• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPERCAYAAN KONSUMEN PADA BISNIS ONLINE DI MEDIA SOSIAL (FACEBOOK DAN TWITTER) TERHADAP MINAT BELI ULANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEPERCAYAAN KONSUMEN PADA BISNIS ONLINE DI MEDIA SOSIAL (FACEBOOK DAN TWITTER) TERHADAP MINAT BELI ULANG."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DI MEDIA SOSIAL (FACEBOOK DAN TWITTER) TERHADAP MINAT BELI ULANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi & Bisnis UPN “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Manajemen

Diajukan oleh :

NITRA PAREATAMA NPM.1012010018

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

ULANG Disusun Oleh : NITRA PAREATAMA

1012010018/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur PadaTanggal 28 Februari 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra.Ec. Luky Susilowati, MP Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS NIP. 195602171988032001 NIP. 19501012985032001

Sekretaris

Dra.Ec. Luky Susilowati, MP NIP. 195602171988032001

Anggota

Dra. Ec. Siti Aminah, MM NIP. 196107121988032001

Mengetahui DekanFakultasEkonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimurDekanFakultasEkonomi

(3)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kepercayaan Konsumen Pada Bisnis Online Di Media Sosial

(Facebook dan Twitter) Terhadap Minat Beli Ulang”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi program studi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

berlangsung.

6. Kepada Kedua orang tuaku dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

7. Sahabat – sahabat terbaikku yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

8. Seseorang yang menjadi pelengkap dalam kekuranganku yang selalu mendampingi, mendoakan dan memberikan dukungan moril selama ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca. Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca, khususnya bagi penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial. Waalaikumsalam Wr. Wb.

Salam hormat, Surabaya, Februari 2014

(5)

KATA PENGANTAR ... .. i

DAFTAR ISI ... .. iii

DAFTAR TABEL... .. vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Bisnis Online ... 10

2.2.1.1 Pengertian Bisnis Online... 10

2.2.1.2 Keuntungan & Kerugian Bisnis Online 11

2.2.2 Media Sosial ... 14

2.2.2.1 Pengertian Media Sosial ... 14

2.2.2.2 Pekembangan Media Sosial ... 15

2.2.2.3 Media Sosial Marketing ... 17

(6)

2.2.4 Minat Beli Ulang ... 21

2.2.4.1 Pengertian Minat Beli Ulang ... 21

2.3 Pengaruh Security Control Terhadap Kepercayaan Konsumen ... 24

2.4 Pengaruh Ability Terhadap Kepercayaan Konsumen ... 25

2.5 Pengaruh Integrity Terhadap Kepercayaan Konsumen .... 26

2.6 Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli Ulang ... 27

2.7 Kerangka Penelitian ... 28

2.8 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1 Definisi Operasional ... 30

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 33

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi ... 34

3.2.2 Sampel ... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1 Jenis Data ... 35

3.3.2 Sumber Data ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

(7)

4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Bisnis Online ... 43

4.2 Analisis Karakteristik Responden ... 43

4.2.1 Deskripsi Variabel ... 47

4.2.1.1 Deskripsi Variabel Security Control ... 47

4.2.1.2 Deskripsi Variabel Ability ... 48

4.2.1.3 Deskripsi Variabel Integrity ... 49

4.2.1.4 Deskripsi Variabel Kepercayaan Konsumen 51

4.2.1.5 Deskripsi Variabel Minat Beli Ulang ... 52

4.3 Analisis Data ... 54

4.3.1 Evaluasi Outlier ... 54

4.3.2 Interpretasi Hasil PLS ... 56

4.3.2.1 Pengujian Outer Model ... 56

4.3.2.2 Analisis Model PLS ... 62

4.3.2.3 Pengujian Inner Model ... 62

4.4 Pembahasan ... 65

4.4.1 Pengaruh Security Control Terhadap Kepercayaan Konsumen ... 65

4.4.2 Pengaruh Ability Terhadap Kepercayaan Konsumen... 66

4.4.3 Pengaruh Integrity Terhadap Kepercayaan Konsumen ... 67

(8)
(9)

Tabel 1.1 Tren Bisnis Online 2 Tabel 2.1 Persamaan & Perbedaan Penelitian Terdahulu 9

Tabel 2.2 Keuntungan & Kerugian E-Commerce Bagi Pembeli 11

Tabel 2.3 Keuntungan &Kerugian E-Commerce Bagi Penjual 12

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 44

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 44

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 45

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 46

Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Security Control 47

Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Ability 48

Tabel 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Integrity 49

Tabel 4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepercayaan Konsumen 51

Tabel 4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli Ulang 52

Tabel 4.10 Outer Data 55

Tabel 4.11 Outer Loadings 56

Tabel 4.12 Average Variance Extracted (AVE) 58

Tabel 4.13 Reliability Data 59

Tabel 4.14 Outer Weight 60

Tabel 4.15 R-Square 63

(10)
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 : Kuesioner Penelitian

2 : Tabulasi Data Penelitian

(12)

Nitra Pareatama

ABSTRAKSI

Bisnis online (e-commerce) merupakan transaksi belanja sosial yang memiliki potensi resiko penipuan yang cukup tinggi . Oleh karena itu faktor kepercayaan konsumen terhadap vendor menjadi faktor kunci dalam e-commerce. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh variabel security control, ability dan integrity vendor e-commerce terhadap kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter) dan (2) menganalisis pengaruh variabel kepercayaan konsumen terhadap minat beli ulang.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel konsumen bisnis online di wilayah Surabaya Timur. Instrumen utama pengumpulan data berupa kuesioner yang diukur dengan skala likert. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 responden. Metode analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Variabel security control, ability dan integrity mempengaruhi kepercayaan konsumen secara signifikan positif dan 2). Variabel kepercayaan konsumen mempengaruhi minat beli ulang secara signifikan positif.

