65
Penelitian ini menggunakan kombinasi dari jenis penelitian
eksplanatori-korelasional dan penelitian partisipatori (Strauss dan Corbin, 2003). Dalam
penelitian eksplanatori korelasional, peneliti menggali informasi-informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, kemudian melakukan uji korelasional dari beberapa faktor yang terkait dengan masalah kemiskinan bagi keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi. Dalam penelitian
partisipatori, peneliti melakukan wawancara secara mendalam dan terlibat
secara langsung dengan keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.
Populasi dan Sampel Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, khususnya di kecamatan yang masyarakatnya terdapat kelompok keluarga miskin . Lokasi penelitian diambil berdasarkan kriteria khusus, yaitu Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori tinggi dan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori rendah (kecil). Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai dengan Agustus 2009.
Tehnik Sampling
Penentuan sampling dalam penelitian ini tidak terlepas dari kondisi riil keluarga miskin yang ada pada kedua Kota tersebut, sehingga layak untuk dilakukan penelitian pada kedua wilayah tersebut. Berdasarkan data BPS DKI Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Kota Jakarta Utara merupakan wilayah yang tingkat kemiskinan penduduk dan keluarga adalah yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah di Kota Jakarta lainnya. Jumlah penduduk miskin adalah sebesar 116.499 orang (34.499%), sedangkan jumlah keluarga miskin di Kota Jakarta Utara mencapai 37,886 kepala keluarga (37.26 %) dari 101.674. keluarga.
Dari 2.001.899 orang total penduduk di Kota Bekasi, sebenayak 7,59 % atau sekitar 152.084 jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan. Standar kemiskinan tersebut dilihat dari kemampuan belanja kebutuhan hidup yang kurang dari Rp163.385 per bulan. Jumlah warga miskin di wilayah Kota Bekasi meningkat dari 31.727 KK menjadi 38.109 KK pada tahun 2009. Data Badan Pusat Statisk (BPS,2007) Kota Bekasi tersebut menyebutkan adanya peningkatan mencapai 7.500 KK.
Populasi penelitian ini adalah keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara sebesar 19.067 KK dan Kota Bekasi sebesar 11.927 KK. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Penarikan sampel secara berkelompok atau Cluster Random Sampling. Cluster random sampling merupakan tehnik penentuan sampel apabila sifat atau karakter masing-masing kelompok sama dengan sifat seluruh populasi (Malo et al., 2001:100). Tehnik
cluster random sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kota. Untuk menentukan penduduk yang dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 1998 : 60)
Untuk menetapkan cluster, peneliti sedapat mungkin mempunyai pengetahuan yang lengkap mengenai populasi. Kelompok cluster dapat dibentuk dalam beberapa tingkat, misalnya cluster tahap pertama adalah propinsi, cluster tahap kedua adalah kabupaten atau kecamatan dan seterusnya (Malo dan Triningtyas, 2001 : 101).
Dalam menentukan sampel ini, disesuaikan dengan karakteristik lokasi yang termasuk kategori kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori tinggi, dan kategori kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah. Alasan diambilnya kedua kategori tersebut dalam beberapa wailayah mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kelurahan sampai dengan tingkat RW/RT untuk melihat tingkat heterogenitas dari wilayah-wilayah tersebut sehingga dapat terwakili dalam penelitian ini. Beberapa tahapan dalam penentuan sampel ini adalah sebagai berikut:
Tahap pertama, peneliti membagi wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi ke dalam beberapa kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Jakarta dan Kota Bekasi. Kemudian menentukan secara acak beberapa kecamatan yang termasuk dalam kategori memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong tinggi dan beberapa kecamatan yang termasuk dalam kategori
memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong rendah. Wilayah Kota Jakarta Utara ditentukan Kecamatan Cilincing yang memiliki jumlah keluarga miskin tertinggi dan Kecamatan Kelapa Gading yang memiliki jumlah keluarga miskin terendah. Wilayah Kota Bekasi ditentukan Kecamatan Bekasi Utara yang memiliki jumlah keluarga miskin tertinggi dan Kecamatan Bekasi Barat yang memiliki jumlah keluarga miskin terendah.
