• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM MENCEGAH ANEMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM MENCEGAH ANEMIA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285

ARTIKEL RISET

URL artikel: http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/woph1401

KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN BERHUBUNGAN DENGAN

PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM MENCEGAH ANEMIA

KNursyamsi1, Yusriani2, Andi Asrina3

1Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia

Email Penulis Korespondensi (K): nursyamsins1@gmail.com

nursyamsins1@gmail.com1, yusriani.yusriani@umi.ac.id2, rinatibrisi@yahoo.com3

(085242114835)

ABSTRAK

Menurut World Health Organization anemia merupakan suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga kapasitas pengangkutan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Mengingat situasi sekarang ini karna adanya pendemi yang membuat ibu hamil merasa takut dan membatasi diri untuk memeriksakan diri kepetugas kesehatan sehingga pada saat kunjungan ada beberapa hari tertentu yang menyebabkan kunjungan pemerikasan (ANC). Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi petugas kesehatan dengan perilaku ibu hamil dalam mencegah anemia di Puskesmas Tanjonge. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel dengan metode simple random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden dan dilaksanakan di Puskesmas Tanjonge. Metode analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan uji kolerasi chi square. Komunikasi tidak efektif disebabkan karena kurangnya syarat komunikasi agar menjadi efektif seperti beberapa pertanyaan terkait channel (saluran media yang digunakan), capability of audience (pertanyaan terkait sejauh mana kempuan ibu hamil setelah informasi telah diberikan) yang masih kurang. Pengetahuan dilihat dari sampai dimana ibu hamil mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi/menilai, dan mencipta. Dari hasil observasi beberapa jawaban pertanyaan ibu hamil tentang kamampuan terkait ranah kognitif sebagai pengetahuan cukup masih didapati kurang karena kemampuan dalam mengingat informasi terkait masalah makanan penghambat penyerapan zat besi, faktor penyebab anemia serta jenis sumber makanan zat besi masih kurang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara komunikasi petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil dalam mencegah anemia.

Kata kunci : Komunikasi petugas kesehatan; pengetahuan; ibu hamil; anemia.

PUBLISHED BY :

Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan MasyarakatUMI Address :

Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.

Email :jurnal.woph@umi.ac.id Phone : +62 853 9504 1141 Article history : Received : 5 Agustus 2020 Received in revised form : 15 Oktober 2020 Accepted : 9 November 2020 Available online : 31 Desember 2020

licensedbyCreativeCommonsAttribution-ShareAlike4.0InternationalLicense.

(5)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

ABSTRACT

According to the World Health Organization anemia is a condition in which red blood cells are reduced so that the oxygen-carrying capacity is not sufficient to meet the body's physiological needs. Given the current situation because of a pandemic that makes pregnant women feel afraid and limits themselves to check with health workers so that during the visit there are certain days that lead to a check-up visit (ANC). This research aims to determine the communication relationship between health workers and the behavior of pregnant women in preventing anemia at Tanjonge Public Health Center. The research method used was an analytic survey using a cross sectional study approach. The sample was taken by simple random sampling method, with a total sample of 84 respondents and was carried out at the Tanjonge Health Center. Methods of data analysis using a frequency distribution table with the chi square correlation test. Ineffective communication is caused by the lack of communication requirements to be effective, such as a number of questions related to the channel (the media channel used), the capability of the audience (questions related to the extent to which pregnant women are pregnant after the information has been given) which is still lacking. Knowledge is seen from the extent to which pregnant women are able to remember, understand, apply, analyze, evaluate / assess, and create. From the results of observations, some answers to questions of pregnant women about abilities related to the cognitive domain as sufficient knowledge are still lacking because the ability to remember information related to food problems that inhibit iron absorption, factors that cause anemia and types of iron food sources are still lacking. From the research results, it can be concluded that there is a relationship between the communication of health workers and the knowledge of pregnant women in preventing anemia.

Keywords : Communication of health workers; knowledge; pregnant mother; anemia.

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO) anemia merupakan suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga kapasitas pengangkutan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab paling umum anemia secara global meskipun ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seorang anemia seperti kekurangan folat, vitamin B12, penyakit kronik, penyakit infeksi dan kelainan bawaan. Angka kejadian anemia pada ibu hamil secara global sebesar 51%, sedangkan anemia yang terjadi pada wanita sebesar 35%.1

Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatkan kelahiran premature, kematian ibu dan anak. Anemia difisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kelahiran maupun setelahnya. Berdasarkan Data Riskesdes 2018 menunjukkan presentase Ibu hamil yang mengalami anemia meningkat dibandingkan hasil Riskesdes tahun 2013 lalu yaitu sebesar 48,9%. Jumlah Ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun sebesar 33,75%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6% dan usia 45-54 tahun sebesar 24%.1

Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah lebih dari 70%. Tingginya angka anemia ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Selain meningkatkan angka kejadian BBLR, anemia pada ibu hamil juga meningkatkan resiko terjadinya perdarahan ante partum (PAP) dan pendarahan post partum (PPP), yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi terutama ibu hamil dengan anemia berat. Sebagian ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 41,8% disebabkan karena kekurangan zat besi. Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin kurang dari 11 gr/dl.2,3

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, dari 23.839 ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobinnya, terdapat ibu hamil dengan kadar hemoglobin 8-11 mg/dl terdapat 23.478

(6)

277 Penerbit : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

orang (98,49%) dan ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 8 mg/dl terdapat 361 orang (1,15%).4

Pada tahun 2019 data yang diperoleh di Puskesmas Tanjonge Kabupaten Soppeng, jumlah ibu hamil sebanyak 247 orang yang dimana terdiri dari lima desa yakni Gattareng Toa sebanyak 36 orang, Gattareng sebanyak 46 orang, Marioriaja sebanyak 63 orang, Watu sebanyak 47 orang, dan Watu Toa sebanyak 55 orang. Dari data pemeriksaan tahun 2019 terdapat 60 orang yang menderita anemia. Mengingat tingginya angka ibu hamil yang menderita anemia, juga bahaya yang ditimbulkan akibat anemia baik untuk ibu maupun janin yang sedang dikandungnya, maka peningkatan komunikasi harus lebih efektif.

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena selama kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dengan adanya perubahan dalam darah dan sumsung tulang. Akan tetapi bertambahnya sel darah merah lebih sedikit dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah. Anemia juga dapat ditimbulkan kurang masuknya unsur zat besi pada makanan, karena gangguan absorbsi, atau terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh dan Hb ibu dapat berkurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan trimester ketiga dan kurang daei 10,5 g/dl pada trimester kedua. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dan pola makan. Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi permintaan khusus karena hamil, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan bayi. Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil harus memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat, dan air. 5

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu peran petugas kesehatan, ketersediaan tablet besi, dan kepatuhan ibu hamil itu sendiri dalam mengkonsumsi tablet zat besi. Petugas kesehatan berperan aktif didalam setiap kunjungan ibu hamil, seperti mengenali kehamilan yang berisiko tinggi khususnya anemia, memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil, dan berperan dalam proses pengobatan serta penyembuhan penyakit.6

Menurut Effendy komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan komunikator dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang diinginkan komunikator, seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan yang kurang tentang upaya pencegahan anemia dapat menimbulkan sikap dan tindakan yang kurang dalam penatalaksanaan yang berdampak pada ketidak optimalan dalam mencegah terjadinya anemia selama kehamilan diantaranya rendahnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi selama kehamilan, cara mengkonsumsi tablet besi yang baik dan sebagainya.Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi oleh tenaga kesehatan melalui komunikasi tentang anemia akan menambah pengetahuan mereka dan mengubah sikap maupun tindakan mereka tentang anemia. karena ketiga hal

(7)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

tersebut memegang penerapan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi atau tablet Fe.