(13)

MEDIA SOSIAL (FACEBOOK DAN TWITTER) TERHADAP MINAT BELI ULANG

Nitra Pareatama

ABSTRAKSI

Bisnis online (e-commerce) merupakan transaksi belanja sosial yang memiliki potensi resiko penipuan yang cukup tinggi . Oleh karena itu faktor kepercayaan konsumen terhadap vendor menjadi faktor kunci dalam e-commerce. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh variabel security control, ability dan integrity vendor e-commerce terhadap kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter) dan (2) menganalisis pengaruh variabel kepercayaan konsumen terhadap minat beli ulang.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel konsumen bisnis online di wilayah Surabaya Timur. Instrumen utama pengumpulan data berupa kuesioner yang diukur dengan skala likert. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 responden. Metode analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Variabel security control, ability dan integrity mempengaruhi kepercayaan konsumen secara signifikan positif dan 2). Variabel kepercayaan konsumen mempengaruhi minat beli ulang secara signifikan positif.

(14)

Interrnet telah merevolusi cara dunia dalam melakukan bisnis baik ditingkat lokal maupun global. Banyak perusahaan kecil dan besar telah memanfaatkan internet dalam menunjang bisnisnya, bahkan ada yang dinamakan bisnis online atau e-commerce dimana semata – mata menjadikan internet sebagai bisnis utama. Menurut Laudon (2010:8), e-commerce didefinisikan sebagai transaksi perdagangan yang dimungkinkan secara digital antar organisasi dengan organisasi atau dengan individual serta antar individual dengan individual. Pengguna internet di Indonesia yang semakin meningkat, secara tidak langsung membuat tren belanja online di Indonesia juga cenderung terus meningkat. Konsumen Indonesia tetap menjadi pebelanja online yang paling aktif. Angka tren konsumen Indonesia itu meningkat dua kali lipat dari angka tren dunia.

Hal ini terungkap lewat hasil penelitian Index E-Commerce, sebuah survei global independen mengenai tren berbelanja secara online. Index e-commerce mengungkapkan bahwa ketertarikan konsumen dalam belanja online

(15)

publikasi informasi pengguna, tetapi juga dimanfaatkan dalam pemasaran yang dikenal dengan social media marketing yaitu proses untuk memperoleh trafic (kujungan) atau perhatian melalui situs – situs media sosial (Jonathan & Prihartono 2012: 115-116).

Model pemasaran yang menggunakan media sosial berfokus untuk menciptakan isi yang dapat menarik dan mendorong penggunanya untuk berbagi informasi ke pengguna lainnya dalam jejaring sosial yang sama. Keuntungan yang dapat diperoleh dalam menggunakan media sosial ialah pihak perusahaan atau pelaku bisnis online dengan mudah, cepat, dan berbiaya murah dalam mengkomunikasikan produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen dan juga dapat meningkatkan hubungan dengan konsumen melalui customer service di situs jejaring sosial tersebut. Adanya media sosial membawa dampak positif bagi para pengusaha yang belum memliki modal yang cukup untuk mempunyai bisnis offline (toko) dalam mengembangkan potensi bisnis melalui media online ini.

Persentase perkembangan bisnis online selama tiga tahun terakhir berdasarkan hasil survei global independen mengenai tren berbelanja secara online dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Tren Bisnis Online

TAHUN PRESENTASE BISNIS ONLINE (%)

2011 42%

2012 57%

2013 78%

(16)

Gambar 1.1 Grafik Peningkatan Bisnis Online

Sumber: Data diolah

Riset Index E-Commerce dari Rakuten Inc yang dipublikasi, telah menjadi angin segar bagi pelaku e-commerce di Indonesia sebagai pemimpin tren bisnis online melalui media sosial atau disebut belanja sosial. Di Asia Tenggara, Indonesia memimpin indeks tren belanja sosial sebesar 78%, dan sekitar 28% konsumen masih bertahan dengan gaya belanja konvensional dengan pergi ke toko (www.suarapembaruan.com). Data tren belanja sosial yang terus mengalami peningkatan di Indonesia juga diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh MasterCard Worldwide Online Shopping pada 5 Desember 2011 sampai Februari

(17)

sebelumnya (www.marketing.co.id).

Fenomena dan dinamika tren belanja sosial yang terus mengalami peningkatan yang signifikan selama tiga tahun terakhir, tidak terlepas dari peran aktif pelaku bisnis online dalam merekomendasikan produk atau jasanya melalui media sosial seperti: Facebook , Twitter dan sebagainya. Pengguna (user) yang lebih dari 32 juta akun Facebook dan 6 juta akun Twitter, ditambah penetrasi internet yang mencapai 8,9% dari seluruh penduduk Indonesia—atau 45 juta user, merupakan peluang bagi pengembangan bisnis dan usaha lainnya pun terbuka lebar . Bisnis online diharapkan dapat bertahan dan terus mengalami peningkatan setiap tahun seiring banyaknya kemudahan yang dapat ditemui dalam transaksi online, tetapi banyaknya penipuan di dunia maya (cyber crime) dan rendahnya

kepercayaan terhadap penjual (seller) membuat rekomendasi menjadi pilihan sebagian besar konsumen. Ditambah, usia pelaku transaksi yang mayoritas masih muda membuat mereka dapat dengan gampang berganti pilihan dan sangat mudah untuk dipengaruhi perorangan maupun kelompok (www.marketing.co.id). Oleh karena itu, Kepercayaan konsumen terhadap bisnis online menjadi sorotan penting dalam permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini.

(18)

transaksi berbelanja melalui internet, didasarkan harapan bahwa penjual menjanjikan transaksi yang akan memuaskan konsumen dan mampu untuk mengirim barang atau jasa yang telah dijanjikan. Kepercayaan konsumen menjadi pondasi dalam menjalankan bisnis online maupun offline, sehingga loyalitas konsumen dapat terbentuk.

Pelaku bisnis online perlu membangun kepercayaan konsumen dalam platform belanja online, sehingga mereka dapat menpertahankan bisnis tersebut di tengah persaingan yang semakin ketat. Ketika konsumen mempercayai sebuah perusahaan, mereka akan lebih suka melakukan pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada perusahaan tersebut (Prasaranphanich, 2007). Minat beli ulang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang terhadap suatu barang atau jasa (Woodside, 1998 dalam Surya Aji 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kepercayaan Konsumen Pada Bisnis Online di Media Sosial (Facebook dan Twitter) Terhadap Minat Beli Ulang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

(19)

2. Apakah ability berpengaruh terhadap kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twiiter)?

3. Apakah Integrity berpengaruh terhadap kepercayaan konsumen pada online di media sosial (Facebook dan Twitter)?

4. Apakah kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter) berpengaruh terhadap minat beli ulang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh security control terhadap kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter). 2. Untuk mengetahui pengaruh ability terhadap kepercayaan Konsumen

pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter).

