• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian I. Pembangunan dan Pelaksanaan Kebun Demplot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagian I. Pembangunan dan Pelaksanaan Kebun Demplot"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKTIFITAS

Barrier Removal (BR) Program

(Program Penyingkiran Halangan)

Sistem Intensifikasi Pertanian dan Model Kebun

Demplot Agroforestry

(Percobaan Kebun Mitigasi di Wilayah Konflik Satwa Di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh-Indonesia)

Bagian I. Pembangunan dan

Pelaksanaan Kebun Demplot

Oleh: Shaummil Hadi

Staf kampanye Pride Hutan Geumpang, Pidie, Aceh

Fauna & Flora International – Aceh Program

Bekerjasama

RARE Conservation

Februari 2010

(2)

STRUKTUR LAPORAN

Struktur laporan ini dibuat untuk kepentingan donor untuk menilai dan mengevaluasi program yang berjalan. Karenanya, laporan ini dibagi dalam beberapa bagian menurut tahapan pelaksanaan program, yakni:

Bagian I. Pembangunan dan Pelaksanaan Kebun Demplot (Oktober 2009-Januari 2010)

1. Latar Belakang Program 2. Monografi Kebun Demplot 3. Tahap Pelatihan Umum 4. Tahap Analisa Kebun

5. Tahap Pembentukan Kelompok 6. Tahap Persiapan Lahan Tanam 7. Tahap Penyediaan Bibit

8. Tahap Penanaman Tanaman

Bagian II. Memperkuat Sumber Daya untuk Kemandirian (Januari – Maret 2010)

9. Tahap Pemeliharaan dan Pendampingan Petani 10. Tahap Pelatihan Lanjutan

11. Tahap Penguatan Kelompok

Bagian III. Menentukan Masa Depan (Maret – Mei 2010)

12. Studi Banding

13. Evaluasi Akhir dan Penentuan Dampak 14. Keberlanjutan dan Faktor-Faktor Resiko

(3)

1. BACKGROUND PROGRAM

“Menempatkan Petani sebagai Khalayak Sasaran Konservasi di wilayah Terestrial/ Dataran”

Petani adalah stakeholder penting yang sangat jarang disentuh para pengiat konservasi. Padahal petani adalah pusat dari aktifitas masyarakat di pinggir hutan. Aktifitas mereka kadangkala memicu ancaman terhadap kawasan hutan. Pengabaian terhadap peran petani berarti mengabaikan masalah konservasi itu sendiri terutam di kawasan pinggir hutan.

Ada beberapa alasan mengapa petani berperan sebagai stakeholder penting dalam usaha konservasi, didasarkan pada beberapa hal berikut yakni:

a. bahwa sebagian besar ancaman terhadap usaha pelestarian didorong oleh aktifitas perluasan lahan yang dilakukan oleh para petani tradisional

b. aktifitas lahan berpindah juga c. pembakaran lahan.

d. Waktu senggang petani

Aktifitas-aktifitas diatas adalah suatu kesatuan kegiatan yang tidak mudah begitu saja dipisahkan oleh petani terutama di wilayah pinggir/pesisir hutan dimana wilayah untuk pertanian/perkebunan dirasa cukup luas dan memadai bagi mereka.

Sayangnya, selama ini para pengiat konservasi selalu menempatkan istilah jamak ‘masyarakat’ dalam melihat khalayak sasaran usaha konservasi. Padahal, istilah jamak masyarakat mengandung pengertian yang luas terhadap stratifikasi dan komposisi sosial kependudukan. Dalam masyarakat pinggir hutan, petani yang pekerjaannya di lahan pertanian adalah adalah unsur dominan dalam stratifikasi dan komposisi tersebut. Inilah alasan mengapa menempatkan petani dalam khalayak sasaran utama (beneficiaries/ penerima manfaat) program-program konservasi begitu penting.

Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa mata pencaharian petani di masyarakat pinggir hutan tidak hanya sebatas bertani/berkebun. Mereka kadangkala melakukan aktifitas lainnya seperti berternak hewan, memancing, berburu, mengutip hasil hutan hingga pada waktu tertentu sebagian kecil dari mereka juga ada yang melakukan aktiftas penebangan pohon di hutan untuk menutupi kekurangan penghasilan dari lahan-lahan mereka. Walaupun pekerjaan utama masyarakat pinggir hutan adalah petani, tetapi aktifitas tersebut juga sangat sering dilakukan terutama ketika masa-masa dimana lahan pertanian/perkebunan mereka tidak dalam masa-masa membutuhkan perhatian. Misalnya pada paska panen dan setelah masa penanaman jenis tanaman baru di lahan mereka usai.

Kampanye Bangga di Pidie

Kampanye Bangga di Pidie menekankan suatu tindakan untuk meminilisir dampak ancaman terhadap hutan di Geumpang dari aktifitas pembukaan lahan baru dan sistem ladang berpindah yang selama ini terjadi di masyarakat Kabupaten Pidie, khususnya di Kecamatan Mane dan Geumpang. Kecenderungan pertanian/perkebunan budidaya monokultur (satu jenis tanaman) dalam satu lahan diperkirakan juga mendorong aktifitas pembukaan lahan baru dan lahan berpindah dalam masyarakat Kabupaten Pidie.

(4)

Sistem pengenalan model intensifikasi lahan dan kebun campur agroforestri dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk menekan/ meminimalisir ancaman yang ada tersebut.

Model ini telah dipilih karena beberapa pertimbangan keuntungan diantaranya adalah: 1. Sistem kebun campur memperlihatkan nilai keragaman jenis tanaman dalam

satu kebun yang dapat dikembangkan oleh satu petani dalam satu lahannya 2. Sistem kebun campur adalah sistem strata dimana terdapat jenis tanaman

pendek (tumpang sari), tanaman jangka menengah (tanaman inti tahunan), dan tanaman jangka panjang (tanaman keras kehutanan),

3. Keragaman jenis ini menguntungkan petani jika dilihat dari nilai ekonomis yang didapat dari produktifitas hasilnya,

4. Sistem ini juga akan mengikat petani untuk selalu mengurusi lahan dengan keragaman jenis tanamannya, dibanding dengan sistem monokultur musimam yang membuat petani memiliki waktu senggang yang lama di kebunnya, 5. Sistem intensifikasi lahan mendorong petani untuk mengolah lahan yang ada

di lokasi yang tetap, dibanding untuk membuka lahan baru.

Empat (4) lokasi terpisah di empat (4) desa di Kecamatan Mane telah dipilih sebagai lahan percobaan (demonstrasi plot/demplot) agroforestri. Empat demplot ini dijalankan oleh 4 (empat) kelompok demplot masing-masing dengan jumlah anggota 10 orang.

Selain ingin memperkenalkan sistem kebun campur agroforestri, program ini juga didorong untuk menjadi kelompok tani yang terlibat dalam kebun demplot ini sebagai kelompok yang mandiri yang memahami seluk-beluk manajemen kebun dan manajemen organisasi serta keuangan. Disamping itu beberapa anggota kelompok diharapkan menjadi fasilitator tani yang handal setelah mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan pertanian yang disediakan dalam program ini.

Program ini dibagi dalam tiga komponen utama yakni: 1) pelatihan kelas, yang dilakukan setiap bulan kepada khalayak masyarakat luas, 2) pelatihan dan pendampingan tani di masing-masing kebun demplot, 3) penguatan kelompok demplot.

Program ini berjalan sejak bulan Oktober 2009 sampai dengan Mei 2010 untuk masa pertama program.

(5)

PELAKSANAAN PERSIAPAN PELATIHAN Pertemuan Pendahuluan untuk mensosialisasikan program kepada masyarakat dan membangun komitmen bersama terhadap rencana program ke depan.

