• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN

TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Anisa Mutmainah Nim. 3103122003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014

(2)

ABSTRAK

Anisa Mutmainah : 3103122003, Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, Progam Studi Pendidikam Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini mengenai Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan punk, eksistensi punk, simbol atau makna yang terkandung dalam atribut-atribut yang dipakai punker, kepribadian sebenarnya seorang punker, dan faktor pendorong seseorang menjadi punker yang ada di daerah Medan Johor.

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, melalui wawancaradan studi pustaka. Data-data dari hasil penelitian ini di dukung oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor.

Mengenai Eksistensi Komunitas Punk sudah sangat baik di Medan terutama didaerah Titi Kuning Kecamatan Medan Johor komunitas punk didaerah ini rupanya tetap menjnjung tinggi motto hidup anak punk diseluruh dunia yaitu DIY yang mimiliki kepanjangan arti “Do

It Yourself”. Arti dari motto itu bukan hanya mengerjakan semuanya sendiri dalam artian

mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki kebebasan dalam berpelilaku tapi memiliki tanggung jawab. Rasa tanggung jawab d sini diartikan sebagai tanggung jawab untuk persatuan semua golongan anak punk dan tidak membuatnya terkotak-kotak karena perbedaan. Semua setara dan tidak ada yang membedakan mereka satu sama lainnya.

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberiakan kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi :

Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Penyelesaian

ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung, maka penulis dalam hal ini mengucapkan terima kasih banyak dan kerendahan hati kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta kepada Purek 1, Purek 2, Purek 3, Purek 4.

2. Bapak Dr. Restu sinaga, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta PD 1, PD 2, PD 3.

3. Ibu Dra.Puspitawati, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi.

4. Bapak Drs.Tumpal Simarmata,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan arahan serta masukkan yang begitu banyak sampai penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra.Nurjannah,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Penguji I, Ibu Supsiloani,M.Si sebagai penguji II, serta Bapak Drs.Waston Malau sebagai penguji III. Serta ucapan terima kasih jug kepada seluruh dosen-dosen pendidikan Antropologi UNIMED diantaranya adalah Prof. Dr.Bungarab Antonius Simanjuntak, Dr. Phill Ichwan Azhari MS, Drs. Payerli Pasribu,M.Si, Sulian Ekomila, S.Sos MSp, Murni Eva Marlina Rumapea,M.Si, Rosramadhana Nasution,M.Si, Muhammad Iqbal S.Sos, Onggal Sihite,M.Si yang telah banyak sekali memberikan bantuan, arahana, semangat serta motivasi, petunjuk dan juga telah mmberikan begitu banyak sumber dan refrensi sehingga terselesaikannya skripsi ini walaupun didalamnya masih terdapat kekurangan pada penulisannya.

(4)

6. Kepada ibu saya, Ibunda Jelita tercinta yang senantiasa memberikan semangat, mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulisan dan kepada ayahanda Almarhum Ismail yang telah tenang disisi Allah. 7. Kepada adik saya adinda Furkan Fahmi, yang banyak membantu pembuatan skripsi

selam penelitian mengantar penulis kemana saja untuk bertemu komunitas Punk. 8. Kepada sahabat saya Nurdesiana Nasution yang senantiasa membantu saya dalam

penelitian, dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya. Serta kepada sahabat saya Novita Anggraini Siregar dan Syarifah yang telah banyak memberi saya dukungan dan semangat kepada saya.

9. Kepada seluruh informan yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis, Tulank, Yoga(Ogex), Ilham(Ebot), Basri(Batok), Aam, Randa Ananda, yang telah bersedia menjadi tempat bertanya dan menggali informasi tentang punk di kota Medan dan Sekitar Titi Kuning Kecamatan Medan Johor.

10. Kepada sahabat-sahabat saya selama berjuang di Universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu Sosial Prodi Pendidikan Antropologi Fira Gustina, Irma Ries Verany, Sri Wahyuni, Winda Fitria, Siti Fadhila yang selama 4 tahun berjuang bersama.

11. Kepada keluarga besar antropologi angkatan 2010 yang sudah lama bersama-sama dengan peneliti menimba ilmu yaitu kurang lebih 4 tahun. Terimakasih buat semua kenangannya selama ini. Semoga kita dapat meraih apa yang kita cita-citakan selalu berusaha untuk berikan yang terbaik.

12. Kepada kak Ayu Febraiani yang telah membantu pada setiap urusan administrasi yang diperlukan peneliti.

13. Dan kepada semua pihak-pihak yg telah membantu dalam pembuatan skripsi dan penelitian ini, yang mungkin terlupakan oleh peneliti dan tidak dapat di tulis satu persatu.

(5)

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Allah akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua.

