• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL DALAM RUBRIK PALANTA DI HARIAN UMUM SINGGALANG (ANALISIS WACANA KRITIS) Nilam Syafriyani. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KRITIK SOSIAL DALAM RUBRIK PALANTA DI HARIAN UMUM SINGGALANG (ANALISIS WACANA KRITIS) Nilam Syafriyani. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK SOSIAL DALAM RUBRIK PALANTA DI HARIAN UMUM SINGGALANG

(ANALISIS WACANA KRITIS)

Nilam Syafriyani Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana bentuk kritik sosial yang terdapat dalam rubrik Palanta dan hubungan kritik sosial yang terdapat dalam rubrik Palanta dengan realita masyarakat. Dalam hal ini, dikaitkan realita sosial yang dibahas dalam Harian Umum Singgalang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori analisis wacana kritis yang akan menekankan kepada bentuk kritik sosial dalam kehidupan masyarakat yang tergambar dalam rubrik Palanta pada bulan Juni dan Juli 2012. Adapun bentuk-bentuk kritik yang terdapat dalam beberapa edisi Palanta yaitu terkait dengan masalah politik, korupsi, sosial-budaya, moral dan pendidikan.

Kajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Untuk melihat bagaimana bentuk kritik terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Langkah kerja dalam penelitian ini adalah dengan membaca dan memahami objek serta mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah teks Palanta karya Sawir Pribadi mencerminkan realita masyarakat Minangkabau yang gemar berargumentasi, memberikan pendapat maupun masukan terkait dengan bentuk kritik sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

Kata Kunci: Palanta, kritik sosial, analisis wacana kritis, Harian Umum Singgalang

Pengantar

Minangkabau dikenal sebagai etnis yang demokrasi dan memiliki tradisi lisan yang kuat. Dalam kehidupannya, masyarakat Minangkabau diberi ruang untuk berbicara dan berpendapat. Dalam bukunya, Suryadi (2004:9) mengatakan Minangkabau dilahirkan untuk bicara. Semua masyarakat mempunyai kebebasan berbicara, berpendapat sebagaimana pepatah Minangkabau mengatakan adat bajanjang naiek, batanggo turun yang maksudya dalam mencari keputusan juga dibutuhkan pendapat dari masyarakatnya. Aturan yang dibuat berdasarkan mufakat dengan masyarakatnya. Selain itu orang Minangkabau juga senang beradu argumentasi (Amir, 2006:21). Orang Minangkabau sangat pandai dalam berbicara, berpendapat, mengritik atau memrotes. Salah satunya terkait dengan kritik sosial.

(2)

Salah satu media yang membahas mengenai bentuk kritik sosial yang terdapat di kehidupan masyarakat adalah rubrik Palanta. Palanta merupakan refleksi sosial masyarakat Minangkabau. Menurut Kamus Bahasa Minangkabau (2002:143), palanta berarti bangku atau tempat duduk panjang yang terbuat dari papan yang biasa ditemukan di warung-warung kopi (lapau) di Minangkabau biasanya tempat ini digunakan oleh kaum lelaki Minang untuk duduk maota apa saja sambil minum kopi. Seperti yang digambarkan Sawir Pribadi alias Espe St. Soeleman dalam setiap rubrik Palanta. Dalam pengertian luas dalam tradisi Minangkabau Palanta berarti lembaga perbincangan tidak resmi (Burhanuddin, 2009:586). Sawir Pribadi menggambarkan sebuah lapau Minangkabau moderen yang di dalamnya terjadi sebuah diskusi antara tokoh-tokoh yang dimulai dari hasil pembacaan terhadap salah satu headline (berita utama) surat kabar harian Singgalang. Sepertinya lapau tersebut berlangganan surat kabar harian Singgalang.

Palanta ditulis oleh eSPe. St. Soeleman. eSPe. St. Soeleman sebenarnya hanyalah nama samaran dari Sawir Pribadi. Sawir Pribadi adalah wartawan senior di HUS. Sawir Pribadi merupakan putra asli Minang yang lahir dari keluarga petani di Nagari Jawi-jawi, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok pada 6 Maret 1967. Memulai karir sebagai wartawan Singgalang di kabupaten dan kota Solok. Setelah itu dipercaya menjadi koordinator di Kabuapten Pesisir Selatan. Memiliki prinsip ’hidup bagai air mengalir’, Sawir Pribadi juga diberi amanah memegang berbagai posisi di surat kabar kebanggaan masyarakat Sumatra Barat itu.

