• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang 2,3

Jurusan Biologi – FMIPA – Universitas Negeri Malang Email: misty_ana13@yahoo.co.id

Keterampilan metakognitif sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan penentu keberhasilan akademik. Berdasarkan penelitian sebelumnya melalui penelitian tindakan kelas, telah diketahui bahwa keterampilan metakognitif dapat diberdayakan melalui penggabungan kegiatan membaca, membuat peta konsep dan model-model pembelajaran kooperatif, yang disebut dengan Reading-Concept Map-Cooperative Learning atau Remap coople. Remap coople adalah sebuah model pembelajaran yang mengharuskan siswa membaca (proses reading), kemudian siswa diminta membuat

peta konsep (concept mapping), dan pembelajarannya menggunakan model-model cooperative learning, salah satu yang sudah dilakukan melalui PTK adalah Remap

Group Investigation (Remap GI). Namun belum ada penelitian yang mengkaji tentang perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui perbedaan keterampilan metakognitif dan hasil belajar Biologi antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan rancangan komparatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri Kota Malang. Berdasarkan hasil uji kesetaraaan, sampel dipilih secara acak. Sampel penelitian adalah siswa kelas X-IPA 1 di SMA Negeri 9 Malang dan X-IPA 3 di SMA Negeri 2 Malang. Data keterampilan metakognitif diukur dengan cara memberikan tes tertulis berupa essay yang terintegrasi dengan tes hasil belajar kognitif. Penskoran keterampilan metakognitif diperoleh dari rubrik penskoran khusus keterampilan metakognitif yang dikembangkan oleh Corebima (2009). Data hasil belajar biologi siswa diperoleh dari penilaian pre tes dan pos tes dengan menggunakan penilaian non rubrik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakova untuk mengetahui perbedaan keterampilan metakognitif dan hasil belajar Biologi siswa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan bantuan program SPSS 16.00 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan metakognitif siswa kelas Remap GI lebih besar daripada kelas Remap Jigsaw (55.99 > 32.85) dan perbedaan keterampilan metakognitif siswa tersebut signifikan. Nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas Remap GI lebih besar daripada kelas Remap Jigsaw (61.37 > 37.32). Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Remap GI lebih baik dalam memberdayakan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Remap Jigsaw.

Kata kunci: keterampilan metakognitif, hasil belajar biologi, reading concept map GI,

reading concept map Jigsaw.

I. PENDAHULUAN

Metakognisi adalah berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif pada proses kognitif yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran Livingston (1997). Lebih lanjut, Howard

Mistianah1, Duran Corebima2, Siti Zubaidah3.

Perbedaan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Biologi

antara Siswa yang Diberi Model Pembelajaran

Reading-Concept

Map

-Gi dengan

Reading-Concept Map

-Jigsaw

di SMA Negeri Kota Malang

(2)

(2004) menyatakan bahwa metakognisi mengacu pada pengetahuan seseorang mengenai proses-proses dan produk-produk kognisi orang itu sendiri. Keterampilan metakognitif merupakan kemampuan untuk mengasosiasikan informasi atau pesan penting dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan memantau kemampuan personal dalam proses membaca (Shen dan Liu, 2011). Berdasarkan pada pernyataan ini dapat dicermati bila siswa telah memiliki kemampuan metakognitif yang cukup baik maka siswa akan dapat dengan mudah mengontrol proses belajarnya. Keterampilan metakognitif sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan penentu keberhasilan akademik.

Keterampilan metakognitif dapat diberdayakan melalui berbagai upaya. Corebima (2006) melaporkan beberapa strategi pembelajaran yang berpotensi memberdayakan kemampuan metakognitif. Strategi-strategi pembelajaran tersebut antara lain adalah strategi pembelajaran berbasis masalah, strategi pembelajaran peta konsep, strategi-strategi

self-regulated learning, pembelajaran konstruktivistik, pemecahan masalah dan kegiatan

penelitian, selain itu kemampuan metakognitif terbukti dapat juga dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif. Salah satu model yang dapat memberdayakan metakognitif adalah model pembelajaran Remap coople. Remap coople adalah sebuah model pembelajaran yang mengharuskan siswa membaca (proses reading), kemudian siswa diminta membuat peta

konsep (concept mapping), dan pembelajarannya menggunakan model-model cooperative

learning (Zubaidah, 2014). Beberapa penelitian mengenai model Remap coople melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Prasmala (2014), Pangestuti (2014) dan Hasan (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan model Remap coople dapat meningkatkan kesadaran metakognitif siswa.