Berdasarkan penelitian Khairia tentang pengaruh konseling menggunakan media Leaflet terhadap pengetahuan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil diperoleh hasil bahwa konseling adalah suatu proses komunikasi interpersonal/dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam menghadapi masalah kesehatan yang dihadapi. Penelitian ini dilakukan edukasi berupa konseling dengan bantuan media leaflet. Leaflet yang digunakan berisi informasi seputar manfaat tablet tambah darah, akibat yang ditimbulkan apabila tidak minum, aturan minum tablet tambah darah dan lain-lain. Pemberian konseling diberikan sebanyak 3 kali dalam 30 hari. Hal tersebut bertujuan untuk dapat mengubah pengetahuan ibu dan agar ibu dapat mengingat informasi seputar tablet tambah darah. Jika pengetahuan meningkat, maka akan mempengaruhi sikap dan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet tambah darah. Edukasi yang diberikan baik berupa konseling maupun dengan cara lainnya sangat berpengaruh besar pada peningkatan pengetahuan ibu, akan tetapi pemberian edukasi harus diberikan secara terus menerus agar informasi yang diberikan dapat tersimpan dan selalu diingat oleh ibu. Karena semakin sering ibu terpapar informasi maka pengetahuannya juga akan semakin baik.7

Berdasarkan data awal yang di dapatkan di puskesmas Tanjonge waktu yang diperlukan petugas kesehatan bahwa pada saat pemeriksaan kehamilan setiap ibu hamil terkait dengan SOP yang ada yakni selama 55 menit. Tetapi karena jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya melebihi batas kapasitas setiap harinya sehingga waktu yang luangkan di batasi. Pada saat melakukan pemeriksaan petugas kesehatan melakukan edukasi terkait konsumsi tablet Fe dan manfaatnya. Wawancara yang dilakukan pada salah satu bidan di Puskesmas Tanjonge, bidan tersebut mengatakan bahwa setiap ibu hamil mendapatkan tablet Fe pada setiap kunjungan kehamilan, namun pemberian tablet tanpa kepatuhan dalam mengkonsumsi kurang efektif dalam mencegah atau mengobati anemia, sehingga perlu pemantauan pada ibu hamil mendapatkan tablet Fe dan mengingatkan ibu hamil untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe guna memenuhi kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan. Data yang didapatkan pada salah satu ibu yang melakukan kunjungan kehamilan, dimana ibu tersebut mengatakan bahwa tablet Fe yang diberikan di konsumsi. Akan tetapi karana kurangnya pengetahuan akan manfaat tablet Fetersebut sehingga ibu merasa tidak perlu mengkonsumsinya dalam jangka waktu panjang apalagi untuk di habisakan. Mengingat keadaan atau kondisi ibu selama tidak mengkonsumsi tablet Fe masih dalam keadaan baik-baik saja tanpa merasakan keluhan apapun.8,9,10 Berdasarkan uraian sebelumnya maka

peneliti akan melihat hubungan komunikasi petugas kesehatan dengan perilaku ibu hamil dalam mencegah anemia di Puskesmas Tanjonge.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Survey analitik adalah jenis penelitian dimana data yang diidentifikasi telah terjadi atau sedang

(8)

279 Penerbit : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

berlangsung tanpa adanya manipulasi variable dari penelitian. Sedangkan rancangan cross sectional study lebih diarahkan untuk mendesain suatu penelitian dimana dalam hal ini variable dependen dan indevenden diteliti dalam kurun waktu yang sama. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2020. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Puskesmas Tanjonge yang terletak di Jl. Poros Buludua Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung memeriksakan kehamilannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjonge sampai bulan April 2020 sebanyak 84 orang. Sampel dapat didefenisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yang memungkinkan setiap unit sampling sebagai unsur populasi memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan sampel jenuh yang memungkinkan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pernyataan penelitian yang akan dibagikan kepada responden menggunakan kuesioner untuk melakukan wawancara langsung pada responden terhadap variable-variabel yang diperlukan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait. Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi dengan menggunakan SPSS. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dilakukan dengan cara mendeskripsikan tiap variabel penelitian untuk mendapatkan gambaran umum dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel dari veriabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat keselahan α = 0,05.

HASIL

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden

Umur n % < 20 th 7 8.4 20-35 th 61 72. 4 > 35 th 16 19.2 Total 84 100.0 Pendidikan n % Tidak tamat SD 1 1.2 SD 0 0 SMP 18 21.4 SLTP 33 39.3 SMA/SMK 17 20.2 Perguruan tinggi 15 17.9 Total 84 100.0 Pekerjaan n %

Ibu Rumah Tangga 75 89.3

PNS 1 1.2

Guru honorer 8 9.5

(9)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920 Kadar Hb (n) % <12 55 65.7 ≥12 29 34.3 Total 84 100.0

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa karakteristik kelompok umur ibu hamil di Puskesmas Tanjonge pada umur <20 tahun sebanyak 7 (8.4%) responden, 20-35 tahun sebanyak 61 (72.4%) responden dan pada umur >35 tahun sebanyak 16 (19.2%) responden. Pendidikan ibu hamil di Puskesmas Tanjonge yang paling banyak yaitu SLTP/SMP Sederajat sebanyak 33 responden (39,3%), dan paling sedikit yaitu SD sebanyak 0 responden dan Tidak tamat SD sebanyak 1 responden (1,2%). Pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjonge paling banyak yaitu IRT sebanyak 75 responden (89.3%), dan paling sedikit yaitu PNS sebanyak 1 responden (1,2%). Kadar Hb di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjonge dengan Kadar Hb <12 sebanyak 55 (65.7%) responden dan ≥12 sebanyak 29 (34,3%) responden.

2. Variabel yang diteliti

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Petugas Kesehatan

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan komunikasi petugas kesehatan sebanyak 84 orang ibu hamil, dengan kriteria kurang efektif terdapat 48 (57,1%) sedangkan kriteria efektif sebanyak 36 (42,9%). Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu hamil dengan kriteria kurang sebanyak 47 (56,0%) sedangkan kriteria cukup sebanyak 37 (44,0%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 3. Hubungan Komunikasi Petugas kesehatan dengan Pengetahuan Ibu hamil

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa 84 ibu hamil didapatkan sebanyak 47 (56,0%) ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang dengan kriteria kurang efektif 46 (54,8%) dan kriteria efektif sebanyak 1 (1,2%) ibu hamil, sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup 37 (44,0%) dengan kriteria

Komunikasi Petugas Kesehatan n % Kurang Efektif Efektif 48 36 57,1 42,9 Total 84 100,0 Pengetahuan n % Kurang Cukup 47 37 56,0 44,0 Total 84 100,0 Komunikasi Petugas Kesehatan Pengetahuan Total Kurang Cukup Kurang Efektif 46 (54,8%) 2 (2,4%) 48 (57,1%) Efektif 1 (1,2%) 35 (41,7%) 36 (42,9%) Total 47 (56,0%) 37 (44,0%) 84 (100%)

(10)

281 Penerbit : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

kurang efektif 2 (2,4%) dan efektif sebanyak 35 (41,7%).

