PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING
BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA PADA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS V SD
Ni Nyoman Sukreni
1, Ni Nyoman Ganing
2, Made Putra
3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: geghwicxchan@yahoo.com
1, nyomanganing@yahoo.co.id
2,
putra_md13@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara antara siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian
Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 6 SD dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 442 orang siswa. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 36 orang siswa dan siswa kelas VC SD Negeri 22 Dauh Puri sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37 orang siswa. Data keterampilan berbicara siswa diperoleh dengan instrument tes keterampilan berbicara yang dilengkapi rubrik penilaian, kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan berbicara kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (77,61>68,32). Hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 3,43 ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 71, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan
berbicara pada siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja terhadap keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci: model pembelajaran role playing, penilaian kinerja, pembelajaran
konvensional, keterampilan berbicara.
Abstract
This study aimed to determine significant differences of speaking skills between students who followed the Role Playing learning model based performance assessment and students who followed the conventional learning on Indonesian lesson at fifth grade public elementary school students at Gugus Kapten Japa of academic year 2013/2014. This research was quasi experimental study with Nonequivalent Control Group Design. The populations of this research were all fifth grade elementary school students at Gugus Kapten Japa North Denpasar of academic year 2013/2014 consist of 6 elementary schools with 442 students. The samples of this study were VB grade elementary school students of SD Negeri 17 Dauh Puri as experiment class with 36
students and VC grade elementary school students of SD Negeri 22 Dauh as control class with 37 students. The speaking skills data obtained by the speaking skills test instrument equipped assessment rubric, then the collected data was analyzed by descriptive statistical and inferential statistical (t-test). Based on the data analysis, the average value of the experimental class speaking skills higher than the control class (77,61>68,32). t-test analysis result obtained tcount = 3,43 ttable = 2,00 at 5%
significance level and df = 71, so H0 is rejected and Ha is accepted, that means there
was significant differences of speaking skills between students who followed the Role Playing learning model based performance assessment and students who followed the conventional learning. So, it can be concluded that there was significant determine of the Role Playing learning model based performance assessment with speaking skills of Indonesian lessons at fifth grade elementary school students at Gugus Kapten Japa of academic year 2013/2014.
Keywords : role playing learning model, performance assessment, conventional
learning, speaking skills. PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan juga
merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpatisipasi dalam masyarakat, dan
menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat serangkaian hubungan timbal balik antara guru dan
siswa dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara efektif, baik dengan cara lisan maupun tulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan
berbicara, keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, keempat keterampilan
berbahasa tersebut wajib dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan berbahasa
yang memiliki peranan penting untuk menciptakan siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan berbicara. Dengan berbicara siswa dapat menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang ingin disampaikan secara lisan.
Keterampilan berbicara merupakan kemampuan menyatakan maksud dan perasaan secara lisan. Taraf keterampilan berbicara siswa bervariasi sesuai dengan tahap perkembangannya mulai dari taraf
baik/lancar, sedang, gagap/kurang.
Tarigan (1991:145), menyatakan bahwa berbicara adalah tingkah laku yang
dipelajari oleh siswa di lingkungan
keluarga, tetangga, dan lingkungan
lainnya di sekitar tempat hidup sebelum mereka masuk ke sekolah. Keterampilan berbicara dalam berbagai situasi dan tujuan merupakan hal yang mendasar bagi siswa, seperti yang dijelaskan oleh Norton (dalam Arini, dkk, 2006:53) mengartikan bahwa „keterampilan anak berbicara merupakan hal yang sangat mendasar
untuk keberhasilannya dalam setiap
bagian kehidupan, baik di sekolah maupun di rumahnya‟.