3. Untuk mengetahui pengaruh integrity terhadap kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter)

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai penambahan perbendaharaan perpustakaan, khususnya bagi UPN ―VETERAN‖ Jawa Timur sebagai kajian dan perbandingan bagi mahasiswa lain dalam menyusun penelitian selanjutnya.

2. Bagi Penelitian Berikutnya dan Pembaca

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan mengenai pengembangan penelitian dibidang bisnis online, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter).

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian yang berjudul ―Analisis Kepercayaan Bisnis Online Pada Media Sosial (Facebook dan Twitter) Terhadap Minat Beli Ulang‖, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Rofiq (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Dimensi Kepercayaan (Trust) Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce (Studi

Pada Pelanggan E-Commerce di Indonesia). Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh variabel kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity) vendor terhadap kepercayaan (trust) dan partisipasi (participation) pelanggan e-commerce di Indonesia, menganalisis pengaruh variabel kepercayaan (trust) terhadap tingkat partisipasi e-commerce di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel pengguna e-commerce di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil peneitian menunjukkan bahwa variabel integritas vendor dan kepercayaan pelanggan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan.

2. Handayani (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Persepsi Risiko Belanja Online di

(22)

saja yang mempengaruhi konsumen untuk berbelanja online, dimana belanja di internet banyak terdapat ketidakpastian atau risiko karena antara penjual dan pembeli tidak saling bertemu satu sama lain. Sampel dari penelitian adalah masyarakat yang pernah melakukan transaksi perbelanjaan dengan menggunakan media internet di wilayah Surabaya Timur. Alat analisis yang digunakan adalah persamaan struktural SEM (Structural Equation Modelling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan belanja online mempunyai pengaruh terhadap persepsi risiko. Pengalaman berinteraksi dengan internet dan frekuensi belanja online lebih dari tiga kali menjadi alasan mengapa konsumen percaya belanja online dan risiko atau ketidakpastian akan menjadi kecil.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Indikator Penelitian Variabel Bebas Variabel Bebas

(23)

Timur Timur

2.2.1.1 Pengertian Bisnis Online (E-Commerce)

E-commerce adalah penggunaan media transmisi (telekomunikasi) untuk diikutsertakan dalam pertukaran, termasuk penjualan dan pembelian, dari produk dan jasa yang membutuhkan transportasi, untuk fisik dan digital, dari lokasi ke lokasi berdasarkan pendapat Greenstein dan Vasarhelyi (2004, p2).

Definisi e-commerce menurut Turban dkk (2010) ialah ―proses membeli dan menjual; atau tukar menukar produk, jasa, atau informasi melalui komputer‖.

(24)

sebagai transaksi perdagangan yang dimungkinkan secara digital antar organisasi dengan organisasi atau dengan individual serta antar individual dengan individual.

Berdasarkan definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa e-commerce berkaitan dengan transaksi jual beli yang dilakukan secara digital

dengan menggunakan komputer yang tersambung dengan internet yang digunakan untuk berkomunikasi antara pihak pembeli dan penjual.

2.2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Bisnis Online

Menurut Gaertner dan Smith (2001), dari hasil kajian literatur dan empiris permasalahan yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian ecommerce meliputi: commerce bagi pembeli disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian E-Commerce Bagi Pembeli

Keuntungan Kerugian

1. Lebih cepat/nyaman dalam pembelian. 2. Pilihan produk/layanan terus

ditingkatkan.

3. Memiliki akses yang lebih banyak terhadap informasi.

4. Dapat memperbaiki harga (pasar yang lebih kompetitif).

5. Dapat melakukan umpan balik terhadap

1. Masalah keamanan. 2. Pembeli tidak semuanya

mempergunakan teknologi yang sama. 3. Masalah hukum/aspek legal.

4. Bukan pengalaman belanja di dunia nyata.

5. Tidak semua orang memiliki akses terhadap internet.

(25)

supplier, vendor dan biro iklan. 6. Metode pembelian yang lebih mudah/cepat.

7. Meningkatkan tingkat ketersediaan pelayanan konsumen.

8. Meningkatkan kepercayaan.

melimpah.

7. Konsumen takut terhadap penjual yang

belum diketahui/dikenal.

8. Akses bukan hal yang mudah bagi pemula.

Sumber: Gaertner dan Smith (2001) dalam Rofiq (2007)

Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan, diketahui bahwa dengan menggunakan e-commerce pembeli dapat melakukan transaksi pembelian secara lebih leluasa, terutama dalam memilih dan membandingkan barang/jasa yang akan dibeli di antara beberapa vendor. Dengan demikian, pembeli akan memperoleh barang/jasa yang tepat, baik harga maupun fiturnya.

Sedangkan pada sisi kerugian banyak menyangkut pada aspek keamanan, pengetahuan pembeli, dan ketersediaan infrastruktur internet. Oleh karena itu, seiring dengan semakin berkembangnya teknologi keamanan e-commerce, banyaknya informasi dan komunitas pengguna ecommerce, serta

semakin banyaknya tersedia infrastruktur internet, maka kerugian yang dihadapi pembeli dapat semakin diperkecil. Selain keuntungan dan kerugian e-commerce bagi pembeli, dapat diidentifikasi pula keuntungan dan kerugian e-commerce bagi penjual. Hasil identifikasi tersebut sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian E-Commerce Bagi Penjual

Keuntungan Kerugiaan

1. Manajemen informasi/komunikasi yang lebih baik.

(26)

layanan konsumen yang lebih baik. 4. Meningkatkan daya saing. 5. Mengurangi biaya/meningkatkan pendapatan.

6. Mengurangi siklus waktu.

7. Sedikit hambatan dalam penerapan metode penjualan.

8. Semua perusahaan dapat berkompetisi pada level yang sama.

12. Dapat memperbaiki image perusahaan. 13. Cara yang lebih murah untuk mencari partner bisnis.

14. Lebih banyak tersedia informasi elektronik.

15. Dapat memperbaiki akses informasi mengenai transaksi yang terjadi.

16. Cara langsung yang lebih banyak untuk

pembelian.