Tahap Kedua, dari beberapa kecamatan yang telah ditetapkan sebagai
cluster melalui jumlah kemiskinan keluarga yang tinggi dan yang rendah tersebut, kemudian peneliti memilih beberapa kelurahan yang termasuk dalam kategori tingkat kemiskinan keluarga yang juga tergolong tinggi dan beberapa kelurahan yang termasuk dalam kategori tingkat kemiskinan keluarga yang juga tergolong
rendah.
Tahap Ketiga, Berdasarkan data kelurahan yang memiliki tingkat
kemiskinan keluarga yang tinggi dan rendah tersebut, peneliti kemudian menentukan RW yang memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang paling tinggi dan yang paling rendah.
Tahap Keempat, Selanjutnya peneliti menentukan RT yang memiliki
tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong tinggi dan rendah. Pada tahap akhir, dari beberapa RT yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi dan rendah tersebut ditentukan jumlah keluarga miskin untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Secara lebih jelas terdapat pada Tabel 6, sedangkan perinciannya terdapat pada lampiran 1.
Tabel 6. Matrik Kerangka Sampel Penelitian
Kota/Kecamatan Populasi (Rumah Tangga) Sampel (Kepala Rumah Tangga) Jakarta Utara: a. Kec. Cilincing* b. Kec. Kelapa Gading**
17.076 1.991
159 15 Bekasi
a. Kec. Bekasi Utara* b. Kec. Bekasi Barat**
9.516 2.411
98 34
Jumlah 30.994 306
Keterangan : *Kecamatan dengan jumlah KK terbesar **Kecamatan dengan jumlah KK terkecil
Responden Penelitian
Responden penelitian terdiri kepala keluarga yang ada di wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam tehnik sampling di atas. Kepada responden tersebut dilakukan wawancara terstruktur sesuai dengan kuesioner penelitian. Di samping itu, peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada kepala keluarga yang terlibat dalam kelompok usaha di kedua wilayah tersebut dengan tujuan untuk menggali informasi penting yang secara kualitatif akan sangat berguna untuk menyempurnakan analisis dalam penelitian ini.
Unit Analisis
Unit analisis merupakan unit (individu/kelompok/orang) yang dapat memberikan keterangan tentang hal-hal yang diamati atau dipelajari oleh peneliti. Unit analisis dalam penelitian ialah unit yang diteliti atau dianalisis (Singarimbun dan Effendi, 1989 : 155). Dalam membicarakan tentang populasi dan sampel dalam penelitian ini, maka yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang ada di wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.
Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (1) Survey dengan menggunakan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui wawancara secara terstruktur melalui kuesioner dengan responden, (2) Wawancara secara mendalam yang dilakukan terhadap kepala keluarga (anggota keluarga) yang termasuk dalam kategori keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, (3) Pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan anggota keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan (4) Studi dokumentasi yaitu menentukan data-data yang relevan dengan penelitian ini berdasarkan sumber referensi, buku laporan kegiatan, serta beberapa data sekunder lainnya.
Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya /inumerator) dari sumber pertamanya. Data sekunder adalah data yang tidak langsung dikumpulkan dari sumber yang diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan dalam bentuk dokumen-dikumen, laporan-laporan, gambar-gambar, grafik dan sebagainya (Suryabrata, 2003 : 39).
Pengumpulan data primer dilakukan melalui: (1) survey melalui
wawancara dengan responden berdasarkan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh peneliti dan enumerator di lapangan, (2) wawancara secara terstruktur dan mendalam yang dilakukan terhadap kepala keluarga (anggota keluarga) yang termasuk dalam kategori keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, dan (3) pengamatan
langsung di lapangan terhadap kegiatan anggota keluarga dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Data primer yang dikumpulkan dari responden yaitu:
(1) Karakteristik individu keluarga yang meliputi: (a) pendidikan formal, (b) pendidikan non formal, (c) usia, dan (d) jumlah tanggungan keluarga.
(2) Karakteristik kelompok yang meliputi: (a) kepemimpinan kelompok, (b) dinamika kelompok, dan (c) komunikasi antar kelompok.
(3) Sumber daya keluarga yang meliputi: (a) sumber daya fisik keluarga dan (b) sumber daya non fisik keluarga.