Medan, Juli 2014 Peneliti,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1 1.1 Latar Belakang………. 1 1.2 Identifikasi Masalah……… 5 1.3 Pembatasan Masalah……… 5 1.4 Perumusan Masalah………. 6 1.5 Tujuan penelitian………. 6 1.6 Manfaat Penelitian………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 8

2.1. Kerangka Konseptual... 8

2.1.1. Remaja ... 8

2.1.2.Punk sebagai subkultur... 9

2.2. Kajian Pustaka ……… 11

2.3. Kerangka Teori ... 13

2.3.1. Teori kepribadian ………... 13

2.3.2. Komunitas……….. 14

2.3.3. Gaya Hidup (Life Style) ... 15

2.3.4. Teori Interaksionalisme simbolik... 19

2.4. Kerangka Berfikir………. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 22

3.1 Jenis Penelitian……… 22

3.2 Lokasi Penelitian……….. 22

3.3 Penentuan Informan……… 23

3.3.1. Objek Penelitian... 23

3.3.2. subjek penelitian... 23

3.4 Teknik Pengumpulan data……….. 24

(7)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 26

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1. Sejarah Kecamatan Medan Johor ... 26

4.1.2. Lokasi Kecamatan Medan Johor ... 27

4.1.3. Kependudukan Kecamatan Medan Johor ... 28

4.1.4. Kelurahan Titi Kuning ... 31

4.2. Sejarah Punk di Dunia ... 34

4.2.1. Gaya Dan Hidup Ideologi ... 35

4.2.2. Punk Dan Anarkisme ... 37

4.3. Sejarah Masuknya Punk di Indonesia ... 39

4.4. Hasil Penelitian ... 40

4.4.1. Keeksistensian Punk di Medan ... 40

4.4.2. Keeksistensian Punk di Titi Kuning ... 46

4.4.3.Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Ikut dalam KomunitasPunk ... 48

4.4.4. Keterkaitan Punk dengan Teori-teori yang dipakai ... 50

A. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui Penajaman Teori Kepribadian, Interaksi Sosial Dan Pembentukan Kelompok/Komunitas Sosial ... 54

B. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui Penajaman Teori Lifestyle/Gaya Hidup... 61

C. Proses Terbentuknya Komunitas Punk Melalui PenajamanTeori Interaksionisme Simbolik ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan sebagian orang menyebut mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil bernyanyi. Mereka mengaku sebagai Punk mengikuti aliran bebas berekspresi dan berkreasi tanpa harus mengganggu orang-orang disekitar.

Diketahui masa remaja adalah masa yang sangat rentan terhadap pergaulan-pergaulan yang dapat menjerumuskan para remaja kedalam pergaulan yang salah, sebab kita ketahui masa remaja adalah masa dimana seseorang meninggalkan tahap kehidupan masa kanak-kanaknya untuk menuju kemasa berikutnya yang disebut kedewasaan. Masa remaja adalah masa dimana seorang anak belum mendapatkan pegangan yang kuat secara rohani dan jasmani, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukkan.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan konstribusi dalam pembentukkan kepribadian yang sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak sehingga remaja dapat mencapai tingkat kedewasaan, dengan kata lain bahwa anak-anak akan ideal perkembangan jasmani dan rohaninya apabila mereka tumbuh bersama keluarga mereka yang harmonis.

Pada kenyataannya tidak semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan ideal. perubahan sosial, ekonomi dan budaya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan keluarga, keharmonisan keluarga kadang terusik oleh perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan terkadang dapat menghepaskan keluarga kedalam jurang kemiskinan.

Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada gaya hidup masyarakat terutama pada masyarakat perkotaan. Dikota besar seperti Medan,sekarang ini banyak bermunculan

(9)

sekelompok remaja yang mempunyai gaya hidup yang sangat menyimpang dari norma-norma masyarakat disekitarnya, sekelompok remaja itu disebut dengan Punk. Gaya hidup punk ialah gaya hidup yang tidak sama dengan gaya hidup lainnya, gaya hidup berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi. Dengan kata lain punk berusaha membaskan sesuatu yang mengikat. Sekelompok punk ini membentuk komunitas kecil disetiap persimpangan jalan dikota medan dimana mereka menjadikan punk sebagai budaya/sub budaya yang meraka anut.

Gaya hidup anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Adapun yang mengatakan bahwa sekelompok anak muda bergaya hidup punk dikarenakan adanya suatu gejala perasaan yang tidak puas , sehingga mereka dengan gaya hidup punk. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekangan dari masyarakat, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup sesuai dengan keinginan mereka.

Di dalam setiap diri anggota komunitas punk mengalir semangat bahwa punk merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can

do it ourselve yang berarti kemandirian dalam setiap tindakan atau usaha apapun yang

dilakukannya. Prinsip DIY (do it yourself) yang berarti kemadirian ini merupakan pegangan seluruh komunitas punk dunia, termasuk di kota Medan. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagu yang mereka ciptakan bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama, dan selalu berhubungan dengan semangat individual dalam komunitasnya.