Penilaian lokasi untuk menyeleksi kebun demplot

Penentuan lokasi dan pengurusan surat-menyurat penggunaan lahan

Pelatihan umum untuk memperkenalkan sistem agroforestry dan intensifikasi lahan

Pelatihan penguatan kelompok dengan manajemen

keorganisasian dan keuangan kelompok

Pelatihan pasca panen/ pemasaran dan akses bantuan kredit kepada masyarakat dari lembaga pemberi kredit usaha

Pelatihan rehabilitasi lahan dan pemeliharaan kebun untuk meningkatkan produktifitas hasil

BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Tahun

Berikutnya

Praktikum Lapangan dilakukan secara langsung di Kebun Demplot desa masing-masing oleh kelompok pelaksana demplot.

Pembangunan kebun demplot

Pembentukan kelompok pelaksana kebun demplot

Analisa kebun, tata rancangan kebun, peta kebun

Penyediaan bibit

Pengolahan lahan dan pembuatan lubang tanam

Penanaman tanaman dan monitoring lahan

KEBERLANJUTAN

Tindak lanjut kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat melalui pejabat Kemukiman.

Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Kebun

Penyusunan rencana tindak lanjut program kebun demplot di tahun-tahun selanjutnya

Adopsi pola perkebunan / pertanian agroforestry

Penilaian dampak program terhadap masyarakat Penguatan kelompok pelaksana kebun demplot kearah kemandirian

Promosi Kelompok dan Hasil Kebun

(6)

Rangkuman Eksekutif Program

Sistem Intensifikasi Pertanian dan Model Kebun Demplot

Agroforestry

(Percobaan Kebun Mitigasi di Wilayah Konflik Satwa Di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh-Indonesia)

OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK & PELAKSANAAN

Tujuan

Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang praktik pertanian berpindah yang selama ini diterapkan oleh petani setempat akan diminimalisir dengan cara mengantikan model pertanian lama ke model pertanian baru dengan sistem intensifikasi pertanian dan model kebun campur agroforestri di empat (4) desa yang terdapat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Hasil yang diharapkan adalah menurunkan akses petani membuka lahan baru dan atau menetapnya petani dengan penerapan teknologi pertanian yang baru. Hasil konservasi yang diharapkan adalah penyelamatan wilayah jalur migrasi Gajah Sumatera di Hutan Geumpang, Kompleks Hutan Ulu Masen, Aceh-Indonesia.

Di akhir masa kampanye, diharapkan petani lokal setempat akan mengetahui fungsi hutan dan mendukung perlindungan hutan serta mengadopsi sistem agroforestri/wanatani secara permanen.

Objektif-objektif:

Agustus – Oktober 2009: Pada akhir Oktober 2009, petani lokal di 4 desa di Kecamatan Mane akan mendapatkan pelatihan-pelatihan dan pendampingan awal bagi proses implementasi sistem pertanian baru. • Oktober – November 2009: Pada November akan terbentuk 4 kelompok pengadopsi awal sistem baru

di 4 desa di Kecamatan Mane dengan jumlah minimal masing-masing kelompok 5 petani.

November 2009: Pada November 2009, telah dipilih 4 kebun demplot dan 1 kebun nurseri di 4 desa di Kecamatan Mane.

November - Desember 2009: Pada November hingga akhir Desember 2009, akan dimulai tahapan pelaksanaan dan pembangunan kebun demplot dan kebun pembibitan/nurseri oleh 4 kelompok petani pengadopsi.

April 2010: Pada April 2010, 8 orang petani dari perwakilan setiap kelompok akan melakukan kunjungan belajar atau studi banding.

Januari - Mei 2010: Sepanjang bulan Januari hingga Mei 2010, akan dilakukan 4-5 kali monitoring ke kebun demplot untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari kebun demplot yang telah dibangun dan dilaksanakan oleh setiap kelompok pengadopsi. Dalam fase ini, kelompok pengadopsi akan belajar dari setiap demplot yang ada.

Metodologi yang digunakan dalam Penilaian BROP

Pelaksanaan kegiatan BROP akan diawali dengan beberapa proses persiapan pelatihan kepada petani

pengadopsi. Masa pelatihan adalah fase kritikal dalam menetukan proses pembentukan kebun demplot, rencana-rencana lainnya yang berkaitan dengan kebun demplot serta transfer pengetahuan dan teknik adopsi kepada petani lokal setempat. Masa pelatihan juga diarahkan untuk penguatan dan pembentukan kelompok pengadopsi. Direncanakan terdapat 4 kebun demplot yang akan dibangun di 4 desa yang ada di kecamatan Mane. Ditambah dengan satu unit kebun pembibitan/nurseri masyarakat. Luas lahan kebun demplot masing-masing seluas 1 hektar perkelompok pengadopsi. Pelaksana dari kebun demplot dan kebun nurseri yang ada akan dilakukan oleh setiap kelompok pengadopsi di setiap desa yang telah terbentuk.

Kegiatan ini akan berlangsung selama satu tahun lebih dimulai dari fase assesment, pendirian kebun demplot agroforestri utama dan kebun pembibitan hingga monitoring dan maintenance/ perawatan kebun.

Barrier Removal Operational Plan (BROP)

(Rencana Operasional Penyingkiran Halangan)

(7)

APA ITU AGROFORESTRY

Sumber: Kurniatun Hairiah, dkk, PENGANTAR AGROFORESTRI, World Agroforestry Centre (ICRAF),

Bogor, Maret 2003.

Definisi

Lundgren dan Raintree (1982) mengajukan ringkasan dari banyak definisi agroforestri dengan rumusan sebagai berikut:

Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

Agroforestri merupakan suatu istilah baru dari praktek-praktek pemanfaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-unsur :

1. Penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia 2. Penerapan teknologi

3. Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau Hewan 4. Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu

5. Ada interaksi ekologi, sosial, ekonomi

Menurut Lundgren (1982), definisi agroforestri seyogyanya menitikberatkan dua karakter pokok yang umum dipakai pada seluruh bentuk agroforestri yang membedakan dengan sistem penggunaan lahan lainnya:

1. Adanya pengkombinasian yang terencana/disengaja dalam satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu (pepohonan), tanaman pertanian dan/atau ternak/hewan baik secara bersamaan (pembagian ruang) ataupun bergiliran (bergantian waktu);

2. Ada interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang nyata/jelas, baik positif dan/atau negatif antara komponen-komponen sistem yang berkayu maupun tidak berkayu.

Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree, (1982) adalah: 1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman

dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu. 2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.

3. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan.

5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.

6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.

7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan

8. fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

Keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:

1. Produktivitas (Productivity): Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis

(8)

2. Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).

3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produkproduk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur

4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.

Pentingnya Pengembangan

Agroforestri telah menarik perhatian peneliti-peneliti teknis dan sosial akan pentingnya pengetahuan dasar pengkombinasian antara pepohonan dengan tanaman tidak berkayu pada lahan yang sama, serta segala keuntungan dan kendalanya.

Masyarakat tidak akan perduli siapa dirinya, apakah mereka orang pertanian, kehutanan atau agroforestri. Mereka juga tidak akan memperdulikan nama praktek pertanian yang dilakukan, yang penting bagi mereka adalah informasi dan binaan teknis yang memberikan keuntungan sosial dan ekonomi.

Arti Penting

Penyebarluasan agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumber daya hutan, dan meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.

(9)

2. Monografi Kebun Demplot Per-Kampung

a. Demplot Desa Mane

Topografi datar.

Dalam perkampungan warga. Jarak dari jalan kabupaten 100-150 m masuk ke dalam.

Luas lahan 155m x 30 m (4650m2).

Lahan areal kebun rencana demplot di desa Mane ini sebagiannya adalah lahan tidur yang ditinggalkan pemilik lahan. Tetapi sebagian besar lainnya adalah lahan yang pernah digarap dalam waktu beberapa tahun ke belakang. Ada jenis tanaman jahe, jati, pinang, coklat dan beberapa jenis lainnya yang tumbuh di bekas lahan terlantar yang akan dijadikan demplot ini.

b. Demplot Desa Turue Cut

Topografi datar dan berbukit. Disisi bukit, terdapat wilayah basah dengan genangan air yang tidak begitu dalam.

Letak berada di pinggir jalan kabupaten. Jarak dari perkampungan 0 m. Berdampingan dengan lahan kebun pembibitan/nurseri FFI Aceh milik Masyarakat Kemukiman Lutueng, Kecamatan Mane.