Hasil uji statistik melalui uji chi-square didapatkan nilai probabilitas (p = 0,000 < p = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara komunikasi petugas kesehatan dengan pengetahuan.

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi/menilai dan mencipta dapat menjadi faktor terbentuknya pengetahuan yang baik.11,12,13

Komunikasi efektif merupakan sebuah cara dalam memberi kemudahan dalam memahami pesan yang akan di sampaikan.14,15 Komunikasi yang dilakukan petugas kesehatan disini mampu melakukan

pendampingan, memberikan kesadaran akan kesehatan, mendorong individu untuk mengenali potensi dan masalah yang dihadapinya, serta mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah terkait anemia.16,17,18 Adapun syarat dalam komunikasi efektif dilihat dari Cradibility, Context, Content, Clarity,

Continuity dan Consistency, Channel, dan Capability of audience sebagai wujud terbentuknya komunikasi efektif.19,20

Hubungan komunikasi petugas kesehatan dengan ibu hamil terjalin apabila komunikasi yang dilakukan dapat memberikan pengaruh terhadap ibu hamil. Komunikasi tidak efektif disebabkan karena kurangnya syarat komunikasi agar menjadi efektif seperti beberapa pertanyaan terkait channel (saluran media yang digunakan), capability of audience (pertanyaan terkait sejauh mana kempuan ibu hamil setelah informasi telah diberikan), serta beberapa pertanyaan lain yang menyangkut syarat komunikasi efektif lainnya seperti salah satu pertanyaan terkait credibility (perkenalan petugas kesehatan kepada ibu hamil), dan terkait content (isi materi) yang masih kurang.19,20,21

Pengetahuan dilihat dari sampai dimana ibu hamil mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi/menilai dan mencipta. Dari hasil observasi beberapa jawaban pertanyaan ibu hamil tentang kamampuan terkait ranah kognitif sebagai pengetahuan cukup masih didapati kurang karena kemampuan dalam mengingat informasi terkait masalah makanan penghambat penyerapan zat besi, faktor penyebab anemia serta jenis sumber makanan zat besi masih kurang, kemampuan memahami terkait pengaruh kurang baik anemia terhadap anak masih kurang, kemampuan mencipta dalam jumlah anjuran pemeriksaan kehamilan yang dilakukan masih kurang.20,23,

Komunikasi efektif terjalin apabila komunikasi yang dilakukan mampu memberikan pengaruh terhadap ibu hamil seperti halnya rasa pengakuan petugas kesehatan terhadap ibu hamil terkait dengan keakraban yang terjalin dimulai dengan perkenalan diri, mampu menciptakan situasi dimana ibu hamil dengan mudah menerima informasi yang disampaikan dengan jelas, bahasa yang digunakan mampu dimengerti, dukungan media sebagai penambah daya ingat agar ibu hamil tetap paham dan tidak mudah lupa terkait informasi tersebut, serta adanya perhatian khusus petugas kesehatan terhadap ibu hamil dengan menanyakan sampai dimana pemahaman ibu hamil terkait informasi yang telah diberikan.24,25

(11)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

Menurut teori Devito komunikasi efektif merupakan komunikasi yang didalamnya komunikator dan komunikan sama-sama memiliki persepsi dan tujuan yang sama tentang suatu pesan. Menurutnya komunikator efektif diciptakan, bukan dilahirkan. Komunikasi efektif disebabkan adanya pegertian, dapat menyebabkan kesenangan, mempengaruhi sikap, menjalin keberlangsungan sosial yang baik, dan harapannya terciptanya suatu perilaku.20,25

Peran petugas kesehatan sangat penting dalam menyampaikan sebuah informasi terkait masalah anemia baik cara pencegahan, dampak, gejala, atau bahkan cara mengatasinya. Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan informasi dengan memperhatikan beberapa hal yang mampu memberikan peningkatan pengetahuan terhadap ibu hamil. Pengetahuan yang cukup dapat memberikan pengaruh terhadap ibu hamil mengenai bagaimana cara konsumsi tablet Fe yang baik serta beberapa hal lain yang kemudian dapat berakibat pada tinggi rendahnya kejadian anemia pada ibu hamil.19,20,21

Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting untuk membentuk suatu sikap yang utuh. Semakin baik pengetahuan seseorang semakin baik sikap yang akan terbentuk untuk menciptakan suatu tindakan yang baik pula. Ibu hamil dengan pengetahuan yang baik mengenai pentingnya zat besi dan akibat yang ditimbulkan apabila kekeurangan zat besi dalam kehamilan akan cenderung membentuk sikap positif terhadap kepatuhan sehingga timbul tindakan patuh dalam mengkonsumsi tablet besi.10,12,15

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan salah satunya peran tenaga kesehatan. Petugas kesehatan harus mampu menciptakan situasi atau suasana yang baik terhadap responden baik dalam penyampaian informasi terkait anemia. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu hamil semakin tinggi pula tingkat pemahaman yang bisa di terima begitupun sebaliknya semakin rendah pendidikan seorang ibu hamil semakin rendah pula daya terima yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil dalam mencegah anemia.20,21,22

Dengan penelitian ini hubungan petugas kesehatan dengan ibu hamil diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait masalah anemia. Komunikasi efektif merupakan salah satu metode komunikasi yang baik sehingga mampu meberikan pengaruh terhadap ibu hamil dalam berpengetahun sehingga ibu hamil menjadi paham dan tahu mengenai beberapa hal terkait informasi yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.9,10,11

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peran petugas kesehatan sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil khusunya masalah anemia. Petugas kesehatan harus mampu mempengaruhi atau mengubah pemahaman ibu hamil dari tidak tahu menjadi tahu sehingga peningkatan pengetahuan terakait anemia menjadi meningkat. Komunikasi efektif merupakan salah satu metode petugas kesehatan melakukan pendekatan baik cara penyampaian pesan, materi yang mudah di pahami, media yang digunakan, pendekatan yang lebih terjalin maupun kriteria komunikasi efektif lainnya sehingga dasar tersebut mampu memberikan peningkatan pengetahuan terhadap ibu hamil.17,18,19

Komunikasi petugas kesehatan kurang efektif sehingga menyebabkan pengetahuan ibu hamil menjadi kurang. Hal ini disebabkan karena mengingat situasi sekarang ini karena adanya pendemi yang

(12)

283 Penerbit : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

membuat ibu hamil merasa takut dan membatasi diri untuk memeriksakan diri kepetugas kesehatan sehingga pada saat kunjungan ada beberapa hari tertentu yang menyebabkan kunjungan pemerikasan (ANC) meningkat sehingga menyebabkan waktu kunjungan setiap ibu hamil dibatasi. Informasi yang akan disampaikan kepada ibu hamil terkait masalah anemia menjadi berkurang atau hanya mendapati informasi-informasi tertentu yang menjadi point utama misalkan tentang konsumsi tablet Fe saja. Komunikasi petugas kesehatan kurang efektif sehingga menyebabkab pengetahuan kurang akibat informasi yang minim sehingga membuat ibu hamil menjadi kurang informasi terkait masalah anemia.21,25

Berdasarkan hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Eka Mardiana Afrilia di rumah bersalin Gebang Medika Kota Tangerang tahun 2018 tentang hubungan metode penyuluhan Small Group Discussion (SGD) dengan tingkat pengetahuan anemia pada ibu hamil yan dilakukan menggunakan uji chi square, diperoleh nilai ρ value 0,012 dan batas kebermaknaannya α = 0,05, maka dapat disimpulkan ρ value < α maka keputusannya Ha diterima yang berarti terdapat hubungan metode penyuluhan Small Group Discussion (SDG) dengan tingkat pengethuan anemia pada ibu hamil.

