• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS Corydoras aeneus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS Corydoras aeneus"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS

Corydoras aeneus

SKRIPSI

ANITA PERMATA DEWI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS Corydoras aeneus

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

ANITA PERMATA DEWI C14103001

(3)

RINGKASAN

Anita Permata Dewi. Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Corydoras (Corydoras aeneus). Dibimbing oleh Irzal Effendi dan Tatag Budiardi.

Salah satu ikan hias yang berprospek untuk dibudidayakan adalah corydoras (Corydoras aeneus). Produksi dalam negeri ikan ini belum mampu memenuhi permintaan pasar terutama pasar ekspor. Intensifikasi budidaya ikan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran dan pengelolaan lingkungan melalui sistem resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran yang tepat ikan Corydoras aeneus dengan ukuran 2,0 – 2,2 cm yang dipelihara dalam sistem resirkulasi.

Penelitian ini dilaksanakan mulai Agustus sampai dengan September 2007 di Laboratorium Sistem dan Teknologi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan uji adalah corydoras berukuran S dengan panjang rata-rata 2,13±0,031 cm dipelihara dalam akuarium (60x30x28 cm) sebanyak 9 unit yang disusun dalam sistem resirkulasi. Rancangan perlakuan percobaan ini adalah padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/l dengan 3 kali ulangan. Setiap akuarium diisi air sebanyak 33,6 l. Ikan diberi pakan cacing sutera secara adsatiation dan diberikan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam. Pertumbuhan, kelangsungan hidup, efisiensi pakan dan kualitas air diamati setiap 7 hari selama 42 hari.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan padat penebaran dari 3 hingga 8 ekor/l tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan. Peningkatan padat penebaran (X) dari 3 hingga 8 ekor/l hanya mempengaruhi pertumbuhan panjang mutlak (Y) dengan persamaan Y = 0,2417X + 2,0164. Dari hasil penelitian disarankan untuk menerapkan padat tebar 8 ekor/liter dalam usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus berukuran 2,13 cm dengan sistem resirkulasi.

(4)

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS

Corydoras aeneus

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Anita Permata Dewi C14103001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Corydoras (Corydoras aeneus) Nama Mahasiswa : Anita Permata Dewi

Nomor Pokok : C14103001

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Akuakultur Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Irzal Effendi, M.Si. Tatag Budiardi, M.Si

NIP : 131 841 732 NIP : 132 169 277

Mengetahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP : 131 578 799

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Corydoras (Corydoras aeneus)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis dengan keikhlasan dan ketulusan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Daddy dan Mama atas didikan dan doa yang tiada henti serta kasih sayang dan dukungannya pada penulis.

2. Bulek Rin dan adikku Intan atas dukungan dan perhatiannya.

3. Bapak Irzal Effendi, M.Si. dan Bapak Tatag Budiardi, M.Si. selaku Komisi Pembimbing yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi penulis selama menjadi mahasiswa.

4. Bapak Dr. D. Djokosetiyanto selaku Penguji Tamu yang telah memberi banyak masukan.

5. Bapak Dr. Chairul Muluk.

6. Adhisakti atas dukungannya selama ini.

7. Meika, Ardyanti Yua, Ntur, Tyas, Wika, Oneng.

8. Rekan-rekan seperjuangan: Padel, Faton, Fajar Adi, Bayu, B4, Giri, Epank, Dila, Deti, Windu, Majaw, Wiena, Rositha, Bambang dan Kak Tantribali.

9. Semua pihak yang tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada 1 Februari 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ir. Herry P. Santoso dan Endang Pudjiningsih. Penulis memulai pendidikan di SDI Al-Azhar Sukabumi dan lulus pada 1997, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Sukabumi dan lulus 2000. Di tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Sukabumi dan lulus 2003. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah, Penulis pernah melaksanakan Praktek Pembenihan dan Pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) di Solar Sahara Usahamina Bali, pada Juli - Agustus 2006. Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul “PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CORYDORAS (Corydoras aeneus)”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Biologi Ikan Corydoras (Corydoras aeneus) ... 3

2.2 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan ... 4

2.3 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kualitas Air ... 6

2.4 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kelangsungan Hidup ... 8

2.5 Sistem Resirkulasi ... 9

2.5.1 Filter Fisik ... 10

2.5.2 Filter Biologi ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 11

3.1 Tempat dan Waktu ... 11

3.2 Persiapan Wadah ... 11

3.3 Penebaran Ikan ... 12

3.4 Rancangan Percobaan ... 12

3.5 Pemberian Pakan ... 13

3.6 Pengelolaan Air ... 13

3.7 Pencegahan Hama dan Penyakit ... 14

3.8 Pengumpulan dan Analisis Data ... 14

3.8.1 Pengamatan ... 14

3.8.2 Keuntungan Usaha ... 16

3.8.3 Analisis Data... ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak... 18

4.1.2 Pertumbuhan Bobot Harian ... 19

4.1.3 Kelangsungan Hidup ... 19

4.1.4 Koefisiensi Keragaman Panjang ... 20

4.1.5 Efisiensi Pakan ... 21

4.1.6 Produksi... 21

4.1.7 Keuntungan Usaha... 22

4.1.8 Kualitas Air... 22

(9)

V. KESIMPULAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Corydoras aeneus (Anonim, 2007) ... 3 2. Filter dan tandon penampungan air untuk pemeliharaan ikan Corydoras

aeneus dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 12 3. Ikan Corydoras aeneus yang ditebar berukuran 2,13±0,013 cm... 12 4. Pakan alami berupa cacing sutera yang diberikan pada pemeliharaan ikan

Corydoras aeneus dengan padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 13 5. Pertambahan panjang ikan corydoras (Corydoras aeneus) yang dipelihara

selama 6 minggu pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 18 6. Pertumbuhan panjang mutlak ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada

padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter setelah pemeliharaan 6 minggu ... 18 7. Pertumbuhan bobot harian ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada padat

tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 19 8. Kelangsungan hidup ikan corydoras (Corydoras aeneus) dengan

padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 20 9. Koefisien keragaman panjang ikan corydoras (Corydoras aeneus) dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 20 10. Efisiensi pakan ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada padat

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa spesies ikan dalam

pemeliharaan di akuarium pada berbagai padat penebaran... 6 2. Fisika kimia air media pemeliharaan beberapa spesies ikan yang dipelihara dengan berbagai tingkat kepadatan... 7 3. Koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter... 21 4. Parameter uji dalam pemeliharaan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter... 22 5. Analisis usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus pada padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter... 22 6. Kualitas air selama masa pemeliharaan ikan Corydoras aeneus pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter selama 6 minggu ... 23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan Corydoras aeneus dengan

kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter ………. 30 2. Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aeneus ... 30 3. Struktur filter dalam sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aeneus

dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter... 31 4. Rancangan pengacakan akuarium ... 31 5. Panjang ikan Corydoras aeneus ... 32 6. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan Corydoras aeneus yang dipelihara

pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter dalam sistem resirkulasi ... 32 7. Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aeneus ... 32 8. Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan pertumbuhan panjang mutlak

ikan corydoras (Corydoras aeneus) yang dipelihara dengan padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter... 33 9. Bobot ikan Corydoras aeneus ... 33 10. Laju pertumbuhan bobot (%) ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 33 11. Analisis ragam pertumbuhan bobot harian ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 34 12. Kelangsungan hidup (%) ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 34 13. Analisis ragam kelangsungan hidup ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 34 14. Koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan

kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 34 15. Analisis ragam koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 34 16. Efisiensi pakan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan

(13)

17. Analisis ragam efisiensi pakan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 35 18. Data jumlah intake pakan mingguan ikan Corydoras aeneus . yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter... 35 19. Rata-rata pakan yang dimakan pada pemeliharaan ikan Corydoras aeneus

dengan padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter ... 35 20. Analisis usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus ... 36 21. Suhu dalam media pemeliharaan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara

dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 38 22. Kandungan oksigen terlarut (mg/liter) dalam media pemeliharaan ikan