(4) Lingkungan sosial yang meliputi : (a) dampak kebijakan pemerintah, (b) ketersediaan sumber daya ekonomi, (c) ketersediaan sumber daya sosial, (d) peran media massa, (e) peluang kemitraan, dan (e) hambatan kultural
(5) Intervensi pemberdayaan yang meliputi: (a) Proses, (b) kewenangan, dan (c) fasilitasi
(6) Keberdayaan keluarga yang meliputi: (a) kemampuan adaptasi, (b) kemam-puan mencapai tujuan keluarga, (c) kemamkemam-puan berintegrasi, dan (d) tingkat latensi.
(7) Tingkat kesejahteraan keluarga yang meliputi: (a) tingkat pendapatan keluarga, (b) pemenuhan kebutuhan dasar, (c) pemenuhan kebutuhan sekunder, (d) pemenuhan kebutuhan tertier, (e) kesinambungan usaha, dan (f) pengelolaan keuangan.
Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data interval dengan menggunakan skala likert yaitu dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat).
Data sekunder yaitu berupa dokumen data dan informasi yang terdapat dalam kelompok-kelompok informal yang dibuat oleh para keluarga miskin sebagai bentuk dari kegiatan kelompok-kelompok informal tersebut. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini melalui studi dokumentasi yang dikumpulkan dalam bentuk dokumen-dokumen, laporan-laporan, gambar-gambar, grafik dan beberapa referensi yang relevan. Jenis data sekunder ini meliputi:
(1) Rencana, program dan kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok informal tersebut.
(2) Keadaan wilayah, yang di dalamnya menyangkut : batas-batas, potensi wilayah, dan iklim
(3) Data hasil penelitian berkaitan dengan evaluasi tentang kegiatan kelompok-kelompok informal di dalam menunjang kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara.
Instrumentasi
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar kuesioner yang berhubungan dengan peubah-peubah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Validitas Instrumen
Menurut Kerlinger (2000:709), validitas instrumen menunjukkan mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Kesahihan dapat didekati dengan tiga ancangan, yaitu: (1) terwakili dengan pertanyaan-pertanyaan jika kita mengukur himpunan obyek yang sama berulang kali, (2) Keterpercayaan (dependability), dan (3) Keteramalan (Predictibility). Titik berat uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi, yang dapat dari : (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur, dan (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan.
Reliabilitas Instrumen
Reabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendy, 1989: 140). Suatu alat
pengukur dikatakan memiliki reabilitas yang tinggi apabila reabilitas data tersebut memiliki sifat konsisten, ketepatan dan jika alat tersebut dipakai berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.
Pengukuran Peubah
Pengukuran adalah penunjukkan angka-angka pad suatu variabel menurut aturan-aturan yang sudah ditentukan agar dapat mengukur atau memberikan nilai yang tepat untuk konsep yang diamati mengenai tingkat pengukuran. Pengukuran adalah pemberian angka atau bilangan pada obyek atau kejadian-kejadian berdasarkan kaidah-kaidah tertentu (Kerlinger. 2000:686).
Peubah adalah suatu ciri/karakteristik yang dapat mengambil lebih dari satu nilai diantara anggota-anggota populasi (Agresti dan Finlay, 1997:19).
Pengukuran peubah menurut model penelitian diukur berdasarkan indikator-indikator peubah penelitian yang disusun sesuai arah penelitian pemberian nilai dalam bentuk angka pada suatu obyek. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemberian angka adalah pemetaan (mapping) terhadap obyek tersebut. Angka-angka hasil akhir pengukuran yang diperoleh dari obyek pengamatan dengan menggunakan kaidah pemberian angka yang jelas, dapat digunakan untuk menghitung ukuran-ukuran relasi, analisis variance, dan semacamnya (Kerlinger, 2000: 687).
Maksud mengukur obyek adalah mengukur indikasi (indicant) tentang sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan, karena tidak mungkin dilakukan penilaian langsung terhadap obyek yang diamati, terutama obyek penelitian di bidang ilmu sosial. Maka dari itu, yang harus dilakukan adalah menginferensikan sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengematan berdasarkan hal-hal yang diduga merupaka indikasi sifat-sifat obyek pengamatan tersebut (Kerlinger, 2000 : 694).
Pengukuran variabel penelitian didasarkan atas pemahaman tentang variabel, indikator, dan parameter penelitian yang disusun sesuai arah penelitian.