Hasil penelitian menunjukkan perlu adanya peningkatan komunikasi baik antara petugas kesehatan dengan ibu hamil terkhusus pemberian media sebagai wujud nyata yang mampu menambah pengetahuan ibu hamil bukan hanya informasi secara langsung yang diberikan tetapi informasi bisa diperoleh dari media yang diberikan serta perlunya rasa keterbukaan terhadap ibu hamil mengenai sejauh mana tingkat pemahaman yang diperoleh setelah informasi diberikan karena masih banyak ibu hamil yang tingkat pendidikannya cukup rendah, semakin rendah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh seseorang maka akan semakin buruk pola fikir yang akan terbentuk, yang nantinya akan membuat ibu semakin tertutup terhadap hal-hal baru dan kurang mampu menerima informasi dengan baik seperti halnya mengkonsumsi tablet Fe, asupan pola makan yang salah, tidak teratur dan tidak menyaimbangkan kecukupan sumber gizi yang dibutuhkan tubuh, terutama kurangnya sumber makanan yang mengandung zat besi juga masih rendah. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab masih meningkatnya angka kejadian anemia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Komunikasi Petugas Kesehatan Dengan Perilaku Ibu Hamil dalam Mencegah Anemia Di Puskesmas Tanjonge Kota Tahun 2020, maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara komunikasi petugas kesehatan dengan Pengetahuan ibu hamil dalam mencegah anemia di wilayah kerja puskesmas Tanjongen tahun 2020 dengan nilai ρ value = 0,000.

Petugas kesehatan harus mampu meningkatkan komunikasi yang lebih efektif dengan melakukan pendekatan baik penyampain pesan, materi yang mudah di pahami, keterbukaan, maupun kriteria komunikasi efektif lainnya terlebih kepada ibu hamil yang mendapati informasi pada saat situasi pendemi sekarang ini sehingga ibu hamil takut dan membatasi diri untuk melakukan kunjungan sehingga waktu yang diperlukan dibatasi. Perlunya rasa keterbukaan terhadap ibu hamil mengenai sejauh mana tingkat pemahaman terkait masalah anemia yang diperoleh setelah informasi diberikan. Perlunya peran petugas kesehatan mengingat situasi pendemi sekarang yang membuat perekonomian berubah menjadi rendah

(13)

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

sehingga kebutuhan sehari-hari menjadi perhatian utama tetapi penghasilan berkurang karna pekerjaan yang terbengkalai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesiarian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. hal. 1– 100.

2. A.W.Sirait. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Politeknik Kesehatan Medan; 2019. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Profil Kesehatan

Provinsi Bali. 2016. 1–220 hal.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Profil Dinas Kesehatan Povinsi Sulawesi. 2015. 1-250 hal.

5. Afrilia EM, Sari H. Hubungan Metode Penyuluhan Small Group Discussion (SGD) Dengan TIngkat Pengetahuan Anemia Pada Ibu Hamil Di Rumah Bersalin Gerbang Medika Kota Tangerang. J JKFT Univ Muhammadiyah Tangerang. 2018;3:79–85.

6. Putri M, Astuti Y. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe. J Chem Inf Model. 2016;53(9):1689–99.

7. Khairia N. Pengaruh Konseling Menggunakan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari. Skripsi. 2018;

8. Fieki A. Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2019.

9. Dewi S, Romalita Y, Yusriani Y, Alwi MK. Perceptions of pregnant woman on monetary and time sacrifice for satisfaction based on health workers roles in antenatal services to reduce the risk of maternal death at Gowa district. Heal Sci J Indones. 2019;10(2):111–8.

10. Ekananta DP. Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember. Monop Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada Perdagang Prod Air Minum Dalam Kemasan. 2018;1(3):1–56. 11. Martini Sri, Dhian Nani Wigati UN. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pantang Makanan

Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia. 2012;1:12.

12. Yani A, Suriah S, Jafar N. Pengaruh SMS Reminder Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Fe. Media Kesehat Masy Indones. 2017;13(1):12.

13. Putu N, Egryani R, Saktini F, Puspitasari VD. Pengaruh Penyuluhan Satu Lawan Satu Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Anemia Di Semarang. Diponegoro Med J (Jurnal Kedokt Diponegoro). 2017;6(2):921–9.

14. Ramadhan AP. Komunikasi Interpersonal Perawat Dan Pasien Thalasaemia Di Thalasaemia Center Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. Jom Fisip. 2016;3(2):1–13.

(14)

285 Penerbit : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal, Vol. 1 No. 4 (Desember, 2020) : 275-285 E-ISSN 2721-2920

15. Tessa N. Komunikasi Kesehatan Dalam Meningkatkan Pola Hidup Sehat Karyawan Melalui Program Paradigma Sehat 4P di PT. Telekomunikasi Indonesia TBK, Pekanbaru. Jom Fisip. 2018;5(2):12.

16. Desmariyenti D, Hartati S. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Ibu Hamil Dalam Kelas Ibu Hamil. Phot J Sain dan Kesehat. 2019;9(2):114–22.

17. Erwin RR, Machmud R, Utama BI. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2013. J Kesehat Andalas. 2018;6(3):596.

18. Agustin Dwi Syalfina,Dian Irawati SP. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Kehamilan. 2019;

19. Jaya M. Pengaruh Kepatuhan Konsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2019. UMI Med J. 2019;4(1):117–29.

20. Yusriani, Fairus. P.I., 2017. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan.Edisi Revisi. Makassar

21. Dewi, S.; Romalita, Y.; Yusriani, Y.; Alwi, M. Perceptions of Pregnant Woman on Monetary and Time Sacrifice for Satisfaction Based on Health Workers Roles in Antenatal Services to Reduce the Risk of Maternal Death at Gowa District. hsji 2019, 10, 111-118.

22. Alwi MK, Nugroho HS. The effect of training on efforts to reduce maternal mortality risk to behavior of community-based safe motherhood promoters (SMPs). Indian Journal of Public Health Research & Development. 2018;9(11):339-45.

23. Yusriani Y, Alwi MK. Implementasi pelayanan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Bontomate’ne, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto. InProsiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2018 Jul 31 (Vol. 1, pp. 157-163).

