• Tidak ada hasil yang ditemukan

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA

Efni Siregar, Faulina, Vivianti Novita

Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

Pengabdian bagi produk ekspor ini akan diselenggarakan di kecamatan Medan Tembung dengan dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan mempunyai usaha batik motif Sumatera Utara. Kedua mitra UKM ini bernama UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan. Permasalahan yang ada adalah bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk, manajemen, pemasaran, SDM, serta fasilitas kerja.

Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat – alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya.

Kata kunci: pengabdian, batik, sumatera utara

PENDAHULUAN

Batik yang selama ini diketahui luas berasal dari berasal dari Jogja, Pekalongan, Solo dan daerah lain di pulau Jawa dan Madura. Tetapi ternyata ada batik yang berasal dari daerah lain yang sedang dikembangkan, contohnya adalah batik yang berasal dari Sumatera Utara dengan corak yang bernuansa etnik daerah tersebut. Motifnya batik disesuaikan dengan lima

etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Mandailing, Tapanuli Utara (Toba), Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah. Motif batik dari lima etnis Batak, itu di antaranya corak dari kain ulos Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit yang menunjukkan ciri khas Batak Toba, dan motif Pani Patunda dari Simalungun. Selain itu, motif Melayu seperti pucuk rebung, semut beriring, itik pulang petang. Kemudian motif Toba ada desa nawalu, gorga sitompi, dan juga Batak Mandailing

(2)

2

dengan motif mataniari

(pemkomedan.go.id.2014).

Batik Sumatera Utara ini terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap dan batik tulis yang digeluti oleh kedua mitra dari tim pengabdian yaitu Ibu Nur Cahaya Nasution pemilik UD Mitra Cahaya dengan kelompok pengrajin batik yang dipunyainya bernama Maju Bersama. dan Bapak Zuhair Kustanto pemilik LKP Saudur Sadalanan yang berlokasi di Medan Tembung. Ibu Nurcahaya mempunyai visi kedepannya yaitu agar batik Sumatera Utara mendunia.

Bapak Zuhair Kustanto sebagai pemilik LKP Saudur Sadalanan, gigih dalam memberikan pelatihan membatik dan juga memproduksi lembaran batik hingga menjadi baju, terutama baju seragam sekolah. Selain itu beliau menjadi salah seorang pendiri koperasi untuk produk-produk yang berorientasi ekspor di Sumatera Utara yang diwadahi oleh Dinas Koperasi Sumatera Utara yang baru didirikan pada tahun 2014 lalu.

Keberadaan batik ini berkembang sedikit demi sedikit sehingga mulai dikenal masyarakat, hingga telah dibawa kebeberapa negara seperti Thailand, Malaysia dan Nigeria. Walaupun begitu, masih banyak

lagi masyarakat luas yang belum mengenal batik Sumatera Utara dan bertanya seperti apa bentuk, motif dan rupanya, meskipun di kota Medan mulai banyak masyarakat yang mengetahui batik Sumatera Utara ini. Hal tersebut merupakan peluang yang sangat besar bagi kemajuan batik Sumatera Utara dengan corak uniknya, warna - warna yang memikat, dan hasil yang berkualitas merupakan produk unggulan daerah yang berorientasi besar untuk ekspor.

Pembuatan batik Sumatera Utara ini tidak ada bedanya dengan batik dari daerah Jawa, hanya berbeda pada corak yang dihasilkan. Untuk batik yang berasal dari daerah Jawa lebih utama pada motif hewan, bunga dan sebagainya. Sedangkan untuk batik Sumatera Utara coraknya condong kepada berbagai etnik yang ada di Sumatera Utara.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan antara tim pengabdian dan kedua mitra bahwa permasalahan yang akan diselesaikan pada tahun pertama kegiatan adalah masalah bahan baku, proses produksi, produk turunan, pengelolaan manajemen, pemasaran offline dan online, kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan fasilitas produksi dan administrasi yang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(3)

3 Sriyana (2010) bahwa pada umumnya UKM

di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yeng menghambat kegiatan usahanya. Berbagai hambatan tersebut meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan rendahnya komitmen pemerintah.

