• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS III KECAMATAN BUSUNGBIU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS III KECAMATAN BUSUNGBIU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN CD

INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SD GUGUS III KECAMATAN BUSUNGBIU

Kd. Anggun Ilhami

1

, I Kt. Dibia

2

, Pt. Nanci Riastini

3

1,2,3

Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ang_anggun@ymail.com

1

, dibiabhs@yahoo.co.id

2

,

chem_currie@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 8 kelas. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SD N 3 Bengkel dengan jumlah siswa 32 orang dan kelas V SD N 3 Umejero dengan jumlah siswa 27 orang, yang ditentukan dengan teknik random sampling. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes hasil belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t sample independent). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, dengan nilai thitung sebesar 6,25 dan ttab = 2,000. Artinya, thitung lebih besar dari ttab.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: CD Interaktif, hasil belajar, pembelajaran kuantum Abstract

The aim of the research is determine the differences of the science learning result among students who learnt by using quantum teaching based on Interactive CD and students who learnt by using conventional teaching in fifth grade elementary school students in cluster III Busungbiu district in 2013/2014 school year. The research was quasi experiment with post test only control group design. The population was fifth grade in cluster III Busungbiu district in 2013/2014 school year which consists of 8 classes. The sample of this research were fifth grade students in SD N 3 Bengkel which consisted of 32 students and fifth grade students in SD N 3 Umejero which consisted of 27 students, involved by random sampling technique. The instrument of this research is test. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistic (t-test). The result of the analyses showed that there were differences of the science learning result among students who learnt by using quantum teaching based on Interactive CD and students who learnt by using conventional teaching, with the value of tcount = 6,25 and

ttabel = 2,000. That’s mean tcount greater than ttable (tcount > ttable). Based on the result, can be

concluded that quantum teaching based on Interactive CD influence the science learning result in fifth grade cluster III Busungbiu distric in 2013/2014 school year.

(2)

PENDAHULUAN

IPA yang sering disebut dengan pendidikan sains, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Menurut Trianto (2012:136), “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. Artinya, IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengamatan yang tepat menggunakan langkah-langkah atau prosedur yang berupa metode ilmiah. Dalam hal ini, IPA tidak hanya dikatakan sebagai sekumpulan pengetahuan saja tetapi juga sebagai suatu proses penemuan dan sikap ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka IPA diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut yaitu IPA sebagai produk, proses, dan sikap (Susanto, 2013). IPA sebagai produk berkaitan dengan kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA (Sudana, dkk., 2010). Untuk memperolehnya, dibutuhkan proses dan prosedur dalam menemukan fakta dan teori yang akan dijelaskan. Proses tersebut didasari oleh sikap ilmiah.

Menurut Susanto (2013:170), “pembelajaran IPA di sekolah dasar seharusnya dilakukan dengan penyelidikan-penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA”. Artinya, pembelajaran IPA dilakukan melalui kegiatan penyelidikan atau praktikum sederhana agar siswa memperoleh pengalaman langsung untuk menemukan sendiri konsep IPA. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan sikap ilmiahnya.

Namun kenyataannya, proses pembelajaran IPA yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan ketiga dimensi IPA. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi oleh guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007). Artinya, pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, tanpa memahami proses informasi tersebut diperoleh. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar IPA, terutama ranah kognitif.

Kenyataan serupa pada pembelajaran IPA juga terjadi di sekolah dasar. Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan di kelas V SD gugus III Kecamatan Busungbiu pada tanggal 29-30 Nopember 2013, didapatkan rata-rata nilai ulangan IPA tengah semester sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Tengah Semester IPA Siswa Kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu

No. Nama Sekolah Nilai Standar Minimal

Nilai Rata-Rata IPA Kelas V 1 SD N 1 Bengkel 64 62,67 2 SD N 2 Bengkel 66 64,77 3 SD N 3 Bengkel 66 66,00 4 SD N 1 Umejero 66 64,55 5 SD N 2 Umejero 66 55,85 6 SD N 3 Umejero 66 65,56 7 SD N 1 Pelapuan 70 65,00 8 SD N 2 Pelapuan 65 63,64