Luas lahan 50,5 x 80m (4040 M2).

Kebun demplot Desa Turue Cut, adalah lahan yang terlantar yang ditinggalkan pemiliknya sejak konflik berlangsung. Ada beberapa jenis tanaman di dalam areal lahan kebun ini adalah seperti beberapa batang durian usia ± 10-15 tahun. Beberapa tanaman coklat yang sempat ditanam oleh pemiliknya pada sekitar tahun 2001-2004. Tanaman coklat ini rata-rata sudah tidak produktif

(10)

panjang 40-50 cm tetapi usianya telah mencapai 4-5 tahun. Areal kebun yang bersemak boleh jadi mempengaruhi pertumbuhan tanaman coklat ini.

c. Demplot Desa Blang Dalam

Topografi datar dan berbukit.

Jarak dari perkampungan 200-300 m. Letak dalam areal kebun warga dalam kawasan kampung.

Luas lahan 40m x 125m.

Lahan kebun demplot di Desa Blang Dalam adalah lahan yang telah ditinggalkan pemilik. Lahan sebelum dibersihkan, terlihat begitu semak dengan ilalang dan tumbuhan lainnya. Di lahan ini, tingkat kesuburan tanah cukup tinggi ditandai dengan munculnya tanah jenis top soil dalam kedalaman yang rendah.

Beberapa tanaman keras kehutanan seperti cawardi terlihat menjulang di beberapa bagian kebun.

(11)

Di depan lahan kebun demplot ini terdapat sungai kecil buatan atau alue, dengan kedalaman 1-1.5 m yang agak kering. Diidentifikasikan sebagai tempat penyimpanan air sewaktu musim hujan.

d. Demplot Desa Lutueng

Di desa lutueng, lokasi demplot telah dipilih perwakilan masyarakat setempat. Masyarakat telah menunjuk lahan milik dayah setempat untuk dijadikan lokasi rencana lahan demplot di desa tersebut. Dayah menyerahkan lahannya kepada gampong dan untuk dipinjam pakai kan kepada pihak kemukiman selama 5 tahun (sejak 2009).

Topografi berbukit.

Jarak dari perkampungan sekitar 700 m ke areal perkebunan warga. Luas lahan 70m x 100 m.

Sama seperti lahan di demplot lainnya, lahan ini adalah lahan perkebunan yang ditinggal warga sejak lama. Ada beberapa jenis tanaman yang terdapat dalam lahan ini diantaranya adalah: durian, coklat, pinang dan rambutan. Karena ditinggalkan sejak lama, kawasan kebun ini tumbuh semak dan tanaman lainnya yang tampak menyerupai kawasan hutan sekunder.

(12)

3. Pelatihan Kelas

Tujuan kegiatan pelatihan

¾ Membuka wawasan petani dalam hal teknologi pertani terbaru,

¾ Membangun dan menjalin jaringan antar kelompok tani dan narasumber yang terlibat,

¾ Bagi nara sumber, pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kawasan beserta masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat,

¾ Saling berbagi pengalaman bercocok tanam antar petani satu dengan yang lainnya dan dengan pihak lainnya yang menjadi narasumber pelatihan,

¾ Memperkuat kelompok tani setempat dalam mengembangkan baik model usaha pertanian/perkebunan maupun model usaha pengelolaan dan pemasaran hasil produksi kebun mereka,

(13)

Aula Kecamatan Mane, 09 Desember 2009

Pelatihan 1:

“Intensifikasi Lahan Menetap”

Kegiatan berlangsung di Aula Kecamatan Mane, pada hari Rabu tanggal 09 Desember 2009. Pukul 10.00 WIB s.d pukul 17.00 WIB.

Peserta berjumlah sekitar 35 orang berasal dari beberapa perwakilan 4 desa/ gampong. Pemateri berasal dari akademisi Universitas Syiah Kuala dan tenaga teknis penyuluh dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Aceh dan perwakilan salah seorang petani yang sukses dari Saree, Aceh Besar yang tergabung dalam Forum Alur Mancang Saree (FAMS) Aceh Besar.

Kegiatan dibuka oleh Camat Mane, Drs. Bachtiar dan sambutan dari Kapolsek Mane. Hadir dalam pertemuan ini perangkat Muspika Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie. Mulai dari Camat, Sekcam, Danramil, Kapolsek, Imuem Mukim, Tuha Peut, Ulama yang ada di Kecamatan Mane, Kab. Pidie.

Setelah kegiatan pembukaan dan sambutan, dilanjutkan dengan presentasi panelis pemateri yang dibagi dalam 2 (dua) sesi panelis, sebelum dan sesudah istirahat makan siang.

Catatan Yang Tertinggal dari Proses Pelatihan:

Ada beberapa kelemahan di tingkatan grassroot dalam melaksanakan kegiatan pelatihan yang mengundang narasumber kalangan akademis. Cara penyampaian/ Komunikasi pelatihan yang terlalu ilmiah dan akademik mempengaruhi daya serap peserta kegiatan. Daya serap pengetahuan untuk istilah-istilah akademis/ ilmiah membuat proses kegiatan tampak kurang begitu interaktif.

(14)

Aula Kecamatan Mane, 21 Desember

Pelatihan 2:

“Praktek Agroforestry dan Manfaatnya”

Kegiatan berlangsung di Aula Kecamatan Mane, pada hari Senin, tanggal 21 Desember 2009. Dari pukul 09.00 WIB s.d pukul 13.30 WIB.

Peserta berjumlah sekitar 32 orang berasal dari perwakilan anggota demplot dan masyarakat umum.

Pemateri berasal dari dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Pante Kulu, Banda Aceh, Penyuluh Kehutanan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie dan Perwakilan dari Divisi Livelihood Fauna & Flora International – Aceh Program (FFI-Aceh).

Pelatihan Lanjutan:

Beberapa pelatihan lanjutan direncanakan akan dilakukan pada sekitar bulan Februari dan Maret 2010. Beberapa tema yang akan dipaparkan adalah mengenai:

a. Pelatihan Pasca Panen (Pengolahan Hasil dan Pemasaran Hasil)

b. Pelatihan Manajemen Kelompok dan Kewirausahaan (termasuk dalam hal ini

tata cara bantuan kredit usaha dari perbankan).

Selain itu akan dilakukan beberapa pelatihan pendampingan tani di kebun-kebun dmeplot dengan target peserta adalah anggota-anggota demplot. Seperti: pelatihan pembuatan organik (MOL, pupuk bokasi dan PPC), pelatihan pemangkasan tanaman, pelatihan sambung tanaman, dan pengelolaan benih tanaman.

(15)

Kebun Pembibitan Kecamatan Mane, 3 Februari 2010

Pelatihan 2:

“Pembuatan organik (MOL, pupuk bokasi, dan PPC)”

Kegiatan berlangsung di kebun

pembibitan (nursery) Kecamatan Mane, pada hari

Rabu, tanggal 03 Februari 2010. Dari pukul 10.00 WIB s.d pukul 13.30 WIB.

Peserta berjumlah sekitar 22 orang berasal dari perwakilan anggota demplot.

Pemateri berasal dari lembaga Forum Alur Mancang Saree (FAMS) Aceh Besar yang juga betindak sebagai fasilitator tani kebun demplot agroforestry di Mane.

Materi yang diberikan adalah teori dan praktek pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL), cara pembuatan pupuk bokasi, dan PPC.

Tiap kelompok sangat antusias dengan pelatihan ini karena mereka merasa bahwa kegiatan ini baru pertama kali dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat. Setelah kegiatan ini dilakukan, fasilitator meminta masyarakat untuk menyediakan bahan-bahan untuk pembuatan pupuk bokasi (kohe, sekam dll) dan untuk dibawa ke kebun pembibitan untuk mempraktekkan langsung pembuatan pupuk bokasi.

Peserta menargetkan pembuatan pupuk bokasi sejumlah 3 ton. Untuk kebutuhan kelompok mereka masing-masing dan kebun pembibitan.