Keterampilan metakognitif sangat diperlukan untuk kesuksesan belajar. Peters (2000) berpendapat bahwa keterampilan metakognitif memungkinkan para siswa berkembang sebagai pebelajar mandiri, karena mendorong mereka menjadi manajer atas dirinya sendiri serta menjadi penilai atas pemikiran dan pembelajarannya sendiri (Corebima, 2006). Pada kenyataanya pemberdayaan keterampilan metakognitif masih sangat kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran di SMA Negeri 2 dan 9 Kota Malang, keterampilan metakognitif masih belum dikembangkan karena kurangnya pengetahuan tentang keterampilan metakognitif tersebut. Pada proses pembelajaran siswa belum mampu memonitor, mengevaluasi dan mengontrol kegiatan belajar yang dilakukan. Siswa belum memikirkan sendiri bagaimana cara belajar yang baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Keterampilan metakognitif selanjutnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Coutinho (2007) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara hasil belajar dengan metakognitif. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah. Upaya pemberdayaan keterampilan metakognitif dan hasil belajar dapat dilakukan dengan menerapkan suatu model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang terbukti berpotensi untuk menmberdayakan metakognitif dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Remap-Group Investigation (Remap GI) (Prasmala, 2013). Model pembelajaran Biologi berbasis Reading-Concept Map-Group Investigation merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan kegiatan membaca (Reading), menyusun peta konsep (Concept Mapping) serta model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

(3)

Alasan pemilihan model pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw karena kedua model tersebut memiliki beberapa keunggulan. Berdasarkan penelitian Prasmala (2013) melalui penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Remap GI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kesadaran metakognisi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Surya Buana Malang. Terkait dengan model pembelajaran Remap

Jigsaw, penelitian Suratno (2010) menunjukkan bahwa Jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan metakognisi siswa berkemampuan akademik bawah. Selain itu berdasarkan penelitian Afifuddin (2008) yang meneliti tentang perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari motivasi berprestasi siswa menunjukkan bahwa prestasi belajar Biologi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang tepat yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI) serta peningkatan motivasi berprestasi siswa.

Selama ini, penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan yang terkait dengan model pembelajaran Remap GI masih berupa penelitian tindakan kelas. Belum ada penelitian yang mengkaji tentang perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw. Padahal kajian perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar biologi siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan kedua model pembelajaran tersebut di dalam kelas. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diberi Model Pembelajaran Remap GI dengan Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang”.

II. METODE

Jenis penelitian ini termasuk komparatif dengan menggunakan pendekatan quasi

experiment. Rancangan penelitian dikembangkan dengan menggunakan rancangan komparatif

dua sampel (Sugiyono, 2009). Rancangan komparatif dua sampel ini digunakan untuk membandingkan ada atau tidaknya perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw.

Desain penelitian ini adalah pre-test post-test design. Dalam desain penelitian ini, pengamatan terhadap subjek quasi experimen dilakukan sebelum pelaksanaan manipulasi eksperimen yang disebut dengan pre-test. Setelah dilaksanakan perlakuan dilakukan kembali pengamatan terhadap subjek eksperimen yang disebut dengan post-test. Skor perbedaaan antara pre-test dan post-test diasumsikan sebagai efek dari perlakuan. Tabel 1 berikut ini merupakan desain penelitian pre-test post-test design.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA di kota Malang. Pengambilan sampel diawali dengan melakukan uji kesetaraan menggunakan Anava berdasarkan nilai UAN pada kelas IX dari semua siswa SMA di kota Malang. Berdasarkan hasil uji kesetaraaan, kemudian sampel dipilih secara acak sehingga diperoleh hasil sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 9 Malang dan kelas X

(4)

MIA 3 SMA Negeri 2 Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2014.