(Sumber: dokumen Guru Mata Pelajaran IPA SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, 2013)

(3)

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ketuntasan belajar IPA di Gugus III Kecamatan Busungbiu hanya mencapai 12,5 %. Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tersebut berada pada kategori sangat rendah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 29-30 Nopember 2013, terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Busungbiu. Pertama, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga pengetahuan siswa tentang IPA bersifat verbal. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat informasi sesuai perintah guru, sehingga siswa menjadi pintar menghafal pengetahuan tanpa memahaminya. Kedua, guru kurang memberikan penguatan kepada siswa. Penguatan yang dimaksud berkaitan dengan respon yang diberikan oleh guru kepada siswa ketika siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti menyampaikan pendapat maupun menjawab pertanyaan guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Ketiga, kurangnya pemanfaatan sarana dan

prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Guru hanya menggunakan buku paket dan buku LKS sebagai sumber belajar, sehingga guru jarang memperlihatkan fenomena nyata atau media yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Hal ini membuat siswa kurang memahami materi pelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar kognitif IPA yang rendah.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan suatu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif siswa. Salah satu solusi yang tepat adalah menggunakan pembelajaran kuantum dengan media CD Interaktif. Pembelajaran kuantum itu sendiri menurut DePorter, dkk (2010:34) adalah:

penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran kuantum merupakan rancangan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dengan nuansa lingkungan belajar yang nyaman. Langkah-langkah pembelajaran kuantum dikenal dengan “TANDUR” yang merupakan kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alamai, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Pembelajaran ini bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” (DePorter, dkk., 2010:34). Maknanya, sebagai langkah pertama yang perlu dilakukan oleh pendidik adalah memasuki dunia siswa. Untuk memasukinya, guru harus menggali apa yang telah diketahui siswa dan apa yang ingin siswa ketahui, sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan apa yang dikehendaki siswa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memasuki dunia siswa adalah melakukan pembelajaran kuantum dengan bantuan media CD Interaktif. Rinjani (2013) mengemukakan bahwa CD Interaktif merupakan salah satu produk berbasis TIK yang dimanfaatkan sebagai media interaktif. Media ini memiliki kelebihan dalam visualisasi, animasi, content, serta interaksifitas sehingga orang yang melihat akan bisa merasakan dan berinteraksi langsung dengan informasi yang ingin disampaikan. Penggunaan media pembelajaran ini dirasa mampu membangkitkan minat, motivasi, dan merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, media ini juga membantu menggambarkan secara nyata fenomena atau benda aslinya. Hal ini akan meningkatkan pemahaman siswa dan penyajian materi menjadi lebih menarik, sehingga hasil belajar siswa menjadi maksimal.

Pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa dengan menggunakan CD Interaktif sebagai

(4)

medianya. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah cahaya. Contoh pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dengan materi cahaya adalah sebagai berikut.

Pada tahap tumbuhkan, guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menekankan manfaat materi pembelajaran, dan menampilkan CD Interaktif. Pada tahap alami, guru mengajukan permasalahan yang akan di bahas kepada siswa, misalnya, “mengapa cahaya yang melewati pepohonan terlihat seperti batang putih yang lurus?”. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Untuk membuktikan apakah jawaban siswa benar atau salah, pada tahap ini siswa diberikan kesempatan melakukan suatu pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa adalah untuk membuktikan sifat cahaya merambat lurus. Pada tahap namai, guru memberikan beberapa kata kunci tentang konsep materi yang dipelajari misalnya “sifat-sifat cahaya” dan “cahaya merambat lurus”. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dan konsep materi yang diperoleh melalui kata kunci yang diberikan oleh guru. Pada tahap demonstrasikan, siswa mendemonstrasikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa lainnya saling memberikan pendapat sesuai dengan hasil pengamatan masing-masing. Pada tahap ulangi, guru melakukan pengulangan materi dengan menampilkan CD Interaktif. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang lebih kompleks kepada siswa, misalnya, “apakah yang akan terjadi apabila satu dari tiga buah karton berlubang yang diletakkan sejajar dan disinari lampu senter digeser posisinya?”. Setelah siswa menjawab pertanyaan tersebut, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas berupa PR kepada siswa. Pada tahap rayakan, guru memberikan penghargaan atau hadiah untuk merayakan keberhasilan siswa atau kelompok yang telah berusaha dalam belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini tergolong quasi experiment karena tidak semua variabel

(gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dalam penelitian ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian dilaksanakan di SD Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng pada rentangan waktu semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang dimulai dari bulan Maret sampai April 2014.