Selain menulis dan mengedit berita, bapak dua putra ini juga menyibukkan diri dengan menulis. Salah satu hasil tulisannya adalah Palanta yang terbit setiap hari di halaman depan. Sesuai dengan nama Palanta adalah tulisan yang dikemas dengan bahasa Minang. Latar belakang penulis menulis Palanta ini yakni bertolak dari kekhawatiran sebagian masyarakat akan hilangnya bahasa Minang dari kehidupan bermasyarakat. Tanpa menutup mata dalam keseharian anak-anak Minang telah banyak yang malas berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Minang. Terutama anak-anak yang hidup dikawasan perkotan,mereka lebih suka memakai bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing

Menurut beliau berkomunikasi dengan bahasa Indonesia memang bagus, tetapi jangan sampai melupakan bahasa ibu, karena bahasa ibu adalah identitas budaya kita. Sekiranya bahasa Minang luntur di tengah-tengah pemiliknya, dapat dipastikan budaya juga akan luntur. Alangkah

(3)

lucunya, apabila kita mendengar para pemain rabab, randai dan sebagainya itu menggunakan bahasa Indonesia.

Selain alasan tersebut, pengetahuan generasi sekarang akan bahasa dan budaya Minang bisa dikatakan masih dangkal. Bukan tidak mungkin generasi mendatang juga tidak mampu mengerti dan mengenal kata kiasan atau pepatah-petitih, seperti ’alun bakilek alah takalam’, ’bayang-bayang sapanjang badan’, ’abih gali dek galitiak’ dan sebagainya. Hal inilah yang mendasari lahirnya tulisan berbahasa Minang di HUS, salah satunya Palanta.

Lebih dari itu, dengan membaca rubrik Palanta diharapkan generasi penerus Minangkabau bisa mengenal media demokrasi orang Minang semenjak dulu, yakni lapau. Lapau adalah forum para laki-laki Minang untuk memecahkan berbagai masalah. Di lapau, tidak ada satu pun persoalan yang dianggap berat. Bahkan, hal-hal yang tidak tuntas di pemerintah atau parlemen, bisa selesai oleh orang-orang yang duduk-duduk di lapau.

Di lapau, kaum laki-laki biasa berdebat apa saja yang sekali-sekali dibumbui dengan cimeeh. Walau kadang tajam atau kritikan pedas tidak pernah terjadi pertengkaran yang berujung pada perkelahian sebagaimana layaknya kejadian-kejadian di parlemen. Sepedas-pedasnya kata yang keluar, seruncing-runcing apapun cimeeh selalu berakhir dengan damai dan mereka keluar dari lapau dengan senyum atau gelak tawa.

Begitu juga halnya di dalam rubrik Palanta, Palanta merupakan refleksi masyarakat Minangkabau. Di dalam rubrik Palanta ini diceritakan berbagai bentuk permasalahan di negeri ini serta bentuk pendapat yang disampaikan oleh masing-masing tokoh untuk menanggapi berita-berita yang sedang hangat tersebut. Dalam percakapan yang terjadi di rubrik Palanta para tokoh beradu argumen menyuarakan pendapatnya, tak ubahnya seperti parlemen kecil.

Rubrik Palanta terbit enam hari dalam seminggu kecuali minggu sejak 2006. Seting dan latar tulisannya adalah sebuah lapau imajiner yang terletak di kota padang, tepatnya di Balai Baru. Menurut imajinasi pengarang, Palanta terletak di sebuah simpang dekat komplek perumahan di daerah Balai Baru, dimana disana terdapat berbagai elemen masyarakat dari berbagai daerah. Setingan lapau sengaja diciptakan untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda Minangkabau tentang kebiasaan laki-laki Minang tersebut. Dalam rubrik Palanta terdapat bereberapa tokoh yang semuanya laki-laki yaitu Tan Baro, Udin Kuriak, Mak Pono, Kari Garejoh, Angah Piyan, Ajo Tondeh, Uncu Labai, Pak Osu, Sutan Subarang, Kudun dan

(4)

Uwo Pulin sendiri sebagai pemilik lapau. Kadang-kadang dalam rubrik-rubrik tertentu terdapat ‘bintang tamu’ (Wawancara, 16 Maret 2013).