Menurut Haryadi dan Zamzani
(1996:56), berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Arjad dan Mukti (1993:23) menyatakan, secara alamiah setiap orang mampu berbicara, namun berbicara secara terampil dan teratur sangatlah jarang kita temui, sehingga kita berbicara menimbulkan kegugupan dan
gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara, telah menyebabkan pembinaan kemampuan dan keterampilan berbicara ini sering diabaikan. Terkait dengan pernyataan tersebut, mutu pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar, keterampilan berbicara dalam berkomunikasi masih menjadi persoalan ataupun masalah yang dialami oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari Wakasek Kurikulum dan guru kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara, ditemukan bahwa pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia pada
umumnya menerapkan pembelajaran
dengan prinsip teacher center (berpusat pada guru) yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Metode tersebut masih efektif digunakan dan tidak
dapat dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran. Namun, seorang guru mesti melakukan variasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model dan metode pembelajaran inovatif agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Seiring dengan perkembangan jaman, berbagai pembelajaran inovatif dengan prinsip student center (berpusat pada
siswa) mulai dikembangkan dan
diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara adalah model pembelajaran bermain peran (Role Playing).
Mulyasa (2004:139), menyatakan model pembelajaran Role Playing adalah
cara mengajar yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Melalui model pembelajaran Role Playing, siswa dapat mencoba
mengimplementasikan
hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan, mendiskusikannya, dan mengkomunikasikannya sehingga secara
bersama-sama siswa dapat
mengeksplorasi perasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah. Model
pembelajaran Role Playing banyak
memberikan manfaat kepada siswa
karena dengan pembelajaran Role Playing
siswa dapat lebih mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya dan dapat menambah aktivitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran.
Menurut Djamarah dan Zaini
(2006:89), salah satu keunggulan model Role Playing adalah bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik
agar mudah dipahami orang lain.
Penerapan model pembelajaran Role Playing sangat berpengaruh dan dapat berkembang secara optimal terhadap keterampilan berbicara siswa, karena
dengan diterapkannya model
pembelajaran ini, siswa belajar
mengidentifikasi masalah - masalah
sosialnya dalam kehidupan sehari-harinya. sehingga siswa lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya, berkomunikasi dengan guru maupun dengan lingkungan sosial siswa.
Model pembelajaran Role Playing ini
dapat diterapkan dengan berbasis
penilaian kinerja. Dengan penilaian
kinerja, diharapkan proses pengukuran keterampilan tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian kinerja dapat didefinisikan
sebagai penilaian dengan berbagai
macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman dan mengaplikasikan
pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam
konteks (Majid, 2006:200). Penilaian
kinerja menekankan pada apa yang dikerjakan oleh siswa melalui unjuk kerja. Jadi penilaian kinerja lebih menekankan pada aspek afektif dan memiliki banyak kriteria, tidak terbatas pada satu aspek saja.
Penerapan model pembelajaran
Role Playing berbasis penilaian kinerja
diharapkan dapat menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menye-nangkan. Siswa dapat mendiskusikan dan mendemonstrasikan pemahaman serta
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan berdampak pada hasil belajar yang optimal khususnya dalam
keterampilan berbicara pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan sebuah penelitian dengan menguji cobakan dan meneliti sebuah
model pembelajaran yaitu model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk
membuktikan pengaruhnya terhadap
keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014. METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja terhadap keterampilan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja dan variabel terikat yaitu keterampilan berbicara siswa yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasy Eksperiment) dengan desain “non equivalent control group design” (Sugiyono, 2012 : 116). Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post-test saja yang dilakukan pada akhir penelitian. Pre test dilakukan untuk menguji kesetaraan sampel yakni antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.
Dalam suatu penelitian tidak lepas dari objek yang akan diteliti, subjek yang akan diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel. Menurut Darmadi (2011: 14)
Populasi adalah keseluruhan atau
himpunan dengan ciri yang sama,
populasi terdiri dari orang, benda,
kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:62) menyatakan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,
dapat disimpulkan populasi adalah
himpunan dari seluruh objek atau subjek yang memiliki ciri-ciri dan sifat tertentu
yang akan diteliti. Populasi dalam
penilitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD yang berada di Gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 6 SD diantaranya SD Negeri 4 Dauh Puri, SD Negeri 9 Dauh Puri, SD Negeri 17 Dauh Puri, SD Negeri 22 Dauh Puri, SD Negeri 20 Dangin Puri, dan SD Negeri 33 Dangin Puri dengan jumlah siswa keseluruhan 442 orang.