Menurut Agung (2011:45), “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V SD yang ada di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng yang berjumlah 8 kelas. Untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar IPA siswa kelas V di masing-masing sekolah dasar tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan menggunakan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, didapatkan nilai Fhitung sebesar 1,84. Nilai Ftabel pada dbA

= 7, dan dbdalam = 164 sebesar 2,07.

Artinya, Ftab > Fhit sehingga Ho diterima.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng adalah setara.

Menurut Arikunto (2006:131), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random

sampling tetapi yang dirandom adalah

kelas. Dari delapan sekolah dasar yang ada di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, dilakukan pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil undian tahap pertama, diperoleh sampel yaitu kelas V SD N 3 Bengkel dengan jumlah siswa 32 orang dan siswa kelas V SD N 3 Umejero dengan

(5)

jumlah siswa 27 orang. Selanjutnya, untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan undian tahap kedua. Melalui proses pengundian tersebut, diperoleh kelas V SD N 3 Bengkel sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD N 3 Umejero sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (pembelajaran konvensional).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control

group design. Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

R X O1 R O2 (Sumber : Setyosari, 2012:179) Keterangan:

X = Perlakuan berupa pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif O1 = Post-test pada kelompok eksperimen

(hasil belajar IPA)

O2 = Post-test pada kelompok kontrol (hasil

belajar IPA)

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Melakukan uji kesetaran pada populasi dengan menggunakan uji anava. Setelah diperoleh kesetaraan, dilakukan teknik pengundian untuk menentukan sampel. Dari sampel tersebut dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, yaitu: menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. (3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu menyiapkan tes hasil belajar sesuai dengan materi yang dikaji dan menyiapkan kunci jawaban tes yang akan digunakan. (4) Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian dengan dosen IPA, kemudian menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda

instrumen tersebut. (5) Memberikan perlakuan pembelajaran terhadap kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. (6) Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan setelah perlakuan pembelajaran. (7) Melakukan analisis data hasil belajar sesuai data yang diperoleh. (8) Menyusun laporan penelitian.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data tentang hasil belajar IPA adalah tes objektif, dimana butir pertanyaannya berjumlah 25 soal. Setiap item diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah skor tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Rentang skor yang mungkin diperoleh siswa adalah 0-25. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 25 merupakan skor maksimal ideal hasil belajar.

Arikunto (2003) mengemukakan bahwa, suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. Sebelum tes disebarkan kepada siswa, maka tes yang dibuat diuji terlebih dahulu melalui validasi pakar. Setelah direvisi, instrumen diujicobakan di lapangan. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, berupa mean, median, modus, dan rentang data. Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk kurva polygon. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t (polled varians) dengan rumus sebagai berikut.

(6)

(1) 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 t n n n n s n s n n x x (Sumber : Sugiyono, 2011:197)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 18,66 12,22

Median (Md) 19,5 11,71

Modus (Mo) 20,36 10,64

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan kata lain, kurva pada kelompok eksperimen adalah kurva juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Kurva tersebut dapat disajikan pada gambar di bawah ini.

Selanjutnya, pada kelompok kontrol, modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, kurva pada kelompok kontrol adalah kurva juling positif. Artinya, sebagian besar skor cenderung rendah. Kurva tersebut dapat disajikan pada gambar berikut ini.