Corydoras aeneus yang dipelihara dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 38 23. Nilai pH media pemeliharaan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan

padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 39 24. Kandungan amoniak (mg/liter) dalam media pemeliharaan ikan Corydoras

aeneus yang dipelihara dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 39 25. Kandungan nitrit (mg/liter) dalam media pemeliharaan ikan Corydoras aeneus

yang dipelihara dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 40 26. Kandungan alkalinitas (mg/liter CaCO3) dalam media pemeliharaan ikan

Corydoras aeneus yang dipelihara dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 6 minggu ... 40

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan hias merupakan usaha yang berprospek baik. FAO (2004)

dalam Departemen Kelautan dan Perikanan (2005) menyatakan bahwa produksi serta perdagangan ikan hias air tawar Indonesia memiliki kontribusi yang besar terhadap industri ikan hias dunia yang diestimasi antara 1 – 5 milyar US$. Pemasok ikan hias dunia masih didominasi oleh Asia dengan kontribusi 65%, sedangkan selebihnya disuplai oleh Eropa dengan kontribusi 19% serta kawasan Oseania, Afrika dan Amerika Utara yang menyumbang sebesar 16%. Perkembangan pasar saat ini menunjukkan bahwa AS masih menjadi pasar utama. Indonesia sebagai negara produsen ikan hias menyumbang sebesar 35% produksi dunia. Pada 1980, nilai produksi Indonesia hanya 100 ribu US$, meningkat pada 1991 menjadi 7,8 juta US$, namun menurun menjadi 3 juta US$ pada 1993. Sementara itu nilai penjualan ikan hias tahun 1999 sebesar 11,4 juta US$, tahun 2000 turun menjadi 11,3 juta US$, tahun 2001 meningkat menjadi 14,6 juta US$ dan data terakhir tahun 2002 meningkat kembali menjadi 15,05 juta US$. Indonesia mengalami peningkatan penjualan ikan hias ekspor dan berada di urutan ke-3 setelah China dan India. Tujuan ekspor ikan hias Indonesia yaitu AS, Australia, Eropa serta beberapa negara Asia diantaranya adalah Jepang, Taiwan dan Malaysia (Kuncoro, 2004).

Saat ini jenis ikan hias air tawar yang banyak diekspor antara lain: plati, moli, cupang, botia, barbus, arwana, wader Bali, corydoras, belida dan lain-lain (Kuncoro, 2004). Corydoras merupakan salah satu ikan hias air tawar yang memiliki daya tarik, karena mempunyai bentuk yang menawan, warna yang variatif dan gerakan yang lincah. Di antara jenis ikan corydoras yang berprospek untuk dibudidayakan adalah Corydoras aeneus. Ikan ini berasal dari Amerika Selatan, punggungnya berwarna hitam keemasan dan bagian perut berwarna agak kecoklatan. Ikan corydoras mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan gemuk, memiliki dua pasang kumis yang terletak pada rahang atas dan bawah. Panjang tubuh ikan ini dapat mencapai 8 cm. Di dalam negeri, harga corydoras ukuran S (1,75 – 2,0 cm) sekitar Rp 100 – 150 per ekor, sedangkan ukuran M (2,5 cm)

(15)

2

sekitar Rp 300 – 500 per ekor. Harga ikan ini untuk ukuran M di tingkat eksportir mencapai Rp 1.500 per ekor, sedangkan di pasar mancanegara, dapat mencapai Rp 24.130 – 28.405 per ekor. Permintaan ikan corydoras dari beberapa negara Eropa dan Asia cukup tinggi yaitu sebanyak 10.000 – 20.000 ekor/bulan. Permintaan tersebut belum mampu dipenuhi produksi dalam negeri (Marliani, 2007). Hal ini disebabkan pembudidaya ikan corydoras masih menggunakan sistem tradisional dengan kepadatan rendah dalam produksinya, yakni 2 – 3 ekor/liter. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi ikan corydoras perlu intensifikasi budidaya antara lain dengan meningkatkan padat penebaran dan pengelolaan lingkungan.

Menurut Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) sehingga pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan terhenti karena telah mencapai titik carrying capacity (daya dukung lingkungan). Untuk memperoleh hasil yang optimal, peningkatan kepadatan harus juga diikuti dengan peningkatan carrying capacity. Salah satu cara meningkatkan carrying capacity yaitu dengan pengelolaan lingkungan budidaya melalui sistem resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran optimum ikan corydoras yang dipelihara dalam sistem resirlukasi.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk menentukan pengaruh padat penebaran terhadap produksi ikan Corydoras aeneus ukuran 2,0 – 2,2 cm melalui parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Corydoras (Corydoras aeneus)

Berdasarkan Hoedeman (1975), klasifikasi ikan Corydoras aeneus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actynopterygii Ordo : Siluriformes Famili : Callichthyidae Genus : Corydoras

Spesies : Corydoras aeneus

Ikan Corydoras aeneus memiliki tubuh bulat pendek, punggung lebih melengkung dibandingkan perut dan memiliki dua pasang sungut yang terletak pada rahang atas dan bawah yang berfungsi sebagai alat pendeteksi makanan (Gambar 1). Panjang tubuh ikan dewasa bisa mencapai 7 – 8 cm. Selain memiliki tubuh yang lebih besar daripada jantan, ikan corydoras betina umumnya juga memiliki pina atau sirip dorsal yang lebih lancip. Mills dan Lambert (2004) menambahkan bahwa ikan ini mempunyai karakteristik yang unik yaitu memiliki warna perunggu dan penutup tubuh transparan dengan lekukan tulang yang menonjol, terlihat dari samping berwarna keabu-abuan dan kemilau seperti logam, siripnya merah muda kecoklatan. Selain itu, corydoras juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa labyrinth organ, sehingga sesekali ikan ini harus ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Oleh karena itu, corydoras mampu hidup di rawa atau perairan dengan kandungan oksigen rendah.

Gambar 1. Corydoras aeneus (Anonim, 2007) sungut

(17)

4

Ikan ini tergolong ikan demersal dan hidup berkoloni. Di habitat alami, corydoras merupakan ikan omnivora dan bersifat bottom feeder (memakan biota dasar). Ikan ini cenderung menyukai pakan alami berupa cacing berukuran kecil (Anonim, 2007).

Ikan corydoras berasal dari kawasan Amerika Selatan, yaitu Brazil, Uruguay, Argentina, Venezuela, Colombia, dan Afrika, yakni Trinidad. Kisaran suhu air yang cocok untuk corydoras bergantung kepada ketinggian tempat ditemukan ikan ini, yaitu sekitar 10 – 12oC di daerah subtropis dan hingga 32oC di daerah tropis. Suhu pemeliharaan yang optimal untuk ikan corydoras adalah 22 – 27oC dengan nilai pH air yang baik antara 6 – 8 dan kesadahan 90 – 180 mg/liter CaCO3 (Mudjiutami, 2000).

2.2 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang, dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1997). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor utama: (1) faktor internal yang berkaitan dengan ikan itu sendiri meliputi karakteristik genetik dan kondisi fisiologis, serta (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan diantaranya komposisi kimia air, suhu, tingkat metabolisme, ketersediaan oksigen dan pakan (Hepher dan Pruginin, 1981).

Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan hasil panen per unit area (yield) merupakan fungsi dari laju pertumbuhan dan padat penebaran. Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam suatu wadah budidaya (per satuan volume atau persatuan luas wadah). Ketika pertumbuhan yang terjadi tidak dipengaruhi oleh padat tebar ikan, maka hasil akan meningkat secara linier sejalan dengan peningkatan padat tebar. Pada titik ketika intake pakan hanya mencukupi untuk pemeliharaan tubuh namun tidak cukup untuk pertumbuhan, maka peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Selama penurunan pertumbuhan tersebut tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat tebar maka hasil akan tetap meningkat meski tidak terjadi secara linier. Ketika penurunan pertumbuhan yang terjadi semakin besar maka penurunan hasil akan terjadi hingga mencapai tingkat pertumbuhan nol. Hal ini berarti bahwa hasil

(18)

ikan yang ditebar mendekati nilai carrying capacity atau daya tampung maksimum wadah budidaya.

Pertumbuhan akan terhenti saat mencapai carrying capacity jika ketersediaan pakan hanya cukup untuk pemeliharaan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Untuk menjaga tingkat potensial pertumbuhan terhadap critical standing crop (CSC), jumlah pakan harus ditingkatkan atau dengan penambahan food suplement. Cara lain untuk menjaga tingkat potensial pertumbuhan adalah dengan mengurangi tingkat kepadatan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981).

Padat penebaran erat kaitannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan (Hickling, 1971). Tabel 1 menunjukkan pengaruh padat penebaran beberapa spesies ikan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Hidayat (2007) menyatakan pertumbuhan panjang dan bobot ikan patin (Pangasius

hypophthalmus) semakin menurun seiring peningkatan kepadatan, meski hingga kepadatan 60 ekor/liter belum memperlihatkan pengaruh yang nyata. Sama seperti pada ikan patin, ikan gurame (Osphronemus gouramy) yang dipelihara pada 6, 9 dan 12 ekor/liter juga memperlihatkan pertumbuhan panjang dan bobot yang semakin menurun seiring peningkatan padat tebar, meski belum memperlihatkan perbedaan yang nyata pada kepadatan tertinggi (Rahmadani, 2007). Hal ini berarti peningkatan padat penebaran belum mencapai critical standing crop. Pada ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus, Blkr) dengan ukuran 1,5 cm yang dipelihara selama 70 hari, peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan pertumbuhan (Y) secara linier negatif dengan persamaan Y = 0,7411 – 0,0358X dan R2 = 0,7785. Pada ikan neon tetra (Paracheirodon innesi), tidak terjadi perbedaan pertumbuhan panjang seiring dengan peningkatan kepadatan (Solehudin, 2006).

Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dapat menurunkan ketersediaan pakan dan oksigen untuk setiap individu, sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi. Padat tebar yang tinggi mengakibatkan adanya kompetisi ruang, oksigen dan makanan sehingga terjadi variasi ukuran, pertumbuhan ikan melambat karena ikan kekurangan pakan dan tingkat kelangsungan hidup rendah. Peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan

(19)

6

peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, peningkatan hasil melalui peningkatan kepadatan hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan (Hepher dan Pruginin, 1981).

Tabel 1. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa spesies ikan dalam pemeliharaan di akuarium pada berbagai padat penebaran

Spesies dan Ukuran Tebar (cm) Padat Tebar (ekor/liter) Pertumbuhan Derajat kelangsungan hidup (%) Sumber L (cm) W (%) Patin (Pangasius hypophthalmus) ; 6 cm 15 3,64 6 99,55 Hidayat, 2007 30 3,63 5,96 99,39 45 3,58 5,94 98,99 60 3,54 5,81 91,86 Gurame (Osphronemus gouramy) ; 3,14 cm 6 5,94 4,94 83,52 Rahmadani, 2007 9 5,80 4,78 77,33 12 5,71 4,67 72,68 Balashark (Balantiocheilus melanopterus, Blkr) ; 1,5 cm 1 4,97 7,06 98,5 Ratih, 2006 2 4,9 6,92 96 3 4,52 6,6 95 4 4,26 6,32 97 Neon tetra (Paracheirodon innesi) ; 1,04 cm 25 0,77 - 81,87 Solehudin, 2006 50 0,77 - 74,8 75 0,77 - 75,6 100 0,77 - 68,4

Keterangan : L = Pertumbuhan panjang mutlak W = Laju pertumbuhan bobot harian

2.3 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kualitas Air

Semakin tinggi padat tebar ikan, maka akan terjadi penurunan kualitas air. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa perbedaan kepadatan memberikan nilai fisika kimia air yang berbeda. Pada ikan patin (P.

hypophthalmus), peningkatan kepadatan biomass menyebabkan peningkatan kadar amoniak dan pH serta penurunan kadar oksigen terlarut (Hidayat, 2007). Penurunan kadar oksigen terlarut akibat peningkatan padat tebar juga terjadi pada pemeliharaan ikan gurame (O. gouramy) (Rahmadani, 2007), ikan neon tetra (P.

(20)

innesi) (Solehudin, 2006) serta pada pemeliharaan ikan balashark (B.

melanopterus) (Ratih, 2006).

Nilai pH dalam media pemeliharaan ikan balashark sekitar 7,5; yaitu seperti yang disukai oleh sebagian besar biota akuatik (Effendi, 2003). Pada pemeliharaan ikan neon tetra (P. innesi), terjadi penurunan pH serta peningkatan amoniak seiring peningkatan penebaran.

Tabel 2. Fisika kimia air media pemeliharaan beberapa spesies ikan yang dipelihara dengan berbagai tingkat kepadatan

Spesies dan Ukuran Tebar (cm) Padat Tebar (ekor/ liter) Oksigen Terlarut (mg/l) pH Suhu (oC) Amoniak (mg/l) Sumber Patin (Pangasius hypophthalmus) ; 6 cm 15 5,21-7,91 7,5-7,72 27-28 0,0066-0,0721 Hidayat, 2007 30 4,84-7,85 7,5-7,64 27-28 0,008-0,0691 45 4,79-7,89 7,41-7,81 27-28 0,0064-0,0936 60 4,97-7,78 7,38-7,94 27-28 0,0067-0,1176 Gurame (Osphronemus gouramy) ; 3,14 cm 6 4,88-5,39 7,37-7,84 27 0,01-0,025 Rahmadani, 2007 9 4,54-5,39 7,36-7,84 27 0,008-0,025 12 4,63-5,39 7,43-7,84 27 0,007-0,025 Balashark (Balantiocheilus melanopterus) ; 1,5 cm 1 3,99-6,89 7,5 27-30 0,002-0,003 Ratih, 2006 2 3,26-6,53 7,5 27-30 0,002 3 3,63-6,89 7,5 27-30 0,002 4 4,35-6,53 7,5 27-30 0,002 Neon tetra (Paracheirodon innesi) ; 1,04 cm 25 4,03-6,62 6,6 27-28 0,0003 Solehudin, 2006 50 3,23-6,62 6,1 27-28 0,0004 75 3,20-6,62 6,3 27-28 0,0003 100 3,0-6,62 5,9 27-28 0,0005

Nilai pH yang cenderung asam menyebabkan nilai amoniak cukup rendah. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa jumlah fraksi amoniak semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pH perairan dan sebaliknya. Dengan persamaan amoniak sebagai berikut: NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- (Spotte, 1970). Jika pH perairan semakin meningkat, konsentrasi OH- akan semakin meningkat, sehingga laju reaksi akan bergeser ke kiri. Akibatnya kadar amoniak akan meningkat.

Pada pemeliharaan ikan gurame, adanya kandungan amoniak yang menurun di akhir pemeliharaan yaitu sebesar 0,007 – 0,010 mg/liter dari kandungan awal sebesar 0,025 mg/liter mungkin disebabkan adanya peran bakteri

(21)

8

nitrifikasi (Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.) yang mengurai amoniak menjadi nitrat dalam keadaan aerob pada biofilter. Selain itu, penurunan kandungan amoniak juga disebabkan menurunnya pH air dari 7,84 menjadi 7,36 – 7,43. Penurunan ini tidak terlepas dari keberadaan zeolit yang mampu meningkatkan alkalinitas sehingga buffer mampu mengatasi fluktuasi pH (Rahmadani, 2007).

