• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR

1.1. Latar Belakang

Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat baik itu di dalam penyediaan fasilitas umum di bidang transportasi seperti penyediaan tempat duduk khusus di kereta api, pesawat, bis dan lain-lain. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah inklusi, penyediaan alat bantu penunjang pembelajaran dan juga penyelenggaraan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk memberikan bekal kepada mereka dalam menghadapi masa depan nanti. Di samping itu dalam pemilihan umum baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden yang dilaksanakan baru-baru ini pun kemudahan itu diberikan oleh pemerintah.

Penyediaan sarana prasarana penunjang oleh pemerintah untuk memudahkan mereka dalam bergerak dan berinteraksi itu bukan hal utama dalam menumbuhkan rasa kemandirian mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Tandon yang dikutip Komardjaja (2012) yang menyatakan, “The force of change is inside oneself; outsiders can only provide „enabling conditions‟. No more.” Pemerintah dan masyarakat sekitar mungkinlah bisa secara kooperatif membantu mengatasi permasalahan mereka dan

(2)

memenuhi Hak Asasi mereka namun sebenarnya penyandang cacat itu sendirilah yang harus bangkit dan mempunyai keinginan kuat untuk berkembang, tidak hanya berdiam diri dan menunggu bantuan, atau malah menyalahkan keadaan yang tidak pernah berkooperatif terhadap kondisi mereka.

Ada beberapa kegiatan yang menurut peneliti bisa berperan dalam membentuk kemandirian dalam pencapaian ketahanan pribadi bagi penyandang cacat, salah satunya dengan mengikuti pendidikan dan kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan adalah pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga yang bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter peserta didik (Melinda, 2013: 2). Kegiatan pramuka dilaksanakan di alam terbuka yang dirasakan oleh peserta didik sangat menyenangkan, menarik, tidak menjemukan, bukan bersifat paksaan. Jelasnya kegiatan pramuka bersifat rekreatif, edukatif, sehingga dapat mengembangkan kemantapan fisik, mental, emosi, sosial, pengetahuan, keterampilan dan spiritual. Berdasarkan uraian tersebut maka kegiatan pramuka dapat diberikan kepada anak luar biasa untuk mengembangkan fisik, mental, emosi, sosial, dan tingkah lakunya, pengetahuan dan serta keterampilannya.

Dalam kepramukaan pada hakikatnya peserta didik tidak hanya diperankan sebagai obyek pendidikan, tetapi justru lebih banyak diperankan sebagai subyek pendidikan yang dinamis. Gerakan pramuka

(3)

mampu membawa anak menjadi disiplin, tanggung jawab, dan mandiri. Dengan demikian dalam kepramukaan sebenarnya peserta didik sendirilah yang berperan aktif dalam proses kegiatan sehingga dapat dikatakan yang menjadi “pendidik” dalam kepramukaan adalah peserta didik sendiri. Pada suatu kegiatan Pembina Pramuka berperan sebagai pembimbing, pendamping dan fasilitator yang dengan rajinnya memberikan motivasi dan memberikan stimulasi (rangsangan) atas munculnya konsep kegiatan, yang dilengkapi dengan metode apa yang paling tepat untuk melaksanakan kegiatan tersebut, sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut sepenuhnya peserta didik sendiri yang berperan aktif.

Untuk dapat melibatkan langsung peserta didik secara penuh dalam kegiatan hingga mereka dapat memerankan diri sebagai subyek pendidikan, Pembina Pramuka hendaknya melibatkan langsung peserta didik dalam menciptakan kegiatan tersebut, karena kegiatan yang menarik bagi perserta didik adalah kegiatan yang sesuai dengan aspirasi peserta didik itu sendiri, tentang menantang atau tidaknya suatu kegiatan itupun mereka tentukan sendiri, bukan oleh Pembina, sehingga dengan peran peserta didik yang dianggap sebagai subyek pendidikan disini diharapkan akan menumbuhkan semangat dalam mewujudkan kemandirian bagi mereka. Selain itu pembina pramuka wajib juga menggunakan Sistem Among dalam prinsip-prinsip kepemimpinan dalam membina peserta didik. Dalam hal ini Soemaryoto (1987) dalam bukunya Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka menyampaikan bahwa seorang Pembina

(4)

pramuka harus Ing Ngarsa Sung Tulodho yaitu memberi teladan di depan, Ing Madya Mangun Karsa yaitu di tengah-tengah membangun kemauan dan Tut Wuri Handayani yaitu memberi daya atau dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