Dalam penelitian ini penulis akan menjadikan Palanta sebagai objek penelitiannya. Dalam Palanta banyak ditemui bentuk-bentuk kritik sosial. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kritik sosial yang ada di Palanta, penulis akan membahas sebanyak 49 (empat puluh sembilan) edisi yang terbit pada bulan Juni dan Juli pada tahun 2012. Asumsi awal, pemilihan bulan ini banyak timbul permasalahan-permasalahan terkait masuknya dan datangnya bulan Ramadhan, menjelang masuknya tahun ajaran baru, serta terjadinya bencana alam di Sumatra Barat. Tentu saja akan banyak ditemui bentu-bentuk kritik sosial yang berkaitan dengan hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan penulis teliti adalah membahas mengenai bagaimana bentuk perotes sosisal yang terdapat dalam rubrik Palanta. Selanjutnya memabahas bagaimana hubungan kritik sosial yang terdapat dalam rubrik Palanta dengan realita masyarakat. Adapun tujuan penelitian ini sebagaimana masalah yang telah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini yaitu menjelaskan bagaimana bentuk kritik sosial yang terdapat dalam rubrik Palanta. Selanjutnya menjelaskan mengenai bagaimana hubungan kritik sosial yang terdapat dalam rubrik Palanta dengan realita sosial masyarakat.

Dalam hal ini teori yang digunakan adalah analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Tujuan analisis wacana kritis adalah menjelaskan dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini (Jorgensen dan Philips, 2007: 114-116). Dengan demikian, analisis wacana kritis merupakan teori untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya.

Fokus penelitian analisis wacana kritis merupakan praktik kewacanaan yang mengonstruk representasi dunia, subjek sosial dan hubungan sosial termasuk hubungan kekuasaan dan peran yang dimainkan praktik-praktik kewacanaan itu guna melanjutkan kepentingan kelompok-kelompok sosial khusus. Analisis wacana kritis sebagai pendekatan yang berusaha melakukan penyeledikan secara sistematis terhadap hubungan-hubungan kausalitas dan penentuan yang sering samar antara (a) praktik kewacanaan, peristiwa dan teks dan (b) struktur-struktur kultural dan sosial yang lebih luas, hubungan dan proses (Fairclough 1995:135).

(5)

Analisis wacana kritis itu bersifat “kritis” maksudnya adalah bahwa analisis ini bertujuan mengungkap peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan dunia sosial, termasuk hubungan-hubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tak sepadan. Oleh sebab itu, tujuannya adalah agar bisa memberi kontribusi kepada perubahan sosial di sepanjang garis hubungan kekuasaan dalam proses komunikasi dan masyarakat secara umum.

Pendekatan analisis wacana kritis menurut Fairclough terdiri dari lima bagian yang ingin dikaji oleh penulis disini hanya karakteristiknya saja yang terdiri dari lima bagian, yakni (1) tindakan yaitu, Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, beraksi dan sebagainya, Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran. (2) konteks yaitu, Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks. (3) historis yaitu Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks. (4) kekuasaan yaitu, . Analisis wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas konteks, atau dapat juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana. (5) ideologi yaitu Wacana dipandang sebagai medium kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan

(6)

pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran.

Berdasarkan kelima karakteristik di atas, dapat dipahami wacana terkait dengan berbagai aspek yang berada sebagai latar belakangnya. Wacana erat kaitannya dengan tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi. Artinya, dalam suatu bangunan wacana kritik sosial juga terdapat aspek yang melatarbelakanginya. Pertarungan kepentingan maupun ungkapan kekecewaan dapat menjadi suatu hal yang membangun kritik sosial tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagaimana langkah-langkah kerjanya seperti:

a. Pengumpulan data

Data yang didapatkan dengan cara melakukan studi kepustakaan studi kepustakaan dan mencari bahan-bahan yang mendukung penelitian . data yang didapatkan terdiri dari dua kategori yaitu data primer dan data skunder. Data primer didapatkan melalui rubrik Palanta yang terdapat di Harian umum Singgalang, Sedangkan data skunder didapatkan berupa bahan-bahan pustaka yang relevan yang mendukung penelitian ini. Untuk penelusuran data dalam teks Palanta akan dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan kepada penulis rubrik Palanta.

a. Analisis data

Data yang telah didapat dianalisis dengan pendekatan analisis wacana kritis, sehingga masalah-masalah yang diajukan dapat terpecahkan dan tujuan penelitian ini dapat tercapai.

b. Penyajian data

Penelitian ini disajikan dalam bentuk data deskriptif yaitu dengan cara menjelaskan pemecahan masalah berdasarkan data-data menganilisis data.

c. Simpulan

Menyimpulkan hasil penelitian dari segala data yang telah dianalisis.