(16)

4. Tahap Analisa Kebun

Analisa kebun adalah alat bantu utama dalam perancangan kebun demplot. Perencanaan kebun dilakukan secara partisipatif dan difasilitasi oleh tim fasilitator pertanian.

Minimal, ada tiga hal yang ingin dicapai dalam kegiatan analisa kebun ini:

1) Membuat peta kebun demplot; (arah mata angin, arah cahaya matahari, kondisi lahan dan tanah, dsbnya)

2) Pemilihan jenis tanaman dalam demplot;

3) Penentuan jarak antar tanaman dalam kebun demplot.

Hasilnya adalah peta lahan dan perkiraan kebutuhan jenis tanaman beserta bibit yang akan ditanam dalam lahan kebun.

Peta Kebun Petani dapat melakukan pemetaan

wilayah kelola kebun secara mandiri

Tersedia peta kebun yang menyediakan informasi tentang rancangan kebun, jenis tanaman, dan karakteristik lainnya dalam lahan kebun

Rancangan kebun

Petani memahami cara membuat rancangan kebun berdasarkan kondisi lahan

Penyesuaian lahan dengan jenis tanaman, air dan jalan. Sketch kebun (intensitas cahaya, air dan drainase, akses jalan kebun, jalan pemeliharaan kebun, bebas banjir )

Pemilihan Jenis Tanaman inti

Petani memahami cara memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan tersebut

Penentuan jenis tanaman pokok yang akan dikembangkan di kebun

Pemetaan Jenis tanaman dalam kebun Idem

Berapa komoditi/ jenis tanaman yang akan dikembangkan dalam satu kebun demplot

TUJUAN ANALISA KEBUN:

Ekologi tanah dan Iklim

Petani memahami kualitas lahan dan ekologi tanah dan iklim pada lahan setempat

Penyesuaian jenis tanah dan iklim terhadap lokasi kebun

Kegiatan dilakukan dari tanggal 10-11 Desember 2009. Sedang pertemuan antar kelompok dilakukan tanggal 11 Desember 2009. dalam pertemuan antar kelompok, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil-hasil diskusi pemetaan dan analisa kebun mereka. Mereka juga diminta untuk menceritakan bentuk pengelolaan kebun demplot yang akan dijalankan. Serta cara pembagian hasil kebun antar anggota kelompok yang terlibat.

(17)

1. Tinjau Lokasi Demplot

Merupakan langkah kerja awal dalam tahapan pembangunan kebun demplot. Dalam kegiatan analisa kebun tim fasilitator tani dan CM mengunjungi lokasi masing-masing demplot yang sebelumnya telah disepakati oleh pihak gampong dan mukim.

Dalam peninjauan lokasi, tim didampingi oleh beberapa perwakilan warga dan pemilik lahan. Tujuan dari peninjauan lokasi ini selain untuk melihat langsung kondisi lapangan lahan demplot (pra-intervensi), sekaligus dimanfaatkan sebagai pengumpulan data dan pemetaan lahan sementara oleh tim fasilitator tani. Fasilitator tani harus memahami kondisi lahan secara langsung, sebelum melakukan diskusi bersama masyarakat dan pengelola demplot di masing-masing demplot.

Kunjungan I: Demplot Gampong Mane

Kamis, Tanggal 10 Desember 2009, pagi hari. Kunjungan II: Demplot Gampong Turue Cut

Kamis, Tanggal 10 Desember 2009, siang hari. Kunjungan III: Demplot Gampong Lutueng

Kamis, Tanggal 10 Desember 2009, sore hari. Kunjungan IV: Demplot Gampong Blang Dalam

Jumat, Tanggal 11 Desember 2009, pagi hari.

2. Diskusi dengan masyarakat dan pengelola demplot

Setelah peninjauan lokasi demplot, tim fasilitator tani dan FFI mengadakan pertemuan dengan perwakilan warga setempat dan pengelola /calon pengelola demplot setempat untuk mendiskusikan hasil kunjungan lapangan.

Ada lima tema yang didiskusikan dalam pertemuan ini:

(18)

membuat peta kebun demplot yang didasarkan kondisi lahan demplot setempat. Hasil dari pertemuan ini adalah rancangan peta kebun. Dalam rancangan kebun ini akan dilihat,

b. Jenis tanaman yang akan direncanakan untuk ditanam dalam lahan kebun demplot yang ada. Awalnya, masyarakat / pengelola kebun demplot mengusulkan jenis tanaman apa saja yang diinginkan untuk kembangkan dalam lahan demplot mereka. Fasilitator tani mencatat semua masukan/ usulan masyarakat tersebut. Sebelum kemudian di bahas satu –per satu manfaat dan fungsi tanaman yang diusulkan tadi jika memang akan dikembangkan. Manfaat dan fungsi jenis tanaman ini dibahas sesuai dengan jenis strata masing-masing dan keterkaitan jenis tanaman tersebut baik bagi jenis tanaman lainnya, tanah, dan ekosistem kebun.

Jenis tanaman dipilih sesuai dengan strata masing-masing. Setiap strata diperkenalkan satu atau beberapa jenis tanaman yang layak dikembangkan.

Strata 1: Jenis tumpang sari, untuk tanaman jangka pendek. Biasanya

adalah jenis tanaman pangan (tanaman holtikultura/palawija).

Strata 2: Jenis tanaman inti, untuk tanaman jangka menengah. Biasanya adalah jenis tanaman perkebunan (tanaman kopi, kakao, karet, dll).

Strata 3: Jenis tanaman penaung/pelindung, untuk tanaman jangka

panjang. Biasanya adalah jenis tanaman keras hutan atau atau ragam jenis tanaman pelindung lainnya.

Ada banyak keuntungan dengan menerapkan model strata seperti ini bagi petani, misalnya, adalah:

a. Dengan adanya tumpang sari maka petani diharapkan dapat memetik hasil lebih cepat dari kebunnya, sembari menunggu hasil tanaman di strata 2 ataupun strata 3.

(19)

b. Dengan adanya tumpang sari, petani akan lebih terikat aktitiftas memelihara dan mengolah tanaman tumpang sari di kebun mereka, sehingga upaya pemeliharaan tanaman jangka mnengah dan panjang juga dapat dilakukan sekaligus. Umumnya, faktor menurunnya produktifitas hasil dalam kebun dipengaruhi juga oleh jarangnya upaya pemeliharaan di dalam kebun.

Setelah dipilih jenis tanaman masing-masing di setiap strata yang ada, maka kelompok demplot akan menentukan jarak tanam masing-masing tanaman sesuai dengan kondisi lahan dan kesesuaian jenis tanaman satu dengan yang lainnya.

c. Jarak tanaman. Penentuan jarak tanaman disesuaikan dengan jarak tanaman inti/pokok (biasanya tanaman jangka menengah di strata 2). Setiap kelompok mendiskusikan masing-masing jarak tanam antar jenis tanaman yang akan ditanam di lahan kebun demplot mereka. Karena antar kelompok demplot memilih jenis

tanaman yang berbeda-beda, maka jarak tanam akan berbeda pula di setiap demplot masing-masing.

d. Sistem kerja/ manajemen kerja dan manajemen kelompok. Suatu kebun tanpa pengelolaan/manajemen yang baik akan punya pengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan hingga produktiftas hasil kebun. Manajemen yang baik menentukan keberhasilan pengembangan kebun. Karenanya menentukan sistem manajemen sejak dini sangat penting dilakukan. Seperti bagaimana sistem kerja akan diberlakukan dalam mengembangkan kebun, bagaimana kebun akan dikelola oleh masyarakat pengelola kebun, apakah akan

memakai sistem kelompok tani tertentu atau memakai sistem manajemen atau cara lainnya yang sesuai dengan pengalaman yang mereka lakukan.

Setiap pengelola demplot dibebaskan menentukan cara/ sistem mereka masing-masing.

e. Bagi hasil kebun. Masalah ini adalah sesuatu yang dibahas diawal karena sangat berkaitan dengan proses keberlanjutan kebun. Kejelasan sistem bagi hasil di awal proses akan menentukan kinerja para pengelola kebun dalam mengelola lahan kebun mereka untuk mendatangkan hasil. Sedang, ketidakjelasan tentang sistem akan membuat rentan pengelolaan kebun di kemudian hari ketika hasil kebun mulai mendatangkan hasil. Sumber konflik kelompok/pengelola kebun bisa datang begitu saja.