Peningkatan padat penebaran akan menurunkan nilai oksigen terlarut akibat tingginya kebutuhan oksigen karena proses respirasi. Proses respirasi menghasilkan CO2 yang larut dalam air. Semakin tinggi CO2 menyebabkan penurunan pH. Selain itu peningkatan padat tebar juga mengakibatkan peningkatan kandungan amoniak akibat sisa metabolisme dan sisa pakan yang terdekomposisi. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981).

2.4 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup dari jumlah yang ditebar dalam suatu wadah selama masa pemeliharaan tertentu (Effendie, 1997). Tingkat kelangsungan hidup ikan menentukan jumlah produksi yang diperoleh. Kepadatan yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya kualitas air terutama kandungan oksigen terlarut dan konsentrasi amoniak (Tabel 2). Penurunan kualitas air bisa menyebabkan stres pada ikan, bahkan apabila penurunan mutu air telah melampaui batas toleransi maka akan berakibat pada kematian. Selain itu penurunan mutu air juga dapat mempengaruhi nafsu makan ikan. Saat nafsu makan berkurang, asupan pakan ke dalam tubuh ikan pun berkurang sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tidak terpenuhi. Hal ini bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian (Effendi, 2004).

Hidayat (2007) menyatakan pengaruh nyata padat tebar terhadap kelangsungan hidup ikan patin (P. hypophthalmus) terjadi ketika padat tebar mencapai 60 ekor/liter. Kelangsungan hidup ikan balashark (B. melanopterus, Blkr) cenderung menurun seiring dengan peningkatan padat penebaran meski

(22)

belum memberikan pengaruh yang nyata (Ratih, 2006). Untuk ikan gurame (O.

gouramy), peningkatan padat penebaran (X) menyebabkan kelangsungan hidup (Y) menurun dan membentuk garis linier dengan persamaan Y = 94,120 – 1,8056X (Rahmadani, 2007). Pada produksi ikan neon tetra, peningkatan padat tebar juga menyebabkan menurunnya kelangsungan hidup (Solehudin, 2006). Pada tingkat kepadatan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan individu, pemanfaatan pakan dan kelangsungan hidup ikan menurun (Nurhamidah, 2007).

2.5 Sistem Resirkulasi

Pengendalian kualitas air berperan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan selalu optimal sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dapat maksimal. Pada dasarnya, pengendalian kualitas air bertujuan untuk menghilangkan zat yang tidak diinginkan dan menambah yang dibutuhkan (Zonneveld et al., 1991).

Menurut Stickney (1979), sistem resirkulasi merupakan aplikasi lanjutan dari budidaya sistem air mengalir, hanya saja air yang sudah dipakai tidak dibuang, melainkan diolah ulang sehingga bisa dimanfaatkan lagi. Penggunaan sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan memiliki banyak keuntungan, antara lain tidak membutuhkan lahan yang luas, efektif dalam pemanfaatan air dan ramah lingkungan karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik. Kelemahan sistem ini adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun sistem karena memerlukan kondisi yang teratur agar dapat berjalan baik (Timmons dan Losordo, 1994).

Bila peningkatan padat tebar melebihi daya dukung maksimum lingkungan, pertumbuhan ikan akan terhenti. Oleh karena itu dengan sistem resirkulasi, daya dukung suatu wadah budidaya ditingkatkan sehingga pertumbuhan ikan lebih optimal.

Secara umum, sistem resirkulasi memiliki dua komponen utama yaitu wadah pemeliharaan dan filter. Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menahan material tertentu yang tidak dikehendaki (amoniak, bahan padatan, residu organik dan bahan kimia lainnya) dan meloloskan material lain yang

(23)

10

dikehendaki. Berdasarkan proses kerjanya, filter dibagi atas filter fisik, biologi dan kimiawi (Spotte, 1970)

2.5.1 Filter Fisik

Filter fisik merupakan cara pemisahan secara fisik dan mengkonsentrasikan bahan-bahan tersuspensi dari sirkulasi air (Spotte, 1970). Dalam proses ini, partikel-partikel organik yang berukuran besar dan tidak larut dalam air akan mengendap sehingga filter ini dapat digunakan sebagai pre-filter sedangkan yang berukuran kecil dan tidak mengendap akan disaring melalui filter biologi (Stickney, 1979).

Material yang dipakai sebagai filter fisik adalah pasir dan batu kerikil Filter ini bekerja secara mekanis sehingga fungsinya hanya menyaring kotoran, sisa pakan, padatan tersuspensi dan koloid. Ini sesuai dengan pernyataan Spotte (1970) bahwa fungsi dari filter mekanik adalah mengurangi kekeruhan air yang disebabkan mikroorganisme dan bahan partikel lainnya serta untuk mengurangi tingkat koloid organik. Kerikil dan pasir mengurangi kekeruhan air dengan menjebak partikel-partikel dan menyaringnya dari suspensi.

2.5.2 Filter Biologi

Dari ketiga tipe filter yang digunakan dalam sistem budidaya tertutup, filter biologi merupakan yang paling penting. Filter biologi merupakan tempat penyaringan partikel-partikel organik berukuran kecil dan larut dalam air. Dalam filter ini terjadi perombakan zat toksik berupa NH3 menjadi NO3 melalui proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Substrat yang paling baik untuk penempelan bakteri sebagai biofilter adalah polyvinyl chloride (PVC), karena sifatnya yang tidak berkarat dan tidak beracun (Stickney, 1979). Potongan pipa PVC cocok untuk dijadikan media filter karena sifatnya yang tahan karat sehingga tidak beracun bagi organisme. Faktor penting dalam nitrifikasi adalah ketersediaan permukaan substrat bagi penempelan bakteri (Spotte, 1970). Agar kinerja filter biologi efektif, maka kondisi aerobik harus terus dipertahankan karena proses nitrifikasi melibatkan bakteri aerob. Kondisi aerobik dalam filter biologi dapat dilakukan dengan cara aerasi (Stickney, 1979).

(24)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus – September 2007, bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Persiapan Wadah

Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi yang terdiri dari 9 unit akuarium untuk pemeliharaan ikan yang berukuran 60 x 28 x 30 cm (Lampiran 1 dan 2). Tahap persiapan penelitian meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, penempatan wadah, pengisian air dan stabilisasi sistem. Jenis filter yang digunakan adalah filter fisik dan biologi (Gambar 2). Pada sistem ini aliran air dari wadah budidaya masuk ke dalam wadah filter melalui pipa pengeluaran. Media filter yang digunakan berupa busa, pasir, kerikil, karang dan zeolith (Lampiran 3). Air yang telah difiltrasi dipompakan dari tandon ke wadah budidaya melalui pipa pemasukan. Media filter, yaitu pasir, kerikil, karang dan zeolith terlebih dahulu dicuci dengan air bersih dan dijemur. Akuarium yang digunakan terlebih dahulu didesinfektan dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) selama 24 jam kemudian dicuci hingga bersih. Setelah itu akuarium diisi air bersih yang berasal dari air PDAM dan media filter disusun ke dalam wadah filter. Sebelum dipakai untuk penelitian, sistem akan dijalankan selama 14 hari untuk menstabilkan debit air sekaligus pemeriksaan komponen yang belum berfungsi. Stabilisasi sistem berfungsi untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi pada filter biologi.

(25)

12

Gambar 2. Filter dan tandon penampungan air untuk pemeliharaan ikan Corydoras

aeneus dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

3.3 Penebaran Ikan

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Corydoras aeneus berukuran 2,0 – 2,2 cm yang berumur 60 hari yang berasal dari kawasan Parung (Gambar 3). Penebaran diawali dengan aklimatisasi suhu. Setelah suhu pada kantong plastik benih sama atau tidak berbeda jauh dengan suhu di akuarium, maka benih ditebar perlahan-lahan ke dalam akuarium. Aklimatisasi dilakukan agar tidak terjadi kematian benih akibat perbedaan suhu air pada kantong plastik dengan air pada akuarium.