Analisis Data
Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan path analysis (analisis jalur). Analisis ini digunakan untuk menguraikan pola keterkaitan linier dari sekumpulan variabel yang dilandaskan pada suatu model teoritis tertentu.
Menurut Wright (Suharjo, 2006), path analysis pada dasarnya digunakan untuk mempelajari mekanisme kausalitas peubah bebas (independent) dengan peubah tak bebas (dependent), bukan sekedar mempelajari hubungan keeratan (korelasi) antara peubah.
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Penelitian
Penelitian pemberdayaan keluarga miskin melalui pendekatan kelompok ini menggunakan tujuh peubah, dengan definisi operasional, Sub peubah, dan indikator - indikator sebagai berikut:
(1) Karakteristik Individu (X1)
Karakteristik individu yaitu Sejumlah aspek internal yang melekat pada diri seseorang yang dapat digunakan untuk menggambarkan karakter seseorang, yang terkait dengan kemampuan dan keberdayaan dirinya dalam berkelompok antara lain Pendidikan formal, Pendidikan non-formal, Usia, Jumlah tanggungan keluarga. Peubah karakteristik individu diukur melalui empat indikator dan sejumlah parameter sebagaimana pada Tabel 7.
Tabel 7. Indikator dan Parameter Karakteristik Individu
Peubah: Karakteristik Individu (X1)
Indikator (patokan / petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria
X1.1.Pendidikan formal
Penambahan kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui lembaga seko-lah/perguruan tinggi resmi
(1) Jenis pendidikan yang diikuti
(2) Jumlah tahun sukses dalam pendidikan formal
Tahun
X1.2.Pendidikan non –formal
Penambahan kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui lembaga terorganisir resmi
(1) Jumlah Pelatihan yang diikuti
(2) Jumlah Workshop yang diikuti
(3) Jumlah Penyuluhan yang pernah diikuti
Berapa kali (frekuensi)
X1.3. Usia Sejumlah tahun yang menunjukkan pengalaman hidup
(1) Akumulasi jumlah tahun
sejak lahir Tahun
X1.4.Jumlah tanggungan keluarga
Sejumlah orang yang tergolong tidak produktif yang harus di-hidupi dan dibiayai dalam keluarga tersebut
(1) Jumlah isteri yang menjadi tanggungan
(2) Jumlah anak yang menjadi tanggungan
(3) Jumlah anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan
(2) Karakteristik Kelompok (X2)
Karakteristik kelompok adalah suatu keadaan di mana suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam kelompok yang dapat membuka perilaku kelompok dan anggota-anggotanya yang terdiri dari keluarga miskin tersebut mencakup beberapa aspek antara lain kepemimpinan kelompok, dinamika kelompok, dan komunikasi antar kelompok. Peubah keberdayaan kelompok diukur melalui tiga indikator dan sejumlah parameter sebagaimana dituangkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Indikator dan Parameter Karakteristik Kelompok
Peubah : Karakteristik Kelompok (X2) Indikator
(patokan/petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria X2.1 Kepemimpinan
kelompok
Kegiatan pimpinan di dalam mengelola dan menggerakkan anggota dalam kumpulan yang ter-organisir untuk mencapai tujuan bersama. (1) Tingkat kemampuan pemimpin di dalam menggerakkan anggotanya. (2) Tingkat kemampuan
pemimpin dalam me-lakukan hubungan interpersonal dengan anggota. (3) Tingkat kemampuan pemimpin di dalam memberikan informasi kepada seluruh anggota (4) Tingkat kemampuan pemimpin dalam pe-ngambilan keputusan. Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X2.2.Kedinamisan kelompok
Sebuah kondisi yang menjelaskan tentang eksistensi dan proses kegiatan dari para anggota kumpulan yang terorganisir. (1) Tingkat pencapaian Tujuan bersama. (2) Tingkat kejelasan struktur organisasi. (3) Fungsi tugas dalam
kelompok
(4) Tingkat pembinaan dan pengembangan anggota. (5) Tingkat kekompakan anggota. (6) Tingkat kerjasama anggota. (7) Suasana kelompok (8) Konflik dalam kelompok (9) Maksud tersembunyi Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
Tabel 8 (lanjutan)
Peubah : Karakteristik Kelompok (X2) Indikator
(patokan/petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria X2.3. Intensitas
komunikasi Kelompok
Proses interaksi baik langsung maupun tidak langsung diantara anggota dalam kumpulan secara terorganisir (1) TIngkat intensitas interaksi antar anggota (2) Tingkat keeratan hubungan anggota (3) Tingkat kejelasan komunikasi antar anggota. (4) Tingkat saling pengertian antar ang-gota. Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
(3) Sumber Daya Keluarga (X3)
Sumber daya keluarga adalah sejumlah sumber daya yang ada dalam keluarga yang sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas keluarga, baik yang berhubungan dengan aktivitas di dalam keluarga miskin ataupun yang terkait dengan aktivitas di luar keluarga miskin itu sendiri. Sumber daya keluarga diukur melalui dua indikator utama beberapa ukuran antara lain: (1) Sumber daya fisik keluarga; dan (2) Sumber daya non fisik keuarga miskin. Peubah sumber daya keluarga beserta indikator pengukuran dan parameternya disajika pada tabel 9.