(20)

Setiap kelompok demplot di Mane, bebas menentukan tata cara dan sistem bagi hasil menurut kesepakatan masing-masing yang telah disetujui secara bersama.

Setelah menyelesaikan kunjungan ke masing-masing demplot di desa dan mendiskusikan tentang rancangan kebun dan manajemen pengelolaan kebun, tim fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyiapkan bahan hasil diskusi mereka untuk presentasi antar kelompok keesokan harinya di Aula Kantor Camat Mane. Setiap kelompok akan mempresentasikan seluruh hasil diskusi mereka dengan fasilitator tani tentang rancangan yang telah disusun secara bersama-sama.

3. Pertemuan antar kelompok demplot desa

Tujuan dari pertemuan antar kelompok ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi hasil diskusi antar demplot yang telah disusun sehari sebelumnya. Dalam kegiatan ini, setiap kelompok mempresentasikan hasil-hasilnya dihadapan kelompok lainnya. Kemudian melakukan diskusi tentang hasilnya presentasi mereka dengan kelompok lainnya. Revisi terhadap hasil diskusi dilakukan setelah pertemuan ini.

Menariknya dalam pertemuan ini, beberapa anggota kelompok dalam presentasi telah mampu menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya tentang rencana mereka dan menjelaskan kegunaan masing-masing pola agroforestry dan jenis tanaman yang akan mereka tanam.

(21)

Tujuan lainnya dari pertemuan ini adalah membangun kompetisi terselubung antar kelompok. Dan melihat nilai kekompakkan dan kebersamaan kelompok di tahapan awal kegiatan. Kuatnya nilai-nilai ini adalah modal sosial awal bagi perkembangan kelompok ke depan. Nilai-nilai kebersamaan yang rendah akan menjadi salah satu faktor kegagalan dalam mengembangkan kebun demplot mereka masing-masing. Sedang kompetisi menciptakan persaingan antar kelompok untuk mengembangkan demplot mereka masing-masing untuk tujuan pencapaian keberhasilan.

4. Rencana Tindak Lanjut

Dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL) dibahas beberapa hal, yakni seperti: a. Bentuk tahapan kegiatan selanjutnya dan

deadline tugas antar kelompok.

Dalam pertemuan antar kelompok tanggal 11 Desember 2009 di Aula Camat telah disepakati bahwa masa tenggat waktu persiapan manajemen kelompok yakni tanggal 16 Desember 2009. Setiap kelompok diharuskan sudah memiliki model manajemen kelompok demplotnya masing-masing. Serta kelengkapan struktur manajemen dari ketua, wakil sekretaris, bendahara dan anggota kelompok masing-masing. Semua kelengkapan ini disusun dalam dokumen kelompok 4 halaman, dimana

berisi model manajemen dan struktur kelompok, tata cara pengembangan kebun (peta dan rancangan kebun), cara bagi hasil dan kertas kontrak perjanjian pinjam pakai tanah dari anggota kelompok ke Mukim Mane. Mengenai kontrak pinjam pakai tanah telah disetujui dikelola oleh Mukim. Yakni setelah dibuat perjanjiaan hak pengunaan tanah di kelola oleh mukim.

Tahapan selanjutnya dari proses kerja pengembangan demplot adalah tahap pembersihan dan pengolahan lahan, termasuk pembuatan pagar, oleh kelompok demplot masing-masing. Tenggat waktu yang disepakati adalah tanggal 26 Desember 2009.

(22)

b. Rencana penguatan kelompok

Rencana penguatan kelompok berkaitan erat dengan kesiapan setiap kelompok. Masing-masing kelompok telah menunjukkan dinamika kelompoknya masing-masing.

Terdapat 2 kelompok yakni kelompok demplot desa Mane dan kelompok demplot desa Turue Cut memperlihatkan kesiapan dalam hal pelaksanaan tahapan kerja pengembangan kebun demplot.

Sedang 2 kelompok yang lain belum menunjukkan kesiapan manajemen kelompok, beberapa insentif pendampingan kelompok akan dilakukan untuk kelompok ini untuk memperkuat basis kelembagaan kelompok.

c. Distribusi dana pelaksanaan kegiatan untuk setiap demplot

Syarat paling penting dalam pengembangan kebun demplot adalah tersediannya dana pelaksanaan kegiatan. Pihak FFI telah menyalurkan dana tahap pertama pengembangan dan pendampingan kelompok sebesar 30 juta rupiah yang akan dibagikan secara rata kepada masing-masing kelompok demplot.

Distribusi dana dilakukan oleh Mukim Mane, selaku pembina kelompok-kelompok demplot. Untuk keberhasilan rencana setiap tahapan, Mukim Mane telah mensyaratkan bahwa kelompok yang belum melengkapi dokumen kerja 4 halaman akan ditunda pembayaran. Menurutnya, kelengkapan manajemen kelompok menjadi penting dalam penyaluran dana, agar tidak salah sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedang bagi kelompok yang sudah kuat akan diberi kemudahan penyaluran dananya.

5. Tahapan Lanjutan

Tahapan lanjutan dilakukan pada tanggal 29 Desember 2009 s.d 3 Januari 2010. Rencana tahapan yang akan dilakukan adalah pendampingan kebun setelah masa pembersihan, pembuatan pagar dan pengolahan lahan. Tim fasilitator tani dan pihak FFI akan melakukan kunjungan ke setiap demplot dan berdiskusi tentang rencana pengembangan selanjutnya bersama anggota demplot masing-masing.

(23)

5. Tahap Pembentukan Kelompok Tani Agroforestry

Pembentukan kelompok tani agroforestry adalah suatu yang sangat penting dalam proses tata laksana kegiatan. Tanpa kelompok tani yang kuat tidak mungkin suatu aktifitas dapat berjalan sesuai dengan tahapan yang direncanakan.

Karenanya proses pembentukan kelompok ini seharusnya dilakukan pada awal kegiatan, sebelum masuk pada tahapan lainnya.

Kelompok yang terbentuk bertujuan untuk :

1. Sebagai pihak yang mengatur masalah manajemen kerja kebun demplot 2. Sebagai pihak pelaksana teknis kegiatan di kebun-kebun demplot 3. Sebagai penerima manfaat dari program

4. Sebagai cikal bakal dari fasilitator tani lokal, hasil dari pelatihan dan pendampingan intensif (ToTs- Trainee of Trainers).

Strategi Penguatan Kelompok Petani Agroforestry A. Tahapan Kelompok

Yang dimaksud dengan tahapan kelompok adalah mulai dari pembentukan kelompok, tata laksana penguatan kelompok dan pembinaan kelompok.

B. Studi Banding Penguatan Kelompok

Untuk memperkuat manajemen kerja dan manajemen keuangan kelompok maka perlu dilakukan studi banding kelompok ke tempat kelompok tani lainnya yang telah berhasil. Manajemen kerja kelompok dimaksudkan untuk mengefektifkan kerja kelompok atau tata laksana kerja kelompok. Sedang manajemen keuangan utnuk mengefektifkan tata laksana keuangan dalam suatu kelompok.

C. Memperkuat tujuan kelompok jangka panjang

Membentuk kelompok menjadi kelompok yang mandiri adalah salah satu tujuan kelompok jangka panjang. Kelompok yang mandiri adalah kelompok yang mampu bekerja untuk dirinya sendiri dan mengembangkan ilmu yang telah didapat untuk untuk kepentingan kelompok dan memiliki kemampuan untuk mentransfer ilmu ke kelompok lainnya. Kelompok yang mandiri sanggup mencari sumber pendanaan sendiri untuk mengembangkan kelompok taninya sendiri.