24. Mardha MS, Panjaitan IS. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Keikutsertaan Dalam Kelas Senam Hamil Di Rumah Sakit Colombia Asia. Window of Health: Jurnal Kesehatan. 2020 Apr 25:168-75. 25. Yusriani Y, Alwi MK, Romalita Y, Dewi S. The Role Of Public Health Workers As A Facilitator In

(15)

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-294

ARTIKEL RISET

URL artikel: http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/woph1402

PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG PENATALAKSANAAN DM PADA

PASIEN DM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG

K

Jumirna1, Nur Ulmy Mahmud2, Nurul Ulfah Mutthalib3 1,2,3

Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia Email Penulis Korespondensi (K): ju.mirna@yahoo.co.id

ju.mirna@yahoo.co.id1, nurululmymahmud@yahoo.com2, nurul.ulfah@umi.ac.id3 (085240233784)

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. DM terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku tentang penatalaksanaan DM pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Antang. Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan jumlah populasi 446, Tekhnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling, jumlah sampel sebanyak 45 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan penatalaksanaan pasien DM di Puskesmas Antang dari total 45 responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 responden (66,7%), berdasarkan perilaku edukasi DM yaitu responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki perilaku edukasi DM baik sebanyak 14 responden (60,9%), berdasarkan perilaku diet responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki perilaku diet yang baik sebanyak 19 responden (65,5%), berdasarkan perilaku exercise responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki perilaku exercise kurang sebanyak 20 responden (58,8%), berdasarkan perilaku kepatuhan obat responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki perilaku kepatuhan obat kurang sebanyak 26 responden (59,1%), berdasarkan perilaku pemeriksaan kadar gula darah semua melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan kategori baik, berdasarkan perilaku perawatan kaki responden dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki perilaku kesehatan kaki yang baik sebanyak 20 responden (64,5%). Disarankan kepada masyarakat yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Antang untuk terus menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit DM.

Kata kunci : Pengetahuan; perilaku; diabetes melitus.

PUBLISHED BY :

Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI Address :

Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.

Email : jurnal.woph@umi.ac.id Phone : +62 853 9504 1141 Article history : Received : 19 Agustus 2020 Received in revised form : 31 Oktober 2020 Accepted : 9 November 2020 Available online : 31 Desember 2020

licensedbyCreativeCommonsAttribution-ShareAlike4.0InternationalLicense.

(16)

287 Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

ABSTRACT

Diabetes melitus (DM) is one of the non-communicable diseases that is still problem in Indonesia. DM occurs when there is an increase glucose levels in the blood or what is called hyperglycemia. The purpose of this study was describe knowledge behavior about the management of DM in DM patients in the work area of the Antang Health Center. This research method uses descriptive design with quantitative approach. With a population of 446, the sampling technique was purposive sampling, the number of samples was 45 respondents according to the inclusion and exclusion criteria.The results of this study showed a description of the knowledge the management of DM patients at Antang Health Center from total of 45 respondents with high glucose level categories, the majority which had good knowledge 20 respondents (66.7%), based on DM educational behavior, namely with high glucose level categories had the majority of behaviors. 14 respondents (60.9%) had good DM education, based on the diet behavior high glucose level categories, the majority had good dietary behavior as many 19 respondents (65.5%), based on the physical exercise behavior with category levels 20 respondents (58.8%) hadless exercise behavior, on drug adherence behavior, 26 respondents (59.1%) had insufficient drug compliance behavior. blood all checked levels Blood with good category, based on the foot care behavior of with high glucose level category, majority had good foot health behavior many as 20 respondents (64.5%). It’s recommended that people in the Antang Health Center work area to continue increase knowledge about management of DM.

Keywords: Knowledge; behavior; diabetes melitus.

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. DM terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia, dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif. DM di dunia tahun 2015 mencapai 7,3 milyar orang dan di prediksi akan meningkat tahun 2040 menjadi 9 milyar orang. IDF menyebutkan Indonesia saat ini berada posisi 7 dengan DM di dunia, dengan jumlah sebanyak 10 juta jiwa dan di prediksi akan meningkat ke posisi 6 pada 2040 dengan jumlah 16,2 juta jiwa.1

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya, sebagian besar di negara-negara maju yang terkena diabetes melitus yaitu berusia 65 tahun atau lebih, tetapi di negara-negara berkembang sebagian besar yang terkena diabetes melitus yaitu berusia 45-64 tahun di saat usia masa produktif mereka. 2

Internasional Diabetes Federation (2015) menyatakan prevelensi DM di dunia tahun 2015 mencapai 7,3 milyar orang dan di prediksi akan meningkat tahun 2040 menjadi 9 milyar orang. IDF menyebutkan Indonesia saat ini berada posisi 7 dengan DM di dunia, dengan jumlah sebanyak 10 juta jiwa dan di prediksi akan meningkat ke posisi 6 pada 2040 dengan jumlah 16,2 juta jiwa.3

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika di bandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Pravelensi pemeriksaan diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%

Data Puskesmas Antang Makassar menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2018 yaitu sebanyak 504 penderita dengan jumlah Laki laki sebanyak 257 orang dan jumlah perempuan sebanyak 247 orang, sedangkan pada tahun 2019 jumlah penderita diabetes melitus yaitu sebanyak 446 penderita dengan jumlah laki laki sebanyak 186 orang dan jumlah perempuan sebanyak

(17)

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

260 orang dengan angka penderita tergolong masih sangat tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku tentang penatalaksanaan DM pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Antang.

METODE

Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Antang yang dilakukan pada bulan tanggal 04-30 juni 2020 dengan jumlah populasi 446, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel sebanyak 45 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan dm tipe 1 dan tipe 2, bersedia menjadi responden, pernah melakukan pemeriksaan gula darah 3 bulan terakhir. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini responden tidak ada ditempat selama penelitian.

Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner secara online dan dianalisis menggunakan program SPSS. Penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi dan narasi/interpretasi dari tabel distribusi frekuensi serta menyajikan data korelasi setiap variabel independen dengan variabel dependen.

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Usia Frekuensi (n) Presentase (%)

≤45 12 27.7 >45 33 73.3 Total 45 100.0 Jenis Kelamin Perempuan 29 64.4 Laki- Laki 16 35.6 Total 45 100.0 Penyakit penyerta Hipertensi 14 31,1 Asam Urat 6 13.3 Kolestrol 1 2.2 Tidak ada 24 53.3 Total 45 100.0 Lama Menderita DM 1-3 32 71.1 4-6 10 22.2 7-9 3 6.7 Total 45 100 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 6 13.3 SD 13 28.9 SMP 12 26.7 SMA 12 26.7

(18)

289 Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

Perguruan tinggi 2 4.4 Total 45 100.0 Pekerjaan PNS 3 6.7 Swasta 15 33.3 Buruh 3 6.7 Petani 6 13.3 IRT 16 35.6 Pensiunan 2 4.4 Total 45 100.0

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total 45 responden mayoritas terdapat 33 responden (73,3%) yang berusia >45 tahun, terdapat 29 responden (64,4%) yang berjenis kelamin perempuan, terdapat 24 responden (53,3%) yang tidak memiliki penyakit penyerta, terdapat 32 reponden yang menderita DM selama 1-3 tahun, terdapat 13 responden (28,9%) dengan tingkat pendidikan SD, terdapat 16 responden (35,6%) yang memiliki pekerjaan IRT.