Tabel 9. Indikator dan Parameter Sumber Daya Keluarga
Peubah: Sumber Daya Keluarga (X3)
Indikator (patokan / petunjuk)
Definisi
Parameter (Ukuran) Satuan X.3.1 Sumber daya
Fisik
Segala sesuatu yang tidak bergerak yang dimiliki oleh keluarga yang memiliki nilai guna, manfaat dan menghasilkan keuntungan bagi keluarga tersebut.
(1) Luas rumah yang dimiliki keluarga (2) Luas
masing-ma-sing kamar yang ada dalam rumah (3) Luas tanah rumah
tempat tinggal (4) Posisi rumah
tem-pat tinggal keluarga
Ha atau m2
Strategis atau tidak strategis
Tabel 9 (Lanjutan)
Peubah: Sumber Daya Keluarga (X3) Indikator
(patokan / petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria
X.3.2.Sumber Daya Non-Fisik
Sejumlah sistem nilai yang dimiliki keluarga yang memberikan kegunaan, manfaat dan keuntungan bagi keluarga tersebut (1) Tingkat rasa saling percaya diantara anggota keluarga (2) Intensitas komunikasi antar anggota keluarga (3) Intensitas komu-nikasi dengan keluarga lain (te-tangga) (4) Tingkat keamanan psikis anggota keluarga (5) Tingkat kesadaran anggota keluarga terhadap pendidikan keluarga Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) (4) Lingkungan Sosial (X4)
Lingkungan sosial adalah suatu kondisi di luar keluarga yang sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan sebuah keluarga dalam menjalankan roda ekonomi dan sosial baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan sosial tersebut dapat berwujud fisik seperti yang terkait dengan panataan wilayah perkotaan dan non fisik seperti halnya nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Lingkungan sosial dapat diukur berdasarkan pendapat dari kepala keluarga miskin melalui tujuh indikator dan beberapa ukuran yaitu (1) Dampak negatif kebijakan pemerintah, (2) Ketersediaan sumber daya ekonomi, (3) Ketersediaan sumber daya sosial, (4) Peran media massa, dan (5) Jaringan Usaha, (6) Peluang kemitraan, dan (7) Pengaruh kultural. Ketujuh indikator
tersebut merupakan indikator yang dinilai secara langsung oleh responden berdasarkan kondisi yang dirasakan oleh responden. Peubah lingkungan sosial beserta indikator dan parameternya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Indikator dan Parameter Lingkungan Sosial
Peubah: Lingkungan Sosial (X4) Indikator
(patokan/petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria
X4.1.Dampak Kebijakan pemerintah
Akibat sosial yang ditimbulkan oleh ada-nya sejumlah ke-bijakan dan program yang dilakukan oleh pemerintah (1) Dampak kebijakan pembangunan kota (2) Dampak kebijakan penataan kota (3) Dampak penertiban kota Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X4.2.Ketersediaan sumber daya ekonomi
Segala sesuatu yang ada di sekitar keluar-ga yang mampu memberikan duku-ngan ekonomi terha-dap keluarga (1) Ketersediaan modal ekonomi (2) Keikutsertaan dalam pelatihan keterampilan berusaha (3) Tingkat penyerapan informasi
(4) Bantuan dari pihak luar Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X4.3.Ketersediaan sumber daya sosial
Segala sesuatu yang ada di sekitar keluar-ga yang mampu memberikan duku-ngan dalam memper-kuat sistem sosial terhadap keluarga
(1) Tingkat kepercaya-an kepercaya-antar keluarga dengan keluarga lain
(2) Kerja sama antar keluarga dengan keluarga lain (3) Intensitas kegiatan gotong royong Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X4.4. Peran Media Massa Kemampuan perangkat informasi dan pelaku media dalam memberikan pengetahuan dan perubahan perilaku bagi keluarga.