Hal ini sangat menarik untuk memberikan perhatian lebih mendalam, peneliti melihat bahwa pramuka merupakan satu-satunya organisasi pemerintah yang mempunyai landasan hukum yang jelas lewat Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa interest atau ketertarikan peserta didik baik di jenjang SD, SMP dan SMA saat ini berkurang, berbeda sekali dengan kondisi yang pernah peneliti alami dulu waktu masih belajar pada jenjang tersebut. Program kegiatan kepramukaan juga sangat menarik, menantang dan menyenangkan apalagi setelah pemberlakuan kurikulum 2013 kegiatan kepramukaan diwajibkan di sekolah, dimana harapan penyusun kurikulum untuk menjadikan pelatihan kepramukaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengembangkan karakter siswa (Forum Mangunwijaya, 2013 : 191). Ini sangat dilematis di satu sisi pramuka diberikan legalitas dalam menjalankan kegiatannya akan tetapi di sisi lain minat dari para peserta didik berkurang.

Melihat kondisi demikian ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap efektivitas kegiatan kepramukaan dengan obyek penelitian bukan siswa pada umumnya melainkan lebih peneliti khususkan ke siswa penyandang cacat tunanetra

(5)

di Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Penelitian ini sengaja peneliti fokuskan ke penyandang tunanetra, karena peneliti memandang bahwa penyandang tunanetra mempunyai keterbatasan penglihatan dimana dalam kesehariannya dia tidak bisa berinteraksi mengandalkan indera penglihatannya, oleh sebab itu harus ada yang membantu dalam proses interaksinya, selain itu mereka juga mengandalkan indera yang lain dalam menunjang interaksinya terhadap orang lain sehingga jika dikaitkan dengan kegiatan kepramukaan dimana di dalamnya juga ada penanaman kemandirian siswa harapannya ketahanan pribadi para penyandang tuna netra menjadi kuat, alasan inilah yang membuat peneliti mengambil judul ini. Selain berdasarkan hal itu alasan peneliti mengambil tempat di wilayah tersebut dikarenakan di Kecamatan Mantrijeron di Tahun 2013 mendapatkan piagam penghargaan sebagai Kwartir Tergiat ke 2 se Kota Yogyakarta dan ini memberikan daya tarik dan apresiasi tersendiri bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut.

Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi terhadap kegiatan kepramukaan yang ada baik di daerah maupun tingkat nasional serta bisa menjadi acuan para pengambil kebijakan tentang perlunya menanamkan kemandirian kepada para siswa tunanetra di samping untuk bekal mereka di masa depan juga untuk membentuk ketahanan pribadi mereka.

(6)

1.2. Permasalahan Penelitian

Di dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yang mana dari masalah-masalah tersebut nantinya muncul pembahasan hasil penelitian yang lebih terarah dengan judul yang telah peneliti ambil. Beberapa masalah tersebut yaitu :

1. Bagaimana efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa?

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait dengan efektivitas kegiatan kepramukaan memang sudah ada beberapa peneliti yang mengkaji terlebih dahulu namun sejauh yang diketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan kemandirian siswa penyandang tuna netra. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan baik di dalam maupun luar negeri terkait efektivitas kegiatan kepramukaan adalah :

1. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta

(7)

(Suparmi, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suparmi adalah untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta dalam membentuk kepribadian muslim peserta didiknya, sehingga yang ditekankan dalam penelitian ini adalah keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler dan memfokuskan pada pembentukan kepribadian, sedangkan peneliti lebih mengkhususkan pada kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta.

2. Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta (Sya’idah, 2010). Penelitian ini lebih menekankan pada kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler rohis dalam membentuk akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta, sedangkan yang peneliti teliti adalah kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta.

3. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam di MAN Wates I Kulonprogo (Hidayah, 2011). Pada penelitiannya, Nurul ingin mengevaluasi apakah efektif kegiatan pramuka yang ada di MAN Wates I Kulonprogo dalam menanamkan nilai-nilai agama islam kepada peserta didiknya.

4. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun

(8)

Pelajaran 2011/2012 (Lestari, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Kudus tahun pelajaran 2011/2012, sehingga bukan efektifitas dari kegiatan kepramukaan yang menjadi stimulator dalam meningkatkan kemandirian dan ini berbeda dengan yang peneliti teliti yang mana lebih memfokuskan kegiatan kepramukaan sebagai stimulator dalam meningkatkan kemandirian.

5. Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta (Amalia, 2012). Dalam efektivitas kegiatan kepramukaan yang telah ditelitinya, Amalia Indah lebih memfokuskan kepada pembentukan karakter kewarganegaraan siswa Pramuka Penggalang di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta, dan ini sangat berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti yang mana lebih memfokuskan pada pembentukan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam.

(9)

9

NO JUDUL PENULIS DAERAH

PENELITIAN

OBYEK

PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN METODE

1 Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan

Kepribadian

Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Suparmi, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2008 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta

Untuk mengetahui efektifitas kegiatan ekstrakurikuler dalam pembentukan kepribadian muslim bagi siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta.

Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 2 Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta Sya’idah, Mahasiswa S1 Universitas Syarif Hidayatullah Tahun 2010 SMA Negeri 29 Jakarta Siswa Putri Di SMA Negeri 29 Jakarta

Untuk mengetahui efektivitas kegiatan keputrian pada ektrakurikuler rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta.

Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 3 Efektifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam Di MAN Wates 1 Kulon Progo Nurul Hidayah, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Yogyakarta Tahun 2011 MAN Wates 1 Kulon Progo Siswa Di MAN Wates 1 Kulon Progo

Untuk mendiskripsikan dan menganalisis serta mengetahui tingkat efektivitas penanaman nilai-nilai agama islam dalam kegiatan ekstrakurikuler

pramuka di MAN Wates I Kulon Progo di MAN Wates I Kulon

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berjenis kualitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

(10)

Progo. dokumentasi,

wawancara dan angket 4 Efektivitas Layanan

Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Ester Lestari T, Mahasiswa S1 Universitas PGRI Semarang Tahun 2011 SMA Masehi Kudus Semarang Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012

Untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan

kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.

Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 5 Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta) Indah Amalia Murrokhamah, Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Tahun 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta

Untuk mengetahui bentuk kegiatan pramuka yang dapat diimplementasikan untuk menumbuhkan karakter

kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta, selain itu juga untuk mengetahui

efektivitas kepramukaan dalam menumbuhkan karakter

kewarganegaraan siswa, mengetahui faktor-faktor

pendukung dan kendala-kendala yang ditemui pembina pramuka

Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa, tempat atau lokasi dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

(11)

(Sumber : Rangkuman Pribadi Adham Ardian Noor, 2014)

dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta.

(12)

9

Perbedaan semua judul penelitian di atas dengan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini terletak pada fokus dan lokus penelitian. Tidak ada satupun dari penelitian yang membahas persoalan kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra kaitannya dengan ketahanan pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari situlah peneliti memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini, yang diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam membentuk ketahanan pribadi penyandang tunanetra di masa depan, selain itu juga sekaligus dalam rangka menyelesaikan tesis di Progran Studi Ketahanan Nasional.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa.

(13)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak yang terkait baik itu masyarakat umum maupun para pengambil kebijakan agar dapat digunakan menjadi pedoman dalam rangka pengambilan ataupun penyempurnaan berbagai kebijakan yang menyangkut efektivitas kegiatan kepramukaan dalam mewujudkan kemandirian siswa tuna netra sehingga lebih sesuai tujuan dan tepat sasaran.

2. Sebagai bahan masukan dan koreksi terhadap kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan kepramukaan bagi penyandang cacat tunanetra dalam mewujudkan kemandirian mereka.

3. Secara teoritis akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan serta menjadi dasar penelusuran lebih lanjut secara lebih mendalam khususnya pada kegiatan-kegiatan kepramukaan penyandang cacat tunanetra.

Referensi

Dokumen terkait

mengharuskan siswa SD belajar secara.. Hal ini akan berdampak pada siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa asing dalam komunikasi

Setelah cedera lebih ditekankan, misalnya terintrusi, ekstrusi, dan gigi lateral luxated, baik nekrosis pulpa dan pemusnahan pulpa yang ditemui lebih sering (Andreasen

Hasil uji beda rerata didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata yang signifikan antara instrumen pengetahuan siswa tentang UKS tipe multiple choice

Jika suatu plot tidak dapat diukur karena alasan keselamatan seperti misalnya plot memiliki kemiringan ekstrim, terdapat cabang pohon yang menggantung, atau plot berada di daerah

1) Kategori dharuriyat dalam memelihara akal yaitu seperti pemenuhan kebutuhan sandang manusia berupa makanan dan minuman, guna mempertahankan hidup. Dengan

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses

Saat orang Nias datang kota Padang sudah memiliki pola pemerintahan tradisional, yakni suatu kaum atau suku yang akan mendiami daerah tertentu dan dikepalai oleh

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model