Tabel 1. Desain Penelitian

Subyek Pre-test Perlakuan Post-test

Kelas X-1 SMAN 9 Malang Y1 X1 Y2

Kelas X-3 SMAN 2 Malang Y3 X2 Y4

Keterangan :

Y1 dan Y3 : Soal pre-test kelas X-1 maupun X-3 Y2 dan Y4 : Soal post-test kelas X-1 maupun X-3 X1 : Model pembelajaran Remap GI X2 : Model pembelajaran Remap Jigsaw

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Remap GI dan Remap

Jigsaw, sedangkan variabel terikat yaitu keterampilan metakognitif dan hasil belajar biologi.

Data penelitian yang dikumpulkan ada dua data, yaitu data keterampilan metakognitif dan hasil belajar biologi siswa. Data keterampilan metakognitif diukur dengan cara memberikan tes tertulis berupa essay yang terintegrasi dengan tes hasil belajar kognitif. Penskoran keterampilan metakognitif diperoleh dari rubrik penskoran khusus keterampilan metakognitif yang dikembangkangkan oleh Corebima (2009). Data hasil belajar biologi siswa diperoleh dari penilaian pre test dan post test dengan menggunakan penilaian non rubrik.

Semua data yang telah diperoleh sebelum dianalisis dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji ini dilakukan untuk melihat distribusi dari data yang telah diperoleh yakni terdistribusi secara normal dan homogen atau tidak. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk Test. Uji Shapiro-Wilk Test digunakan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi dan menguji perbedaan nilai rata-rata (mean). Uji homogenitas varian menggunakan Levene’s Test of

Equality of Error Variances.

Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan analisis kovarian (kovarian) dengan bantuan program SPSS for windows 16.00. Signifikansi data yang dianalisis didasarkan pada hal-hal berikut ini.

1. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka hipotesis nol diterima, dan hipotesis penelitian ditolak 2. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Keterampilan Metakognitif Siswa yang Diberi Model Pembelajaran Remap GI dengan Siswa yang Diberi Model Pembelajaran Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang

Hasil pengukuran skor keterampilan metakognitif pada kelas Remap GI dan kelas

Remap Jigsaw melalui pre tes dan post tes menunjukkan hasil yang berbeda. Rerata nilai

keterampilan metakognitif awal pada kelas Remap GI adalah sebesar 14,83 dan nilai keterampilan metakognitif akhir sebesar 55,99. Pada kelas Remap Jigsaw rerata nilai keterampilan metakognitif awal siswa adalah sebesar 26,1 sedangkan keterampilan metakognitif akhirnya adalah 37,32. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(5)

Gambar 1. Grafik Rata-rata Skor Keterampilan Metakognitif

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis

Dependent Variable:posttest

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 8833.265a 2 4416.633 87.555 .000 Intercept 3224.374 1 3224.374 63.919 .000 pretest 1048.377 1 1048.377 20.783 .000 model 8089.800 1 8089.800 160.371 .000 Error 2824.884 56 50.444 Total 120985.963 59 Corrected Total 11658.149 58 a. R Squared = .758 (Adjusted R Squared = .749)

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan keterampilan metakognitif antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw. Hasil tersebut dapat dilihat dari perbedaan kenaikan rerata nilai keterampilan metakognitif yang dicapai pada kelas Remap GI dan kelas

Remap Jigsaw. Kenaikan rerata nilai keterampilan metakognitif yang dicapai pada kelas Remap GI adalah sebesar 277, 44%. Kenaikan rerata nilai keterampilan metakognitif siswa

pada kelas Remap Jigsaw yaitu sebesar 46,96%. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan keterampilan metakognitif yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas model pembelajaran 0,000 atau kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya ada perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw.