Gaya hidup punk bukan hanya pada gaya hidup mereka tetapi sekelompok anak muda ini mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas rambut yang kerap disebut Mohawk (gaya rambut yang bercirikan sisi bagian kanan dan kiri kepala dipotong tipis, rambut bagian belakang kepala dibentuk lancip dibawahnya,

(10)

bagian tengah depan sampai belakang dibiarkan panjang, dan apabila dilihat dari samping akan berbentuk seperti kipas), berdiri kaku, berwarna-warni. Belum lagi seperangkat atribut lainnya seperti rantai, gembok, peniti, kalung spike yang dihiasi dengan paku yang terdapat disekelilingnya menghiasi pakaian mereka terkesan urakan dan liar bagi sebagian orang apalagi orang awam. Bahkan tak jarang ada persaan enggan dan takut untuk bertegur sapa dengan komunitas anak-anak muda tersebut.

Dalam menjalankan hidupnya, punk sangatlah memegang teguh gaya hidup kolektif. Semua untuk satu, satu untuk semua. Sehingga dapat dikatakan solidaritas hidup mereka didalam kelompoknya sangat tinggi. Berkumpul atau sering disebut nongkrong merupakan aktivitas wajib mereka yang seolah tak perlu ada aturan yang baku dalam menjalankannya. Hidup berkelompok dan tinggal dijaln tanpa tempat tinggal tetap merupakan salah satu bentuk pemberontakan mereka.

Di kota Medan terkhususnya di daeran Titi Kuning kecamatan Medan johor anak punk sering berada di persimpangan lampu merah Titi Kuning mereka juga mencari nafkah dipinggir jalan bukan hanya sekedar ngumpul-ngumpul saja tetapi mereka mengamen untuk mendapatkan uang. Sehingga sering membuat masyarakat resah dan takut dengan adanya keberadaan anak punk.

Di daerah Titi kuning kecamatan medan johor keberadaan komunitas punk sampai saat ini masih dianggap sebagai masalah sosial bagi sebagian masyarakat. Penampilan anak punk yang identik dengan pakaian berwarna hitam dan terkesan dekil membuat masyarakat melihat mereka seperti brandalan yang tidak memiliki aturan berkumpul di persimpangan jalan dan melakukan aktivitas seperti layangnya anak jalanan seperti mengamen bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang merusak pandangan. Bahkan tak jarang kerena perilaku ugal-ugalan para anak punk membuat aparat melakukan penangkapan terhadap

(11)

mereka. Padahal dibalik sepengetahuan sebagian orang, anak punk tak hanya merupakan kelompok yang bebas dan tidak memiliki aturan.

Para punk didaerah Titi Kuning kecamatan Medan Johor sering melakukan kegiatan-kegiatan rutin dan terencana yang bersifat positif seperti diskusi yang mana pada saat diskusi tersebut mereka akan membicarakan perkembangan setiap scene (kelompok kecil bagian dari komunitas punk dalam satu kota), menanam pohon dan bergotong royong membersihkan sampah disekitaran tempat mereka berkumpul didaerah lampu merah Titi Kuning dan sekitarnya, membuat acara musik punk yang terselenggara tanpa menggunakan sponsor atau bantuan dari pihak manapun diluar mereka, mereka juga menjual barang-barang seperti baju-baju hasil dari sablonan mereka dan atribut punk lainnya yg dijual di sebuah toko kecil yg disebut dengan distro yang menjadi tren remaja sekarang.

Dari uraian latar belakang diatas, penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian dengan judul :“Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan tersebut dijabarkan kedalam beberapa pernyataan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Para remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup.

2. Gaya hidup para remaja menjadikan jalanan-jalanan kota untuk tempat berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas.

3. Masyarakat hanya memandang punk dari segi negatif sebagai pembuat rusuh, urakan, berandalan, masyarakat tidak mencoba untuk mengetahui sisi lain dari kehidupan anak bahwasanya mereka juga sering melakukan kegiatan positif.

(12)

1.3.Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada ““Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang menyebabkan seorang remaja memutuskan untuk menjadi seorang punk? 2. Mengapa remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup?

3. Bagaimana sisi kehidupan punk ketika berkumpul dengan komunitasnya?

4. Bagaimana pendapat para punk tentang masyarakat yang memandang mereka sebagai pembuat anarkis dan pembuat rusuh ?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penyebab seorang remaja memutuskan dirinya menjadi punk. 2. Untuk mengetahui tujuan remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup .

3. Untuk mengetahui sisi lain dari kehidupan punk ketika berkumpul dengan komunitasnya.

4. Untuk mengetahui pandangan para punk tentang masyarakat yang memandang mereka sebagai pembuat anarkis dam pembuat rusuh.

1.6. Manfaat Penelitian

(13)

1. Sebagai penelitian lanjutan terhadap realitas sosial gaya hidup dan diharapkan memberikan sumbangsih literatur pada peneliti selanjutnya.

2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui apa alasan para remaja menjadikan punk sebagai gaya hidup yang tren.