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol terdistribusi normal dan homogen. Uji prasyarat dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji-t (polled

varians) dengan kriteria H0 ditolak jika thitung>ttabel. Ringkasan hasil uji hipotesis

dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 2. Kurva Polygon Kelompok Kontrol

Gambar 1. Kurva Polygon Kelompok Eksperimen

(7)

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji-t

Kelompok N db Mean ( X ) s2 thitung ttab

Eksperimen 32

57 18,66 14,87 6,25 2,000

Kontrol 27 12,22 15,56

Berdasarkan tabel rangkuman analisis di atas, dapat diketahui thitung = 6,25 dan ttabel

= 2,000 untuk db = 57 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena thitung > ttabel maka H0

ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Hasil analisis data hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif adalah 18,66 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 12,22. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 6,25

dan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,000.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung >

ttabel), sehingga hasil penelitian adalah

signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif menekankan berbagai interaksi dalam proses pembelajaran melalui langkah-langkah, yaitu: tumbuhkan, alami, namai, demontrasikan, ulangi, dan rayakan. Pada tahap tumbuhkan, guru menggunakan CD Interaktif sebagai media sehingga dengan tampilan audiovisual yang menarik dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Hal tersebut membuat siswa lebih memperhatikan materi yang disampaikan. Pada tahap alami, guru memberi permasalahan yang berkaitan dengan konteks kehidupan nyata tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, siswa diberikan kesempatan menggali pengetahuannya melalui pengamatan secara langsung sehingga siswa dapat memahami informasi yang diperoleh. Pada tahap namai, guru memberikan beberapa kata kunci tentang konsep materi yang dipelajari siswa. Melalui kata kunci tersebut, siswa dapat mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan dan konsep materi yang diperoleh. Pada tahap demontrasikan, siswa dapat memperagakan atau mengaplikasikan hasil kontruksi pengetahuan melalui kegiatan demontrasi. Manfaat yang didapatkan yaitu siswa diberikan kesempatan mempraktikkan pengetahuan yang telah didapatkan dari kegiatan pengamatan yang dilakukan. Pada tahap ulangi, guru melakukan pengulangan materi dengan menampilkan CD Interaktif dan memberikan permasalahan yang lebih kompleks sehingga pengetahuan yang

(8)

diperoleh siswa menjadi lebih melekat dalam memori (pikiran) siswa. Pada tahap

rayakan, guru mengadakan perayaan bagi

siswa agar mendorong siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Perayaan tersebut bermanfaat untuk mengajarkan siswa mengenai motivasi belajar, kesuksesan, dan langkah menuju kemenangan. Pujian yang didapatkan mendorong siswa untuk tetap bersemangat dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Temuan di atas didukung oleh pendapat Thobroni & Mustofa (2012), yang menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran kuantum bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Dengan suasana yang demikian, guru dan siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan baik.

Kedua, pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif sesuai dengan karakteristik IPA yang selalu berhubungan dengan suatu proses penemuan. Artinya, siswa bertanggung jawab untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman di dalam benaknya. Dengan demikian kegiatan belajar berpusat pada siswa, sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik. Pendapat di atas didukung oleh pendapat Trianto (2009) bahwa menurut teori konstruktivisme, salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Ketiga, penggunaan CD Interaktif

sebagai media dalam pembelajaran kuantum membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Media mampu menciptakan pembelajaran menjadi kontekstual, sehingga siswa lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Dengan demikian, media CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Temuan ini didukung oleh pendapat Rusman, dkk (2012) yang menyatakan

bahwa CD interaktif dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hasanah, dkk (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum

teknik market dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan test pada pra siklus I, antara pra siklus I dengan siklus I menunjukkan adanya peningkatan kreativitas hasil belajar sebesar 10%, sedangkan pada siklus I dan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan sebesar 13%. Selanjutnya berkaitan dengan hasil belajar, rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pra siklus I hanya mencapai 5,9, meningkat pada siklus I menjadi 7,2, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 8,5. Peningkatan tersebut dikarenakan model pembelajaran kuantum teknik market

mampu membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian berpendapat siswa dalam berinteraksi. Siswa yang awalnya pasif tampak mulai menunjukkan keberanian dalam berpendapat dan cenderung berperilaku lebih berani mengambil resiko walaupun jawabannya salah. Selain itu, peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa juga tidak terlepas dari tampilan peneliti yang secara kualitas maupun kuantitas selalu memfasilitasi media pembelajaran, menata ruang yang menunjukkan nuansa meriah sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

