tabel 9). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin sedikit pupuk kimia yang diberikan akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme, namun bukan berarti pupuk kimia tidak diperlukan untuk aktivitas mikroorganisme, karena mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk perkembangannya.

(12)

Pengamatan terhadap populasi bakteri menunjukkan bahwa populasi bakteri berkisar 4,67 x 105 sampai 3,23 x 106 cfu/g tanah. Populasi bakteri tertinggi dicapai pada perlakuan Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 106 cfu/g tanah. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan petani, tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl, Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36 +50 kg/ha KCl pupuk KCl dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+Pukan-MTM 2 t/ha. Dengan meningkatnya populasi bakteri tidak sejalan dengan meningkatnya aktivitas respirasi tanah, karena aktivitas respirasi tidak hanya dipengaruhi oleh bakteri saja, namun juga dipengaruhi oleh fauna tanah dan perakaran tanaman.

Tabel 9. Aktivitas respirasi dan populasi bakteri tanah saat panen.

No. Perlakuan Respirasi (mgC-CO2/100g tanah/hari) Populasi bakteri (cfu/g)

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 6,76 a 2,13 x 106 bc

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)

7,45 a 3,23 x 106 d

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani

6,42 a 2,50 x 106 bcd

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha

SP-36 + 50 kg/ha KCl

6,77 a 2,50 x 106 bcd

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl pupuk KCl

8,71 ab 3,01 x 106 cd

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl

10,88 b 4,67 x 105 a

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha

KCl + Bioorganik 2 t/ha

6,88 a 8,33 x 105 a

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha

KCl + pukan-MTM 2 t/ha

9,05 ab 2,67 x 106 bcd

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

7,45 a 2,03 x 106 b

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha)

8,02 ab 2,17 x 106 bc

(13)

471 KESIMPULAN

1. Perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% dibandingkan takaran rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl), atau meningkat sebesar 17,83% dibandingkan takaran petani (Tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang).

2. Serapan hara N dan K tertinggi pada perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha. Serapan hara N meningkat dari 65,45 kg/ha menjadi 140,92 kg/ha, sedangkan serapan hara P meningkat dari 64,85 kg/ha menjadi 89,70 kg/ha.

3. Perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar 10,88 mgC-CO2/100 g tanah

DAFTAR PUSTAKA

Diamond, R.B. J. Sri Adiningsih,J. Prawirasumantri, and S. Partohardjono. 1986. Responses of Upland Crops to water soluble P and Phosphate Rock. Prosiding Lokakarya Efisiensi penggunaan Pupuk.pusat penelitian Tanah Bogor. Cipayung 6-7 Agustus 1986

Hartatik, W. Dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006

Hastuti, R. D., R. Saraswati, dan J. Purwani. Bakteri Tanah Multiguna dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor 14-15 September 2006. Buku I. hal 205-219

Sudaryono. 2000. Optimasi Kebutuhan Kalium Tanah Alfisol Alkalis Untuk Budidaya Kacang Tanah. Prosiding Konggres Nasional VII HITI. Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai Dengan Potensinya Menunju Keseimbangan Lingkungan Hidup Dalam Rangka meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. 1065-1077

Suhardjo, M., A. Dariah, D. Riyanto, A. Abasid, dan H. Suwardjo. 1995. Pemanfaatan Usaha Rehabilitasi Lahan Kritis Berlereng di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Prosiding Lokakarya dan Ekspose Teknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian. Hal 85-92. Puslittanak Bogor. Badan Litbang Pertanian. Yogyakarta 17-19 Januari 1995.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana jumlah H 2 O yang terkondensasi setelah proses pembakaran tergantung dari besarnya kadar air dalam briket tersebut, apabila kadar air yang terkandung

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 43 responden pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa penderita skizofrenia yang mendapat dukungan keluarga yang

Namun demikian, untuk implementasi Repositori Publikasi ilmiah Badan Litbang Pertanian perlu dipilih aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan Badan Litbang Pertanian dari

Rezultati Kruskal-Wallis testa koji se odnose na intenzitet efekta ovisno o izvoru svjetla za zelenu boju umetnutog segmenta, Semimatte papir kao medij te „crnu“

Kesalahan yang banyak ditemukan dalam karangan narasi ekspositoris peserta didik adalah kesalahan pada penulisan huruf kapital, kata hubung, tanda baca, kalimat

Penelitian hukum normatif pada skripsi ini didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan - peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum ekonomi,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor fundamental perusahaan yang berasal dari laporan keuangan dan direpresentasikan oleh Current ratio (CR), Return on equity