• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan proses belajar mengajar harus menghasilkan keluaran (output) yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan proses belajar mengajar harus menghasilkan keluaran (output) yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, berkepribadian dan berdaya juang yang tinggi dalam kehidupan. Sekolah yang menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar harus menghasilkan keluaran (output) yang dapat dijadikan dobrakan kemajuan negara. Prestasi siswa yang baik sangat ditentukan dari manajemen pengelolaan sekolah yang baik pula dan sekolah juga harus mampu mengontrol, mengendalikan dan mengarahkan khususnya bagi pendidik/guru yang ada dalam sekolah tersebut agar menjadi acuan, contoh maupun pribadi yang mampu membuat siswa dapat merasakan belajar yang dilakukannya dan memperoleh hasil yang diinginkannya.

Kenyataan yang ada sekarang proses pembelajaran masih berada diposisi teratas dari semua problem-problem pendidikan khusunya di Indonesia, yang paling mencolok dalam hal ini adalah proses pembelajaran sejarah. Kenapa demikian, karena dapat kita lihat dari semua yang ada tidak lain hanya pembelajaran yang membosankan, menjenuhkan dan bahkan kuno. Sebenarnya suatu hal yang dikeluarkan dari ilmu yang diproleh dari belajar sejarah sangat menentukan kepribadian, sikap maupun jiwa pribadi manusia tersebut. Kalau misalkan ilmu sejarah ini tidak dijiwai atau dimiliki manusia itu sendiri, kehidupan masa yang akan datang sulit untuk dilalui.

(2)

commit to user

Sejarah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah khususnya sekolah yang bersifat formal. Belajar sejarah adalah belajar tentang kehidupan dan peristiwa masa lampau. Materi dalam pelajaran sejarah merujuk kepada kejadian nyata dan pristiwa nyata kehidupan manusia dimasa lampau. Dan tujuan dalam pembelajaran sejarah adalah untuk memahami kehidupan manusia dari dulu hingga sekarang sehingga dapat diaplikasikan kearah yang bermanfaat dimasa yang akan datang.

Mencakup segi materi yang ada dalam pembelajaran sejarah kebanyakan orang memandang khususnya siswa yang berada dibangku sekolah hanya mengidentikkan pembelajaran menghapal seperti tahun, tokoh, serta peristiwa-peristiwa dengan rentetan kejadian. Maka siswa sangat jenuh untuk mempelajarinya, karena yang dipelajari adalah kehidupan-kehidupan manusia yang sudah berlalu dan sudah tidak ada. Walaupun demikian metari tersebut akan berdampak kepada sisi kepribadiannya. Tidak jauh dari itu dapat dilihat dikalangan peserta didik sekarang, masih banyak dijumpai dampak-dampak yang memperosotkan prestasi belajar mereka baik itu dipengaruhi oleh materi sejarah itu sendiri maupun yang lebih utama juga dipengaruhi oleh penyampaiannya yang di implementasikan guru dalam belajar.

Pengaruh guru dalam membelajarkan suatu bahan ajar tidak serta merta hanya vokal dalam menyampaikan tetapi lebih dari itu menjadi tanggung jawab besar dalam membimbing, mendidik serta menumbuhkan karakter diri siswa itu sendiri. Tidak mudah menjadi seorang pendidik yang cerdas untuk mengontrol itu semua menjadi sebuah prestasi, dibutuhkan kegigihan jiwa yang ikhlas agar

(3)

commit to user

mampu memperolehnya. Terkadang dalam pembelajaran itu untuk menarik simpati dan daya tarik keinginan siswa dalam belajar bukan dari materi apa yang akan diajarkan tetapi dalam proses dan cara penyampaiannyalah yang diharapkan berjalan dengan menyenangkan. Penentuan sasaran dan tujuan juga diperlukan untuk melakukan seleksi tentang materi mana yang penting dan bermakna, metode pengajaran, dan teknik pengajarannya. Mungkin benar bahwa tujuannya terlalu idealis, jauh dan sulit, tetapi tidak berarti tidak ada manfaatnya (Kochhar 2008: 27).

Kemajuan pembelajaran sejarah yang paling mendasar sebenarnya diawali dari minat belajar peserta didik terlebih dahulu, dari situlah maka peran guru sangat penting dibutuhkan agar mampu mengetahui karakter masing-masing dan mampu kritis dalam membaca serta menumbuhkan minat itu sendiri. Minat merupakan unsur belajar yang tumbuh didalam diri maupun diluar diri individu, ditumbuhkan melalui mekanisme-mekanisme pertumbuhan kemauan peserta didik dalam belajar. Mekanisme atau cara yang dilakakan melalui kemampuan guru dalam memainkan pembelajaran itu agar tercipta keindahan dan kesenangan siswa yang menerimanya, sehingga mungkin minat belajar siswa akan tumbuh sendirinya.

Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang (Syaiful Bahri Djamarah, 2012: 48). Aktivitas belajar peserta didik muncul sendirinya

(4)

commit to user

dikarenakan mereka mempunyai minat yang tinggi untuk menjadikan pelajaran tersebut sebagai keinginan hati dan kesenangan diri.