3. Mengetahui kahidupan anak punk yang sebenarnya bukan hanya dari cerita-cerita dan wacana-wacana yang ada.

4. Pembaca dan penulis dapat mengetahui pandangan masyarakat terhadap anak-anak punk dan pandangan anak punk terhadap masyarakat yang menganggap mereka buruk.

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Konseptual 2.1.1. Remaja

Masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Boring E.G, 1990).

Masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri (Monks,1990).

Masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir (Erikson, 1990)

Batasan usia yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal , 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, 18-21 tahun = masa remaja pertengahan. Oleh karena itu, pengertian remaja dalam penelitian ini adalah mencakup ketiga point yang telah dsebutkan diatas.

Di masa remaja ini lah para remaja dapat terpengaru dengan cepat terhadap perkembangan zaman dan teknologi. Di masa remaja anak mencari jati diri mereka begitu juga dengan para remaja yang memutuskan untk menajadi anak punk, sebab bagi mereka

(15)

menjadi anak punk membuat mereka bahagia dapat merasakan kebersaman dengan teman-teman komunitasnya dan melakukan hal-hal yang menurut mereka baik bagi diri mereka.

2.1.2. Punk sebagai Subkultur

Sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya, subkultur adalah suatu kelompok atau sub unit budaya yang berkembang ketika adanya kebutuhan sekelompok orang untuk memecahkan sebuah masalah berdasarkan pengalaman bersama. Demikian pula dengan punk, punk bukan hanya sekedar fashion atau pun musikal, namun punk adalah ideologi, punk juga merupakan salah satu bentuk dari subkultur. Apa yang dihasilkan punk, entah itu berupa komunikasi verbal maupun nonverbal sering kali merupakan suatu resolusi yang kontradiktif dalam struktur sosial bersama. Punk sebagai subkultur, merupakan gambaran kelompok minoritas yang berada dalam kehidupan budaya mayoritas.

Tremor, sebagai pendiri zine yang bernama Beyond the Barbed Wire, menjelaskan maksud pemilihan nama itu. Beyond the Barbed Wire yang berarti ”Di Luar Kawat Berduri”. Tremor berpendapat, dunia modern adalah sebuah kamp konsentrasi besar, yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Kawat berduri itu tajam. Kawat berduri telah dipasang untuk mencegah seseorang masuk, atau bahkan seseorang keluar. Dan dunia ada di balik pagar kawat berduri tersebut, yang penuh dengan represifitas (secara fisik, mental, dan filosofis). Akan tetapi banyak orang yang memilih untuk berusaha pergi melarikan diri dan hidup di luar kamp konsentrasi tersebut. Ada yang berusaha lari melarikan diri tetapi justru terjebak ke dalam dunia kamp konsentrasi lainnya, ada juga yang mebuat kamp konsentrasi baru untuk dirinya dan orang sekitarnya, tapi ada juga yang berusaha melarikan diri untuk kemudian bisa merencenakan penyerangan. Penyerangan terhadap dunia yang penuh dengan ketidak beresan. Punk adalah salah satunya.

Menurut Tremor, punk dengan DIY sebagai sebuah alternatif dan dunia tandingan dari sebuah dunia yang memagari kita, yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang

(16)

terjadi diluar kawat berduri dan mendikte kita tentang apa yang kita mau dalam hidup. Kita semua ingin membuat tenda-tenda di luar sana, akhirnya kita berkomunitas secara sporadik, tidak terpusat, mengorganisir diri sendiri, meludahi hirarki dalam usaha penghancuran kawat berduri tersebut. Kemudian kita semua kembali memiliki kendali dalam inisiatif atas hidup kita sendiri. Punk sebagai salah satu subkultur, membuat suatu resolusi yang kontradiktif dalam struktur sosial, kemudian mebentuk suatu identitas kolektif dari sejumlah identitas individual yang pada akhirnya dapat mereka terima bersama.

Menurut Tiliweri (2003) Subkultur adalah istilah yang dipakai untuk mengidentifikasi suatu kelompok yang mempunyai perilaku spesifik atau ”lebih kurang”, atau mungkin ”di bawah”, bahkan ”di atas” dari perilaku kelompok kebanyakan. Konsep tersebut sesuai dengan punk, sehingga kita dapat menyebut punk sebagai salah satu subkultur.Punk merupakan subkultur yang bisa dianut oleh sekolompok orang yang mepunyai persepsi yang timbal balik sama, bisa dikategorikan dalam peradaban, agama, wilayah, geografi, kesejahteraan, bahasa, kebangsaan, umur, gender, pekerjaan dan keluarga.

Punk sebagai subkultur yang dikategorikan sebagai mikro kultur yang budayanya sangat berpengaruh pada perilaku komunikasi antarbudaya. Punk sebagaimana kelompok-kelompok subkultur yang lain memiliki perilaku budaya tertentu termasuk perilaku komunikasi baik verbal maupun nonverbal yang biasanya hanya diketahui anggota-anggotanya, misal bahasa, jargon, argot, dan lain sebagainya.