Gambaran Pengetahuan Pasien DM

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien DM di Puskesmas Antang tentang Penatalaksanaan DM

Pengetahuan Responden

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 20 66.7% 10 33.3 % 30 100%

Kurang 7 46.7% 8 53.3% 15 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik dengan kadar glukosa tinggi sebanyak 20 responden (66,7%) dan kadar glukosa sangat tinggi sebanyak 10 responden (33,3%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kadar Glukosa Darah dengan Perilaku Edukasi Penatalaksanaan DM di Puskesmas Antang

Perilaku edukasi

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 14 60.9% 9 39.1% 23 100%

Kurang 13 59.1% 9 40.9% 22 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden memiliki perilaku edukasi baik, dengan kadar glukosa tinggi sebanyak 14 responden (60,9%) dan kadar glukosa sangat tinggi sebanyak 9 responden (39,1%).

(19)

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Kadar Glukosa Darah dengan Perilaku Diet per Minggu

Perilaku diet

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 19 65.5% 10 34.5% 29 100%

Kurang 8 50.0% 8 50.0% 16 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden memiliki perilaku diet baik, dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 19 responden (65,5%), dan kadar glukosa sangat tinggi sebanyak 10 responden (34,5%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai kadar Glukosa Darah dengan Perilaku Exercise/Latihan Fisik per Minggu

Perilaku Latihan fisik

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 7 63.6% 4 36.4% 11 100%

Kurang 20 58.8% 14 41.2% 34 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden memiliki .perilaku latihan fisik yang kurang, dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 20 responden (58,8%) dan kadar glukosa darah sangat tinggi sebanyak 14 responden (41,2%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Kadar Glukosa Darah dengan Perilaku Kepatuhan Obat

Perilaku Kepatuhan

Obat

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 1 100 % 0 0.0% 1 100%

Kurang 26 59.1% 18 40.9% 44 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden memiliki perilaku kepatuhan obat yang kurang, dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 26 responden (59,1%) dan kadar gula glukosa sangat tinggi sebanyak 18 responden (40,9%).

(20)

291 Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Kadar Glukosa Darah dengan Perilaku Kesehatan Kaki

Perilaku Kesehatan

kaki

Nilai Kadar Glukosa

Total Tinggi Sangat Tinggi

n % n % n %

Baik 20 64.5% 11 35.5% 31 100%

Kurang 7 50.0% 7 50.0% 14 100%

Total 27 60.0% 18 40.0% 45 100%

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden melakukan perilaku kesehatan kaki dengan baik, dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 20 responden (64,5%) dan kadar glukosa darah sangat tinggi sebanyak 11 responden (35,5%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan usia menunjukkan bahwa dari total 45 responden, mayoritas responden berusia >45 tahun sebanyak 33 responden (73,3%) dan yang berusia ≤ 45 tahun sebanyak 12 responden (26,7%). Menurut goldbeg dan coon (2015 ) yang menyatakan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM dan gangguan toleransi gula darah semakin meningkat.4

Berdasarkan Jenis kelamin dari total 45 responden, terdapat 29 responden (64,4%) berjenis kelamin perempuan, dan 16 responden (35,6%) berjenis kelamin laki-laki. Diabetes cenderung terjadi pada wanita dikarenakan aktifitas fisik yang jarang dilakukan oleh wanita apalagi sudah berumah tangga, sehari-hari seorang ibu hanya sibuk dengan keluarga dan jarang melakukan aktifitas fisik dibanding laki-laki Menurut penelitian yang di lakukan Wahyuni dan alkaff disebutkan bahwa penderita DM pada perempuan yaitu sebesar 62% dan pada laki – laki yaitu sebesar 38%.5

Berdasarkan penyakit penyerta dari total 45 responden mayoritas pasien DM memiliki penyakit penyerta hipertensi sebanyak 14 responden (31,1%), Asam Urat sebanyak 6 responden (13,3%), kolestrol sebanyak 1 responden (2,2%), dan yang tidak memiliki penyakit penyerta sebanyak 24 responden (53,3%) dari total 45 responden. Menurut penelitian yang dilakukan Sartika pada tahun 2015 penderita DM mempunyai resiko untuk terjadi penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak dua kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina dari pada penderita non diabetes.6

Berdasarkan lama menderita DM, dari penelitian ini diperoleh hasil rata-rata responden menderita DM selama 3 tahun, dari total 45 responden terdapat 32 responden (71,1%) dengan lama menderita DM 1-3 tahun. 10 responden (22,2%) dengan lama menderita DM 4-6 tahun. 3 responden (6,7%) dengan lama menderita DM 7-9 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan Fitrianinur Lama penderita DM berperan terhadap terjadinya distres pada penderita DM.7

Berdasarkan tingkat pendidikan dari total 45 responden terdapat 6 responden (13,3%) tidak sekolah, 13 responden (28,9%) pendidikannya SD, 12 responden (26,7%) pendidikannya SMP, 12

(21)

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

responden (26,7%) pendidikannya SMA dan 13 responden (4,4%) pendidikannya perguruan tinggi. Penelitian Imelda 2016 Mengatakan bahwa pendidikan merupakan dasar utama untuk keberhasilan pengobatan. Dari hasil tersebut disimpulkan mayoritas responden di Puskesmas Antang pendidikannya SD.8

Berdasarkan jenis pekerjaan dari total 45 responden terdapat 16 orang (35,6%) ibu rumah tangga, 1 5 orang (33,3%) Swasta, 6 orang (13,3%) Petani, 3 orang (6,7%) PNS, 2 orang (4,4%) pensiunan dan 1 orang (7,1%) buruh. Menurut penelitian isnaini 2018 pekerjaan sebagai rumah tangga termasuk dalam aktifitas ringan, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009), bahwa orang yang melakukan aktifitas ringan memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat.9 Menurut penelitian yang dilakukan Adliyani 2015 mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam meningkatnya penyakit diabetes melitus.10

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai gambaran penyakit Diabetes melitus, mulai dari gejala fisik gejala klinis, faktor risiko, pencegahan dan pengobatan penyakit DM.11

Hasil penelitian dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan diperoleh gambaran dari 45 responden, mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 responden (66,7%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (46,7%), sedangkan responden dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (53,3%). Dari hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa pengetahuan pasien DM di Puskesmas Antang dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki tingkat pengetahuannya dengan kategori baik.

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku penderita yang diharapakan adalah mengikuti pola makan yang sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes dalam keadaan khusus secara aman, teratur dan sesuai anjuran, melakukan pemantauan kadar , membantu penderita dalam mengikuti anjuran diet yang sesuai.12

Berdasarkan perilaku penatalaksaan DM dengan menggunakan skala pengukuran guttman didapatkan hasil edukasi DM dari total 45 responden mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki perilaku edukasi baik sebanyak 14 responden (60,9%), dan yang memiliki perilaku edukasi kurang sebanyak 13 responden (59,1%), sedangkan dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi yang memiliki perilaku edukasi baik sebanyak 9 responden (39,1%), dan yang memiliki perilaku edukasi kurang sebanyak 9 responden (40,9%).

Berdasarkan perilaku diet dengan menggunakan skala pengukuran likert didapatkan hasil dari total 45 responden, mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki perilaku diet yang baik sebanyak 19 responden (65,5%), dan yang memiliki perilaku diet yang kurang sebanyak 8 responden (50,0%), sedangkan dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi yang memiliki perilaku diet baik

(22)

293 Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

sebanyak 10 responden (34,5%), dan yang memiliki perilaku diet kurang sebanyak 8 responden (50,0%). Dari hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa perilaku Diet pasien DM di Puskesmas Antang dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki tingkat perilaku diet dengan kategori baik.