17. Kemampuan untuk melewati hambatan global dalam marketing.

18. Memperoleh pengetahuan melalui diskusi di internet.

19. Biaya stock dan produksi dapat dipotong

melalui penawaran yang kompetitif. 20. Kemampuan untuk mengidentifikasi pasar produk baru.

21. Mendukung hubungan melalui berbagi informasi secara real-time.

22. Akselerasi terhadap proses bisnis 23. Mudah dalam memperbarui katalog online.

24. Meningkatkan efisiensi transaksi

3. Masalah hukum/aspek legal.

4. Informasi yang dikirim oleh supplier dapat diganggu oleh hacker.

5. Merek dagang/kepercayaan menjadi hal

yang utama.

6. Kompetisi yang ketat bagi supplier/vendor.

7. Biaya implementasi/advertensi dapat menjadi tinggi.

8. Tidak cukup metode untuk pembayaran.

9. Harus memiliki konsumen yang loyal. 10. Pengguna dikenai biaya transaksi. 11. Bahasa, zona waktu, dan perbedaan mata

uang.

12. Permasalahan perlindungan hak cipta. 13. Gangguan pada rantai pasokan. 14. Kemudahan pembeli untuk berganti supplier/vendor.

15. Populasi web mungkin tidak mewakili

populasi target.

16. Tidak ada estándar internet bagi perusahaan web hosting.

17. Butuh restrukturisasi proses bisnis. 18. Sulit untuk mengatasi keputusan pembelian yang licik.

19. Kesulitan untuk mengetahui pembeli yang sedang mencari.

20. Keharusan untuk merubah organisasi. 21. Penjualan melalui internet terbatas pada

orang ketika mulai mempergunakan internet untuk pembelian.

22. Hambatan oleh jangkauan jaringan komputer.

Sumber: Gaertner dan Smith (2001) dalam Rofiq (2007)

(27)

efisien dan dapat mendekatkan diri kepada konsumen sehingga upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen bisa dilakukan secara lebih mudah. Sedangkan pada sisi kerugian, penjual harus dapat mengadopsi teknologi e-commerce secara tepat sehingga kerugian yang dihadapi dalam penggunaan e-commerce bisa diminimalisir.

2.2.2 Media Sosial

2.2.2.1 Pengertian Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. (www. wikipedia.com).

(28)

berbagi informasi ke pengguna lainnya dalam jejaring sosial yang sama (Jonathan dan Perihartono 2012 : 116).

2.2.2.2 Perkembangan Media Sosial

1978 Awal dari penemuan Sistem papan buletin yang memungkinkan untuk dapat berhubungan dengan orang lain menggunakan surat elektronik , ataupun mengunggah dan mengunduh Perangkat lunak , semua ini dilakukan masih dengan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengaan modem.

1995 Kelahiran dari situs GeoCities, situs ini melayani Web Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data - data website agar halaman website tersebut bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan GeoCities ini menjadi tonggak dari berdirinya website - website lain.

1997 Muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun sebenarnya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan situs jejaring sosial namun, Sixdegree.com di anggap lebih menawarkan sebuah situs jejaring sosial di banding Classmates.com  1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. situs ini

(29)

2002 Berdirinya Friendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu menjadi booming, dan keberadaan sebuah media sosial menjadi fenomenal.

2003 Berdirinya LinkedIn, tak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn juga berguna untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi dari sebuah Media Sosial makin berkembang.

2003 Berdirinya MySpace, MySpace menawarkan kemudahan dalam menggunakannya,sehingga myspace di katakan situs jejaring sosial yang user friendly.

2004 Lahirnya Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga sampai saat ini, merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak.

2006 Lahirnya Twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan yang lainnya, karena pengguna dari Twitter hanya bisa mengupdate status atau yang bernama Tweet ini yang hanya di batasi 140 karakter.

2007 Lahirnya Wiser, situs jejaring social pertama sekali diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Bumi (22 April) 2007. Situs ini diharapkan bisa menjadi sebuah direktori online organisasi lingkungan seluruh dunia termasuk pergerakan lingkungan baik dilakukan individu maupun kelompok.

(30)

pada orang yang telah di invite oleh google. Setelah itu google+ di luncurkan secara umum.

2.2.2.3 Media Sosial Marketing

Media sosial yang banyak digunakan sebagai alat promosi/pemasaran (social media marketing) merupakan proses untuk memperoleh kunjungan (trafic) atau

perhatian melalui situs-situs media sosial (Jonathan & Prihartono, 2012: 115-116) seperti: Facebook, Twitter dan sebagainya. Dalam buku Twiiter is Money (Ivan, 2013:17) menyebutkan beberapa alasan mengapa Twitter sangat baik untuk digunakan sabagai alat pemasaran:

1. Bersifat Virtual

Informasi yang menarik di Twitter akan menyebar dengan cepat dan luas, karena kecenderungan pengguna media sosial untuk berbagi kepada jaringannya.

2. Membentuk Komunitas

Para pengguna Twitter yang saling berbagi informasi dalam minat yang sama akan memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah komunitas.

3. Interaksi Langsung

(31)

4. Real Time

Di Twitter, dengan seketika informasi tentang sebuah produk baru yang sedang berlangsung akan diketahui oleh para konsumen.

2.2.3 Kepercayaan

2.2.3.1 Pengertian Kepercayaan

Fukuyama (2002: 36) menyebut kepercayaan sebagai pengharapan yang ada dalam suatu komunitas yang memiliki perilaku normal, jujur, kooperatif, berdasarkan norma – norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. Norma-norma itu boleh jadi merupakan persoalan-persoalan ―nilai‖ yang mendasar seperti Tuhan atau keadilan, tetapi mereka juga

sangat mungkin mengcakup norma-norma sekunder seperti standar-standar profesional dan aturan – aturan perilaku. Fukuyama (2006) mendefinisikan kepercayaan sebagai keadaan psikologis yang membuat seseorang mau menerima risiko dari orang lain yang didasarkan pada perkiraan niat dan perilaku yang baik dari orang lain.