Dalam melaksanakan suatu
penelitian tidak dimungkinkan mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka dapat digunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek dalam penelitian (Darmadi, 2011: 14). Lebih lanjut (Agung, 2010:47) mengatakan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Jadi, dapat disimpulkan sampel
merupakan bagian dari populasi yang diambil dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Pemilihan sampel pada
penelitian dilakukan dengan menggu-nakan teknik random sampling atau teknik acak yaitu dengan mengacak kelas yang sudah ada pada populasi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Kelas yang dipilih telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya
pengacakan individu, kemungkinan
pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian ini benar-benar
menggambarkan pengaruh perlakuan
yang diberikan.
Pada teknik acak ini, kelas yang dirandom sebanyak 12 kelas V yang ada pada 6 SD di Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Random dilakukan sebanyak dua kali. Pengundian yang
pertama yaitu untuk menentukan 2 kelas dari 12 kelas untuk diuji kesetaraannya secara empirik yaitu dengan uji-t.
Pengundian yang kedua untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap 2 kelas yang telah diuji dan dinyatakan setara. Secara teoritis
semua anggota dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Sukardi, 2011: 58). Kelas yang menjadi sampel hasil dari teknik acak yaitu kelas VB di SD Negeri 17 Dauh Puri dan kelas VC di SD Negeri 22 Dauh.
Untuk menguji kesetaraan di antara kedua sampel tersebut, terlebih dulu dilakukan analisis uji prasyarat terhadap keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V yang diambil berdasarkan nilai test. Setelah menguji nilai pre-test, terbukti bahwa data kedua kelas
tersebut berdistribusi normal dan
homogen dilanjutkan dengan menguji kesetaraan kedua kelas tersebut dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Setelah kedua kelas tersebut
setara, selanjutnya akan dilakukan
pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari pengundian tersebut diperoleh siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VC SD Negeri 22 Dauh Puri berjumlah 37 orang sebagai kelas kontrol.
Variabel penelitan adalah suatu atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala, objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Darmadi, 2011:21). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau idependence variable merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2011:61). Sedangkan menurut Noor
(2012:48), menyatakan variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari
beberapa perubahan dalam variabel
terikat biasanya dinotasikan dengan
simbol X. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat
dan biasanya dinotasikan dengan simbol X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja yang diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol.
Variabel terikat atau dependen
variable merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2011:61). Sedangkan menurut Noor
(2012:49) menyatakan bahwa variabel terikat adalah faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasanya dinotasikan dengan simbol Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas dan faktor lainnya yang biasanya dinotasikan dengan simbol Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD.
Untuk mengumpulkan data
digunakan metode non tes yaitu observasi karena dalam mengukur dan menilai
keterampilan berbicara siswa
menggunakan rubrik penilaian kinerja. Metode observasi termasuk dalam metode non tes yang banyak digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penilaian terhadap tingkah laku atau sebuah keterampilan. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi berstruktur, sebab dalam
penelitian ini dilakukan penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa yang telah ditentukan indikator penilaiannya. Adapun indikator keterampilan berbicara yang dinilai menurut Tarigan, 2008:28 yaitu pelafalan (vocal dan konsonan diucapkan dengan tepat), intonasi (pola-pola intonasi, naik turunya suara, serta tekanan suku
kata diucapkan dengan tepat),
pemahaman / ekspresi (menampilkan ekspresi yang tepat sesuai dengan karakter yang diperankan), struktur kalimat (kalimat-kalimat yang diucapkan dalam bentuk dan urutan yang tepat), dan kelancaran (kewajaran atau kelancaran ketika berbicara).