Daya tarik dalam menumbuhkan minat belajar sejarah bagi peserta didik masih sering dijumpai kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu diantaranya pengunaan model pembelajaran yang bersifat langsung dari guru dan untuk siswa sehingga menjadikan peserta didik sebagai objek tetapi bukan menjadi subjek dalam proses belajar. Guru lebih dominan dalam menyampaikan materi dan bersifat harus diterima oleh peserta didik. Dalam model pembelajaran yang berfokus kepada guru sebenarnya ada yang dapat dilakukan bervariasi agar siswa pun dapat diberikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan tanggapan ketika proses belajar sedang berlangsung, model itu dinamakan dengan model ekspositori.

Model dalam pembelajaran merupakan salah satu cara yang baik digunakan agar proses belajar mengajar menjadi terbuka, spontan, menarik dan menyenangkan. Untuk mewujudkan semua itu diharapkan guru dapat menggunakan suatu model dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih sangat ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua hal pertama, bagaimana cara siswa belajar dan kedua, tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran tersebut (Johar Rahmad, 2006: 9). Dari model pembelajaran, seorang pendidik/guru diharapkan dapat menggunakan cara-cara yang salah satunya bisa dilihat dari latar belakang watak dan naluri seorang peserta didik itu terlebih dahulu sehingga mampu mengarahkannya ke tujuan yang ingin di capai.

(5)

commit to user

Pada hakekatnya belajar merupakan suatu proses pegembangkan bakat, minat dan kemampuannya secara optimal dan utuh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini kemampuan peserta didik yang ingin dibangun bukan hanya dalam ranah kognitif saja melainkan hal mendasar dari jiwa pribadi peserta didik terlebih dahulu sehingga memungkinkan kemampuan ketiga ranah tersebut akan terwujud dengan baik. Salah satunya adalah penggunaan model dengan pendekatan kerja sama antara siswa satu dengan yang lainnya. Model pembelajaran tersebut dikenal dengan model pembelajaran

cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang berifat heterogen (Rusman 2010: 202). Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lain. Belajar dengan sesama rekan sebaya lebih efektif dari pada pembelajaran yang terfokus oleh guru. Model cooperative learning adalah strategi belajar mengajar dengan jalan mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat kemampuannya pada kelompok yang kecil (Trimurtini, 2009: 120). Kemampuan individu dalam kelompok lebih difokuskan dalam hubungan kerjasama antara individu satu dengan yang lain. Model pembelajaran kooperatif umumnya di Indonesia masih relatif sedikit yang menggunakannya. Salah satu faktornya adalah tuntutan untuk mengejar materi agar sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Keadaan ini

(6)

commit to user

sebenarnya menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran yang diterima oleh siswa. Siswa dijadikan sebagai objek yang kurang aktif karena tuntutan tersebut. Ketidakefesienan ini berdampak negatif terhadap siswa maupun sekolah yang menjadi tempat pendidikan serta mengakibatkan perkembangan sekolah pun menjadi rendah.

Sehubungan dengan kondisi diatas, perlu dilakukan pembaharuan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif untuk meningkatkan minat belajar khususnya pelajaran sejarah yang masih rentan dari kejenuhan. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif bisa dijadikan acuan dalam menumbuhakan minat belajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak jenis sesuai kebutuhan dan hal yang ingin dicapai.

Dalam beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa sekaligus dapat meningkatkan minat belajarnya. Salah satu diantara jenis model pembelajaran kooperatif adalah jenis Jigsaw. Metode ini memiliki karakteristik yang unik dan mempunyai beragam aktivitas dalam prosesnya. Keadaan pembelajarannya dapat menjadikan keaktifan peserta didik dalam kerjasama dan menghasilkan kemampuan perorangan.

Model pembelajaran kooperatif salah satu model berdasarkan faham konstruktivis. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dan minatnya dengan belajar bekerja sama dengan rekannya, mengumpulkan ide-ide yang sudah ada dan mendiskusikan pelajaran yang baru dengan mengkolaborasikan pengetahuan yang sudah ada menjadi satu paket pengetahuan yang berkembang. Keadaan ini

(7)

commit to user

membuat siswa dalam mengumpulkan informasi akan semakin luas dan lebar sehingga minat untuk belajar khususnya belajar sejarah memiliki semangat yang tinggi dan mampu mendapatkan prestasi yang baik.

Model jenis ini, di negara-negara maju memang sudah menjadi ujung tombak dalam mendongkrak peningkatan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diupayakan pemasyarakatan dan pembudayaan model pembelajaran kooperatif, khususnya di Indonesia menjadi pijakan dalam keberhasilan pembelajaran sejarah yang efektif dan efesien.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dalam perubahan, baik perubahan tingkah laku (kepribadian) maupun pengetahuan intelektual. Prestasi yang baik adalah belajar yang baik. Jika siswa belajar dengan baik maka hasil yang didapat pun menjadi akan lebih baik. Gambaran umum seperti ini yang dinamakan prestasi belajar. Sebenarnya prestasi yang diharapkan dalam belajar bukan hanya bentuk nilai atau rangking tetapi keinginan seorang pendidik itu mengharapkan belajar yang diberikannya dapat dikembangkan menjadi ilmu yang berguna.