Berdasarkan perilaku latihan fisik dengan menggunakan skala pengukuran likert didapatkan hasil dari total 45 responden, mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki perilaku exercise kurang sebanyak 20 responden (58,8%), dan yang memiliki perilaku exercise baik sebanyak 7 responden (63,6%), sedangakan dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi yang memiliki perilaku exercise kurang sebanyak 14 responden (41,2%), dan yang memiliki perilaku exercise baik sebanyak 4 responden (36,4%). Dari hasil tersebut diperoleh bahwa gambaran perilaku latihan fisik pada pasien DM di Puskesmas Antang dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi mayoritas memiliki tingkat perilaku latihan fisik dengan kategori kurang.13

Berdasarkan Perilaku terapi obat dengan menggunakan skala pengukuran Likert didapatkan hasil dari total 45 responden, mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki perilaku kepatuhan obat kurang sebanyak 26 responden (59,1%), dan yang memiliki perilaku kepatuhan obat baik sebanyak 1 responden (100%), sedangkan dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi semua responden memiliki perilaku kepatuhan obat kurang sebanyak 18 responden (40,9%). Dari hasil tersebut diperoleh bahwa gambaran perilaku kepatuhan obat pada pasien DM di Puskesmas Antang dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki tingkat kepatuhan minum obat dengan kategori kurang.14

Berdasarkan perilaku Pemeriksaan kadar gula darah bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemi dan hiperglikemi sehingga dapat segera ditangani untuk menurunkan resiko komplikasi dari DM, Dengan menggunakan skala pengukuran guttman didapatkan hasil dari total 45 responden semua responden masuk dalam kategori baik.15

Berdasarkan Perilaku kaki Penderita DM harus memeriksa kaki mereka secara teratur untuk menghindari masalah kaki diabetic Berdasarkan skala pengukuran guttman didapatkan hasil dari total 45 responden, mayoritas responden dengan kategori kadar glukosa tinggi memiliki perilaku kesehatan kaki yang baik sebanyak 20 responden (64,5%), dan yang memiliki perilaku kesehatan kaki kurang sebanyak 7 responden (50,0%), sedangkan dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi yang memiliki pengetahuan kesehatan kaki yang baik sebanyak 11 responden (35,5%), dan yang memiliki perilaku kesehatan kaki yang kurang sebanyak 7 responden (50,0%). Dari hasil tersebut diperoleh bahwa gambaran perilaku kesehatan kaki pada pasien DM di Puskesmas Antang dengan kategori kadar glukosa tinggi mayoritas memiliki tingkat perilaku kesehatan kaki dengan dengan baik.16

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian ini, kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik dengan kategori kadar glukosa tinggi, berdasarkan hasil perilaku edukasi DM mayoritas responden memiliki perilaku edukasi baik dengan kategori kadar glukosa tinggi, berdasarkan hasil perilaku diet mayoritas responden memiliki tingkat perilaku diet baik dengan kategori kadar glukosa tinggi, berdasarkan hasil perilaku latihan fisik mayoritas responden memiliki tingkat perilaku latihan

(23)

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

fisik kurang dengan kategori kadar glukosa sangat tinggi, berdasarkan hasil perilaku terapi obat mayoritas responden memiliki tingkat perilaku kepatuhan minum obat kurang dengan kategori kadar glukosa, berdasarkan hasil perilaku pemantauan kadar gula darah mayoritas responden memiliki tingkat perilaku yang baik, berdasarkan hasil perilaku kesehatan kaki mayoritas responden memiliki tingkat perilaku kesehatan kaki yang baik dengan kategori kadar glukosa tinggi.

Saran bagi penderita dm agar lebih meningkatkan perilaku latihan fisik dan perilaku kepatuhan obat, adapun saran bagi puskesmas agar dapat melakukan sosialisasi tentang penatalaksanaan DM, terkhusus pada perilaku latihan fisik dan kepatuhan obat pada penderita DM.

DAFTAR PUSTAKA

1. Internasional diabetes federation. Hubungan kecerdasan spiritual dan lama menderita dengan self management pada pasien diabetes melitus (dm) tipe 2 di poli penyakit dalam rsu haji surabaya. 2015.

2. World Health Organization (WHO), defenition, Diagnosis, and classification of diabetes melitus and complication, part 1: Diagnosis and calssifi cations of diabetes melitus. Geneva: Depertment of Non-communicable Diasese Surveillance; 2016

3. Riset kesehatan dasar (riskesdas). Hasil utama riskesdas 2018. 2018. 4. Goldbeg dan coon. Jurnal kesehatan masyarakat. 2015;10(10):137-146.

5. Alung harjan. Pengobattan pasien dm tipe 2 rawat inap dr. Asmir salatiga periode januari -juni. 2019.

6. Srikartika vm, cahya ad, suci r, hardiati w, srikartika vm. Analisis faktor yang memengaruhi kepatuhan penggunaan obat pasien diabetes melitus tipe 2 the analysis of the factors affecting medication adherence in patients. 2015;(2011):205-212.

7. Laili f, udiyono a, saraswati ld. No title. 2019;7(april):17-22.

8. Imelda s. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes melitus di puskesmas harapan raya tahun 2018. 2016;8(1):28-39.

9. Isnaini n. Faktor risiko mempengaruhi kejadian diabetes melitus tipe dua risk factors was affects of diabetes melitus type 2. 2018;14(1):59-68.

10. Obella z, adliyani n. Pengaruh perilaku individu terhadap hidup sehat the effect of human behavior for healthy life. 2015;4:109-114.

11. Community i, about k, melitus d. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diabetes melitus. 2019;3(1).

12. Agustina rm, diani n, agustina rm. Nusantara medical science journal. 2019:14-18. 13. Anindita mw. Nusantara medical science journal. 2019:19-24.

14. Nanda od, wiryanto rb, triyono ea. Hubungan kepatuhan minum obat anti diabetik dengan regulasi kadar gula darah pada pasien perempuan diabetes melitus relationship between antidiabetic drugs consumption and blood glucose level regulation for diabetes melitus female patients.

(24)

2018:340-295 Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 01 No. 04 (Desember, 2020) : 286-295 E-ISSN 2721-2920

15. Dan p, kader p, rizqi j, fitriawan as. Glukosa darah sebagai upaya deteksi dini. 2020;2:47-54. 16. Frisca s, manik p, arco s, daeli ff. Peduli diabetes melitus tipe ii dan pencegahan luka kaki.