2.2.3.1 Dimensi Kepercayaan

Kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transkasi. McKnight et al (2002) menyatakan bahwa ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu:

1. Trusting Belief

(32)

pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. McKnight et al (2002) menyatakan bahwa ada tiga elemen yang membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence.

Benevolence

Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual untuk melayani kepentingan konsumen.

Integrity

Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen.

 Competence

(33)

2. Trusting Intention

Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap

bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight et al (2002) menyatakan bahwa ada dua elemen yang membangun trusting intention yaitu willingness to depend dan subjective probability of depending.

Willingness to depend

Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.

Subjective probability of depending

Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.

2.2.3.3 Kepercayaan Konsumen

(34)

dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.

 Objek (objects) dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala

sesuatu di mana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap.

 Atribut (Attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki

atau tidak dimiliki oleh objek.Atribut terdiri dari, atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama merek, kemasan dan label.

 Manfaat (benefit) adalah hasil positif yang dibeikan atribut kepada

konsumen.

Kepercayaan terhadap objek, atribut, dan manfaat menunjukkan persepsi konsumen, dan karena itu, umumnya kepercayaan konsumen berbeda dengan konsumen lainnya.

2.2.4 Minat Beli Ulang

2.2.4.1 Pengertian Minat Beli Ulang

(35)

terhadap minat membeli konsumen ditentukan oleh intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disuka konsumen, dan motivasi konsumen untuk menuruti orang lain. Sedangkan pengaruh faktor situasi yang diantisipasi terhadap minat membeli konsumen didasarkan pada faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, dan melihat produk yang diharapkan.

Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu produk timbul setelah konsumen mencoba suatu produk tersebut dan kemudian timbul rasa suka atau tidak suka terhadap produk tersebut. Rasa suka terhadap produk timbul bila konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas baik dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain produk tersebut mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat beli ulang ini akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar (Thamrin, 2003 dalam penelitian Dyah 2009).

(36)

Menurut Ferdinand (2002: 129) minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.

2. Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya.

3. Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilanggananinya.

(37)

2.3 Pengaruh Security Control Terhadap Kepercayaan Konsumen

Menurut (koufaris dan Sosa, 2004 dalam penelitian Christine Mesach, 2011) menyatakan bahwa pengendalian keamanan (security control) memiliki hubungan dengan kepercayaan awal. Kemampuan untuk melakukan pengendalian akan keamanan menyebabkan tidak ada pihak yang dirugikan ketika melakukan transaksi secara online. Hal ini menyebabkan pelanggan bebas dari rasa takut ketika melakukan transaksi secara online dan menimbulkan kepercayaan.

Keamanan e-commerce merupakan masalah kendali utama bagi perusahaan yang menjalankan e-commerce (Kenneth dan Jane C.Loudon, 2005 dalam penelitian R.A Marlien, Probo: 2010). Sangat penting bahwa data – data yang berkaitan dengan e-commerce seperti data pembeli dan penjual dijaga kerahasiaannya sewaktu transmisi secara elektronik. Konsumen yang merasa aman terhadap lingkungan internet secara keseluruhan akan cenderung percaya terhadap webside yang menyediakan pelayanan e-commerce.

Sesuai dengan penelitian (Handayani, 2010) hubungan kontrol sekuriti terhadap tingkat kepercayaan konsumen adalah ketika vendor internet menerapkan kontrol sekuriti yang baik dalam transaksi online dengan konsumen, hal ini dapat membuat konsumen lebih percaya berbelanja online.

Berdasarkan beberapa uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Security control berpengaruh terhadap kepercayaan berbelanja di internet, dimana

(38)

2.4 Pengaruh Ability (Kemampuan) Terhadap Kepercayaan Konsumen

Menurut (Ballester dan Aleman 2001) bahwa perasaan percaya adalah berdasarkan pada reliabilitas merek dan intensi merek terhadap individu. Reliabiltas tersebut mempunyai arti yang sama dengan konsep kompetensi merek dari Lau dan Lee (1999) yaitu kemampuan sebuah merek untuk merespons keinginan konsumen, misalnya kemampuan suatu merek untuk menjaga dan menjajikan kualitas yang konsisten. (dalam penelitian M.Rafiq, 2011 yang berjudul Pengaruh Kepercayaan Konsumen Pada Merek Terhadap Loyalitas Merek).

Menurut (Mc Knight et al, 1998 dalam penelitian M. Hanif, 2011) reputasi yang positif suatu webside dapat dilihat dalam menyediakan kemantapan atas kemampuan, integritas dan nilai – nilai yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan, khususnya pada saat pertama kali melakukan transaksi.

Dalam penelitian (Handayani, 2010) Hubungan kompentensi terhadap tingkat kepercayaan konsumen adalah suatu vendor dapat dikatakan kompenten apabila mempunyai sumber daya dan tenaga yang dapat diandalkan misalkan saja kualitas tampilan toko harus dibuat menarik, vendor internet harus tanggap dalam menghadapi masalah, sehingga konsumen mempercayai vendor internet.

(39)

2.5 Pengaruh Integrity (Integritas)Terhadap Kepercayaan Konsumen

Menurut (Morgan dan Hunt, 1994 dalam penelitian Suhardi 2006) mendefinisikan kepercayaan sebagai suatu kondisi ketika salah satu pihak yang terlibat dalam proses pertukaran yakni dengan kehandalan dan integritas pihak yang lain. Definisi Morgan dan Hunt sejalan dengan pendapat Morman et al (dalam Morgan dan Hunt, 1994) bahwa kepercayaan adalah kesediaan atau kerelaan untuk bersandar pada rekan yang terlibat dalam pertukaran yang diyakini.

Menurut (Mayer et al, 1995 dalam penelitian Rofiq, 2007) Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah dapat dipercaya atau tidak. Dalam penelitian (Hadayani, 2010) mejelaskan hubungan integritas terhadap tingkat kepercayaan konsumen untuk melihat integritas vendor di internet tidak mudah karena konsumen hanya dapat mengetahui apakah suatu vendor mempunyai integritas yang baik atau tidak dengan melihat tes timonial yang ditulis oleh konsumen yang pernah bertransaksi, hal bukan suatu patokan yang sah tetapi akan mengurangi risiko sebelum konsumen melakukan transaksi online.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Integrity berpengaruh terhadap kepercayaan konsumen berbelanja di internet,

(40)

2.6 Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli Ulang

Menurut (Mowen, 2002: 312) mendefinisikan kepercayaan konsumen sebagai semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek (produk, perusahaan), atribut (merek, kemasan dan label) dan manfaatnya (hal positif yang diberikan atribut tersebut).