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara siswa, pada prinsipnya guru
harus memperhatikan lima aspek yaitu, pelafalan, intonasi, pemahaman/ekspresi, struktur kalimat, dan kelancaran berbicara siswa. Untuk menilai kelima aspek dalam
keterampilan berbicara siswa, yang
digunakan adalah rubrik dengan skala rating. Rubrik adalah sebuah skala
penyekoran (scoring scale) yang
dipergunakan untuk menilai kinerja subyek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu (Nurgiyantoro, 2011:143). Skala rating yang dimaksud yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif. Dalam penilaian yang
menggunakan skala rating, setiap
indikator yang akan diukur dibuatkan skala tertentu misalnya dari 1-5 yang setiap skala tersebut memiliki makna mulai dari kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. Untuk setiap kategori dalam rubrik memiliki deskripsi verbal yang diwakili. Bunyi deskripsi verbal harus sesuai dengan rubrik yang akan diukur. Penilaian tingkat capaian siswa dilakukan dengan menandai angka - angka yang sesuai.
Dalam melakukan penilaian,
melibatkan dua penilai yaitu guru dan peneliti untuk memperkecil subjektivitas penilaian. Sesuai dengan pendapat dari Uno dan Koni (2012:21) yang menyatakan bahwa penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor sujektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Maka nilai akhir keterampilan berbicara adalah nilai rata-rata dari jumlah nilai guru dan peneliti.
Menurut Koyan (2004:59), uji
validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur dengan hal yang akan diukur. Untuk rubrik penilaian kinerja dengan skala rating digunakan validitas logis (logical validity) yaitu validitas dari hasil pemikiran. Validitas logis untuk sebuah instrumen menunjuk pada kondisi instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran.
Dengan demikian validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh
sesudah instrumen tersebut selesai
disusun. Sebuah instrumen dapat
mencapai dua macam validitas logis, yaitu validitas isi dan validitas konstrak. Untuk
rubrik dengan skala rating digunakan validitas isi. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas isi (content validity) apabila mengukur indikator tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Sudjana (2005 : 13)
menyatakan, validitas isi berkenaan
dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Validitas isi
dilakukan dengan membuat kisi-kisi
keterampilan berbicara.
Setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data, maka dilakukan
analisis terhadap data tersebut. Dalam
penelitian ini, teknik analisis yang
digunakan untuk menganalisis data adalah adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik
deskriptif digunakan untuk
mendes-kripsikan data keterampilan berbicara siswa yang mengikuti pembelajaran role playing berbasis penilaian kinerja dan data
keterampilan berbicara siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Deskripsi data ini berguna untuk
memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data menurut frekuensinya,
menjelaskan kecenderungan tertinggi,
kecenderungan menengah, dan
kecenderungan rendah, serta untuk
menjelaskan pola penyebaran data
penelitian. Statistik inferensial digunakan
untuk menguji kebenaran hipotesis
penelitian. Dalam penelitian ini uji
hipotesis akan dianalisis dengan
menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan analisis uji-t, terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Analisis Uji-t tersebut dapat dilakukan apabila data sudah memenuhi prasyarat, yaitu sebaran data telah berdistribusi normal dan homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji penyetaraan kelas yang dilakukan terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan
memberikan pre-test pada pelajaran
Negeri 17 Dauh Puri dan siswa kelas VC di SD Negeri 22 Dauh Puri yang diuji
menggunakan uji-t, diketahui bahwa
kedua sampel memiliki keadaan sampel yang berdistribusi normal dan homogen.
Ini menunjukkan sebelum diberikan
perlakuan kedua kelas mempunyai
kemampuan awal yang sama. Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali pada kelas eksperimen dan kontrol.
Setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran role playing berbasis penilaian kinerja pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol dilanjutkan dengan
pemberian post-test terhadap kedua kelas. Melalui hasil analisis data post-test dari kedua kelas maka diketahui terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata keterampilan berbicara pada kelas eksperimen yaitu 77,61 dengan nilai maksimal sebesar 96 dan nilai minimal 54. Standar deviasi kelas eksperimen adalah s = 11,60 dan varians (s2) = 134,58. Dari perhitungan tingkat keterampilan berbicara
siswa kelas eksperimen didapatkan
klasifikasi tingkat kategori nilai
keterampilan berbicara siswa, yaitu
63,89% dengan kategori sangat baik, 27,78% dengan kategori baik, dan 8,33% dengan kategori cukup. Sedangkan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa kelas kontrol adalah 68,32 dengan nilai maksimal sebesar 92 dan nilai minimal 52. Standar deviasi kelas kontrol adalah s = 11,57 dan varians (s2) = 133,92. Dari perhitungan tingkat keterampilan berbicara siswa kelas kontrol didapatkan klasifikasi
tingkat kategori nilai keterampilan
berbicara siswa, yaitu 30,56% dengan kategori sangat baik, 52,78% dengan
kategori baik, dan 19,44% dengan
kategori cukup. Dari data tersebut
diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata siswa kelas kontrol.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji-t, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat, meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas varians.
Untuk mengetahui sebaran data
berdistribusi normal atau tidak maka
digunakan analisis Chi-Square.
Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan
frekuensi empirik (fe) dari data
keterampilan berbicara siswa pada kelas eksperimen diperoleh 2hit = 0,96 dan pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07
sehingga 2hitung ˂ 2tabel maka data
berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data nilai keterampilan berbicara siswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk siswa pada kelas kontrol diperoleh 2hit = 4,69. Nilai 2tabel pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) = 11,07 sehingga 2hitung ˂ 2tabel maka data
berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data nilai keterampilan berbicara siswa kelas kontrol berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas varians. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F dari Havley. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan
untuk penyebut n2-1. Dari hasil
perhitungan diperoleh Fhitung = 1,01
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan db pembilang = 36 – 1 = 35 dan db penyebut = 37 – 1 = 36 adalah 1,78. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti data
nilai keterampilan berbicara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
Setelah data keterampilan berbicara dari kedua kelas, di uji dengan uji normalitas dan uji homogenitas, terbukti bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t
dengan rumus polled varians. Uji
signifikansinya adalah apabila thitung<ttabel,
maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%.
Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara pada
pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran role playing berbasis penilaian kinerja dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus Kapten
Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara pada pelajaran
Bahasa Indonesia antara siswa yang
mengikuti pembelajaran role playing
berbasis penilaian kinerja dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Adapun rekapitulasi hasil analisis data penghitungan uji hipotesis data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
Kelas s2 N thitung ttabel Kesimpulan
Eksperimen 77,61 134,58 36
3,43 2,00 (H thitung > ttabel 0 ditolak, Ha diterima)
Kontrol 68,32 133,92 37
Dari perhitungan uji hipotesis
menggunakan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh diperoleh thit sebesar
3,43. Nilai tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai ttabel dengan
dk=36+37–2=71 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai ttabel = 2,00.
Karena thit>ttabel (3,43 > 2,00) maka H0 ditolak atau Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan
berbicara pada pelajaran Bahasa
Indonesia antara siswa yang mengikuti
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran Role Playing
berbasis penilaian kinerja keterampilan berbicaranya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal tersebut dikarenakan dalam penerapan model pembelajaran role playing berbasis penilaian kinerja di
kelas, guru berusaha menciptakan
pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. Pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif akan berdampak pada hasil belajar khususnya keterampilan berbicara siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana yang
menyenangkan tersebut, salah satunya yaitu dengan menugaskan siswa untuk berunjuk kerja salah satunya dengan bermain peran. Melalui kegiatan tersebut
siswa belajar mengidentifikasi
masalah-masalah sosialnya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya, dengan guru maupun dengan lingkungan sosial siswa. Unjuk kerja yang dilakukan oleh siswa dapat dinilai dengan rubrik penilaian kinerja. Penilaian ini digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan ataupun keterampilan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan teknik nontes yaitu observasi. Misalkan, kemampuan berbicara dalam bermain peran.