Pembahasan

Kritik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (berarti pernyataan tidak menyetujui, menentang, menyangkal dan sebagainya. Kata sosial disini merupakan kehidupan masyarakat. Jadi, kritik sosial adalah pernyataan atau ungkapan tidak menyetujui terhadap kehidupan sosial masyarakat. Bentuk kritik yang disampaikan tersebut diharapkan nantinya dapat menjadi acuan bagi pemerintah maupun masyarakatnya ataupun siapa saja yang mendengar, membaca atau

(7)

melihat bentuk-bentuk kritik sosial tersebut. Bentuk kritik sosial merupakan ungkapan perasaan masyarakat yang mengalami berbagai bentuk masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Kritik sosial muncul akibat dari segala masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

Salah satu media yang dipilih sebagai pengungkapan perasaan berupa bentuk kritik sosial adalah media cetak. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Palanta di HUS merupakan refleksi dari kebiasaan masyarakat Minangkabau. Maksudnya disini adalah, Palanta dalam masyarakat Minangkabau berarti lapau. Lapau adalah dimana tempat biasanya laki-laki duduk-duduk sambil bercerita, beradu pendapat dan tidak ubahnya seperti parlemen kecil. Jadi, Palanta merupakan media bagi masyarakat Minang khususnya untuk beradu pendapat. Dalam peneltian ini penulis mengelompokkan lima bentuk kritik sosial, yakninya kritik sosial yang berkaitan dengan masalah politik, korupsi, masalah sosio-budaya, masalah moral dan pendidikan.

a. Kritik Palanta terhadap Realita Politik

Sehubungan dengan bentuk kritik sosial yang tergambar disetiap rubrik Palanta, penulis

Palanta menggambarkan berbagai bentuk masalah yang timbul akibat kepentingan pemerintahan

atau politik. Masalah politik yang menjadi bahasan di rubrik Palanta berdampak pada kehidupan masyarakat seperti masalah kepemimpinan yang memuat berbagai masalah berhubungan lansung dengan kepentingan politik.

Kritik sosial terkait masalah politik dibahas dalam beberapa edisi rubrik Palanta. salah satu yang membahas mengenai masalah politik yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat adalah :

Korpus 2. ( Dima Latak Pitih Tu??, 2 Juni 2012)

Pada korpus ini diceritakan bentuk kritik sosial terkait keberadaan dana bantuan dari Rajawali.sehubungan dengan banyaknya masyarakat yang mengadu kepada surat kabar terkait janji pemerintah yang akan segera memberi dana bantuan dari Rajawali kepada masyarakat yang anak-anaknya lulus diperguruan tinggi negeri. Dana bantuan yang seharusnya telah dibagikan semenjak tahun 2011 lalu itu belum juga mendapat titik terangnya dari pemerintah. Pemerintah dinilai tidak terang-terangan menyangkut keberadaan dana bantuan tersebut. Hal tersebut tentu saja memunculkan pertanyaan terkait keberadaan dana bantuan itu. akibat dari ketidakjelasan mengenai dana tersebut, tentu saja memunculkan anggapan yang kurang baik dari masyarakat. Sebaiknya

(8)

pemerintah berterus terang mengenai uang tersebut, serta pemerintah tentu harus menjelaskan untuk apa uang tersebut disumbangkan. Jika memang dana tersebut digunakan untuk membantu rakyat miskin, sebaiknya bisa cepat direalisasikan. Supaya masyarakat juga tau bagaimana sebenarnya keberadaan uang itu. Agar tidak ada lagi anak-anak kurang mampu tersebut mengadu ke surat kabar. Bahkan ada yang berpendapat bahwa mungkin saja uang tersebut dipakai untuk modal kampanye. Karena tahun 2014 akan diadakan pemilihan anggota DPRD.