Gambar 3. Ikan Corydoras aeneus yang ditebar berukuran 2,13±0,031 cm.

3.4 Rancangan Percobaan

Ikan ditempatkan secara acak pada tiap akuarium. Penempatan akuarium dilakukan secara acak (Lampiran 4). Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan tersebut meliputi padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

Model linear yang digunakan sesuai Steel dan Torrie (1991) adalah: Yij = µ + σi + εij

(26)

Keterangan:

Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan

σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5 Pemberian Pakan

Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan cacing sutera yang berasal dari daerah Pasar Darmaga (Gambar 4). Pakan diberikan secara ad satiation (sekenyangnya) dan dicatat jumlahnya setiap kali pemberian (Lampiran 18). Pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pukul 08.00, 14.00 dan 19.00 WIB dengan disebarkan secara merata ke dasar akuarium. Sebelum diberikan, pakan dicelupkan ke dalam larutan kalium permanganat selama 2 – 3 detik untuk membunuh organisme patogen yang kemungkinan menempel pada cacing.

Gambar 4. Pakan alami berupa cacing sutera yang diberikan pada pemeliharaan ikan

Corydoras aeneus dengan padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter

3.6 Pengelolaan Air

Kualitas air media pemeliharaan dipertahankan dengan penyifonan yang dilakukan setelah pemberian pakan pagi yaitu pada pukul 09.00 WIB dan pergantian air sebanyak 10% volume setiap satu minggu sekali. Sumber air yang digunakan adalah air PDAM yang telah diendapkan.

Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu dengan menggunakan termometer, oksigen terlarut dengan DO-meter, amoniak (NH3) dengan metode indophenol (phenate), nitrit (NO2) dengan menggunakan metode sulfanilamide,

(27)

14

pH dengan menggunakan pH-meter, alkalinitas dengan metode titrasi. Seluruh pengamatan parameter kualitas air dilakukan seminggu sekali kecuali parameter suhu yang dilakukan setiap hari. Sampel air diambil dari dasar akuarium.

3.7 Pencegahan Hama dan Penyakit

Pencegahan hama dan penyakit terutama yang menyebabkan fin root dilakukan dengan penggunaan satu pemanas (heater) berdaya 350 watt yang ditempatkan pada bak tandon bersih dengan suhu 30oCdan pemberian elbaju pada minggu awal pemeliharaan. Penyakit fin root atau penyakit columnaris disebabkan bakteri Cytophaga columnaris dan Flexibacter columnaris. Gejala penyakit ini antara lain ikan tidak nafsu makan, pada bagian yang terinfeksi terdapat bercak-bercak putih halus yang kemudian menjadi merah karena pendarahan dan sirip rontok. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam tawas (CuSO4) selama 1 – 2 menit, dengan dosis 1 ml tawas untuk 2 liter air. Setelah itu ikan direndam selama 30 menit dalam air baru yang telah ditambahkan tetrasiklin (dosis: 10 mg/liter) (Lesmana dan Dermawan, 2001).

3.8 Pengumpulan dan Analisis Data 3.8.1 Pengamatan

Parameter yang diamati selama penelitian meliputi jumlah ikan, panjang total, bobot rata-rata ikan, jumlah pakan serta kualitas air. Pengamatan dilakukan selama 6 minggu. Parameter tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan harian bobot, pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup.

1) Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor/ akuarium untuk diukur bobotnya menggunakan timbangan digital. Laju pertumbuhan harian (α) dihitung dengan menggunakan rumus menurut Huisman (1987):

(28)

% 100 1 x W W o t t         − = α

Keterangan : α = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram) t = Waktu pemeliharaan (hari)

2) Derajat Kelangsungan Hidup (SR)

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Untuk menghitung kelangsungan hidup (SR) digunakan rumus menurut Goddard (1996): % 100 x N N SR o t =

Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

3) Pertumbuhan panjang mutlak

Panjang total ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor/ akuarium untuk diukur panjangnya setiap seminggu sekali dengan menggunakan jangka sorong. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus:

p=PtP0

Keterangan : p = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

t

P

= Panjang rata-rata ikan pada saat akhir (cm) o

(29)

16

4) Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan selisih bobot biomass ikan pada saat penimbangan ditambah bobot ikan yang mati dengan bobot biomass awal dan dibandingkan dengan jumlah pakan yang telah diberikan sampai saat penimbangan. Perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus Zonneveld et al., (1991): EP = F W W Wto)+ d ( x 100% Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan akhir (gram)

Wo = Biomassa ikan awal (gram)

Wd = Biomassa ikan mati (gram) F = Jumlah intake pakan (gram)

5) Koefisien Keragaman Panjang

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman. Keragaman nilai ini merupakan persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengah, dengan rumus menurut Steel dan Torrie (1991):

KK = (S/ Y ) x 100%

Keterangan : KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh

3.8.2 Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha dihitung berdasarkan selisih antara pendapatan yang diperoleh dengan total modal yang dikeluarkan pada setiap padat penebaran. Padat penebaran yang paling optimal diperoleh berdasarkan pada keuntungan yang paling tinggi. Pendapatan merupakan jumlah pemasukan yang didapat dari hasil produksi. Pendapatan bergantung kepada jumlah ikan yang dijual dan harga. Untuk menghitung pendapatan digunakan rumus:

(30)

I = N X P

Keterangan: I = Pendapatan

N = Jumlah ikan yang dijual P = Harga

Total modal adalah jumlah keseluruhan biaya yang digunakan untuk proses produksi. Biaya dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan. Keuntungan diperoleh berdasarkan selisih antara pendapatan dengan total modal. Keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: B = I – TM Keterangan: B = Keuntungan I = Pendapatan TM = Total modal 3.8.3 Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 11.5 yang meliputi:

1) Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh kepada laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

2) Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan parameter produksi dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan ikan corydoras selama penelitian dengan menggunakan tabel dan grafik.

(31)

18 1.53 1.50 1.38 0 0.5 1 1.5 2 3 5 8

padat penebaran (ekor/liter)

P e rt u m b u h a n p a n ja n g m u tl a k ( c m ) 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 0 1 2 3 4 5 6 minggu ke-P a n ja n g ( c m )

3 ekor/liter 5 ekor/liter 8 ekor/liter

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Panjang ikan selama pemeliharaan mengalami peningkatan dari 2,13 menjadi 3,59 cm (Gambar 5). Pertumbuhan panjang mutlak (cm) yang diperoleh pada semua tingkat kepadatan berkisar antara 1,38 cm hingga 1,53 cm (Gambar 6), sedangkan panjang rata-rata akhir ikan berkisar antara 3,52 cm hingga 3,65 cm (Lampiran 5). Padat penebaran berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang ikan corydoras (p<0,05), sehingga semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan, maka pertumbuhan panjang mutlaknya semakin kecil (Lampiran 7).

Gambar 5. Pertambahan panjang ikan corydoras (Corydoras aeneus) yang dipelihara selama 6 minggu pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

Gambar 6. Pertumbuhan panjang mutlak ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter setelah pemeliharaan 6 minggu

(32)

2.77 2.52 2.83 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3 5 8

Padat tebar (ekor/liter)

L a ju p e rt u m b u h a n b o b o t h a ri a n (% )

4.1.2 Pertumbuhan Bobot Harian

Hasil pengamatan pertumbuhan bobot harian selama masa pemeliharaan pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter berkisar antara 2,52% hingga 2,83%. Bobot akhir yang diperoleh pada percobaan ini berkisar antara 0,84 gram hingga 0,95 gram. Ikan corydoras yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter memiliki pertumbuhan bobot harian yang sama (p>0,05) (Gambar 7 dan Lampiran 11).