Berbeda dengan pembelajaran
Bahasa Indonesia yang menerapkan
pembelajaran konvensional, selama
pembelajaran berlangsung siswa menjadi kurang aktif. Guru hanya menerapkan metode ceramah dengan menyampaikan
informasi, sehingga siswa hanya
mendengarkan serta mencatat materi yang disampaikan oleh guru, sehingga pembelajaran tampak monoton, siswa menjadi bosan dan jenuh, kurang motivasi dalam belajar dan proses pembelajaran
berpusat pada guru. Pembelajaran
konvensional mengakibatkan siswa sangat bergantung pada guru. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa kurang optimal sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru.
Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja dan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014. PENUTUP
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian yang
diperoleh, bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja
memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen = 77,61 lebih besar daripada nilai rata-rata siswa kelas kontrol = 68,32 dan berdasarkan kriteria pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh thitung = 3,43 > ttabel = 2,00 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja dan
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran
2013/2014.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, (1) pada kelas eksperimen yang terdiri dari 36 siswa terdapat 23 siswa kategori keterampilan berbicaranya sangat baik dengan persentase 63,89%, 10 siswa kategori keterampilan berbicaranya baik dengan persentase 27,78%, dan 3 siswa kategori keterampilan berbicaranya cukup
dengan persentase 8,33% hal ini
menunjukkan bahwa kecenderungan
siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja memperoleh nilai keterampilan berbicara dengan kategori sangat baik; (2) pada kelas kontrol yang terdiri dari 37 siswa terdapat 11 siswa kategori keterampilan
berbicaranya sangat baik dengan
persentase 30,56%, 19 siswa kategori keterampilan berbicaranya baik dengan persentase 52,78%, dan 7 siswa kategori keterampilan berbicaranya cukup dengan persentase 19,44% hal ini menunjukkan
bahwa kecenderungan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
memperoleh nilai keterampilan berbicara dengan kategori baik; (3) berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 3,43
ttabel =2,00 pada taraf signifikansi 5% dan
dk=71, sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara pada siswa yang mengikuti pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut menyatakan
bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Role Playing berbasis
penilaian kinerja terhadap keterampilan
berbicara pada pelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan simpulan tersebut
adapun saran yang disampaikan yaitu kepada guru diharapkan untuk lebih
menambah wawasan tentang
pembelajaran inovatif, serta mampu
mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan,
model, dan metode yang mampu
memberikan kontribusi yang baik. Dengan penerapan model pembelajaran Role Playing berbasis penilaian kinerja menjadi salah satu model yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran pada pelajaran Bahasa Indonesia sehingga
proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna serta dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
Kepada siswa diharapkan agar lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu mengaplikasikan
pengeta-huannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mencapai hasil belajar yang optimal pada pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan berbicara.
Kepada sekolah diharapkan bisa menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, serta mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
Kepada peneliti lain diharapkan
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi penelitian yang akan dilakukan. Peneliti disarankan melakukan penelitian dengan model yang sama tetapi dengan
subjek yang berbeda, sehingga siswa lebih aktif dan tertarik belajar Bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2010. Evaluasi
Pendidikan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Arini. 2006. Peningkatan Keterampilan
Berbicara Bahasa Indonesia
Berbasis Kompetensi. Singaraja : Undiksha.
Arjad dan Mukti. 1993. Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. 2006.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryadi dan Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Depdikbud
Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar daan Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi
Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2011. Metodelogi Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
Sebagai suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa. Uno dan Satria Koni. 2012. Assesssment
Pembelajaran. Jakarta: Bumi