b. Kritik Palanta Terhadap Masalah Korupsi

Salah satu masalah yang paling menarik perhatian adalah masalah korupsi. tindakan korupsi merupakan suatu tindakan mengambil, menyelewengkan, menggelapkan uang negara atau uang rakyat untuk kepentingan pribadi atau kelompok (Alatas dalam Triandayani 2002 : 1). Korupsi di Indonesia sudah merajalela dari dahulu hingga saat ini. menurut korupsi adalah tingkahlaku para pejabat negara yang menyimpang dari norma-norma umum pelayanan masyarakat. Selain itu korupsi juga mengandung arti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, penyuapan, kerakusan, merusakkan (Huntington, 2003: 69). Jadi tindakkan korupsi merupakan tindakkan yang sangat tidak terpuji dan dapat merugikan kehidupan orang lain yang dalam hal ini adalah masyarakat.

Salah satu korpus yang membahas mengenai kritik sosial terhadap maslah korupsi adalah Palanta yang berjudul “Limo Juta”.

Korpus 38 (Limo Juta, 17 Juli 2012)

Teks ini membahas mengenai berita di HUS pada tanggal 16 Juli 2012 yang berjudul ‘Korupsi Rp5 Juta Tak Dipenjara’. Berita tersebut menceritakan tentang putusan Mahkamah Agung (MA) yang tidak memenjarakan terdakwa korupsi lima juta tidak dipenjarakan disayangkan banyak pihak. MA dinilai memberikan angin segar terhadap pelaku koruptor. Hal tersebut tentu saja menjadi bahan perbincangan di lapau Uwo Pulin yang selalu menjadi latar tempat dalam rubrik Palanta. Komunitas Uwo Pulin menuai kritik terhadap keputusan tersebut. Keputusan tersebut dinilai akan semakin memperparah tindak korupsi di Indonesia. seharusnya yang namanya tindak korupsi tetap harus dihukum, meskipun jumlah uang yang digelapkan hanya lima juta sekalipun. Karena tindakan korupsi sangat merugikan bangsa Indonesia apalagi masyarakat.

(9)

c. Kritik Palanta Terhadap Masalah Moral

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:754) moral merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum bagi perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Pengertian moral juga memiliki kesetaraan atau kesamaan arti dengan pengertian akhlak, budi pekerti dan susila. Pada dasarnya moral adalah suatu rangkaian nilai dari berbagai macam perilaku yang wajib dipatuhi. Moral bermaksud kesedaran tingkah laku betul dan salah, apa yang perlu dipatuhi dan ditinggalkan. Moral juga bermaksud sebagai tingkah laku yang sesuai dengan tata susila atau peraturan masyarakat setempat di mana masyarakat bertindak sebagai penentu. Pertimbangan moral juga bergantung kepada suasana atau keadaan yang membentuk individu contohnya seperti sistem sosial, kelas sosial dan kepercayaan yang dianuti (Gunarsa, 1986: 38).

Korpus 16 (Kamajuan, 19 Juni 2012)

Pada edisi ini, digambarkan tentang moral generasi muda yang sudah rusak. Generasi muda merupakan harapan bangsa, namun pada kenyataannya tidak sedikit yang justru terjerumus oleh obat-obatan terlarang. kemajuan seperti ini merupakan kemajuan yang mengarah ke perbuatan yang negativ. Generasi muda Sumatra barat yang seharusnya menjadi harapan bagi bangsa ini kelak, justru tertangkap karena memiliki pabrik shabu. Kasus-kasus seperti ini seringkali terjadi disekitar kita. Bahkan ada yang tertangkap karena salah seorang pemuda asli Sumatra Barat tersebut memiliki pabrik shabu.

d. Kritik Sosial Terhadap Masalah Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Notoatmodjo, 2003 : 16). Pendidikan tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia

Korpus 45 (Duduak Indak Bakurisi, 25 Juli 2012)

Teks ini membahas mengenai berita di HUS pada tanggal 24 Juli 2012 yang berjudul ‘BI Cetak Rp56,4 Triliun’. Berita tersebut bertolak belakang dengan keadaan di daerah solok. Siswa terpaksa duduk tanpa kursi di dalam kelas. Hal tersebut menjadi persoalan yang dibahas di lapau Uwo Pulin yang selalu menjadi latar tempat dalam rubrik Palanta. Komunitas lapau Uwo Pulin menganggap pemerintah kurang memperhatikan masayrakatnya dalam hal ini adalah siswa yang terpaksa duduk di lantai karna kursi tidak ada, sementara pada saat yang bersamaan pemerintah justru sedang mempersiapkan triliunan rupiah untuk lebaran.