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Boyolali sebagai institusi pendidikan yang mempunyai optimis kuat dalam membangun dan menumbuhkan generasi masa depan yang unggul dan mampu bersaing dengan yang lain. Namun dalam kasat mata dari survei yang dilihat sebagian pengelolaan pembelajarannya masih bersifat monoton serta kurang menumbuhkan semangat peserta didik.

Dari latar belakang masalah tersebut dan sekalian menjadi akar persoalan, peneliti terdorong untuk membuat penelitian dengan judul ”Pengaruh Model

(8)

commit to user

Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Di Kabupaten Boyolali”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah yang akan timbul adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif masih minim digunakan oleh guru.

2. Pembelajaran yang interaktif terhadap siswa sangat dibutuhkan agar tidak mengakibatkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar.

3. Pembelajaran yang berpusat pada guru tidak relevan dan kurang bervariasi dalam pembelajaran sejarah serta tidak efesien dalam menumbuhkan minat belajar dan prestasi belajar sejarah.

4. Model pembelajaran kooperatif menjadi pijakan dalam merubah situasi dan strategi pembelajaran menjadi efektif

5. Input siswa mempunyai kemampuan awal masih rendah.

6. Prestasi belajar sejarah masih belum sempurna karena minat belajar dalam mata pelajaran sejarah masih kurang.

7. Minat belajar peserta didik merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian eksperimen ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar sejarah ditinjau dari minat belajar siswa. Berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif, minimal ada 16 jenis yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Namun dalam penelitian ini di

(9)

commit to user

eksperintasikan satu jenis model pembelajaran kooperatif yang berpengaruh dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah, yaitu Jigsaw. Peneliti akan membandingkan model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw dengan model pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran ekspositori akan dijadikan sebagai kelas kontrol. Sementara itu, minat belajar dibedakan menjadi dua kategori yaitu minat belajar tinggi dan minat belajar rendah.

Berpijak dari uraian diatas, masalah penelitian ini dibatasi pada :

1. Variabel bebas pertama yang merupakan variable eksperimen yaitu (X1a dan X1b) model pembelajaran koorperatif jenis Jigsaw dan model pembelajaran ekspositori.

2. Variabel bebas kedua yang merupakan variabel atribut yaitu (X2) minat belajar siswa.

3. Variabel terikat yaitu (Y) prestasi belajar sejarah. D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw dengan model ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah? 2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara kelompok siswa yang memiliki

minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah?

(10)

commit to user

3. Apakah ada interaksi pengaruh antara penggunaan jenis model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah? E. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menemukan perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw dengan model ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah. 2. Menemukan perbedaan pengaruh antara kelompok siswa yang memiliki

minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah.

3. Menemukan interaksi antara penggunaan jenis model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menemukan pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar sejarah ditinjau dari minat belajar siswa. Jadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat secara teoretis

a. Sebagai input yang memberikan tambahan khazanah ilmu tentang model pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran yang efektif dan efesien dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai data tambahan dalam rangka melengkapi contoh-contoh model pembelajaran yang berorientasi pada kerja sama yang saling menguntungkan dengan teori yang mudah dipahami.

(11)

commit to user 2. Manfaat secara praktis.

a. Bagi guru, sebagai tambahan ilmu dalam mengupayakan penggunaan model pembelajaran yang menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan melalui pengambilan model pembelajaran yang tepat. b. Bagi sekolah, memberikan masukan dan bahan refleksi untuk

meningkatkan pengadaan dan penyesuaian model pembelajaran dibidang ilmu lainnya sehingga mampu menjawab permasalahan dalam pembelajaran.

c. Bagi pengambil kebijakan, ikut mendukung program pemerintah melalui program MBS, yang salah satu pilarnya adalah manajemen proses pembelajaran. Dukungan itu berupa penggunaan model pembelajaran yang berprinsip aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

Referensi

Dokumen terkait

Sekali lagi kepada mereka, penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih atas bantuannya, semoga amal baik Bapak, Ibu, dan saudara semua mendapat balasan

(2003) menyatakan bahwa efisiensi ransum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup

Ketidak seriusan PDAM ini terlihat pada sering menerunnya tekanan aliran air bersih atau bahkan mati, atau ngalir namun airnya keruh dibeberapa daerah di

Disela-sela kesibukan adik-adik belajar, perkenankanlah saya Deni Tri Yuliana dari Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran UNY, mengharapkan keikhlasan adik-adik

“Pengaruh Minat dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar Mengetik Manual Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 1 Prambanan-Klaten” Dengan

Hal-hal di atas yang mendorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “hubungan iklim kerja organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan

Kebimbangan MSWG adalah pada Lembaga Pengarah CHB yang memberi maklumbalas kepada pertanyaan Aktiviti Pasaran Luar Biasa (“UMA”) oleh Bursa Malaysia pada 5

cunninghamii di Bondowoso, Jawa Timur, menunjukkan variasi genetik yang tinggi di antara provenansi yang diuji dan antar famili di dalam provenans terhadap sifat tinggi