Pembentukan kelompok agroforestry untuk kebun demplot di Kecamatan Mane dilaksanakan setelah kegiatan analisa kebun berlangsung. Pada bulan Januari 2010, empat kelompok demplot telah dibentuk di masing-masing desa di kecamatan Mane dimana rencana kebun dilaksanakan. Syarat pembentukan kelompok diatur oleh pihak desa/gampong yang disetujui oleh kepala desa/ gampong. Masing-masing kelompok berjumlah minimal 10 dan maksimal 15 orang. Kelompok demplot adalah kelompok pelaksana lapangan program agroforestry yang akan diperkenalkan melalui program

(24)

informasi tentang kelompok demplot agroforestry di Kecamatan Mane adalah sebagai berikut:

Informasi Tentang Kelompok Demostrasi Plot Agroforestry di Kecamatan Mane

Demostrasi Plot (Demplot) I

Nama Desa / Gampong : Blang Dalam Nama Kelompok : Makmu Beusare Jumlah Anggota Kelompok : 10

Ketua Kelompok : Sayuti M. Ali

Sekretaris : Basri Ben

Bendahara : A. Majid Usman Anggota Kelompok : A. Rahman M. Ali

Mustafa M. Ali Hasbalah Puteh Fajri Fitriani (P) Sapiah (P) Ismail

Demostrasi Plot (Demplot) II

Nama Desa / Gampong : Turue Cut Nama Kelompok : Bangket Beusare Jumlah Anggota Kelompok : 11

Ketua Kelompok : M. Khatani

Sekretaris : Saifullah

Bendahara : Nurmi (P)

Penasihat M. Gade Yusuf

Anggota Kelompok : Hasbalah

Adiwansyah Saiful Aji Mahmur Faisal M. Tayeb Rusli

Demostrasi Plot (Demplot) III

Nama Desa / Gampong : Mane Nama Kelompok : Ilah Daya Jumlah Anggota Kelompok : 10

Ketua Kelompok : Syarifudin Gade

Sekretaris : Amren Gani

Bendahara : M. Kaoy Rustam Anggota Kelompok Bustami AR

: M. Kaoy AR M. Yusuf Ismail Muhammad Jalil Tgk. Amri Taib A. Gani Raja Darwiyah AB (P)

(25)

Demostrasi Plot (Demplot) IV

Nama Desa / Gampong : Lutueng Nama Kelompok : Peureumen Dayah Jumlah Anggota Kelompok : 10

Ketua Kelompok : Samsur Kaman

Sekretaris : Zaini Adam

Bendahara : Fauzi M. Saleh Anggota Kelompok Riswadi Ahmad

: Anwar H. A Wahab Hendra Zaini Yusuf Abdullah M. Nur Rosita (P)

(26)

6. Tahap Persiapan Lahan Tanam

Tahap ini adalah tahapan awal dari proses penanaman bibit yang direncankan akan dikembangkan dalam lahan demplot yang telah disediakan masing-masing masyarakat di gampong/ desa di Kecamatan Mane.

Ada 4 tahapan penting yang dilaksanakan dalam tahapan persiapan lahan ini, yakni: a. Pembersihan lahan

b. Pembuatan Pagar Kebun demplot c. Penataan Ruang kebun dan d. Pembuatan lubang tanam

Masing-masing kegiatan ini dilakukan secara bersamaan oleh kelompok-kelompok demplot dalam jangka waktu kurang lebih 2 minggu sejak tanggal 16 Desember 2009. Pada tanggal 29 Desember 2009 sampai dengan tanggal 2 Januari 2010, tim fasilitator tani berkunjung ke masing-masing demplot untuk melihat capaian penyelesaian dan perkembangan dari tiap-tiap tahapan tadi.

1. Pembersihan Lahan dan Pemagaran

Setiap kelompok demplot diwajibkan menyelesaikan tenggat waktu untuk pembersihan lahan dan pemasangan pagar yang telah disepakati bersama dalam pertemuan antar kelompok sebelumnya tanggal 11 Desember 2009 di Aula Kecamatan Mane.

Pada tanggal 29 Desember 2009 sampai dengan 3 Januari 2010, tim fasilitator turun ke setiap demplot untuk melihat hasil dan capaian yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok demplot di setiap desa.

(27)

Secara umum, hampir seluruh demplot telah mencapai tahapan pengerjaan yang layak dimana lahan telah dibersihkan dan dipagari. Namun pun begitu, ada satu demplot di desa Lutueng yang pengerjaannya agak terlambat dari tenggat waktu yang ada. Molornya tenggat waktu di demplot ini disebabkan karena kelompok demplot belum siap secara kelembagaan. Pemilihan dan penentuan anggota kelompok di demplot ini telah lewat dari jadwal yang ada, sehingga mempengaruhi pengerjaan selanjutnya. Pada saat tim fasilitator tani berkunjung ke lahan demplot ini, memang sebagian lahan telah dibersihkan tetapi pengerjaan baru selesai dilakukan sekitar 60% dari luas lahan. Tapi anggota kelompok berjanji dan optimis bahwa mereka dapat menyelesaikan sebelum masuk tahapan penanaman dilakukan. Sedang, Demplot Turue cut dan Blang Dalam menunjukkan kesiapan lahan yang cukup baik.

Tahapan pembersihan lahan dilakukan dengan beberapa syarat yakni diantaranya adalah dengan:

1. Tidak membakar kotoran hasil pembersihan lahan.

2. Meninggalkan beberapa jenis tanaman yang dianggap layak sebagai tanaman penaung di kebun, sehingga kebun tidak tampak gersang. 3. Sampah tanaman hasil pembersihan harus disatukan dan dikumpul

sedemikian rupa. Beberapa diantaranya dapat dipakai selain dimanfaatkan sebagai kayu bakar juga dapat dimanfaatkan untuk bedeng penahan erosi di lahan-lahan yang berbukit. Sampah ini bisa dibentuk semacam terasering lahan.

4. Selain itu, tim fasilitator tani menyarankan untuk tidak memakai alat-alat berat dalam pengerjaaan pembersihan lahan ini termasuk mengunakan mesin chainsaw untuk memotong beberapa jenis tanaman yang besar.

2. Pembuatan Lubang dan Bedengan

Lubang dibuat dengan ukuran/ skala yang telah ditetapkan dalam peta kebun masing-masing demplot. Lubang juga diatur dengan pencetakan pola dasar lahan dimana jenis tanaman inti yang akan ditanami. Misalnya coklat

Sedang pola dasar lahan untuk lubang jenis tanaman penaung dan tumpang sari dicetak setelah lubang dari pola dasar lahan jenis tanaman inti telah disiapkan. Dengan sistem pemolaan lahan seperti ini, jenis tanaman sangat diprioritaskan, sedang jenis tanaman lainnya akan mengikuti garis pemolaan jenis tanaman inti yang telah ditetapkan.

(28)

3. Pertemuan Antar Kelompok

Tujuan dari pertemuan antar kelompok ini adalah untuk meninjau kembali capaian-capaian kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu lalu oleh setiap anggota kelompok. Selain itu, pertemuan ini mendiskusikan kembali beberapa hal yang dianggap masih kurang dalam hal proses pengerjaaan tahapan-tahapan di atas.

Pada tanggal 1 Januari 2010 dilakukan pertemuan antar kelompok yang kedua kalinya. Pertemuan ini dilakukan setelah shalat jumat dan menjelang sore hari. Pertemuan ini bertempat di lahan pembibitan (nursery) induk kemukiman lutueng, Kecamatan Mane yang terletak di Desa Turue Cut. Beberapa perwakilan kelompok hadir dalam pertemuan ini. Masing-masing mengirim 3-4 anggota kelompoknya. Mereka mewakili kelompok masing-masing untuk mendiskusikan tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.

Pertemuan ini dipandu oleh tim fasilitator kebun demplot dari FAMS (Anzurdin S.Hut dan Poniman) dan dibantu sekretaris mukim (Syafrijal) dan penyuluh perkebunan kecamatan (Abdullah).

Proses pertemuan dilakukan secara interaktif, beberapa anggota kelompok menyampaikan capaian dan keluhan masing-masing dalam tahapan pengerjaan di kebun-kebun demplot. Sedang fasilitator tani bertindak menfasilitasi dan mengarahkan beberapa teknik pengerjaan yang dianggap belum memadai.