2.2. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, skripsi, disertasi, tesis, hand outs laboratory manuals, yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk diskripsi.

(17)

- Untuk mencari tulisan atau pun artikel mengenai punk medan penulis cukup kesulitan untuk mendapatkannya didalam bentuk hardcopy. Namun dikarenakan dalam kajian pustaka diperbolehkan mengambil referensi dari internet maka peneliti mendapatkan artikel dari salah satu situs berita yaitu dari : http://id.berita.yahoo.com/anak-punk-bikin-resah-warga-medan-141410899.html isi dari artikel itu kira-kira seperti dibawah ini:

“Keberadaan anak punk dibeberapa titik kota Medan, Sumatera Utara, dirasakan sangat mengganggu kenyamanan. Bertambah banyaknya jumlah anak punk saat ini membuat mereka semakin mudah dijumpai. Di kawasan pusat perbelanjaan aksara Medan misalnya, puluhan anak punk setiap hari berkumpul di sana sangat membuat resah karena dianggap mengganggu kenyamanan”.

- Dalam artikel berikut di ambil dari media internet juga, tepatnya dari situs berita : http://beritasore.com/2012/01/12/warga-prihatin-kumpulan-anak-punk-di-medan yang berisi :

“Perkumpulan anak-anak punk yang biasa mangkal disekitar persimpangan lampu merah di kota Medan tidak hanya mengganggu arus lalu lintas, tetapi juga telah meresahkan masyarakat masyarakat pengendara mobil dan penumpang becak bermotor dimana tingkah laku anak punk yang mulai nekat dan juga mengencam warga, jika tidak mau memberikan uang kepada mereka.”

- Artikel berikutnya diambil dari sebuah majalah komunitas punk Indonesia yang biasa mereka sebut dengan sebutan zine. Artikel di ambil dari zine Bloc Movement, Vol. MCXVII, No. 5 dicetak tahun 2010. Nama penulis Aska Mhelan yang merupakan salah satu anggota komunitas punk medan. Judul tulisan beliau adalah “Resistensia Punk Medan” dan penggalan isinya adalah:

“Di dalam sebuah tongkrongan komunitas punk di kota Medan, semua serba terbuka, termasuk pada kawan dari luar daerah. Jiwa liar berkumpul dalam linkaran, ide-ide gila yang beragam. Asas kebersamaan dan prinsip do it your self-lah yang menayatukan. Demi musik dan makan, apapun mereka lakukan mulai dari ngamen sampai menato teman sendiri. Saweran kerap djalankan demi menyiasati kerasnya hidup dijalanan. Untuk sebatang rokok, hingga seliter minuman penghangat malam. Kami kaum punk ada dijalanan, melawan keteraturan, mencari kebebasan”.

(18)

Refrensi lainnya berupa skripsi-skripsi yang telah ada, tentang penelitian terdahulu yaitu: Skripsi seorang mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro semarang bernama Maria Dian ditulis tahun 2010 yang berjudul “Identitas diri dalam komunitas punk di Bandung”, Skripsi seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Kominikasi Universitas Sumatera Utara bernama Gumanto juliaster Gultom ditulis tahun 2012 yang berjudul “Identitas diri komunitas punk Medan Amplas dalam perspektif Fenomenologi. Dan Skripsi yang terakhir adalah skripsi seorang mahasiswi Fakulatas Ilmu Sosial Jurusan sosiologi Universitas Sumatera Utara bernama Venny Sinaga ditulis tahun 2013 yang berjudul “Solidaritas diantara aggota komunitas punk di daerah Aksara”.

Dari referensi-referensi di atas peneliti dapat mengambil sebuah pandangan dari penelitian lain tentang konsep diri dan pemikiran yang berujung kepada pembentukan identitas diri dari sebuah komunitas punk di daerah lain. Sehingga di dalam melakukan penelitian lebih lanjut peneliti dapat membandingkan konsep yang telah dipaparkan oleh peneliti sebelumnya sebagai salah satu masukan ketika akan melakukan penelitian langsung kelapangan.

2.3. Kerangka Teori

2.3.1. Teori kepribadian

Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan bentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa ama dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka. sebelum mengarah ke konsep sosial tentang pembenukkan kelompok atau komunitas punk, semua ini tidak terlepas dari individu yang mepunyai kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan. Kepribadian dapat digunakan di dalam bentuk yang berbeda-beda hal ini menyebabkan munculnya beberapa teori kepribadian. Charles Cofer (1972) membedakan beberapa teori kepribadian antara lain, type

(19)

theory, trait theory (teori sifat), psychoanalitic theory dan situational theory. Dari keempat

teori kepribadian ini kita mengarah kepada situational theory, suatu situasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap seorang remaja dan memunculkan kedpribadian remaja tersebut, yang terlihat pada tngkah laku yang bersangkutan (Hartshorne) berdasarkan teori tersebut, entitas individu dapat di pelajari pada suatu konteks tertentu, buakn pada konteks secara umum.