Gambar 7. Pertumbuhan bobot harian ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

4.1.3 Kelangsungan Hidup

Berdasarkan jumlah individu yang hidup selama masa pemeliharaan, kelangsungan hidup rata-rata ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan tingkat kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter berturut-turut adalah 98,35, 98,81 dan 97,89 %. Perbedaan tingkat kepadatan tebar ikan corydoras masih memberikan derajat kelangsungan hidup yang sama (p>0,05) (Gambar 8 dan Lampiran 13).

(33)

20 97.89 98.81 98.35 0 25 50 75 100 3 5 8

padat penebaran (ekor/liter)

k e la n g s u n g a n h id u p ( % ) 15.10 15.38 14.79 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 3 5 8

padat tebar (ekor/liter)

k o e fi s ie n k e ra g a m a n ( % )

Gambar 8. Kelangsungan hidup ikan corydoras (Corydoras aeneus) dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang

Pada hari ke-42, panjang rata-rata ikan corydoras pada padat penebaran 3 ekor/liter sebesar 15,10±1,46 cm, padat penebaran 5 ekor/liter sebesar 15,38±1,32 cm dan padat penebaran 8 ekor/liter sebesar 14,79±0,52 cm. Kisaran keragaman tersebut masih dibawah 20% sehingga masih dianggap seragam. Padat penebaran ikan corydoras tidak memberikan pengaruh terhadap koefisien keragaman panjang (Gambar 9 dan Lampiran 15).

Gambar 9. Koefisien keragaman panjang ikan corydoras (Corydoras aeneus) dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

a a a

(34)

17.02 18.82 18.12 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 3 5 8

padat penebaran (ekor/liter)

E fi s ie n s i p a k a n ( % )

Tabel 3. Koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

Produksi per size (%)

Padat Tebar (ekor/liter)

3 3 3 5 5 5 8 8 8

Ul1 Ul2 Ul3 Ul1 Ul2 Ul3 Ul1 Ul2 Ul3

M 2,97 0 0 3,6 0 3 0 0 3,35

ML 86,14 89,1 93 92,86 85,12 79,16 92,56 96,3 91,45

L 9,9 7 7 3 13,1 16,7 6,7 0 3,35

4.1.5 Efisiensi Pakan

Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama masa pemeliharaan, nilai efisiensi pakan yang didapat untuk setiap perlakuan berkisar antara 17,02% hingga 18,82%. Ikan corydoras yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter memiliki efisiensi pakan yang sama (p>0,05) (Gambar 10 dan Lampiran 17).

Gambar 10. Efisiensi pakan ikan corydoras (Corydoras aeneus) pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

4.1.6 Produksi

Hasil penelitian mengenai produksi ikan corydoras dengan padat penebaran yang berbeda dinyatakan dengan parameter panjang tubuh, pertumbuhan bobot harian, kelangsungan hidup, efisiensi pakan dan koefisien keragaman. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 3.

(35)

22

Tabel 4. Parameter uji dalam pemeliharaan ikan Corydoras aeneus yang dipelihara pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

Parameter Uji Nilai parameter pada padat penebaran 3 ekor/liter 5 ekor/liter 8 ekor/liter Pertumbuhan panjang

mutlak (cm)

1,53±0,012a 1,50±0,045a 1,38±0,060b Pertumbuhan bobot harian

(%)

2,83±0,257a 2,77±0,160a 2,52±0,127a Kelangsungan hidup (%) 98,35±2,061a 98,81±0,595a 97,89±1,502a Efisiensi pakan (%) 18,12±1,63a 18,82±1,72a 17,02±1,62a Koefisien keragaman (%) 15,10 ±1,46a 15,38±1,32a 14,79±0,52a

Keterangan: Huruf superscript yang tidak sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

4.1.7 Keuntungan Usaha

Nilai analisis usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus pada masing-masing perlakuan selama penelitian berlangsung tercantum pada Tabel 4.

Tabel 5. Analisis usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus pada padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter

Keterangan

Padat tebar (ekor/liter)

3 3 3 5 5 5 8 8 8

Ul1 Ul2 Ul3 Ul1 Ul2 Ul3 Ul1 Ul2 Ul3 Total modal (Rp) 52050 52050 52050 66900 66900 66900 86900 86900 86900 Produksi (ekor) 100 97 101 167 165 166 267 259 264 Pendapatan total (Rp) 40850 39500 41100 67000 68200 68950 108600 103600 106050 Keuntungan (Rp) -11200 -12550 -10950 100 1300 2050 21700 16700 19150

4.1.8 Kualitas Air

Suhu media pemeliharaan berkisar antara 28 – 30,5oC (Tabel 4). Kandungan oksigen terlarut dalam akuarium ikan corydoras selama masa pemeliharaan berkisar antara 3,4 – 6,85 mg/liter. Nilai pH selama masa pemeliharaan ikan corydoras berkisar antara 5,2 – 7,36. Terdapat kecenderungan penurunan nilai pH air dengan meningkatnya masa pemeliharaan. Konsentrasi amoniak selama masa pemeliharaan ikan corydoras berkisar antara 0,000151 – 0,0128 mg/liter. Konsentrasi nitrit selama masa pemeliharaan ikan Corydoras

aeneus berkisar antara 0,1145 – 2,088 mg/liter. Kandungan alkalinitas selama pemeliharaan ikan Corydoras aeneus dalam akuarium sistem resirkulasi berkisar antara 8 – 73,58 mg/liter CaCO3 (Lampiran 25). Nilai alkalinitas cenderung menurun dengan meningkatnya masa pemeliharaan.

(36)

Tabel 6. Kualitas air selama masa pemeliharaan ikan Corydoras aeneus pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter selama 6 minggu

Perlakuan Parameter Kualitas Air

Suhu (oC) DO (mg/l) pH Amoniak (mg/l) Nitrit (mg/l) Alkalinitas (mg/l CaCO3) 3 ekor/l 29 – 29,5 4,6 – 6,28 5,57 – 7,36 0,0004 – 0,0128 0,1435 – 2,088 7,96 – 71,64 5 ekor/l 28,5 – 29 4,55 – 6,57 5,57 – 7,3 0,0003 – 0,0112 0,1475 – 1,794 8 – 55,72 8 ekor/l 29 3,4 – 5,84 5,2 – 7,19 0,0002 – 0,0091 0,2189 – 1,022 8 – 59,7 Tandon air bersih 30 – 30,5 4,75 – 6,19 5,53 – 7,31 0,0004 – 0,0078 0,1145 – 1,647 10 – 73,58 Tandon filter 28 – 29 4,42 – 6,85 5,73 – 7,23 0,0003 – 0,0105 0,1435 – 1,647 7,96 – 59,7 4.2 Pembahasan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1997). Dari hasil yang diperoleh selama masa pemeliharaan, parameter pertumbuhan panjang menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan (p<0,05). Gambar 6 memperlihatkan bahwa semakin tinggi kepadatan, pertumbuhan panjang mutlak ikan corydoras semakin menurun. Panjang akhir setiap perlakuan pada padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter masing-masing sebesar 3,65 cm; 3,62 cm dan 3,52 cm (Lampiran 5). Setelah diuji lanjut diperoleh hasil pertumbuhan panjang mutlak pada padat tebar 3 ekor/liter sama dengan padat tebar 5 ekor/liter namun lebih tinggi daripada kepadatan 8 ekor/liter (Lampiran 7 dan 8). Berbeda dengan pertumbuhan panjang mutlak, pada pertumbuhan bobot meski terjadi penurunan seiring peningkatan kepadatan, tetapi perlakuan kepadatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian (Lampiran 11). Hal ini diduga karena hubungan panjang-bobot bersifat allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) (Andi et al., 2005). Dengan demikian perbedaan padat penebaran hanya memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang, namun belum memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian. Selain itu biomassa pada padat tebar tertinggi belum melampaui daya dukung (carrying capacity) perairan sehingga pertumbuhan biomassa belum mencapai titik CSC (critical standing crop). Daya dukung merupakan

(37)

24

kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tersebut tanpa menambah atau mengurangi biomassanya.