Keterampilan metakognitif siswa dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini strategi pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw. Model pembelajaran Biologi berbasis Remap GI dilaksanakan melalui beberapa tahap: (1) Reading, (2) pembuatan peta konsep, dan (3) pembelajaran Group Investigation pada kegiatan tatap muka. Pembelajaran dengan strategi Remap GI dan Remap Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa karena pada strategi pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan. 14,83 26,1 55,99 37,32 0 10 20 30 40 50 60

kelas Remap-GI kelas Remap-Jigsaw

sko

r

Keterampilan Metakognitif

pre tes post tes

(6)

Pada tahap pertama siswa diharuskan membaca materi yang akan dipelajari. Melalui kegiatan membaca siswa dapat mengetahui dan menguasai berbagai hal. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan tentang banyak hal mengenai kehidupan. Membaca akan meningkatkan kemampuan memahami kata dan meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan kreatifitas dan juga berkenalan dengan gagasan-gagasan baru (Endah, 2012).

Selanjutnya, pada tahap pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI). Keterampilan metakognitif dipengaruhi oleh pembelajaran kooperatif.

Pada pembelajaran kooperatif pembelajaran dilaksanakan dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut siswa memiliki kemampuan untuk melakukan investigasi (Arends, 2008). Model Group Investigation siswa bukan hanya bekerja bersama-sama, tetapi juga membantu merencanakan topik yang akan dipelajari maupun prosedur investigatif yang digunakan. Pembelajaran kooperatif mendorong terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial yang terjadi ketika dilakukan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif inilah yang mampu meningkatkan keterampilan metakognitif siswa.

Selanjunya siswa membuat peta konsep di akhir setiap bab berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Cassata dan French (2006) peta konsep dapat didefinisikan sebagai alat metakognitif (metacognitive tool) yang dapat meningkatkan pemikiran reflektif siswa tentang apa yang telah diketahui melalui representasi arti konsep dan hubungannya yang ditampilkan dalam bentuk visual. Menurut Corebima (2006) peta konsep merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberdayakan keterampilan metakognitif. Strategi metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang dilakukan. Apabila kesadaran ini terwujud maka seseorang dapat memulai pemikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajari.

Peta konsep memiliki beberapa keunggulan, Shen dan Liu (2011) merangkum keunggulan peta konsep tersebut menurut beberapa ahli sebagai berikut. Menurut Edmondson & Smith (1996), peta konsep merupakan strategi metakognitif yang efektif, karena menghubungkan konsep dalam struktur hirarki memfasilitasi pemahaman, klarifikasi dan pembetulan konsep. Doomekamp (2001) menyatakan bahwa keterampilan metakognitif siswa dapat diberdayakan dengan menggunakan alat yang dapat menggambarkan secara efektif tentang proses pemecahan masalah yaitu contohnya adalah peta konsep.

Model Jigsaw banyak melibatkan komunikasi antar siswa dalam kelompok ahli maupun dalam kelompok asal. Secara bergantian, siswa dalam kelompok ahli berperan sebagai tutor dalam kelompok asal. Model pembelajaran Jigsaw kental dengan kegiatan tutor sebaya. Dalam fungsinya sebagai tutor sebaya, dengan sendirinya siswa akan mengfungsikan keterampilan berkomunikasi dan berargumen agar pengetahuan yang dimiliki pada saat bekerja dalam kelompok ahli dapat diterima dengan jelas oleh kawannya di kelompok asal. Proses memfungsikan keterampilan berkomunikasi dan berargumen tidak terlepas dari

(7)

16,09 26,1 61,37 37,32 0 20 40 60 80

kelas Remap-GI kelas Remap-Jigsaw

Hasil Belajar Biologi

pre tes post tes

prinsip-prinsip yang terdapat dalam komponen keterampilan metakognisi yaitu merencanakan, manajemen informasi, memantau, merevisi dan mengevaluasi. Johnson & Johnson (1991) menyatakan bahwa model kooperatif Jigsaw merupakan model kooperatif yang interaksi antar siswa cukup tinggi dengan demikian menunjang berkembangnya metakognisi.