Penelitian mengenai CD Interaktif telah dilakukan oleh Suardani, dkk (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar IPA menggunakan media CD interaktif berbatuan LKS dan kelompok siswa yang belajar IPA secara konvensional. Rata-rata skor motivasi belajar siswa yang belajar IPA menggunakan media CD interaktif berbantuan LKS yakni 159,63 (berada pada kategori sangat tinggi), dan rata-rata skor motivasi belajar siswa yang belajar IPA menggunakan model pembelajaran konvensional yakni 117,34 (berada pada kategori sedang). Selanjutnya, rata-rata skor hasil belajar siswa yang belajar IPA

(9)

menggunakan media CD interaktif berbantuan LKS yakni 33,58 (berada pada kategori sangat tinggi) dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang belajar IPA menggunakan model pembelajaran konvensional yakni 17,29 (berada pada kategori sedang). Perbedaan yang signifikan tersebut dikarenakan penggunaan media CD interaktif berbatuan LKS memiliki keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Dengan demikian, siswa dapat menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik. Disamping itu, penggunaan LKS juga dapat menunjang proses belajar mengajar. Dengan LKS, siswa dapat mengolah sendiri pesan atau materi melalui pengarahan dari guru. Oleh sebab itu penggunaan CD Interaktif dan LKS sangat membantu guru dalam upaya meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Dengan demikian, pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian di atas, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Perbedaan ini ditinjau dari nilai

rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif adalah 18,66 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 12,22 (

X

eksperimen >

X

kontrol.). Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 6,25, sedangkan

ttab dengan db = 57 pada taraf signifikansi

5% adalah 2,000. Hal ini berarti, thit lebih

besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tersebut, beberapa saran yang dapat diajukan guna peningkatan kualitas pembelajaran di SD adalah siswa-siswa SD agar selalu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman yang ditemukan sendiri, guru hendaknya lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan cara memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakter siswa, dan kepada peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran kuantum berbantuan CD Interaktif dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

(10)

---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Deporter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum

Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Terjemahan Ary Nilandari. Quantum

Teaching: Orchestrating Student Success. Bandung: Kaifa.

Hasanah, Fatimatul, dkk. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Teknik

Market Untuk

MeningkatkanKreativitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelaajran IPS Siswa Kelas IV MI Insan Mulia Jimbaran”. Jurnal Pendidikan Dasar

Pascasarjana Undiksha, Vol 3.

Rinjani, Ni Made Ayu Gunung, dkk. 2013. “Pengembangan CD Interaktif Pembelajaran Statistik dengan Mengaplikasikan SPSS (Statistical

Package for Social Science) Sebagai

Pengolah Data”. Jurnal Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Undiksha, Vol 3.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan. Edisi

Kedua. Jakarta: Kencana

Suardani, Erni, dkk. 2013. “Pengaruh Media CD Interaktif Berbantuan LKS Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Kelas V di SD 1,2,5 Banyuasri-Singaraja”. Jurnal Pendidikan Dasar

Pascasarjana Undiksha, Vol 3.

Sudana, dkk. 2010. Bahan Ajar Pendidikan

IPA SD. Singaraja: Universits Pendidikan Ganesha

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Penerbit Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa, 2012.

Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta

Ar-Ruzz Media

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorintasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka

---. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

---. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol  Statistik  Kelompok Eksperimen  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

The sustainability of cocoa production in Tanggamus faced some weaknesses i.e: (1) low availability of high yielding planting materials and that resistant to pest and

(2) Semua Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin

Metode evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur yaitu evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang

PENGUMUMAN HASIL PENGADAAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG/ JASA KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014.. DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat meneyelesaikan Paper dengan judul Tumor Jinak Palpebra guna memenuhi persyaratan

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan