• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL BELAJAR MAHASISWA D-II PGTK PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH: MAHASISWA BEASISWA VERSUS MAHASISWA SWADANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL BELAJAR MAHASISWA D-II PGTK PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH: MAHASISWA BEASISWA VERSUS MAHASISWA SWADANA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Tatminingsih (tatmi@mail.ut.ac.id) Universitas Terbuka

ABSTRACT

The aim of this research is to uncover differences in academic achievement between scholarship and self-financed students who registered at Diploma II Preschool Teacher Education study program. The research had been conducted in Jakarta’s regional center of Universitas Terbuka Jakarta during the first semester of 2005. The research employed ex post facto method. Using a purposive random sampling method a number of 20 scholarship students and 20 self-financed students were chosen as samples.Collected data were analyzed using T-test. The result of analysis shows that t-score (3.61) is higher than t-table (1.68) at α 0,05. It can be concluded that there is a significant difference in student achievement score between scholarship and self-financed students who are studying in Diploma II PGTK Program in semester first semester of 2005.

Key words: achievement scare, scholarship students, self-financed students

Program Diploma dua (D–II) Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT) dibuka dengan tujuan membekali para mahasiswa dengan wawasan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan pengembangan kemampuan anak didik di TK. Program D-II PGTK dibuka untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan pendidikan guru TK. Dengan menerapkan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ), UT memiliki daya jangkau dan jaringan yang luas. Dengan sistem PJJ, guru TK dapat mengikuti program ini tanpa harus meninggalkan tugas pokoknya. Program ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah bekerja sebagai guru TK.

Peserta Program D-II PGTK FKIP diharapkan dapat menyelesaikan program yang terdiri dari 80 sks (satuan kredit semester) selama lima semester tanpa meninggalkan tugasnya sebagai guru TK. Dalam menempuh studi peserta Program D-II PGTK dapat dibedakan melalui asal biaya studi, yaitu mahasiswa yang membiayai diri sendiri (swadana) dan mahasiswa yang dibiayai oleh suatu instansi (beasiswa). Mahasiswa swadana harus membiayai sendiri studinya karena itu konsentrasi mereka untuk belajar mungkin terpengaruh oleh usaha mereka untuk menyediakan biaya studi. Disamping itu, mungkin ada perasaan kurang beruntung karena tidak mendapat bantuan biaya studi dari pemerintah. Sementara itu mahasiswa beasiswa tidak perlu memikirkan bagaimana harus membiayai studi mereka sehingga dapat berkonsentrasi penuh untuk belajar. Dengan demikian hasil belajar mahasiswa beasiswa mungkin maksimal.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar mahasiswa D-II PGTK antara mahasiswa beasiswa dan mahasiswa swadana di UT. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk mengembangkan program, masukan tutor untuk memotivasi mahasiswa, bagi mahasiswa beasiswa dan mahasiswa swadana

(2)

untuk meningkatkan profesionalisme mereka, dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam PJJ, dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Para ahli pendidikan, khususnya dalam hal belajar, secara umum berpendapat bahwa belajar bersifat kompleks karena merupakan proses yang dipengaruhi oleh banyak factor, baik dari dalam diri manusia maupun dari luar diri manusia. Nasution (1991) mengemukakan ciri-ciri kegiatan belajar antara lain (1) aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial, (2) perubahan itu pada dasarnya adalah berupa didapatnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena adanya usaha.

Belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang cukup banyak jenisnya. Namun secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal seperti motivasi, bakat, minat, dan kondisi tubuh serta faktor eksternal seperti keadaan ekonomi keluarga, lingkungan, dan sarana prasarana.

Prestasi belajar merupakan bukti usaha yang dapat dicapai. Muris (1989) mengemukakan bahwa pengertian prestasi dan belajar dipadukan sebagai ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar. Hal tersebut merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar. Prestasi belajar diwujudkan dalam bentuk angka. Hal ini dapat dilihat pada daftar nilai dari suatu mata kuliah.

Prestasi belajar mahasiswa adalah kemampuan mahasiswa dalam menguasai mata kuliah. Dengan demikian yang dimaksud hasil belajar mahasiswa program D-II PGTK adalah kemampuan mahasiswa dalam menguasai mata kuliah dengan belajar secara mandiri. Di UT nilai mahasiswa untuk setiap mata kuliah ditetapkan atas dasar prestasi mahasiswa dari penilaian hasil belajar, antara lain Tugas Mandiri (TM), Tugas Tutorial dan praktek bagi mata kuliah yang mempersyaratkan

praktek, serta Ujian Akhir Semester (UAS) (Tim Penulis Universitas Terbuka, 2005). Wujud dari hasil belajar mahasiswa tersebut berupa Indeks Prestasi (IP) semester yang tercantum dalam rekapitulasi nilai Daftar Nilai Ujian (DNU) yang memuat nilai mata kuliah yang diikuti pada semester tersebut.

Motivasi berprestasi berasal dari kata motif, dimana “motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu” (Sardiman, 1992). Sementara itu, motivasi juga mempunyai peranan yang penting dalam menimbulkan gairah, merasa senang dan bersemangat belajar untuk mencapai tujuan, yaitu prestasi yang tinggi. Sedangkan menurut Winkel (1995), “Motivasi adalah sebagai daya penggerak dalam pribadi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan”. McChelland (1976), Motivasi berprestasi merupakan

kecenderungan individu untuk menyeleksi aktivitas dengan usaha yang efektif sehingga memberikan hasil terbaik yang pada dasarnya berkaitan dengan harapan untuk sukses. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu energi penggerak dalam diri mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa rangsangan dari luar. Sebagai contoh seorang mahasiswa rajin belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai bukan karena ingin mendapatkan pujian atau ganjaran dari orang lain. Motivasi inilah yang diharapkan lebih dominan pada diri mahasiswa sehingga dengan motivasi ini mereka terdorong untuk melaksanakan segala tugas yang diberikan kepadanya tanpa merasa terbebani dalam

menyelesaikannya. Sementara itu, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat adanya rangsangan dari luar, dimana suatu kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya

(3)

dorongan dari luar dirinya. Sebagai contoh mahasiswa termotivasi untuk belajar karena dia membayar sendiri biaya perkuliahan atau pendidikannya.

Mahasiswa D–II PGTK FKIP UT adalah mahasiswa yang rata-rata sudah berumahtangga atau berkeluarga yang tentunya mempunyai banyak beban yang mereka pikul. Selain itu mereka juga sudah bekerja sebagai guru TK. Oleh karena itu kesempatan untuk belajar atau membaca modul (Buku Materi Pokok atau BMP) terbatas. Mereka harus benar-benar mempunyai dorongan belajar dengan memanfaatkan sebagian dari waktu yang tersedia untuk belajar, baik dengan mempelajari BMP maupun cara lain.

Biaya Pendidikan di UT terdiri dari biaya paket mata kuliah yang mencakup biaya registrasi, bahan ajar, tutorial tatap muka, praktek, PKM, dan pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) sebesar Rp. 910.000,00 dan biaya ujian perbaikan sebesar Rp 11.000,00. Bagi mahasiswa beasiswa, biaya pendidikan ini diatur bersama oleh UT dan instansi pemberi beasiswa. Sedangkan bagi mahasiswa swadana, biaya pendidikan ini harus dibayar sendiri. Biaya ini relatif cukup mahal bagi mahasiswa swadana karena harus mereka pikul sendiri sehingga mereka harus berupaya lebih keras dan lebih baik agar hasil keringat dalam mengeluarkan dana ini tidak sia-sia

Kerangka berpikir yang dapat diuraikan berdasarkan penjelasan tersebut adalah bahwa prestasi belajar seorang mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam diri mahasiswa itu sendiri maupun faktor yang datang dari luar diri mahasiswa tersebut. Faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa misalnya keinginan mahasiswa untuk menjadi guru yang profesional sehingga mereka berupaya untuk meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan. Sementara itu, faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa misalnya keharusan mereka membayar biaya pendidikan membuat mereka berupaya belajar sebaik-baiknya agar hasil yang diperoleh dari upaya mereka tidak sia-sia.

Mahasiswa yang membiayai sendiri biaya pendidikannya, dapat dinilai sebagai mahasiswa yang siap untuk menempuh pendidikannya karena dengan kesadaran sendiri mereka mendaftarkan diri untuk mengikuti program pendidikan D–II PGTK di UT. Menurut Simanjuntak (1992) kesiapan belajar ini penting sebab, “Jika seseorang belum siap untuk belajar maka akan berakibat pada pemborosan tenaga, hasil yang dicapai tidak ada, dan membuat orang jadi malas belajar” (hal.32).

Mahasiswa swadana lebih siap dalam mengikuti pendidikan, mereka juga lebih termotivasi belajar karena disamping harus mengeluarkan sendiri biaya untuk pendidikannya. Diharapkan kesiapan dan motivasi tersebut akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa beasiswa.

Penelitian tentang perbedaan hasil belajar antara mahasiswa beasiswa dan mahasiswa swadana ini dilakukan di UPBJJ–UT Jakarta pada masa registrasi 2005.1. Pemilihan UPBJJ–UT Jakarta disebabkan UPBJ–UT Jakarta merupakan penyelenggara program D-II PGTK yang mempunyai mahasiswa beasiswa dan mahasiswa swadana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari proses yang sudah berlalu atau sudah selesai.

Mahasiswa D–II PGTK di UPBJJ–UT Jakarta terbagi menjadi dua berdasarkan biaya kuliah yaitu mahasiswa beasiswa dan mahasiswa swadana. Sampel diambil dengan menggunakan

Purposive Random Sampling. Sampel diambil dari populasi, yaitu mahasiswa D-II PGTK di wilayah

Jakarta dan sekitarnya yang terdaftar di UPBJJ–UT Jakarta pada semester 2005.1, dengan jumlah responden sebanyak 40 orang yaitu mahasiswa beasiswa sebanyak 20 orang dan mahasiswa swadana sebanyak 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi melalui peragaan nilai pada situs web UT. Teknik lain yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara.

(4)

Tabel 1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar

Jenis Mahasiswa Skor yang diperoleh Konversi kenilai 100 Rerata (X ) Simpangan Baku (sd) Mahasiswa Beasiswa 1,50 – 3,00 37,5 – 75 53,75 8,24 Mahasiswa Swadana 1,75- 3,75 43,75–81,25 64,4 9,90 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data hasil belajar mahasiswa D–II PGTK beasiswa di UPBJJ–UT Jakarta pada semester 2005.1 didapat angka yang berkisar antara 1,50 sampai 3,00. Angka yang didapat kemudian

dikonversikan ke nilai 100 sehingga diperoleh angka yang berkisar antara 37,5 sampai dengan 75. Data kemudian diolah sehingga selanjutnya didapat harga rerata ( X ) sebesar 53,75 dan harga simpangan baku sebesar 8,24. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa beasiswa D– II PGTK pada semester 2005.1 mempunyai rata-rata nilai hasil belajar (Indeks Prestasi) sebesar 53,75.

Sementara itu, dari hasil belajar mahasiswa D–II PGTK swadana di UPBJJ–UT Jakarta pada semester 2005.1 didapat angka yang berkisar antara 1,75 sampai 3,25. Angka yang didapat

kemudian dikonversikan ke nilai 100 sehingga diperoleh angka yang berkisar antara 43,75 sampai dengan 81,25. Data kemudian diolah sehingga selanjutnya didapat harga rerata ( X ) sebesar 64,4 dan harga simpangan baku sebesar 9,90. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa beasiswa D–II PGTK pada semester 2005.1 mempunyai rata-rata nilai hasil belajar (Indeks Prestasi) sebesar 64,4. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Setelah data yang diperoleh diuji dengan menggunakan t tes, didapat t hitung sebesar 3,61, sedangkan t tabel pada derajat kebebasan 38 dan taraf signifikansi α 0,05 di dapat 1, 68. Dengan demikian t hitung 〉 t tabel. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar responden mahasiswa D–II PGTK antara responden mahasiswa beasiswa dan responden mahasiswa swadana di UPBJJ–UT Jakarta pada semester 2005.1.

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar (Indeks prestasi) responden mahasiswa D–II PGTK antara mahasiswa beasiswa dengan mahasiswa swadana di UPBJJ Jakarta pada semester 2005.1 dan dari data yang diperoleh terlihat bahwa responden mahasiswa dengan beasiswa memiliki rerata ( X ) yang lebih rendah, yaitu sebesar 53,73 dibandingkan dengan rerata ( X ) mahasiswa swadana yaitu sebesar 64,4. Hal ini

menunjukkan bahwa rerata nilai hasil belajar responden mahasiswa swadana lebih tinggi atau lebih baik dari responden mahasiswa beasiswa. Hal tersebut juga berarti bahwa responden mahasiswa swadana memang benar-benar memiliki motivasi belajar yang lebih baik daripada responden

mahasiswa beasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden mahasiswa D–II PGTK Swadana memiliki kesiapan dan motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan responden

mahasiswa D–II PGTK beasiswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar antara responden mahasiswa beasiswa dan responden mahasiswa swadana di UPBJJ–UT Jakarta pada semester 2005.1. Responden mahasiswa D–II PGTK yang membiayai sendiri biaya

(5)

pendidikannya memiliki IP yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden mahasiswa yang biaya pendidikannya dibiayai oleh pihak lain (dalam hal ini Pemerintah). Kemungkinan penyebabnya adalah motivasi mahasiswa swadana lebih baik dan semangat belajar mereka lebih tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa beasiswa. Hal ini mempengaruhi hasil belajar atau IP yang lebih baik bagi mahasiswa swadana bila dibandingkan dengan mahasiswa beasiswa. Mahasiswa swadana memiliki motivasi dan semangat belajar yang lebih tinggi karena mereka mengikuti program D–II PGTK atas kemauan mereka sendiri sehingga mereka berusaha mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya agar biaya yang telah mereka keluarkan tidak sia-sia atau terbuang percuma. Dari hasil penelitian secara keseluruhan, dapat dikemukakan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut.

1. Diharapkan pemerintah sebelum memberikan beasiswa kepada calon mahasiswa melakukan studi pendahuluan tentang motivasi calon mahasiswa untuk mengikuti suatu program sehingga hasil belajarnya sesuai dengan yang diharapkan.

2. Supaya dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai motivasi dan semangat belajar mahasiswa dalam mengikuti suatu program pendidikan dan kaitannya dengan hasil belajar mahasiswa, atau melakukan penelitian dengan variabel yang lebih kompleks dan lengkap. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian dengan memperluas sampel penelitian karena penelitian ini adalah penelitian tingkat pemula yang masih jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan.

REFERENSI.

McChelland, D. C. (1976). The achievement motive. New York: John Wiley & Sons.

Muris. (1989). Studi analisis mengenai perkembangan kognitif dan prestasi belajar Fisika dengan kecenderungan pemilihan program pada SMA se Kabupaten Majene. Skripsi. Ujung Pandang: FPMIPA IKIP Ujung Pandang.

Nasution, N. (1991). Psikologi pendidikan (Modul 1–6). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penataran Guru SD setara D-II.

Sardiman, A. M. (1992). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Simanjuntak, L. (1992). Metode mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; 4) mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak

siklus I meningkat menjadi 77,78 dalam kategori tuntas pada siklus II, perolehan nilai rata-rata soal nomor 2 sebesar 72,22 pada siklus I meningkat menjadi 76,67 dalam

Menurut Kaplan & Norton (2012) dalam dunia bisnis sekarang yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh sumber daya yang tidak berwujud (intangible asset) sehingga

[r]

Dari analisis perbandingan pengaruh asap rokok kretek, filter dan biomass terhadap fungsi paru VEP1 dan FEF25-75% pasien PPOK didapatkan bahwa meskipun fungsi paru VEP1

Tujuan penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA-6 SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik tahun pelajaran 2016/2017

Gambaran Histopatologi Hepar Dan Ginjal Pasca Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Thitonia Diversifolia) (Studi Pada Tikus Putih Galur Wistar).. Efek Toksisitas

[r]