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diberi Model Pembelajaran Remap GI dengan Siswa yang Diberi Model Pembelajaran Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang

Data yang didapatkan menunjukkan perbedaan rerata nilai pada kelas Remap GI dan kelas Remap Jigsaw. Rerata nilai hasil belajar biologi awal pada siswa kelas Remap GI adalah sebesar 16,09 dan nilai hasil belajar biologi akhir sebesar 61,37. Pada kelas Remap Jigsaw rerata nilai hasil belajar biologi awal siswa adalah sebesar 26,10 sedangkan hasil belajar biologi akhirnya adalah 37,32. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Rata-rata Skor Hasil Belajar Biologi Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Postest Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 9925,684a 2 4962,842 90,287 ,000 Intercept 3996,244 1 3996,244 72,702 ,000 Pretest 1514,902 1 1514,902 27,560 ,000 Model 9027,727 1 9027,727 164,239 ,000 Error 3078,160 56 54,967 Total 148478,763 59 Corrected Total 13003,845 58

a. R Squared = ,763 (Adjusted R Squared = ,755)

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw. Hasil tersebut dapat dilihat dari perbedaan kenaikan rerata nilai hasil belajar biologi yang dicapai pada kelas Remap GI dan kelas Remap Jigsaw. Kenaikan rerata nilai hasil belajar biologi yang dicapai pada kelas Remap GI adalah sebesar 281,42%. Sedangkan kenaikan rerata nilai hasil belajar biologi siswa pada kelas Remap Jigsaw sebesar

(8)

42,99%. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dan Remap Jigsaw. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas model pembelajaran 0,000 atau kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya ada perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa rerata nilai hasil belajar Biologi siswa dengan model Remap GI lebih baik jika dibandingkan model pembelajaran Remap Jigsaw.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Afifuddin (2008) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) paling efektif atau paling baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar kognitifnya. Pada tahap awal, sebelum dilakukannya kegiatan pembelajaran di kelas, guru menugaskan siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari oleh siswa pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Menurut Mary Leonhard (2001), anak yang gemar membaca adalah anak senantiasa unggul di kelas dan unggul di dalam ujian. Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa semakin meningkat aktivitas membaca, akan semakin meningkat pula prestasi belajar yang dimiliki siswa. Prestasi belajar siswa dimungkinkan dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat membaca siswa di perpustakaan sekolah (Prabantantyo, 2012).

Kegiatan pembelajaran lain yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang dilaksanakan melalui pembelajaran kooperatif. Pendapat tersebut diperkuat pula oleh Arends (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya pada tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, mengembangkan penerimaan terhadap keberagaman, dan mengembangkan keterampilan sosial. Hal ini dikarenakan, peta konsep adalah alat atau cara yang dapat digunakan untuk mengorganisir dan mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa (Novak, 2008). Dengan demikian, sangatlah mungkin apabila melalui kegiatan membaca dan menyusun peta konsep hasil belajar kognitif siswa akan meningkat.

Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI) dalam pembelajaran Biologi akan mampu mengembangkan proses berpikir siswa untuk lebih aktif menguasai dan mendalami kompetensi yang harus dikuasai dan yang menjadi tanggung jawabnya, karena prinsip pembelajaran kooperatif menekankan pada siswa secara kooperatif menguasai dan mendalami materi pelajaran tertentu yang selanjutnya antar siswa saling mengajar satu sama lainnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI) akan dapat mengoptimalkan siswa dalam mencapai prestasi belajar biologi. (Afifuddin, 2008).

(9)

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan keterampilan metakognitif antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang, dan menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar biologi antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran Remap Jigsaw di SMA Negeri Kota Malang.

V. DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, N. 2008. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Group

Investigation (GI) Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa.

Tesis. Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. (Online) (http://eprints.uns.ac.id/7792/1/104300510200909431.pdf), diakses tanggal 23 Maret 2015. Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cassata A.E & Lucia French. 2006. Using Concept Mapping to Facilitate Metacognitive Control in

Preschool Children. Concept Map: Theory, Methodology, Thecnology Procedure of The Second International Conference on Concept Mapping A. J. Canas., J.D. Novak. Eds San

Jose, Costa Rica.