Pada pertemuan ini pula, fasilitator tani kebun demplot membahas beberapa kesepakatan dengan kelompok demplot tentang rencana tindak lanjut (RTL) kegiatan yang akan dilakukan di waktu mendatang.

4. Rencana Tindak Lanjut

Dalam rencana tindak lanjut dibahas beberapa hal, yakni seperti:

a) Penyediaan bibit

Awalnya, setiap kelompok dibuka peluang untuk menyediakan kebutuhan bibit berkualitas baik dan layak tanam untuk demplotnya masing-masing. Peluang ini sebenarnya dibuka untuk meningkatkan peran aktif para anggota kelompok. Namun, para perwakilan kelompok sepakat bahwa proses penyediaan bibit sebaiknya dilakukan melalui ‘satu pintu’ saja untuk menjamin kesamaan kualitas dari setiap jenis

(29)

bibit tanaman yang akan dipasok. Tim fasiltator tani akhirnya diserahkan tanggung jawab terhadap hal ini. Dengan catatan bahwa bibit yang dipasok harapannya adalah bibit dengan kualitas yang terjamin dan dengan harga dibawah harga pasar. Walaupun kelihatannya syarat ini agak susah dilakukan, tetapi tim fasilitator berusaha menyanggupi usulan kelompok tersebut. Alasan mengapa tim fasilitator menyanggupi usulan ini adalah sebab bagi tim fasilitator usulan ini adalah tanggung jawab yang besar yang dibebankan kepada mereka untuk kemajuan demplot di Kecamatan Mane. Dan kemajuan usaha pertanian/perkebunan di Mane. Tim fasilitator sangat antusias dalam hal ini, bahkan ada beberapa jenis bibit tanaman (pisang) yang disumbangkan ke salah satu kebun demplot yakni desa Lutueng. Demplot Lutueng adalah demplot yang dimiliki dayah pengajian. Tenggat waktu penyediaan bibit di lokasi demplot jatuh pada tanggal 6 Januari 2010, terutama untuk jenis tanaman inti (coklat).

b) Identifikasi dan Analisa Kebutuhan Pelatihan Di Masa Depan

Selain membicarakan beberapa hal tentang perkembangan dan kebutuhan demplot di masa selanjutnya. Tim fasilitator tani mengajak para perwakilan kelompok untuk menganalisa dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan di masa-masa mendatang. Bagi tim fasilitator dan pihak FFI Aceh, identifikasi ini sangat penting dilakukan untuk melihat kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh petani di kecamatan ini untuk kemajuan dan penguatan usaha perkebunan/pertanian mereka. Dengan adanya pendampingan dan pelatihan tersebut diharapkan bahwa para petani ini benar-benar mampu mengolah dan mengintensifkan lahan mereka untuk mendapatkan hasil produksi lahan yang maksimal.

a. Pelatihan pupuk organik

b. Pelatihan teknik pemangkasan tanaman coklat c. Perawatan tanaman durian

d. Teknik okulasi dan sambung untuk tanaman coklat e. Pelatihan sanitasi lahan

f. Pelatihan peremajaan tanaman

g. Pelatihan paska produksi (sistem penjemuran coklat)

h. Pelatihan pasca panen lainnya untuk pemasaran kelompok, serta i. Pelatihan manajemen kelompok dan keuangan kelompok

c) Sosialisasi Rencana Studi Banding Penguatan Kelompok Di Saree, Aceh Besar

Dalam pertemuan antar kelompok ini pula, tim FFI Aceh dan fasilitator tani mensosialisasikan rencana studi banding kelompok demplot ke Forum Alur Mancang Saree (FAMS) di Saree, Aceh Besar. Studi banding ini bertujuan untuk penguatan kelompok demplot yang telah terbentuk. Dalam studi banding nanti, perwakilan kelompok demplot

(30)

akan belajar dan berdiskusi dengan kelompok-kelompok tani perkebunan di Saree yang tergabung dibawah FAMS.

Kegiatan studi banding ini didesain secara khusus dalam bentuk workshop penguatan kelompok setengah hari. Beberapa materinya adalah seperti: kekuatan organisasi, tujuan kelompok, manajemen kelompok, manajemen keuangan kelompok, struktur kelembagaan dan aturan-aturan. Hingga materi tentang akses kelompok ke pihak lainnya. FAMS akan menfasilitasi kegiatan ini dan menyediakan pemateri untuk berbagi pengalaman kepada perwakilan kelompok yang hadiri pada kegiatan tersebut. Diharapkan setelah mengikuti workshop ini, masing-masing kelompok demplot bisa mengadopsi pengalaman dan pembelajaran baru tentang penguatan kelompok yang telah diberikan. Agenda lainnya setelah workshop adalah para perwakilan kelompok demplot anggota diajak untuk berkeliling ke kebun para petani coklat di Saree. Selain itu akan dilakukan kunjungan ke lokasi pembuatan pupuk organik dan sentra industri kecil pembuatan keripik ubi dan pisang dan pembuatan tape ubi yang telah dilakukan oleh masyarakat Saree.

Rencananya kegiatan ini akan dilakukan pada tanggal 30-31 Januari 2010.

5. Tahapan Lanjutan

Tahapan lanjutan dilakukan pada tanggal 04-06 Januari 2010 untuk penyediaan kebutuhan bibit bagi masing-masing demplot. Setelahnya adalah tahapan kegiatan penanaman yang akan dilakukan sekitar tanggal 12-17 Januari 2010. Tahapan penanaman akan dilakukan secara serempak di 4 kebun demplot di Kecamatan Mane. Untuk tahap awal akan dilakukan penanaman jenis bibit tanaman inti (coklat).

(31)

7. Tahap Penyediaan Bibit

Kebutuhan bibit disediakan sesuai dengan permintaan dari masyarakat dan anggota kelompok kebun demplot setempat. Permintaan ini muncul saat diskusi permulaan pada fase analisa kebun yang disesuaikan dengan kondisi lahan demplot yang akan dikembangkan.

Ada beberapa alasan mengapa bibit dipilih oleh anggota kelompok:

1. Untuk anggota kelompok merasa bahwa bibit tersebut adalah bibit baru di lokasi mereka. Sehingga dapat dijadikan bakal benih/ bibit (entres) bagi kebun mereka.

2. Untuk pengembangbiakan di masa depan di kampung mereka, 3. Nilai ekonomi dari jenis tanaman yang dipilih,

4. Kesesuaian dengan jenis tanaman lainnya dalam satu kebun demplot

Bibit-bibit disediakan menurut persetujuan anggota demplot dan imum mukim Mane sebagai penasehat dari program ini.

Awalnya penyediaan bibit diserahkan tanggung jawabnya langsung kepada masing-masing demplot. Namun, karena khwatir akan jaminan kualitas dan kesanggupan diantara anggota demplot, maka sebagaimana hasil kesepakatan antar kelompok pada tanggal 1 Januari 2010, penyediaan bibit diserahkan dan ditunjuk kepada FAMS (Forum Alur Mancang Saree) Aceh Besar. FAMS menyanggupi penyediaan bibit tersebut dibawah harga normal dengan jaminan kualitas. Menariknya, alasan kesanggupan FAMS ini didasarkan atas keinginan lembaga tersebut untuk membantu dan mengupayakan keberhasilan kebun demplot agroforestry di Mane.

Pada tanggal 05-06 Januari 2010, pengiriman bibit coklat dimulai dan langsung diserahkan kepada masing-masing demplot. Dilanjutkan pada tanggal 11-13, pengiriman bibit duku, pete, dan pisang ke masing-masing lokasi demplot. Sedangkan bibit lada disalurkan pada tanggal 02-03 Februari 2010.

(32)

Adapun jenis tanaman dan jumlah menurut demplot per desa adalah sebagai berikut:

1. Demplot Desa Mane

1. Bibit Coklat

420 batang

2. Bibit Lada

294 batang

3. Bibit Duku

40 batang

4. Jagung

8

pak

2. Demplot Desa Turue Cut

1. Bibit Coklat

420 batang

2. Bibit Pisang

280 batang

3. Bibit Duku

40 Batang

4. Bibit Lada

200 Batang

5. Bibit

Kacang

Tanah

40 Kg

3. Demplot Desa Blang Dalam

1. Bibit Coklat

420 batang

2. Bibit Pisang

210 batang

3. Bibit Duku

40 Batang

4. Bibit Jagung

8 pak

4. Demplot Desa Lutueng

1.