Kelangsungan hidup biota selama penelitian berkisar antara 97,89% hingga 98,81%. Tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan hasil analisis ragam menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata perlakuan padat penebaran terhadap kelangsungan hidup ikan (Lampiran 13). Kematian yang terjadi diduga disebabkan karena penyakit. Dari beberapa ikan yang mati ditemukan sirip ekor yang kurang sempurna, tubuh berlendir dan berwarna pucat. Kematian yang terjadi cukup rendah karena penyakit yang ada belum menular.

Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi ukuran panjang pada setiap perlakuan. Peningkatan padat tebar hingga 8 ekor/liter memberikan pengaruh yang sama terhadap koefisien keragaman panjang. Hal ini disebabkan cukupnya jumlah pakan yang diberikan sehingga variasi ukuran ikan menjadi kecil.

Peningkatan padat penebaran memberikan pengaruh yang sama terhadap efisiensi pakan. Menurut Effendi (2004), efisiensi pakan bergantung pada spesies (kebiasaan makan, ukuran /stadia), kualitas air (terutama oksigen, suhu, pH dan amoniak), pakan (kualitas dan kuantitas). Dalam hal ini meski terjadi penurunan kualitas air selama masa pemeliharaan namun tidak mempengaruhi efisiensi pakan karena mutu air masih dalam batas toleransi. Kualitas pakan selalu sama karena berasal dari tempat yang sama. Efisiensi pakan terendah yaitu 17,02% pada padat tebar 8 ekor diduga disebabkan karena kualitas air pada perlakuan ini yang lebih buruk daripada kualitas air pada perlakuan lain terutama oksigen terlarut dan amoniak (Lampiran 21 dan 23). Kadar amoniak yang cukup tinggi dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah (Effendi, 2003). Hal ini akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme tubuh sehingga efisiensi pakan menjadi rendah.

Walaupun terjadi penurunan konsentrasi oksigen terlarut, tetapi masih di atas 3 mg/liter hingga akhir pemeliharaan. Mudjiutami (2000) mengatakan pada kondisi oksigen kurang dari 3 mg/liter, ikan corydoras masih bisa menggunakan

labyrinth organ sebagai alat bantu pernapasan. Kandungan amoniak di akhir sebesar 0,003 – 0,009 mg/liter cukup rendah dan tidak membahayakan ikan

(38)

karena maksimum kadar yang bisa ditoleransi ikan adalah sebesar 0,1 mg/liter (Hart dan Dos, 1993). Nilai alkalinitas selama masa pemeliharaan terjadi penurunan dari sekitar 55,72 - 73,58 menjadi sekitar 8 – 10 mg/liter CaCO3. Diduga hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya kemampuan pecahan karang dalam filter yang berperan sebagai buffer dengan semakin meningkatnya masa pemeliharaan. Alkalinitas kurang dari 20 mg/liter kurang baik karena pertumbuhan ikan membutuhkan alkalinitas dengan kisaran 20 – 200 mg/liter CaCO3 (Hart dan Dos, 1993). Nilai alkalinitas yang semakin menurun selama pemeliharaan diduga karena sistem resirkulasi yang semakin lama semakin buruk.

Produksi merupakan fungsi dari pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Dalam pemeliharaan ikan corydoras, faktor kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang lebih menentukan keberhasilan produksi. Pada akhir pemeliharaan, panjang ikan mencapai ukuran lebih dari 3 cm (3,49 – 3,67 cm) (ukuran ML) dengan harga Rp 350 – 500 per ekor. Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa padat penebaran 8 ekor/liter memberikan keuntungan terbesar yaitu Rp 57.550 dibanding dengan padat tebar 3 ekor/liter maupun 5 ekor/liter yang belum mencapai BEP (break even point) untuk sekali masa tanam (Lampiran 19). Pada padat tebar 3 ekor/liter masih merugi dikarenakan rendahnya padat tebar. Padat tebar yang dilakukan oleh petani hanya 2 – 3 ekor/liter karena dipelihara secara tradisional (nonresirkulasi) sehingga masih menguntungkan. Penggunaan sistem resirkulasi yang tergolong teknologi intensif memerlukan padat tebar yang tinggi, sehingga jika pada resirkulasi digunakan padat tebar yang sama dengan petani tradisional, akan merugi. Pada padat tebar 5 ekor/liter, keuntungan yang didapat masih sedikit, karena biaya listrik yang cukup tinggi (pemakaian heater). Dengan demikian, efisiensi tertinggi dihasilkan pada sistem resirkulasi pemeliharaan ikan

(39)

26

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan padat penebaran dari 3 – 8 ekor/liter tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot, kelangsungan hidup, koefisien keragaman dan efisiensi pemberian pakan namun mempengaruhi pertumbuhan panjang mutlak dengan regresi yang terbentuk dari hubungan waktu (X) dan pertumbuhan panjang mutlak (Y) adalah Y = 0,2417X + 2,0164 , R2 = 0,9447. 2. Efisiensi usaha budidaya ikan Corydoras aeneus berukuran 2,13 cm tertinggi

dicapai pada padat tebar 8 ekor/liter.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian disarankan untuk menerapkan padat tebar 8 ekor/liter dalam usaha pemeliharaan ikan Corydoras aeneus berukuran 2,13 cm dengan sistem resirkulasi. Selain itu disarankan untuk meneliti lebih lanjut pengaruh padat tebar yang lebih tinggi, yaitu 10, 15 dan 20 ekor/liter.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Andi ISB, Sukimin S, Yonvitner, Zairion, Ernawati Y. 2005. Panduan Praktikum Biologi Perikanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, IPB.

Anonim. 2007. Corydoras Profile. http://www.garfishindo.com. [11 Agustus 2007].

Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co, Alabama.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Trend Pasar Ikan Hias Dunia.

http://www.dkp.go.id. [ 3 Januari 2008].

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and

Hall, New York.

Hart P, Dos O’S. 1993. Recirculation Systems: Design, Construction and Management. University of Tasmania, Australia.

Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons, New York.

Hickling CF. 1971. Fish Culture. Faber and Faber, London.

Hidayat A. 2007. Produksi benih ikan patin Pangasiodon hypophthalmus ukuran 6 cm dengan kepadatan yang berbeda dalam sistem resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Hoedeman JJ. 1975. Naturalist’ Guide to Freshwater Aquarium Fish. Sterling Publishing Co., Inc., New York.

Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of Aquaculture, Wangeningen University, The Netheland.

(41)

28

Lesmana DS, Dermawan I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marliani L. 2007. Berebut Corydoras untuk Ekspor. http://www.trubus-online.com. [21 September 2007].

Mills D, Lambert D. 2004. The Aquarium Fish Handbook: The Complete Reference from Anemonefish to Zamora Woodcats. Quarto Inc, London. Mudjiutami E. 2000. Ikan Hias Air Tawar Corydoras. Penebar Swadaya, Jakarta. Nurhamidah D. 2007. Pengaruh padat penebaran pada kinerja pertumbuhan benih

ikan patin Pangasius hypophthalmus dengan sistem resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Rahmadani D. 2007. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame (Osphronemus gouramy) ukuran 3,14 cm yang dipelihara dengan padat penebaran yang berbeda dalam akuarium sistem resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Ratih TD. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus, blkr.) di dalam sistem resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor. Solehudin MA. 2006. Produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran m

dengan padat tebar 25, 50, 75 dan 100 ekor/liter dalam sistem resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture: Water Management in Closed Systems. John Wiley and Sons, New York.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Stickney RR. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons, New York.

Timmons MB, Losordo TM. 1994. Aquaculture Water Reuse System: Engineering Design and Management. Elsevier Science Publisher, Netherland.