Menurut (Kotler 2009 dalam penelitian Adrian & Jony Octavian, 2012) konsumen membentuk pilihan terhadap merek dalam kumpulan yang dapat dipilih. Konsumen juga akan membentuk minat beli terhadap merek yang paling dia pilih. Kasus tersebut dapat dikatakan ada hubungan antara merek yang konsumen percaya terhadap minat beli pada suatu produk. Sebagai contoh, menurut (Kotler, 2009) dalam melaksanakan intensitas membeli untuk mobil, konsumen mungkin akan membuat lima bagian keputusan, yaitu: brand, delaer, quality, timing dan payment method. Konsumen akan memilih merek terlebih

dahulu dalam menentukan pembelian dan kebanyakan merek yang konsumen pilih adalah merek yang konsumen percayai. Konsumen akan memilih merek yang mendapatkan kepercayaan dari konsumen.

Hubungan kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelian ulang diperkuat dengan penelitian (Ariyan, 2012) menjelaskan bahwa jika konsumen merasa aman dengan suatu merek hal itu akan membuat konsumen memiliki kepercayaan positif terhadap merek tersebut, hal tersebut akan mempertinggi probabilitas pembelian ulang.

(41)

dimana apabila konsumen memiliki kepercayaan positif terhadap belanja online akan memperkuat sikap dan mempertinggi probabilitas pembelian ulang.

2.7 Kerangka Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka kerangka penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Semakin meningkat security control akan meningkatkan kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter).

Security control

Ability

Integrity

Kepercayaan konsumen

(42)

H2 : Semakin meningkat ability akan meningkatkan kepercayaan konsumen pada bisnis online di media sosial (Facebook dan Twitter).

H3 : Semakin meningkat integrity akan meningkatkan kepercayaan konsumen pada bisnis online (Facebook dan Twitter)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

a. Security Control (X1)

Security control saat berbelanja online adalah kontrol pengamanan dalam melakukan transaksi online. Vendor atau penjual menjamin kontrol keamanan data transaksi dari penyalahgunaan atau kejahatan di internet. Dalam penelitian (Handayani, 2010) indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah

1. Keamanan: vendor internet menerapkan keamanan yang sesuai untuk melindungi konsumen.

2. Informasi yang tidak berubah: vendor internet menjamin tidak akan merubah informasi saat bertransaksi di internet.

b. Ability (X2)

Ability (kemampuan) didefinisikan sebagai persepsi pelanggan tentang

kemampuan penjual melalui media e-commerce dalam menyediakan barang, memberikan rasa aman dan nyaman dalam transaksi. Dalam penelitian (Rofiq, 2007) indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

1. Kompetensi : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce mempunyai kemampuan dalam menyediakan barang yang berkualitas bagi pelanggan. 2. Pengalaman: Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce mempunyai

(44)

3. Pengetahuan Luas : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce memiliki pengetahuan yang baik dalam mengamankan transaksi.

4. Pengesahan Institusional : persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce telah diakui keberadaannya oleh pihak – pihak lain, seperti supplier, distributior, jasa pengiriman, dan sebagainya.

c. Integrity (X3)

Integrity didefinisikan sebagai persepsi pelanggan mengenai komitmen

penjual melalui media e-commerce dalam menjaga nilai – nilai untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Dalam penelitian (Rofiq, 2007) indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

1. Pemenuhan : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce akan memenuhi apa yang diharapkan pelanggannya.

2. Keterusterangan : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce tidak akan menyembunyikan informasi yang penting bagi pelanggannya.

3. Kehandalan : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce selalu menjaga reputasinya.

d. Kepercayaan Konsumen (Y1)

(45)

1. Kenyamanan : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce memberikan kenyamanan dalam bertransaksi.

2. Kepuasan : Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce memberikan kepuasan dalam bertransaksi.

3. Tanggung Jawab: Persepsi pelanggan bahwa vendor e-commerce memenuhi tanggung jawabnya terhadap pelanggan.

e. Minat Beli Ulang (Y2)

Minat beli ulang (Repurchase Intention) dapat didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Menurut Ferdinand (2002:129) minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Minat transaksional : kecenderungan seseorang untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.

2. Minat referensial : kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya.

3. Minat preferensial : minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

(46)

informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilanggananinya.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel menggunakan Skala Ordinal adalah alat pengukuran data yang menunjukkan data sesuai dengan sebuah orde atau urutan tertentu (Ferdinand, 2006: 261). Adapun teknik pengukuran variabel menggunakan skala Likert yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penelitian tujuh butir yang berada dalam rentang dua sisi (Umar ,2000 dalam Surya Aji, 2012). Digunakan jenjang 1 – 5 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut:

STS TS N S SS

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberikan skor pada masing – masing skala dimana:

(47)

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi merupakan gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006: 223). Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna internet di wilayah Surabaya Timur yang telah melakukan transaksi e-commerce melalui media sosial (Facebook dan Twitter).

3.2.2 Sampel

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel (Ferdinand, 2006: 223). Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non probability sampling dengan memakai purposive sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Sedangkan purposive sampling adalah pemilihan ―sampel bertujuan‖ yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Ferdinand, 2006:231).

Adapun kriteria yang dimaksud adalah, sebagai berikut:

1. Konsumen yang pernah melakukan transaksi online lebih dari satu kali pembelian.

(48)

Menurut Ghozali (2008: 19) jumlah sampel dalam PLS, dengan perkiraan sebagai berikut:

a. Sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif (mengabaikan indikator refleksif).

Sehubungan dengan digunakan Partial Least Square (PLS), maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 70 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. b. Data Sekunder

(49)

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari konsumen yang berbelanja online sebagai responden dalam penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Metode Kuesioner

Metode kuesioner adalah membuat daftar pernyataan yang kemudian dibagikan kepada responden yang bersangkutan.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah melakukan tanya jawab untuk memperoleh informasi dari pihak yang bersangkutan. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dimana metode ini harus memikirkan waktu pelaksanaannya.

3.5 Teknik Analisis Data

(50)

1. PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten, bahkan dengan PLS dapat menggunakan model persamaan struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi.

2. PLS merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi.

3. Penggunaan data dengan PLS, tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala katagori samapai ratio dapat

digunakan pada model yang sama).

4. Penggunaan sampel pada PLS, tidaklah harus besar melainkan bisa minimal 30 sampel.

5. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif.

6. PLS jauh lebih efisien perhitungan algoritma, sehingga mampu mengestimasi model yang besar dan komplek dengan ratusan variabel laten dan ribuan indikator.

Sedangkan alasan – alasan menggunakan SmartPLS versi 2.0 sebagai tools dari SEM berbasiskan kompenen atau varian (PLS) menurut Ghozali (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan dalam menginstal program.

(51)

3. Kemudahan dalam bekerja lebih dari satu model pada sesi yang sama. 4. Tampilan output lebih tersusun rapi dalam sintaks html.

Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan model persamaan struktural PLS menurut Ghozali (2008: 22) adalah sebagai berikut: 1) Model Spesifikasi dengan PLS

Menurut Ghozali (2008:22), model analisis jalur semua variable laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (struktural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator atau variabel menives-nya (meansurement model), dan (3) weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Penjelasan dari masing – masing hubungan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Inner Model

Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model). Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada subtantive theory. Model persamaannya =�0+� +Γ�+ . PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten sering disebut casual chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut

(52)

Outer Model

Outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya (measurement model). Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis persamaan =Λ �+ dan =Λ + . Sedangkan Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaan �= Πξx+δξ dan =Πηy+δη.

B. Weight Relation

Weight relation dalam menilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Inner model dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS yaitu ��= ∑i � � dan =

2) Evaluasi Model

PLS tidak mengasumsikan distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan (Chin, 1998). Evaluasi model PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non parametik. Model pengukuran atau outer model dengan indikator reflektif dievaluasi dengan validitas konvergen dan validitas diskriminan dari indikatornya dan composive reliability atau blok indikator.

(53)

konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran stone-Geisser Q Square test (Stone, 1974: Geisser, 1975) dalam Ghozali (2008: 24-25) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang diperoleh dari prosedur bootstraping.

3) Model Pengukuran dengan Outer Model

Validitas konvergen dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antar skor item atau skor komponen dengan skor konstruk yang dihitung dari PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin diukur.

Validitas diskriminan dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada ukuran pada blok lainnya.

(54)

Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam pengukuran, yaitu internal consistency yang dikembangkan oleh Werts, Lim dan Jokerskog (1974) dan Cronbach Alpha dengan menggunakan output yang dihasilkan PLS, maka composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

pc = (∑λi)2 pc (∑λi)2+ ∑i var (ɛi)

4) Model Pengukuran dengan Inner Model

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Qeisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variable laten independen tertentu terhadap variabel dependen apakah memilikipengaruh yang substantive. Pengaruh besarnya f2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(55)
(56)

4.1 Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Bisnis Online

Bisnis online atau e-commerce didefinisikan sebagai transaksi perdagangan yang dimungkinkan secara digital antar organisasi dengan organisasi atau dengan individual serta antar individual dengan individual (Laudon 2010). Lokasi penelitian ini berada di wilayah Surabaya Timur, adapun alasan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penduduknya terdiri dari berbagai strata baik ekonomi, pendidikan dan pekerjaan yang variatif.

b. Wilayah tersebut merupakan lokasi yang strategis dalam melakukan penyebaran kuesioner.

c. Tingkat pembelian konsumen secara online yang cenderung tinggi.

4.2 Analisis Karakteristik Responden

(57)

a. Jenis kelamin

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden, terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki - laki 29 41,43%

2 Perempuan 41 58,57%

Total 70 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah konsumen yang melakukan pembelian secara online pada media sosial (Facebook dan Twitter) di wilayah Surabaya Timur lebih didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 41 atau sekitar 58,57% responden, sedangkan laki-laki sebanyak 29 responden atau sekitar 41,43%.

b. Usia

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner tang telah diberikan, dapat diketahui usia responden pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 18-21 38 54,29%

2 22-25 26 37,14%

3 26-29 4 5,71%

4 30-34 2 2,86%

Total 70 100%

(58)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah konsumen yang melakukan pembelian secara online pada media sosial (Facebook dan Twitter) di wilayah Surabaya Timur lebih didominasi oleh konsumen yang berusia 18-21 tahun yaitu sebanyak 38 responden atau sekitar 54,29 %, konsumen dengan usia 22-25 tahun yaitu sebanyak 26 responden atau sekitar 37,14%, konsumen dengan usia 26-29 tahun yaitu sebanyak 4 responden atau sekitar 5,71% dan konsumen yang berusia 30-34 tahun yaitu sebanyak 2 responden atau sekitar 2,86%.

c. Pendidikan

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden, dapat terlihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SMA 52 74,29%

2 Diploma 5 7,14%

3 S1 11 15,71%

4 Lainnya 2 2,86%

Total 70 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

(59)

S1 sebanyak 11 responden atau sekitar 15,71%, konsumen dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 5 responden atau sekitar 7,14%, sedangkan sebanyak 2 responden atau sekitar 2,86% telah menempuh pendidikan S2 (lainnya).

d. Pekerjaan

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui pekerjaan para responden, dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Pelajar/ Mahasiswa 55 78,57%

2 PNS 3 4,29%

3 Karyawan Swasta 8 11,43%

4 Lainnya 4 5,71%

Total 70 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

(60)

4.2.1 Deskripsi Variabel

4.2.1.1 Deskripsi Variabel Security Control

Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Security Control

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indikator pertama dari Security Control, yaitu penjual online memperhatikan sistem keamanan untuk melindungi konsumen, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 44 responden atau 63%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 3 dengan jumlah 13 responden atau sekitar 19%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

(61)

4.2.1.2 Deskripsi Variabel Ability

Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Ability

No Pernyataan Skor Tanggapan Total

Skor

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indikator pertama dari Abillity, yaitu penjual online mempunyai kemampuan dalam menyediakan barang yang berkualitas, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 27 atau sekitar 39%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden sebanyak 22 atau sekitar 31%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju atas pernyataan tersebut.