(1) Intensitas pemanfa-atan media cetak. (2) Intensitas pemanfaatan media elektronik. Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
Tabel 10 (Lanjutan)
Peubah: Lingkungan Sosial (X4) Indikator
(patokan/petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria X4.5.Jaringan Usaha Kelompok-kelompok
kerja atau usaha yang menjadi mitra kerjasa- ma .
(1) Keterseiaan jaringan informasi (2) Kerjasama dengan
Kelompok lain (3) Kerja sama dengan
pihak swasta (4) Kerja sama dengan
pemerintah Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X4.6. Peluang Kemit- raan. Sejumlah peluang dan kesempatan un-tuk melakukan kerja sama dengan kelom- pok-kelompok lain di luar kelompoknya.
(1) Tukar menukar in-formasi
(2) Intensitas komuni-kasi dengan dunia usaha Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X4.7. Pengaruh Kul- tural Sejumlah nilai–nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat (1) Adaptasi terhadap kebiasaan dalam masyarakat (2) Adaptasi terhadap keyakinan dalam masyarakat (3) Adaptasi terhadap norma dalam masyarakat Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) (5 ) Intervensi Pemberdayaan (X5)
Intervensi pemberdayaan adalah pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga – lembaga formal baik oleh pihak pemerintah, swasta, NGO (Non Goverment Organization), perguruan tinggi dengan tujuan untuk merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota keluarga miskin sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga. Peubah intervensi pihak luar dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain: proses pemberdayaan, kewenangan dalam pemberdayaan dan kegiatan fasilitasi. Peubah keberdayaan keluarga beserta indikator dan sejumlah parameter disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Indikator dan Parameter Intervensi Pemberdayaan
Peubah: Intervensi Pemberdayaan (X5) Indikator (patokan /
petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria
X5.1.Proses Pemberdayaan Serangkaian kegi-atan pemberdayaan yang di dalamnya terdapat metode, pendekatan dan substansi peningka-tan kesejahteraan keluarga (1) Pengelolaan sum-ber daya ekonomi (2) Pengelolaan usaha (3) Pengelolaan per-modalan (4) Pengelolaan pe-ngembangan jari-ngan (5) Pengelolaan orga-nisasi Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X5.2.Kewenangan dalam Pember-dayaan Kemampuan kepala keluarga di dalam mengetahui, mema-hami dan menja-lankan kegiatan memberdayakan di-rinya sendiri.