(25)

Window of Public Health Journal,Vol. 1 No. 4 (Bulan, Tahun) : 295-301

ARTIKEL RISET

URL artikel: http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/woph1405

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL RISIKO TINGGI DALAM MENCEGAH

KEMATIAN IBU BERDASARKAN TINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

K

Musdalifa D1, Yusriani2, Nukman3

1,2

Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia

3

Program Studi Agama, Fakultas Agama, Universitas Muslim Indonesia Email Penulis Korespondensi (K): yusriani.yusriani@umi.ac.id

musdalifadarwin28@gmail.com1, yusriani.yusriani@umi.ac.id2, nukman.nukman@umi.ac.id3 (085255997212)

ABSTRAK

Menurut laporan WHO (World Health Organization) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30,3%), disusul hipertensi dalam kehamilan (27,1%), infeksi (7%). Penyabab lain-lain 45% cukup besar termasuk didalamnya penyebab penyakit non-obstertik. Berdasarkan data dari puskesmas Lasusua memperlihatkan jumlah ibu hamil sebanyak 700 orang dan yang termasuk ibu hamil risiko tinggi sebanyak 140 orang. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkatan komunikasi interpersonal dengan perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah kematian ibu di Puskesmas Lasusua pada tahun 2020. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 140 orang dengan menggunakan besar sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan analisis data menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara komunikasi interpersional dengan pengetahuan ibu hamil dengan nilai p (value) = 0,001. Tidak ada hubungan antara komunikasi interpersional dengan sikap ibu hamil dengan nilai p (value) = 0,976. Diharapkan pada peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tingkatan komunikasi kesehatan yang efektif yang mempengaruhi penyakit yang berhubungan dengan ibu hamil. Dan diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan komunikasi interpersonal lebih efektif dengan ibu hamil risiko tinggi.

Kata kunci : Pengetahuan; sikap; komunikasi kesehatan.

PUBLISHED BY :

Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Address :

Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.

Email : jurnal.woph@umi.ac.id Phone : +62 853 9504 1141 Article history : Received: 21 Agustus 2020 Received in revised form: 20 September 2020

Accepted: 4 November 2020 Available online: 31 Desember 2020

licensedbyCreativeCommonsAttribution-ShareAlike4.0InternationalLicense.

(26)

296

Penerbit :Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI

Window of Public Health Journal,Vol. 1 No. 4 (Bulan, Tahun) : 295-301 E-ISSN 2721-2920

ABSTRACT

According to the 2014 WHO (World Health Organization) report, the Maternal Mortality Rate (MMR) in the world is 289,000 people. The most common cause of maternal death is bleeding (30.3%), followed by hypertension in pregnancy (27.1%) and infection (7%). Other causes 45% are quite large including the causes of non-obesity disease. Based on data from the Lasusua puskesmas, it shows that there are 700 pregnant women and 140 high-risk pregnant women. This research method is a quantitative research. The research design used is cross sectional which aims to determine the relationship between the level of interpersonal communication with the behavior of high-risk pregnant women in preventing maternal mortality at the Lasusua Health Center in 2020. In this study the population was 140 people using the sample size of this study using the Slovin formula. Sampling in this study using probability sampling with simple random sampling technique. The data were collected by filling out questionnaires and analyzing data using SPSS. The results showed that there was a relationship between interpersional communication and knowledge of pregnant women with p value (value) = 0.001. There is no relationship between interpersional communication and the attitude of pregnant women with p value (value) = 0.976. It is hoped that the next researchers should examine the level of effective health communication that affects the diseases associated with pregnant women. And it is hoped that health workers can improve interpersonal communication more effectively with high-risk pregnant women.

Keywords : Knowledge; attitude; health communication.

PENDAHULUAN

Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di Negara berkembang. Menurut laporan WHO (World Health Organization) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.1

Penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30,3%), disusul hipertensi dalam kehamilan (27,1%), infeksi (7%). Penyabab lain-lain 45% cukup besar termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstertik. Pada tahun 2017 angka kematian ibu di Sulawesi Tenggara sebanyak 75 orang per tahun. Sedangkan di Kabupaten Kolaka Utara sebanyak 209 per 100.000 kelahiran hidup.2,3

Tingginya AKI di sebagian Kabupaten/Kota disebabkan berbagai hal, di antaranya kondisi wilayah yang terpencil, tenaga kesehatan yang masih kurang, sarana transportasi dan fasilitas kesehatan yang masih terbatas menyebabkan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang ada relatif sulit dan jauh. Semua kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kontak masyarakat terutama ibu hamil dengan tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan cenderung melahirkan dengan bantuan tenaga non kesehatan, sehingga bila ada kelainan pada kehamilan menjadi tidak terdeteksi sejak dini, hal ini menjadi masalah serius bila terjadi komplikasi kehamilan atau kondisi persalinan yang membutuhkan rujukan. Upaya perbaikan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat terus dilakukan, baik perekrutan tenaga kesehatan baru, maupun perbaikan dan penambahan fasilitas kesehatan yang ada.3

(27)

Window of Public Health Journal,Vol. 1 No. 4 (Bulan, Tahun) : 295-301 E-ISSN 2721-2920

Tenggara memperlihatkan jumlah ibu hamil sebanyak 700 orang dan yang termasuk ibu hamil resiko tinggi sebanyak 140 orang.4

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi antara lain komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan pesan komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.5

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa terdorong untuk mengambil judul penelitian ini yakni “Hubungan Tingkatan Komunikasi Kesehatan Dengan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Resiko Tinggi Dalam Mencegah Kematian Ibu.

METODE

Dalam penelitian ini populasi berjumlah 140 orang dengan menggunakan besar sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini kuesioner dimana peneliti bertemu dengan responden dan respondenlah yang mengisi daftar pertanyaan tersebut. Dan cara menganalisis data penelitian dengan menggunakan SPSS. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkatan komunikasi kesehatan dengan perilaku ibu hamil resiko tinngi dalam mencegah kematian ibu.

HASIL

Hasil diskripsi untuk profil sampel diketahui bahwa berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, gravid dan umur kehamilan ibu hamil risiko tinggi.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Profil n % Kelompok Umur <20 tahun 16 15,5 20 – 35 tahun 39 37,8 >35 tahun 48 46,7 Pendidikan SD 5 4,9 SMP 14 13,6 SMA 38 36,9 D3 3 2,9 S1 42 40,8 Profesi 1 1,0 Pekerjaan Bidan 1 1,0

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  dari  total  45  responden  mayoritas  terdapat  33  responden  (73,3%)   yang  berusia  &gt;45  tahun,  terdapat  29  responden  (64,4%)  yang  berjenis  kelamin  perempuan,  terdapat  24  responden  (53,3%)  yang  tidak  mem
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Kadar Glukosa Darah    dengan Perilaku Diet per Minggu
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Tahanan Kelas II B Pinrang
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur Ibu Hamil   Umur Ibu (Tahun)  Frekuensi (n)  Persentase (%)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu persepsi pendengar ini juga menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi radio Swaragama FM sebagai media massa yang memiliki fungsi sosial dengan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lingkungan auditor internal khususnya BUMN yang berpusat di Kota Bandung untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peranan

Hasil : Hasil penelitian didapatkan perbedaan yang bermakna (p = 0,000) dengan rerata pH saliva, volume saliva dan angka leukosit cairan sulkus gingiva yang lebih tinggi pada

Penelitian yang dilakukan oleh Etik Widhiastuti, 2015 hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III , hasil analisa menunjukkan bahwa

Sikap Ibu Hamil Dalam Mencegah Anemia Kehamilan Dengan Tablet Fe Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas sikap ibu hamil dalam mencegah anemia

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Purbadewi (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Turlina (2015), tentang hubungan senam hamil dengan terjadinya robekan perineum diperoleh hasil ibu

Studi banding sifat-sifat biologis ayam Kampung, ayam Pelung dan ayam Bangkok [laporan Penelitian].. Bogor: Institut