Rincian dari permasalahan yang ada yaitu: lilin (malam) dan pewarna sebagai bahan baku masih dikirim dari Jawa, sehingga harga lembaran batik yang ditawarkan kepada konsumen masih tergolong tinggi. Padahal ada kemungkinan untuk mendapatkan bahan baku di Sumatera Utara sendiri yang berasal dari getah tusan (pinus). Pengerjaan satu lembar batik yang lama, membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk batik cap, karena alat yang digunakan masih berupa cap tembaga yang berat, dan

untuk memperolehnya harus pesan dari Solo. Produk yang dihasilkan sementara hanya berupa lembaran batik cap dan batik tulis, dan belum mempunyai produk turunan dari lembaran batik tersebut, seperti: bantal kursi, kap lampu, dan lain – lain. Bagi pengelolaan usaha, belum adanya perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang yang dilakukan. Pembukuan dan administrasi juga masih dilakukan secara sederhana. Pasar utama produk masih di kota Medan dengan cara konvensional, padahal produk berpotensi besar untuk dipasarkan ke mancanegara. Sumberdaya pembatik yang ada masih sangat kurang dibandingkan dengan cerahnya prospek usaha kedepannya. Terakhir adalah fasilitas yang seadanya untuk ruang kantor dan produksi.

Identifikasi permasalahan mitra seperti tampak pada Gambar 1:

(4)

4

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

METODE

Metode pendekatan dalam kegiatan ini dilakukan dengan metode partisipatif kelompok dan individual melalui pendampingan dan koordinasi serta pemantauan, metode ceramah dan diskusi melalui pelatihan – pelatihan yang akan diberikan. Koordinasi dan pemantauan akan

dilakukan setiap dua minggu sekali atau disesuaikan dengan keperluan mitra UKM guna memperlancar kegiatan. Pendampingan dan pemantauan akan dilakukan secara optimal agar dapat memberikan motivasi kepada mitra dalam menciptakan usaha produk berorientasi ekspor yang berkelanjutan.

Potensi Mitra : - Jumlah produksi - Produk orientasi ekspor Permasalahan Mitra: - bahan baku, - proses produksi, - produk turunan, - pengelolaan manajemen, - pemasaran offline dan online,

- kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan - fasilitas produksi dan administrasiyang memadai.

Alternatif Pemecahan Masalah: - Pencarian bahan baku alternatif

- Penambahan peralatan membatik, kantor, dan produksi

- Inovasi dan pengembangan produk berupa bertambahnya corak, jenis produk, dan jumlah produk yang dihasilkan.

- pelatihan manajemen baik produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran. - Pemasaran secara offline dan online

- Pelatihan membatik untuk penambahan SDM pembatik - Penambahan fasilitas kantor, show room dan produksi

Peningkatan hasil dan jumlah produksi batik berkualitas ekspor

(5)

5 Solusi yang Ditawarkan

Solusi yang ditawarkan untuk usaha batik ini adalah:

1. Pencarian bahan baku alternatif pembuatan batik seperti lilin ( malam). 2. Penambahan peralatan produksi untuk

membatik/ produksi barang turunan (sepatu, tas, kap lampu, dan lain-lain). 3. Penambahan produk barang turunan,

seperti: tas, sepatu,dan kap lampu (kesempatan magang bagi pegawai ketempat penghasil barang turunan batik).

4. Pemberian pelatihan manajemen keuangan, produksi, administrasi, dan kearsipan secara manual dan komputerisasi,

5. Pemberian pelatihan pemasaran offline dan online untuk pemasaran nasional dan internasional.

6. Pemasaran langsung ke kantor-kantor, menitipkan batik ke hotel, toko souvenir, toko oleh – oleh, pameran dan lain-lain dengan alat promosi yang digunakan meliputi penggunaan kartu nama, brosur, dan buku katalog. Untuk pemasaran

online menggunakan web base

marketing.

7. Pemberian pelatihan membatik bagi masyarakat dan mahasiswa untuk menambah tenaga pembatik.

8. Penataan ruang kantor, show room, dan produksi serta penambahan/ pengadaan peralatan, seperti: meja, kursi, komputer, dan lain-lain.