(1) Pemahaman ten- tang kegiatan pem- berdayaan (2) Kemandirian men- Jalankan kegiatan pemberdayaan Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) X5.3.Kegiatan Fasilitasi Sejumlah kegiatan pemberdayaan yang memberikan pening-katan kemampuan keluarga dalam me-nyelesaikan masalah dalam keluarga yang dilakukan secara berkelanjutan. (1) Dukungan usaha (2) Frekuensi bantuan dana stimulus (3) Frekuensi bantuan sarana prasarana usaha produktif Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
(6) Keberdayaan Keluarga (Y1)
Keberdayaan keluarga adalah kemampuan dari keluarga miskin untuk tetap bertahan hidup hidup, berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada lingkungan yang ada di sekitar keluarga sehingga mampu mencari alternatif di dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peubah keberdayaan keluarga diukur melalui empat indikator yaitu kemampuan adaptasi, kemampuan mencapai tujuan keluarga, kemampuan berintegrasi, dan tingkat latensi. Peubah keberdayaan keluarga beserta indikator dan sejumlah parameter disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 . Indikator dan Parameter Keberdayaan Keluarga Peubah: Keberdayaan Keluarga (Y1)
Indikator (patokan / petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria
Y1.1 Kemampuan adaptasi
Upaya dan kekua-tan keluarga untuk dapat menyesuai-kan diri dengan lingkungan yang ada di sekitar, baik dalam keluarga maupun lingku-ngan sosial (1) Tingkat kemampuan menyesuaikan ter-hadap lingkungan (2) Tingkat kemampuan
untuk merubah ori-entasi keluarga (3) Tingkat Kemampuan memanfaatkan sum-berdaya keluarga Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) Y1.2 Kemampuan mencapai tujuan keluarga
Upaya dan kekua- tan keluarga untuk merealisasikan kegiatan terpro-gram untuk men-capai tujuan yang diinginkan oleh ke-luarga
(1) Tingkat kemampuan mencapai tujuan eko-nomi (2) Tingkat kemampuan mencapai tujuan sosial Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi) Y1.3 Kemampuan berintegrasi
Upaya dan kekua-tan keluarga untuk membangun ke-bersamaan diantara anggota keluarga
(1) Pola interaksi dengan anggota keluarga (2) Tingkat keeratan
hu-bungan dengan ang-gota keluarga Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
Y1.4. Tingkat la-tensi
Nilai – nilai internal yang tidak tampak tetapi ada dan berpengaruh di dalam keluarga
(1) Rasa tanggung jawab masing-masing anggota keluarga (2) Tingkat persaingan
antar anggota kelu-arga
(3) Tingkat kerjasama antar anggota kelu-arga (4) Tingkat kesadaran untuk maju Interval data: 0 s/d 66,9 (rendah), 67 s/d 82,9 (sedang), 83 s/d 100 (tinggi)
(7) Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y2)
Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan keluarga di dalam mencari alternatif – alternatif pemecahan masalah keluarga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tertier. Peubah kesejahteraan keluarga akan diukur melalui empat indikator yaitu tingkat pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan
primer, pemenuhan kebutuhan sekunder, dan pemenuhan kebutuhan tertier. Peubah kesejahteraan keluarga beserta indikator dan sejumlah parameter yang disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Indikator dan Parameter Tingkat Kesejahteraan Keluarga Peubah: Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y2)
Indikator (patokan / petunjuk)
Definisi Parameter (Ukuran) Satuan
Y2.1 Tingkat penda-patan keluarga
Sejumlah penghasilan yang didapatkan dalam satu keluarga (1) Tingkat pendapatan tetap (2) Tingkat pendapatan tidak tetap Jumlah Rp. Y2.2.Pemenuhan ke-butuhan dasar
Segala sesuatu yang bersifat mendasar yang harus segera dipenuhi dalam keluarga
(1) Tingkat konsumsi per bulan/tahun untuk keperluan makan (2) Tingkat konsumsi per
bulan/tahun untuk keperluan kesehatan (3) Tingkat konsumsi per
bulan/tahun untuk keperluan perumahan
Jumlah Rp.
Y2.3.Pemenuhan ke-butuhan sekunder
Segala sesuatu yang bersifat penunjang yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi
(1) Tingkat konsumsi per bulan/tahun untuk keperluan pendidikan (2) Tingkat konsumsi per
bulan/tahun untuk keperluan rekreasi
Jumlah Rp.
Y2.4.Pemenuhan ke-butuhan tertier
Segala sesuatu yang bersifat penunjang lainnya yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi
(1) Tingkat konsumsi per bulan/tahun untuk keperluan kendaraan (2) Tingkat konsumsi per bulan / tahun untuk keperluan perhiasan (3) Jumlah tabungan
keluarga dalam setahun
Jumlah Rp.
Y2.5.Kesinambungan usaha
Tingkat keberlangsu-ngan kegiatan pro-duktif keluarga dalam jangka waktu yang lama
(1) Jumlah penambahan modal usaha
(2) Biaya terhadap kualitas dan kuantitas kegiatan usaha
(3) Biaya perluasan jaringan kerja
Jumlah Rp.
Y2.6.Pengelolaan Keuangan
Kemampuan keluarga di dalam mengatur dan menggunakan dana keluarga untuk kepentingan dan kesejahteraan keluarga pada masa yang akan datang.
(1) Jumlah dana yang dapat ditabung untuk kegiatan usaha (2) Jumlah dana yang
diinvestasi.