(62)

terbanyak kedua terdapat pada skor 13 atau sekitar 19%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju atas penyataan tersebut.

c. Indikator ketiga dari Ability, yaitu penjual online memiliki pengetahuan yang luas dalam mengelolah bisnis online, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 24 atau sekitar 34%, kemudian terbanyak kedua pada skor 3 dengan jumlah responden 33 atau sekitar 47%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

d. Indikator keempat dari Ability, yaitu penjual online telah diakui keberadaannya oleh pihak distributor dan jasa pengiriman, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 24 atau sekitar 34%, kemudian terbanyak kedua pada skor 3 dengan jumlah responden 32 atau sekitar 46%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

4.2.1.3 Deskripsi Variabel Integrity

Tabel 4. 7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Integrity

No Pernyataan

Skor Tanggapan Total skor

1 2 3 4 5

1 Penjual online akan memenuhi apa yang diharapkan konsumen

3 Penjual online selalu menjaga reputasinya

- 2 10 35 23 70

(63)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indikator pertama dari Integrity, yaitu penjual online akan memenuhi apa yang diharapkan konsumen, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 29 atau sekitar 41%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden sebanyak 21 atau sekitar 30%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

b. Indikator kedua dari Integrity, yaitu penjual online tidak akan menyembunyikan informasi yang penting bagi konsumen, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 38 atau sekitar 54%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden sebanyak 17 atau sekitar 24%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

c. Indikator ketiga dari Integrity, yaitu penjual online selalu menjaga reputasinya, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 35 atau sekitar 50%, kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 23 atau sekitar 33%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju atas penyataan tersebut.

(64)

4.2.1.4 Deskipsi Variabel Kepercayaan Konsumen

Tabel 4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Kepercayaan Konsumen

No Pernyataan

Skor Tanggapan Total Skor

1 2 3 4 5

1 Penjual online memberikan kenyamanan dalam bertransaksi

- 3 11 49 7 70

- 4% 16% 70% 10% 100%

2 Penjual online bertanggung jawab atas ketidaknyamanan konsumen

2 5 21 28 14 70

3% 7% 30% 40% 20% 100%

3 Penjual online memberikan pelayanan yang baik, sehingga terbentuk kepuasan konsumen

- 3 14 37 16 70

- 4% 20% 53% 23% 100% Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Indikator pertama dari Kepercayaan Konsumen, yaitu penjual online memberikan kenyamanan dalam bertransaksi, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 49 atau sekitar 70%, kemuadian terbanyak kedua terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden sebanyak 11 atau sekitar 16%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

(65)

responden sebanyak 21 atau sekitar 30%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

c. Indikator ketiga dari Kepercayaan Konsumen, yaitu penjual online memberikan pelayanan yang baik, sehingga terbentuk kepuasan konsumen, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 37 atau sekitar 53%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 16 atau sekitar 23%. Artinya, sebagian besar responden menajawab setuju dengan pernyataan tersebut.

4.2.1.5 Deskripsi Variabel Minat Beli Ulang

Tabel 4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli Ulang

No Pernyataan Skor Tanggapan Total

Skor yang sudah dibeli kepada orang lain dengan referensi

(66)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indikator pertama dari Minat Beli Ulang, yaitu Anda selalu melakukan pembelian ulang secara online terhadap produk yang pernah dikonsumsi, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 44 atau sekitar 63%, kemudian terbanyak kedua pada skor 3 dengan jumlah responden 13 atau sekitar 19%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

b. Indikator kedua dari Minat Beli Ulang, yaitu Anda mereferensikan produk yang sudah dibeli kepada orang lain dengan referensi pengalaman selama berbelanja online, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 36 atau sekitar 51%, kemudian terbanyak kedua pada skor 3 dengan jumlah responden sebesar 19 atau sekitar 27%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. c. Indikator ketiga dari Minat Beli Ulang, yaitu Anda menjadikan belanja

online sebagai preferensi utama, tetapi preferensi tersebut dapat berubah

jika terjadi masalah saat bertransaksi, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 35 atau sekitar 50%, kemudian terbanyak kedua pada skor 3 dengan jumlah responden sebanyak 14 atau sekitar 20%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

(67)

sekitar 47%, kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 29 atau sekitar 41%. Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.

4.3 Analisis Data 4.3.1 Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi – observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau multivariat. Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkatan univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap – tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair, dkk 1998; Tabachnick & Fidel, 1996 dalam Surya Aji 2012).

Uji terhadap outlier multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p<1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan χ2

Gambar

GRAFIK PENINGKATAN BISNIS ONLINE SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian E-Commerce Bagi Pembeli
Tabel 2.3  Keuntungan dan Kerugian E-Commerce Bagi Penjual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data, penelitian ini memberikan kesimpulan: profil kecerdasan visual-spasial siswa (1) berdasarkan arah pandang, subjek cenderung menjawab salah ketika

Q 22 04 Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Lainnya 123. Q 22 05 Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Industrial Plant &amp;

1. Semua penduduk kota memiliki hak atas keamanan diri dan materi mereka terhadap semua jenis kekerasan, termasuk yang berpotensi dilakukan oleh.. lembaga penegak hukum. Kota

Saat dilakukan observasi pada worokstation pengepakan, pada saat proses pengepresan sack berlangsung yang terjadi pada komponen penekan sack dan alas penekan

”POTRET PRO-WOMAN POLICY” Studi tentang Pengaruh Tingkat Kemiskinan terhadap Tingkat Partisipasi Eks Wanita Tuna Susila dalam Program Pemberdayaan Eks Lokalisasi di Dupak

Kebijakan ini dibuat melalui program pemberdayaan bertujuan agar terciptanya dan terjalinnya suatu hubungan yang baik antara prajuru desa dengan krama desa (masyarakat)

Kasus risiko pada Character risk ini, penulis langsung menemui salah seorang nasabah yang mendapatkan pembiayaan dari Bank Mandiri Area Aceh untuk usaha dagangnya

Menimbang, bahwa pada pokoknya alasan Penggugat mohon diceraikan dari Tergugat adalah bahwa kurang lebih sejak bulan Juni tahun 2002, rumah tangga Penggugat dengan Tergugat