Pada tahun ini, tim pelaksana membantu kedua UKM untuk mencarikan penyuplai alternatif bahan baku malam (lilin) yang berasal dari Sumatera Utara. Pencarian alternatif produksi barang turunan dengan melakukan kunjungan ke tempat pembuatannya langsung, ke Solo dan Yogyakarta. Selain itu, juga dijajaki untuk pembuatan mesin batik, yang akan dikerjakan oleh salah seorang dosen jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan pada tahun kedua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Target luaran yang diharapkan adalah dalam aspek bahan baku, produksi, produk, manajemen, pemasaran, SDM dan fasilitas. Pengetahuan pemasaran online merupakan salah satu cara yang sebaiknya diajarkan untuk memperkaya pengetahuan mitra dalam pemasaran modern. Karena sumber daya pada sebuah usaha sering tidak berwujud, seperti pengetahuan yang unik dan teknologi yang eksklusif (Kraus & Kauranen.2009).

(6)

6 Sesuai dengan kesepakatan antara

tim dan kedua mitra mengenai kegiatan pengabdian, maka kegiatan dilaksanakan sesuai dengan hal – hal yang telah direncanakan bersama. Tahap pelaksanaan tahun pertama ini diawali dengan pemberian informasi kepada masyarakat dan mitra tentang pelaksanaan kegiatan melalui sosialisasi program IbPE pada Kecamatan

Tembung. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pengembangan produk unggulan terutama yang berorientasi ekspor.

Berikutnya adalah pelaksanaan pelatihan membatik bagi masyarakat yang berminat untuk menjadi pembatik dan menjadikannya sebagai penghasilan tetap ataupun tambahan hingga mahir selama 4 hari. Pelatih berasal dari LKP. Saudur Sadalanan dan diadakan sebanyak 2 kali dalam tahun pertama kegiatan. Peserta pelatihan adalah masyarakat sekitar kota Medan yang tertarik untuk membatik sebanyak 10 orang setiap kegiatan. Walaupun kegiatan ini diharapkan mampu untuk menambah jumlah pembatik secara signifikan, tetapi ternyata hanya empat orang saja yang serius untuk mendalami proses membatik hingga saat ini.

Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah pemberian pelatihan manajemen usaha modern bagi mitra yang mencakup aspek administrasi (pencatatan segala kegiatan),

keuangan (pembukuan dan laporan keuangan), serta produksi (pemilihan dan perencanaan produk, pengelolaaan bahan baku, serta proses produksi). Pelatihan manajerial ini ditujukan agar mitra dapat menjalankan UKM mereka dengan berdasarkan manajemen yang tertata baik, untuk pencapaian usaha yang efektif dan efisien. Semua kegiatan telah terlaksana dengan peserta dari kedua pemilik UKM beserta anak dan istri, serta beberapa orang karyawan sebanyak enam orang pada setiap kegiatan.

Kemudian, pelatihan pemasaran (pemilihan lokasi pemasaran, penentuan harga, target pasar dan promosi) untuk pasar lokal menuju nasional, mejadi agenda selanjutnya. Meskipun diluar dari pelatihan, tim dan mitra sering berdiskusi mengenai tindakan pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh mitra. Pada tahap ini juga diberikan alat promosi seperti kartu nama, brosur, dan katalog serta website sebagai toko online kedua mitra yang berbahasa Indonesia dan Inggris. Pembuatan website bilingual ini bertujuan agar produk batik Sumatera Utara bukan hanya dikenal lokal dan nasional, tapi juga dapat merambah hingga ke mancanegara dengan keunikan pada motifnya yang beragam dan tidak dipunyai daerah lain di Indonesia. Pelatihan pemasaran ini juga dihadiri oleh pemilik beserta keluarganya dengan jumlah peserta tetap enam orang. Pada pelatihan ini

(7)

7 diberikan teori tentang pemasaran mulai dari

penentuan segmentasi pasar hingga penentuan

harga dan macam–macam promosi.

Gambar 2. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan Beragam

Perjalanan seorang anggota tim pengabdian dan kedua mitra ke Solo dan Yogya pada tanggal 29 Agustus – 1 September 2015, menjadi pengalaman yang berharga bagi kedua belah pihak. Ketika di Solo, mitra belajar cara membatik yang baik secara sederhana dari ketua Canting Kakung Solo sebagai pelopor batik modern. Beliau mengajarkan cara melukis, pewarnaan dan pencampuran warna, mencelup ke water glass, serta penjemuran. Selanjutnya perjalanan ke Yogya semakin menambah ilmu yang baru bagi kedua mitra, yaitu begitu banyaknya produk turunan dari batik yang dapat

dihasilkan, seperti: tempat tisu, bros, tas, bando, dan lainnya.