Pengertian diatas diperkuat oleh sumbangan konsep dari dua ahli. Murphy Gardner menjelaskan aspek kepribadian secara totalitas sebagai konsep kerja, di mana kita akan memperoleh dimana pun apabila kita mencoba mempelajari hubungan timbal balik antara pembawaan dan lingkungan dalam arti memandang kepribadian sebagi satu keseluruhan. Kemudian Kurt Lewin mengatakan kepribadian berhubungan dengan keseluruhan pertautan pola-pola karakteristik individu dan lingkungan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kepribadian individu tidak bersal dari faktor bawaan saja seperti keinginan, emosi, keyakinan, dan sebagainya tetapi juga bersal dari aspek lingkungan sepeerti aturan, nilai, strata sosial, dan lainnya.

2.3.2. Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksu, kepercayaan ,sumber daya , prefensi, kebutuhan , resiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa lati communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002:4). Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3 kompunen:

(20)

Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.

2. Berdasarkan minat

Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ktertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan ,suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.

3. Berdasarkan komuni

Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.

2.3.3. Gaya Hidup (Life Style)

Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok.

Gaya hidup menurut (Kotler, 2002:192) dalam Astry Budiarty, (2011) pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya.

Minor dan Mowen (2002, p. 282) dalam Astry Budiarty, (2011), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) dalam Astry Budiarty, (2011) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari

(21)

yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252) dalam Astry Budiarty, (2011), gaya hidup adalah “A

mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.

Dalam pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan melahirkan realitas sosial yang dimulai secara personal, dari individu ke individu lainnya, dan kemudian menjamur pada kelompok masyarakat, disebut dengan gaya hidup. Seorang Profesor Sosiologi di Universitas Durham yaitu David Chaney mengkaji persoalan gaya hidup secara lebih komprehensif dan didasarkan dari berbagai perspektif. Menurut David Chaney dalam Astry Budiarty, (2011) Gaya Hidup haruslah dilihat sebagai suatu usaha individu dalam membentuk identitas diri dalam interaksi sosial. Dalam bukunya “Life Style’’ Chaney (1996:92) ) dalam Astry Budiarty, (2011) mengatakan bahwa: “Gaya hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik; tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.” Atau dengan kata lain :“Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam pergaulan, pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak diketahui namanya”. Chaney juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat modern, atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti disini, adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern yang akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.

(22)

Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu dengan orang yang lain. Awan 2006 ) dalam Astry Budiarty, (2011) menyebutkan bahwa gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan

frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan

membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan hal inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan mempraktekkan nilai pengetahuannya tentang suatu objek benda yang teraktualkan melalui proses konsumsi. Praktek kebudayaan yang diaktualkan oleh seorang khususnya dalam masalah komsumsi merupakan proses dalam rangka membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari status yang diperankannya dalam suatu struktur sosial. Gaya hidup saat ini memang tak bisa dilepaskan dari konsep identitas sosial. dalam hal ini, secara garis besar dapat dibedakan melalui dua tahap. Tahap pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan (choice). Dalam hal ini sikap dan cita rasa yang merupakan karakteristik anggota kelompok sosial baru. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting. Dalam wacana publik kontemporer seperti artikel surat kabar, khotbah, syair, dan panduan moral cendikiawan yang terefleksi lewat sikap moral yang mengutamkan nilai. Dengan kata lain, seseorang yang akan dianggap baik jika menjalankan prinsip moral pada masyarakatnya. Tahap kedua merupakan tahap kultural. Pada tahap ini, gaya hidup yang terfokus pada kehidupan yang merupakan bagian dari aktifitas waktu luang atau komsumsi. Seseorang dalam sebuah kelompok masyarakat akan dinilai dengan cita rasa tinggi ketika mampu memanfaatkan waktu luang

(23)

dengan nyaman. Nyaman disini bisa diidentifikasikan sebagai suatu ruang komsumsi yang mungkin sedikit material. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan waktu luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan keluar kota ataupun keluar negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan dengan cita rasa dan nilai material pada akhirnya akan berhubungan dengan karakteristik sosio struktural lainnya.

2.3.4. Teori Interaksionalisme simbolik

Teori Interaksionalisme simbolik adalah pendekatan teoritis dalam memahami

hubungan antara manusia dan masyarakat. Ide dasar teori interaksionisme simbolik adalah bahwa tindakan dan interaksi manusia hanya dapat dipahami melalui pertukaran symbol atau komunikasi yang sarat makna.

Teori interaksionisme simbolik mulai berkembang pada pertengahan abad ke-20. interaksionisme simbolik berakar dari dua kata yang bermakna berbeda, yaitu interaksi dan simbol. Simbolik mengandung pengertian pada makna yang terdapat pada situasi sosial tertentu di mana pelaku berada di dalamnya, sedangkan interaksionis mengandung arti makna tersebut dibentuk oleh interaksi di antara pelaku.