Zonneveld N, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(42)
(43)

30

Lampiran 1. Sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan Corydoras aeneus dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Lampiran 2. Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aeneus

Keterangan: A = Akuarium B = Botol plastik C = Pipa aerasi D = Aerasi E = Talang E D C B A

(44)

Lampiran 3. Struktur filter dalam sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras

aeneus dengan padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter

Lampiran 4. Rancangan pengacakan akuarium

Stok P3U3 P2U3 P3U2 P1U3

P2U2 P3U1 P1U2 P2U1 P1U1

Keterangan: P1 = 3 ekor/liter P2 = 8 ekor/liter P3 = 5 ekor/liter TANDON OUTLET KOLOM AIR POTONGAN PARALON ZEOLITH KERIKIL + KARANG

(45)

32

Lampiran 5. Panjang ikan Corydoras aeneus

Padat tebar (ekor/liter) Panjang Minggu Ke-

0 1 2 3 4 5 6 3 1 2.11 2.28 2.88 3.12 3.39 3.55 3.64 2 2.14 2.45 2.73 3.15 3.31 3.50 3.65 3 2.13 2.38 2.95 3.11 3.41 3.61 3.67 Rataan 2.12 2.37 2.85 3.13 3.37 3.56 3.65 STDEV 0.02 0.08 0.11 0.02 0.05 0.05 0.02 8 1 2.11 2.39 2.90 3.19 3.34 3.49 3.55 2 2.20 2.52 2.85 3.08 3.36 3.47 3.52 3 2.12 2.39 2.76 3.05 3.39 3.49 3.49 Rataan 2.14 2.43 2.83 3.11 3.36 3.49 3.52 STDEV 0.05 0.07 0.07 0.08 0.03 0.01 0.03 5 1 2.09 2.44 2.85 3.28 3.35 3.58 3.65 2 2.14 2.35 2.83 3.07 3.39 3.54 3.61 3 2.14 2.38 2.91 3.19 3.53 3.61 3.62 Rataan 2.13 2.39 2.86 3.18 3.42 3.57 3.62 STDEV 0.03 0.05 0.04 0.10 0.10 0.03 0.02 Lampiran 6. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan Corydoras aeneus yang

dipelihara pada padat tebar 3, 5 dan 8 ekor/liter dalam sistem resirkulasi

Ulangan Padat Tebar (ekor/liter)

3 5 8

1 1,53 1,55 1,44

2 1,52 1,47 1,32

3 1,54 1,48 1,38

Rata-rata 1,53 1,50 1,38

Lampiran 7. Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aeneus Sumber

keragaman

Jumlah kuadrat db

Kuadrat

tengah F P-value F tab

Padat Tebar 0,038181 2 0,019091 9,947885 0,012438 5,143253

Galat 0,011514 6 0,001919

Total 0,049696 8

(46)

Lampiran 8. Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan pertumbuhan panjang mutlak ikan corydoras (Corydoras aeneus) yang dipelihara dengan padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter

(I) Padat Tebar (ekor/liter) (J) Perlakuan Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P Selang Kepercayaan 95% Batas Bawah Batas Atas 3 5 5 e/L 8 e/L 8 e/L .0300 .1500* .1200* .03528 .03528 .03528 0.688 .013 .033 -.0782 .0418 .0118 .1382 .2582 .2282

*Nilai berbeda nyata (p<0.05)

Lampiran 9. Bobot ikan Corydoras aeneus Padat Tebar

(ekor/liter)

Bobot Minggu Ke-

0 1 2 3 4 5 6 3 1 0.30 0.40 0.50 0.76 0.69 0.87 0.87 2 0.27 0.29 0.48 0.56 0.70 0.84 0.97 3 0.31 0.31 0.51 0.65 0.78 0.86 1.01 Rataan 0.29 0.33 0.50 0.66 0.72 0.86 0.95 STDEV 0.02 0.06 0.02 0.10 0.05 0.01 0.07 8 1 0.30 0.37 0.53 0.71 0.72 0.80 0.82 2 0.31 0.37 0.46 0.72 0.75 0.83 0.86 3 0.28 0.31 0.43 0.55 0.72 0.84 0.85 Rataan 0.30 0.35 0.48 0.66 0.73 0.82 0.84 STDEV 0.01 0.03 0.05 0.10 0.02 0.02 0.02 5 1 0.31 0.31 0.45 0.74 0.74 0.87 1.03 2 0.29 0.35 0.47 0.71 0.70 0.84 0.90 3 0.32 0.37 0.51 0.62 0.71 0.88 0.96 Rataan 0.31 0.34 0.48 0.69 0.72 0.86 0.96 stdev 0.02 0.03 0.03 0.07 0.02 0.02 0.07 Lampiran 10. Laju pertumbuhan bobot (%) ikan Corydoras aeneus yang dipelihara

dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Ulangan Padat Tebar (ekor/liter)

3 5 8

1 2,57 2,94 2,41

2 3,08 2,75 2,49

3 2,84 2,62 2,66

(47)

34

Lampiran 11. Analisis ragam pertumbuhan bobot harian ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat db

Kuadrat

tengah F P-value F tabel Padat Tebar 0.167776 2 0.083888 2,338084 0,177504 5,143253

Galat 0.215273 6 0.035879

Total 0.383049 8

Lampiran 12. Kelangsungan hidup (%) ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Ulangan Padat Tebar (ekor/liter)

3 5 8

1 99,01 99,40 99,26

2 96,04 98,21 96,28

3 100,0 98,81 98,14

Rata-rata 98,35 98,81 97,89

Lampiran 13. Analisis ragam kelangsungan hidup ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat db

Kuadrat

Tengah F P-value F tabel Padat Tebar 1,25884 2 0,62942 0,275278 0,768456 5,143253

Galat 13,71892 6 2,286486

Total 14,97776 8

Lampiran 14. Koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Ulangan Padat Tebar (ekor/liter)

3 5 8

1 16,65 14,38 14,87

2 13,75 14,89 14,23

3 14,91 16,88 15,26

Rata-rata 15,10 15,38 14,79

Lampiran 15. Analisis ragam koefisien keragaman ikan Corydoras aeneus yang dipelihara dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter

Sumber keragaman

Jumlah Kuadrat db

Kuadrat

Tengah F P-value F tabel

Padat

Tebar 0,52599 2 0,262998 0,831714 0,831714 5,143253 Galat 8,30326 6 1,383877

Gambar

Gambar 1. Corydoras aeneus (Anonim, 2007)   sungut
Tabel 1.  Pertumbuhan  dan  kelangsungan  hidup  beberapa  spesies  ikan  dalam  pemeliharaan di akuarium pada berbagai padat penebaran
Tabel 2.  Fisika  kimia  air  media  pemeliharaan  beberapa  spesies  ikan  yang  dipelihara  dengan berbagai tingkat kepadatan
Gambar  2.  Filter  dan  tandon  penampungan  air  untuk  pemeliharaan  ikan  Corydoras  aeneus dengan kepadatan 3, 5 dan 8 ekor/liter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Colombo No.1 Yogyakarta 55281 Telepon :

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Oktober tahun Dua Ribu Enam Belas Pokja ULP Barang/Jasa Pembuatan Talud dan Perataan Halaman RKB Madrasah Aliyah

atas partisipasirya dalam l&#34;okakarya Pengembangar Diktat Perkuliahan Program Hibah Kompetisi A1 Bach-III2@6. Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri

- Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, buku teks pelajaran bahasa Inggris yang telah lulus penilaian dari BSNP dan mendapatkan

[r]

Sebagai masa kebangkitan Islam kedua,kerajaan Safawi masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi.Secara politik mampu mengatasi berbagai kemelut

Dari hasil studi pendahuluantersebut maka perlu diadakan penelitian tentang Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dengan

Jika seseorang individu itu terutamanya pensyarah dapat bertindak secara asertif, maka pensyarah akan dapat berkomunikasi dengan rakan sekerja yang lain dengan baik dan sentiasa