Setelah pelatihan dan kegiatan diatas, adalah tahap implementasi dimana mitra menerapkan hasil dari pelatihan dan ilmu yang diperoleh. Mitra sudah mempunyai pembukuan yang mulai rapi. Selain itu, pada produk yang dihasilkan mulai terlihat berbeda; yaitu: warna lebih bervariasi, motif semakin banyak, bertambahnya jumlah produksi dan permintaan konsumen terhadap batik Sumatera Utara yang naik sekitar 10%. Produk turunan yang dihasilkan juga telah ada, yaitu gantungan kunci, tas, kipas, dan busana wanita serta pria. Sementara ini,

(8)

8 produk turunan yang dihasilkan masih sedikit,

tetapi kedepannya mitra akan berusaha untuk mengembangkannya untuk kepentingan ekspor.

Selama tahun pertama kegiatan pengabdian ini, mitra pertama banyak melakukan perjalanan pameran baik dalam kota Medan, maupun kota lainnya di Jawa d an Kalimantan. Pameran yang telah diikuti berada dikota – kota seperti Yogyakarta, Pekalongan dan Jakarta serta Banjarmasin. Mitra kedua juga sering mengunjungi kota lain di Sumatera Utara untuk memberi pelatihan membatik.

Penataan ruang kantor, show room, dan ruang produksi menjadi tahap selanjutnya. Tim pelaksana membantu mitra UKM untuk menata ruangan dan mengisinya dengan perabot dan peralatan kantor. Pada tahap ini, mitra dengan, inisiatif sendiri membangun gedung untuk kantor dan show roomserta tempat produksi.

KESIMPULAN

1. Kegiatan IbPE dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat yang diberikan kepada dua orang mitra pemilik usaha batik dan LKP dilaksanakan selama tiga tahun.

2. Pada kegiatan tahun pertama, bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang

dialami kedua mitra,yaitu: bahan baku,proses produksi,produk turunan,

pengelolaan manajemen,

pemasaran,kurangnya sumber daya manusia (pembatik), danfasilitas produksi dan administrasi yang memadai.

3. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat – alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan lantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Kraus. S & Kauranen.2009.Strategic Management and entrepreneurship.Friends or Foes. International Journal of Business and Applied Management.Vol 4. Hal.39.

Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif.

(9)

9

Sumber Lain

Batik Medan.

http://pemkomedan.go.id/cirikhas_detail.php ?id=927. Dilihat pada 10 November 2015.

Gambar

Gambar 2. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan Beragam

Referensi

Dokumen terkait

Toisaalta palvelujen järjestämisvastuun siirtyminen itsehallintoalueille voi toimijoiden mukaan myös vahvistaa paikallista yhteistyötä ja yhteisöllisyyttä paikallisessa terveyden

: Unit ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan oleh karyawan usaha wisata budaya pariwisata dan perjalanan yang berhubungan dengan pengunjung

Utility to convert and copy a file rm Utility to remove files or directories Utility to remove empty directories Utility to print or control the kernel message buffer. echo Utility

Bell’s palsy merupakan kelainan saraf fasialis yang paling banyak dijumpai. Gejala klinis bell’s palsy yaitu adanya lesi saraf fasialis akut tipe lower motor neuron yang

d) Kelenturan atau fleksibelitas pada bagian isi, bentuk atau penggunaan. e) Menyediakan fasilitas komunikasi impersonal dan personal sama baiknya. Media sosial merupakan

Salah satu unsur kunci dalam pengawasan adalah anggaran berbagai aktor penyelenggara keamanan negara (dan swasta). Dalam literatur mengenai peran organisasi masyarakat

Ajaran Islam berasaskan kepercayaan kepada slam berasaskan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Allah Yang Maha Esa Esa sedangkan orang Arab Quraisy mempercayai dan mengamalkan

40 Firdaus, Ushul Fiqh ..., hlm.. 42 Menurut syarat ini, 'urf harus telah ada sebelum penetapan suatu hukum dilakukan. Dengan sendirinya ‘urf yang datang kemudian