Gagasan mengenai teori tersebut muncul dari George Herbert Mead (1863-1931) seorang filsuf Universitas Chicago dan tokoh psikologi sosial. Setelah Mead meninggal, Herbert Blumer, yang juga merupakan salah satu sosiolog di Universitas Chicago, mengambil alih seluruh karyanya serta membenahi teori sosialnya dan menamai gagasan Mead tersebut: interaksionisme simbolik. Blumer sendiri juga terpengaruh oleh pemikiran Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik. Karya Blumer yang terkenal dalam perspektif teori ini adalah kumpulan esainya yang berjudul Symbolic Interactionism: Perspective and Method.

Tiga prinsip utama interaksionisme simbolik menurut Blumer adalah: 1. Manusia bertindak melalui hal-hal pada makna yang ada di dalamnya. 2. Makna-makna tersebut muncul dari interaksi sosial.

(24)

3. Tindakan sosial merupakan hasil dari tindakan-tindakan individu.

Teori interaksionisme simbolik beranggapan bahwa masyarakat (manusia) adalah

produk sosial. Teori ini mempunyai metodologi yang khusus, karena interaksionisme simbolik melihat makna sebagai bagian fundamental dalam interaksi masyarakat. Dalam penelitian mengenai interaksi dalam masyarakat tersebut, teori interaksionisme simbolik cenderung menggunakan metode kualitatif dibanding metode kuantitatif.

2.4. Kerangka Berfikir

Anak Punk

Gaya Hidup (Life Style)

Kehidupan Jalanan

Dampak sosial (interaksi danhubungan sosial):

- Punk Masyarakat - Masyarakat Punk Pandangan masyarakat

Interaksi Sosial yang dihasilkan :

- Positif - Negatif

(25)

Penjelasan:

Anak punk merupakan gejala sosial remaja yang ada pada masyarakat pada saat ini, gaya hidup pada anak punk menjadikan fokus utama penelitian yang akan dilakukan teori-teori yang bersangkutan dengan kehidupan anak punk beserta dengan komunitasnya. Dari gaya hidup tersebut hal selanjutnya yang akan diteliti lebih dalam adalah keterkaitan dengan pengaruh jalan terhadap pembentukan kepribadian anak remaja yang menjadi anak punk, pandangan masyarakat yang selalu memandang anak punk sebagai hal yang buruk dan juga negatif. Juga dampak sosial terhadap Interaksi dan hubungan sosial anak punk.

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif mengenai “Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.

Menurut Bogdan & Taylor (1975:5) dalam Moleong (2007:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.

Untuk memahami dan mendeskripsikan Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor peneliti menggunakan studi lapangan (field research) dengan observasi peneliti langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan pada subjek dan objek penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan judul yang telah diambil maka penelitian ini akan dilaksanakan di kota medan terkhusuya di simpang lampu mrah Titi Kuning (kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor) dan akan dilaksanakan setelah proposal penelitian ini disetujui untuk dilaksanakan. Lokasi-lokasi penelitian di lakukan dikawasan lampu merah Titi Kuning dimana lokasi wilayah ini menjadi tempat berkumpulnya anak-anak punk dengan teman-teman se-komunitasnya untuk melakukan aktivitas setiap harinya

3.3. Penentuan informan 3.3.1 Objek Penelitian

Spradley dalam Sugiono (2009 : 297) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi namun dinamakan dengan “sosial institution” atau situasi

(27)

sosial yang terdiri dari tiga elemen yakni tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang beriterkasi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dinyatakan sebagai objek penelitian.Objek penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang yang benar-benar mengerti dan memahami topik peneletian yaitu “Eksistensi Komunitas Punk di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.

Informan sebagai sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian memegang peranan pentig bagi penelitian. Penetapan informan dalam penelitian ini ditentukan atas pertimbangan dari peneliti dan sesuai dengan kategori penelitian. Mereka adalah anak punk yang dan informan lainnya disekitar lampu merah Titi kuning yang mengetahui tentang permasalaha yang diteliti. Dengan penetapan informan secara tepat maka diharapkan dapat memberikan informasi atau keterangan-keterangan dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti agar terjawab rumusan masalah penelitian dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian.

3.3.2 Subjek Penelitian

Spradley dalam Basrowi (2008 : 188) mengemukakan bahwa subjek penelitian merupakan orang pada latar penelitian. Mereka itu adalah yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi latar penelitian.

Maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat yang paham tentang lokasi, keadaan anak punk dan beberapa hal pedukung yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Tahapan-tahapa pengumpulan data terdiri dari: 1. Studi Pustaka

(28)

Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan anak-anak punk beserta komunitasnya di sekitar masyarakat. Studi pustaka dilakukan dengan menelaah tulisan-tulisan yang yang sejalan atau relevan dengan masalah yang akan diteliti baik dari perpustakaan, koran, mass media, maupun internet.