(10)

Secara garis besar permasalahan politik ini berdampak lansung terhadap kehidupan masyarakat. Hal tersebutlah yang memunculkan berbagai bentuk kritik yang dismapaikan oleh komunitas lapau Uwo Pulin. masalah yang dibahas tidak hanya masalah yang terjadi di dunia politik Sumatra Barat saja, tetapi mencakup kepada segala bentuk masalah yang terjadi di Negara Indonesia.

Berdasarkan penjabaran di atas terlihat bahwa di dalam rubrik Palanta berisi tentang bentuk kritik, tanggapan serta masukan yang terkait aspek sosial. Masalah yang dibahas di rubrik tersebut merupakan masalah yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian diberitakan di HUS yang terbit setiap harinya. Dalam rubrik Palanta seringkali kita temui kata “harusnyo, sarancaknyo, sabaiaknyo” yang ditonjolkan oleh penulis Palanta. Kata-kata tersebut seringkali penulis tonjolkan bermaksud untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dibahas dalam rubrik Palanta. Kemudian kata “sapandapek, den raso dan manuruik ambo” bermaksud bahwa penulis rubrik Palanta ingin mempertegas tentang pendapatnya untuk menanggapi berita-berita yang selalu dibahas di rubrik Palanta. Seringkali pendapat yang dilontarkan seperti bentuk kritik terhadap masalah yang dibahas.

Meskipun bentuk dan tema teks beragam, namun informasi yang disampaikan di dalam teks pada umunya bertujuan sama. Pada peragraf-paragraf awal dapat dilihat dari suatu paragraph yang tergambar secara ringkas bentuk apa yang akan menjadi bahasan pada rubrik Palanta tersebut. Pada paragraf-paragraf akhir, biasanya berisi bentuk kritik yang kemudian dilanjutkan dengan bentuk pendapat dan berakhir dengan bentuk solusi atau masukan untuk penyelaseaian dari masalah yang menjadi bahasan pada edisi tersebut.

Terkait dengan bentuk teks kritik sosial yang tergambar dalam rubrik Palanta, masing-masing edisi memiliki judul-judul serta tema-tema yang kadang sama tapi tak jarang juga dengan tema yang berbeda. Namun pada dasarnya bertujuan sama, yaitu untuk memberikan kritik dan bentuk pendapat terhadap kehidupan masyarakat. Bagian-bagian yang ditonjolkan merupakan penekanan kepada pembaca akan pentingnya pesan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang penulis jabarkan di atas, maka dapat secara keseluruhan dari beberapa edisi di rubrik Palanta yang terbit bulan Juni hingga Juli 2012 secara analisis wacana dapat ditarik satu persamaan di dalamnya. Secra umum, tema yang diangkat berbeda-beda, semua tergantung berita yang hangat pada hari sebelumnya yang terbit di HUS. Dalam seluruh edisi rubrik Palanta tersebut, penulis Palanta mencoba menggambarkan kejadian-kejadian yang

(11)

hendak menjadi bahan perbincangannya dan kemudian terjadi suatu adu pendapat, namun semua pendapat bertujuan sama yaitu penyelesaian agar masalah tersebut dapat terselesaikan dan tidak merugikan banyak pihak.

Dari keseluruhan penjelasan analisis wacana baik yang meliputi analisis teks, konteks dan kognisi sosial maka masing-masing memberikan makna tersendiri. Secara teks, analisis wacana mengenai bentuk kritik sosial yang terdapat pada rubrik Palanta memberikan makna bahwa dalam kehidupan sosial seringkali timbul segala bentuk masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Melalui teks yang disampaikan banyak mengandung suatu pengungkapan realitas terhadap kehidupan masyarakat dan masalah yang dihadapinya, termasuk bentuk kritikan yang juga disampaikan dalam tiap rubriknya.

Selain itu dari segi penulisan, Palanta lebih banyak mengungkapkan suasana yang terjadi di lapau Uwo Pulin yang selalu menjadi latar tempat dalam setiap rubrik Palanta. Dengan demikian hal yang diungkapkan oleh penulis Palanta mempunyai kaitan lansung dengan aspek sosial masyarakat. Penulis Palanta bertujuan untuk mewakilkan suara masyarakat dengan memunculkan bentuk-bentuk pendapat, kritik maupun masukan untuk kehidupan yang lebih baik nantinya.