Corebima, A. D. 2009. Metacognitive Skills Measurement Integrated in Achievement Test. Makalah disajikan dalan Third International Conference on Science and Mathematics Education (CosMEd). Malaysia. 10-12 November.

Corebima, A.D. 2006. Pengertian Metakognisi. Makalah pada pelatihan strategi metakognitif pada pembelajaran Biologi untuk guru-guru Biologi SMA di kota Palangkaraya. 23 Agustus 2006. Coutinho, S.A. 2007. The Relationship Between Goal, Metacognition, and Academic Succes.

Northern Illinois University, USA: Educate, 7(1):39-47.

Endah, K. 2012. Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Pendekatan Pakem Siswa

Kelas I Sd Jomblangan Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Universitas

Negeri Yogyakarta.

Howard, J.B. 2004. Metacognitif Inquiry. School of Education Elon University (online) (http://www.ncsall.net/fileadmin/resource/ann_rev/rall_v5_ch7_supp.pdf), diakses tanggal 18 Maret 2015.

Johnson, D.W., and Johnson, R.T.1991. Cooperative Learning Lesson Structure. Edina MN: Interaction Book Company.

Livingston, J. A. 1997. Metacognition: An Overview, (Online) (http://www.gse.bufallo.edu /fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses tanggal 18 Maret 2015.

Novak, J. D dan Canas, J. A. 2008. The Theory Underlying Concepts Maps and How to Construct and

Use Them. Technical Report IHMC CmapTools 2006-01 Rev 01-2008

Prabantantyo, N. K. 2012. Korelasi Minat Membaca di Perpustakaan Sekolah dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas IV SD Di Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Skripsi, Universitas

Negeri Yogyakarta.

Prasmala, E. R. 2014. Penerapan Model Reading Concept Map Grup Investigation (GI) untuk

Meningkatkan Minat Baca, Kemampuan Berpikir Kritis, Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas X SMA Surya Buana Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:

PPS UM.

Shen, C.Y. and Liu, H.C. Metacognitive Skills Development: A Web-Based Approach In Higher Education. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology-April 2011, volume 10 Issue 2.

(10)

Suratno, S. 2010. Pemberdayaan Keterampilan Metakognisi Siswa dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw-Reciprocal Teaching (JIRAT). Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 17, No 2.

Zubaidah, S. 2014. Pemberdayaan Keterampilan Penemuan Dalam Scientific Approach Melalui

Pembelajaran Berbasis Remap Coople. Makalah disajikan pada Seminar Nasional XI bertema

Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya di Universitas Sebelas Maret pada tanggal 7 Juni 2014.

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis  Dependent Variable:posttest

Referensi

Dokumen terkait

Timbulnya penyakit genetik mungkin dapat dideteksi berdasarkan adanya resiko dari anggota keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut terutama pada kondisi

Pengertian Bahan Tambahan Pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau

Perbedaan persepsi belajar biologi siswa SMP Negeri 2 Kabupaten Aceh Tamiang pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yang dibelajarkan dengan

Sasaran pertama adalah terwujudnya atraksi wisata yang bersaing sesuai dengan etika dan kesejahteraan satwa. Program yang menunjang keberhasilan sasaran tersebut

bottom-up dan partisipatif untuk komunitas buruh, tani, nelayan, dan kaum marginal di perkotaan maupun pedesaan; 3) Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk

seorang wanita dari kalangan manusia yang juga bukan manusia „biasa‟. To - manurung tidak meminta untuk dikawinkan, tetapi “dipaksa” untuk kawin oleh orang

ABSTRAK Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Sundosari Pratiwi NIM:

Anak perlu menjadi seorang ‘aktor moral’ daripada hanya sekedar menjadi pembicara moral (Ryan &amp; Bohlin, 2014). Berkaitan dengan hal tersebut, permainan boy-boyan menjadi