Bibit Coklat

420 batang

2.

Bibit Pete

20 batang

(33)

Tentang Bibit Tanaman Keras Kehutanan

Bibit tanaman keras kehutanan seperti mahoni, sengon dan lain sebagainya sengaja tidak disediakan dalam pengusulan untuk kebun demplot. Disebabkan karena kebutuhan jenis tanaman tersebut telah diadakan oleh kebun pusat pembibitan kecamatan/ kemukiman yang berada di Desa Turue Cut. Melalui kebun pusat pembibitan kemukiman tersebut nantinya akan diproduksi bibit tanaman keras yang akan disalurkan kepada masyarakat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie.

(34)

8. Tahap Penanaman Tanaman

Penanaman tanaman dilakukan secara bertahap. Dimulai dari tanaman coklat hingga tanaman tumpang sari di sela / gulutan tanaman coklat berada.

Tahapan kegiatan penanaman dilakukan sekitar tanggal 12-30 Januari 2010. Tahapan penanaman akan dilakukan secara serempak di 4 kebun demplot di Kecamatan Mane. Untuk tahap awal dilakukan penanaman jenis bibit tanaman inti (coklat). Kemudian baru dilanjutkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman inti adalah tanaman utama yang menentukan plot lahan bagaimana akan dimanfaatkan. Tanaman lainnya akan disesuaikan setelah plot lahan itu terbentuk.

Tahapan penanaman adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan lubang coklat dengan sistem mata lima (banjar kanan kiri atas

bawah sama rata),

2. Setelah lubang coklat terpetakan baru petani mengali lubang untuk tanaman duku, letaknya adalah di tengah antara 4 lubang coklat,

3. Posisi lubang lada tidak jauh dari lubang duku berada,

4. Setelah lubang-lubang tersebut ada, barulah ditanami tanaman coklat dengan jarak 3x4m atau 4x4m (masing-masing demplot mempunyai ukuran jarak tanaman yang berbeda satu sama lain),

(35)

Tahapan penanaman ini didasarkan pada peta kebun yang telah disusun sebelumnya oleh masing-masing anggota kelompok pada akhir bulan Desember 2009 lalu.

Perkembangan Antar Demplot (Per 12 Januari - 05 Februari 2010)

Demplot

Desa Blang Dalam Desa Turue Cut Demplot Desa Mane Demplot Desa Lutueng Demplot

1. Pengerjaan di Kebun Demplot ini termasuk yang paling baik, semua tahapan dilakukan sebagaimana yang telah direncanakan.

1. Pengerjaan di Kebun Demplot ini termasuk yang lumayan baik, semua tahapan dilakukan sebagaimana yang telah

direncanakan. Hanya saja penanamannya pernah ditunda untuk menyesuaikan dengan kalender tanam yang telah berlaku dalam masyarakat setempat. Proses tanam

terlambat satu minggu dari Demplot di desa Blang Dalam. 1. Pengerjaan pengolahan lahan sempat tertunda disebabkan musim kemarau yang membuat lahan susah diolah. Baru sekitar minggu terakhir Januari 2010, lahan diolah. Setalah seminggu sebelumnya diberikan pupuk dolomik untuk memacu kesuburan tanah.

1. Proses pelaksanaan di kebun demplot ini agak lamban.

Disebabkan beberapa hal karena lambannya proses pembentukan kelompok, sehingga berpengaruh pada terlambatnya akses dana ke pihak

kemukiman. Proses ini menganggu proses dan tahapan lainnya. Selain itu karena kekurangan dana maka pagar untuk bronjong sebagian besar belum dipasang dan inin berpengaruh pada penundaan masa tanam.

2. Bibit coklat telah ditanam, dilanjutkan dengan duku, pisang dan lada

2. Bibit coklat telah ditanam, dilanjutkan dengan duku, pisang. Sedang lada belum ditanam karena menunggu tanaman penaung ditanam

3. Bibit coklat sebagian besar telah ditanam, namun ada beberapa bibit coklat dinyatakan rusak dan hilang. (Kemungkinan besar karena tertundanya proses pengerjaan lubang tanam akibat kemarau)

3. Coklat baru ditanam diawal Februari 2010. Bibit lain masih disimpan di rumah ketua kelompok.

3. Kelompok juga menambahkan bibit tanaman kacang tanah di beberapa bagian kebun.

- - -

4. Tingkat antusiasme

(36)

Dari Demplot Desa Blang Dalam

Satu C

atatan

K

eberhasilan

Belum sampai 2 bulan sejak dibentuknya kelompok demplot agroforestry, tiba-tiba saya dan tim fasilitator tani untuk kebun demplot di kecamatan Mane dikejutkan oleh suatu kabar baik yang datang dari Desa Blang Dalam. Kabar baiknya adalah

kelompok demplot di desa tersebut mendapatkan bantuan sumbangan alat mesin pencacah kompos dari Dinas Pertanian Kabupaten Pidie.

Pada kunjungan monitoring kebun demplot tanggal 04 Februari 2010, kami

menyempatkan diri untuk melihat mesin pencacah tersebut. Ketua kelompok begtu semangat menjelaskan dan berdiskusi dengan kami tentang rencana penggunaan mesin ini bagi kelompok dan manfaatnya bagi masyarakat di desa tersebut.

(37)

Suatu yang sangat kebetulan sekali, kita baru saja mengadakan pelatihan tentang pembuatan dan praktek MOL (mikroorganisme lokal) dan teori pupuk bokashi. Nah, mesin pencacah ini sangat berkaitan dengan program pelatihan tersebut. Mesin akan sangat membantu petani untuk mengolah sampah untuk dijadikan kompos. Sedang MOL menjadi bahan lain untuk pembuatan pupuk bokasi setelah ditambahkan dengan bahan lainnya seperti kohe dan sekam.

Menurut ketua kelompok, Dinas pertanian Kabupaten Pidie memberikan bantuan ini setelah mereka berkunjung ke lokasi kebun demplot di Desa Blang Dalam. Melihat banyaknya serasah dauh dan sampah hijau lainnya. Kepala dinas yang waktu itu ikut berkunjung langsung menjanjikan bantuan mesin tersebut.

Bantuan ini menunjukan satu ciri keberhasilan yang baru tumbuh

dan akan terus tumbuh

bagi pengembangan kelompok dan sistem perkebunan agroforestry yang dijalankan oleh kelompok demplot di desa Blang Dalam Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie Provinsi Aceh ini.

(38)
(39)
(40)
(41)

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas antibakteri ekstrak heksana, kloroform, etil asetat, dan metanol daun belawan putih terhadap dua bakteri uji dengan metode bioautografi ditunjukkan pada Gambar 1..

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII IPA program Reguler dan RSBI tahun ajaran 2010/2011 di SMA Negeri 1 Kudus sebanyak 291 siswa, dengan proporsi kelas XII

Oleh karena itu klub sepakbola dunia LAZIO turut menggikuti perkembangan teknoligi informasi dengan membuat Web Site klub LAZIO terdiri nama-nama pemain dan biodata nama-nama

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil, bidang reparasi sepeda motor/perdagangan eceran suku

Kondisi ini mengandung implikasi bahwa pengetahuan tentang “Peralatan Pengolahan Makanan” masih perlu banyak belajar dan ditingkatkan lagi sehingga siswa

Dalam hal ini, BBPOM Aceh yang mengemban amanat sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM RI untuk mengawasi produk AMDK di wilayah Aceh, terutama

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas Internet Financial Reporting (IFR) pada komponen content pada website perusahaan manufaktur di Singapura juga sudah cukup

5 The writer will conduct the study at Smp Islam Nurul Ihsan Palangka Raya, because besod on observation during the writer had teaching practice at Smp Islam Nurul Ihsan Palangka