Melalui konteks sosial, presepsi yang terbentuk dalam masyarakat merupakan presepsi negatif akan bentuk pemerintahan dan kehidupan sosial saat ini. Melalui analisis teks, beragam bentuk kritik sosial tergambar di beberapa bagian paragraf yang terdapat di rubrik Palanta. Hal tersebut diharapkan sependapat dengan pembaca yang juga memiliki tujuan dan maksud yang sama dalam menanggapi suatu masalah. Secara analisis teks, analisis wacana mengenai bentuk-bentuk kritik sosial yang terdapat di rubrik Palanta memberikan suatu makna bahwa kehidupan dalam masyarakat memang selalu ada saja masalah yang timbul baik oleh masyarakat itu sendiri maupun dari pihak-pihak lainnya, seperti pemerintah, maupun pelaku kriminal. Melalui teks yang disampaikan banyak mengandung suatu pengungkapan realitas yang hadir di media masa, termasuk melalui suatu kritikan dan masukan yang secara lugas disampaikan di tiap rubrik Palanta.

Sehubungan dengan bentuk kritik sosial yang tergambar di setiap rubrik Palanta, penulis

Palanta menggambarkan berbagai bentuk masalah yang timbul akibat kepentingan pemerintahan

atau politik. Masalah politik yang menjadi bahasan di rubrik Palanta berdampak pada kehidupan masyarakat, seperti korupsi dan masalah kepemimpinan. Selain itu terkait permasalahan moral

(12)

juga dibahas dalam rubrik Palanta. Permaslahan moral tersebut digolongkan menjadi suatu masalah karena dari kebiasaan-kebiasaan tersebut munculah suatu masalah yang juga dapat merugikan masyarakat itu sendiri maupun masyarakat lainnya. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi bahasan dan dikritik di rubrik Palanta.

Secara kognisi sosial, makna yang dapat ditarik dari beberapa rubrik Palanta pada bulan Juni dan Juli 2012 memberikan suatu pemaparan mengenai bentuk kebiasaan laki-laki Minangkabau yang gemar duduk-duduk di lapau (warung) yang kemudian terjadilah adu pendapat pada saat itu. Dalam hal ini penulis sangat jelas menggambarkan keadaan yang terjadi saat adu pendapat itu berlansung, dimana yang menjadi bahasannya adalah salah satu berita di HUS.

Melalui rubrik Palanta, Sawir Pribadi bertujuan agar masyarakat atau pembaca rubrik Palanta juga mengetahui tentang apa masalah yang terjadi di masayarakat. Masyarakat juga merasa terwakilkan dengan apa yang dibahas dan ditulis oleh Sawir Pribadi dalam rubrik

Palanta. Sawir Pribadi yang sejatinya merupakan seorang wartawan senior di HUS memandang

Palanta sebagai refleksi kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Cara pandang seorang wartawan yang kemudian memposisikan diri menjadi masyarakat yang dimunculkan melalui tokokh-tokoh dalam rubrik Palanta. Kepedulian akan kepentingan kehidupan masyarakat biasa atau rakyat kecil menjadi suatu aspek tertentu dalam penyampaian setiap edisi Palanta.

Makna yang didapat secara konteks sosial menunjukkan bahwa proses kehidupan masyarakat merupakan hal yang penuh teka-teki dalam mencapai kehidupan yang layak. Proses untuk memperoleh kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyelesaian yang terlahir sebagai bentuk kritik sosial. Salah satu bentuk kritik yang ada adalah dengan menanggapi berita yang dianggap sebagai suatu masalah dan kemudian memberikan solusi serta kritikan atau kritik terkait pembuat masalah, misalnya pemerintah. Keberanian masing-masing tokoh dalam beradu pendapat menjadikan kritik tersebut menjadi suatu hal yang lebih kompleks. Aspek keberanian tokoh-tokoh yang dimunculkan Sawir Pribadi merupakan sebagai perwakilan suara masyarakat atau pihak yang merasa dirugian dalam menghadapi suatu masalah.

Penutup

Dari penelitian yang telah penulis lakukan terhadap rubrik Palanta pada bulan Juni dan Juli 2012. Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

(13)

Teks Palanta dapat mewakili gambaran bentuk pendapat dan tanggapan masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan. Berbagai hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat diungkapkan melalui cara pandang Sawir Pribadi dengan latar belakang profesinya sebagai seorang wartawan dan penulis rubrik Palanta. Suatu kesimpulan yang ditarik merupakan suatu bentuk kritik sosial dan tanggapan terhadap pembahasan yang dibahas dalam rubrik Palanta.

Teks dalam rubrik Palanta menunjukan proses kehidupan masyarakat mulai dari masalah-masalah yang muncul akibat masyarakat lainnya maupun pemerintah yang kemudian ditanggapi dalam rubrik Palanta. Hal tersebut menyiratkan bahwa Palanta sebagai bentuk suara masyarakat dalam menanggapi suatu permasalahan. Aspek-aspek tersebut memuat berbagai hal baik bentuk kritik maupun masukan atas masalah-masalah sosial yang ada.

Edisi-edisi dalam rubrik Palanta pada bulan Juni dan Juli 2012 banyak mengungkapkan masalah-masalah politik dan sosial sehubungan dengan bencana yang melanda sebagian wilayah kota Padang. Masalah korupsi, masalah moral serta masalah-masalah yang muncul pada saat masuknya bulan ramdhan dan lebaran seperti halnya harga sembako dan lain sebaginya. Penulis mengelompokkan masalah tersebut sebagai bentuk ketidaksinambungan antara pemerintah dengan masyarakatnya.

Pada dasarnya edisi-edisi rubrik Palanta yang ditulis oleh Sawir Pribadi ini sebagai sebuah bentuk pemaparan atas pengalaman maupun pengamatan yang dialami dan dirasakan juga oleh penulis maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini menjadi aspek tersendiri sebagai suatu wacana pembuka wacana akan pola pikir atas kesadaran masyarakat dan pemerintah. Melalui kalimat-kalimat yang disampaikan secara ringan namun menggelitik dan kritis, Sawir Pribadi barupaya membangun kesadaran masyarakat atau pembaca akan kompleknya kehidupan dalam masyarakat. Segala sisi lain mengenai cara kehidupan masyarakat, politik serta moral masyarakat, bahkan ulasan akan bentuk kehidupan masyarakat dan pendapat-pendapat yang disampaikan dalam rubrik Palanta sendiri menjadi titik produksi pesan akan sisi lain kehidupan dalam masyarakat. Melalui rubrik Palanta diharapkan masyarakat dapat mengetahui masalah apa yang sedang terjadi dalam masyarakat dan kehidupan sehari-sehari dan bagaimana hendaknya masyarakat harus bersikap demi meghadapai permasalahan-permasalahan tersebut secara bijak. Masalah yang dianggap cukup menyita perhatian pembaca dipilih untuk dijadikan bahan dalam rubrik Palanta oleh penulis Palanta.

(14)

Daftar Pustaka

Suryadi. 2004. Sair Sunur Teks dan Konteks ‘Otobiografi’ Seorang Ulama Minangkabau Abad Ke-19. Padang: Citra Budaya Indonesia

Amir, Adriyetti, dkk. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Pres

Burhanuddin, Erwina, dkk. 2009. Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia Balai Bahsa Padang. Padang: Departemen Pendidikan Nasional.

Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis. New York: Longman Publishing Gunarsa, Singgih. 1982. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia

Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana; Teori dan Metode. Yogyakarta: pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Pemberian pupuk kotoran hewan dan pupuk organik cair berbagai jenis, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, bobot

Demikian halnya, pernikahan poligami sirri antara Pemohon I dan Pemohon II telah dilakukan menurut ketentuan hukum Islam, dan telah mendapatkan ijin dan

[r]

Dengan kategori sedekah dan ciri-ciri lain yang berkaitan dengan sedekah yang ditawarkan, rumah sedekah berupaya dalam merangka pelbagai produk perbankan Islam dan

Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya,

Misalkan jika harga sapi Rp 4 juta dan setelah dijual laku Rp 5 juta, maka Rp.500.000 untuk BMH dan Rp.500.000 untuk petani, kemudian uang Rp.500.000 yang diterima BMH tidak

Berdasarkan Tabel 4.15, koefisien path pengaruh Acounting Information System terhadap Competitive Positioning sebesar 0.001 dengan t-hitung sebesar 0,007 < 1,96,