2. Observasi/pengamatan langsung

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dengan observasi partisipasi atau pengamatan secara lansung yang dilakukan untuk mengamati suatu gejala sosial tertentu dilokasi penelitian yang meliputi keadaan, kegiatan, peristiwa, perilaku yang melibatkan informan dan pastinya berhubungan dengan proses perdagangan manusia. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan data sesuai realitas dan valid. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu dengan kamera foto untuk pengambilan gambar yag dirasa perlu untuk menambah refrensi nantinya.

3. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan peneliti di awali terlebih dahulu dengan initial interview . hal ini dilakukan diawal pertemuan dengan tujuan untuk membangun hubungan interpersonal dengan memberikan pertanyaan dan mempersiapkan terlebih dahulu skenario-skenario tentang persoalan anak-anak punk beserta komunitasnya yang akan di wawancarai kepada anak punk yang terpilih menjadi sample dalam penelitian.

3.5. Tehnik Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan analisa kualitatif yang dilakukan sejak dimulai penulisan proposal hingga pembuatan laporan pnelitian. Data hasil penelitain yang telah dikumpulkan baik yang di peroleh melalui observasi dan wawancara

(29)

kemudian di analisis secara mendalam. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data dilapangan berkesinambungan.

Dalam melakukan analisis, penelitian memeriksa ulang seluruh data yang ada, baik data pada hasil observasi terstruktur, wawancara tidak struktur, wawancara sambil lalu dan dari data sekunder yakni literature yang mendukung.

(30)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya  3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140 / 4078 / K / 1978 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991, Kecamatan Medan Johor mengalami pemekaran sehingga jumlah kelurahan menjadi 6 kelurahan yaitu :Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kelurahan Gedung Johor dan Kelurahan Kwala Bekala.

(31)

4.1.2. Lokasi Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk,, daerah pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian Selatan Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal keseluruhan ±1.696 Ha, yang terdiri dari 6 Kelurahan, memiliki 81 Lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru dan Medan Selayang.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan.

Untuk mengetahui luas wilayah Kecamatan Medan Johor secara lebih rinci berikut jumlah penduduk sampai dengan 31 Januari Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(32)

Table 1 : Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor NO KELURAHAN LUAS WIL. Ha JLH KK JUMLAH PENDUDUK JLH LINK RT RW L P JUMLAH L + P 1. SUKAMAJU 152 3.048 7.025 7.313 14.338 13 27 11 2. TITI KUNING 181 4.630 12.60 12.471 25.097 15 47 15 3. KEDAI DURIAN 98 2.012 3.637 3.787 7.424 5 14 3 4. PKL. MASYHUR 400 7.642 17.66 3 19.621 37.284 15 46 13 5. GEDUNG JOHOR 315 6.157 14.82 6 14.562 29.388 13 17 6 6. KWALA BEKALA 550 7.169 16.73 17.448 34.241 20 47 16 J U M L A H 1.696 30.65 8 72.53 0 75.202 147.732 81 198 64 Sumber : Data Kecamatan Medan Johor

4.1.3. Kependudukan Kcamatan Medan Johor

Untuk mengetahui potensi sumber daya manusia lebih lanjut, akan kita lihat data – data kependudukan di Kecamatan Medan Johor dibagi Berdasarkan Suku, Berdasarkan Agama,dan Berdasarkan Mata Pencaharian, Berdasarkan kewarganegaraan dan Jenis Kelamin.

Data Kependudukan Berdasarkan Suku :

Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan suku :

(33)

Tabel 2:Data Kependudukan Berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Johor NO SUKU JUMLAH % 1. Jawa 51.481 34,77% 2. Melayu 32.312 21,83% 3. Mandailing 20.965 14,13% 4. Batak 11.845 7,91% 5. Minang 6.096 4,11% 6. Aceh 4.295 2,90% 7. Nias 3.309 2,05% 8. Cina 13.318 8,99% TOTAL 147.732 100,00%

Sumber : Data Kecamatan Medan Johor

Data Penduduk Menurut Agama

Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan Medan Johor, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3 : Data Penduduk Menurut Agama

NO AGAMA JUMLAH % 1. Islam 101.129 68,47% 2. Kristen 27.315 18,49% 3. Katholik 5.142 3,48% 4. Hindu 632 0,42% 5. Budha 13.494 9,14% TOTAL 147.732 100,00%

(34)

Tabel 4 : Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Johor

NO PEKERJAAN JUMLAH KETERANGAN

1. Buruh 8.741 2. PNS / ABRI 4.219 3. Pegawai Swasta / 18.739 4. Pedagang 13.673 5. Petani 2.039 6. Jasa – Jasa 1.861 TOTAL 49.272

Sumber : Data Kecamatan Medan Johor

Tabel 5 : Data Penduduk Menurut Status Kewarganegaraan di Kecamatan Medan Johor

a. J u

Sumber : Data Kecamatan Medan Johor

Tabel 6 : Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Medan Johor

NO JENIS JUMLAH % KETERANGAN

1. Laki - laki 72.871 49,29

2. Wanita 74.861 50,71

J u m l a h 147.732 100,00

Sumber : Data Kecamatan Medan Johor

NO Kewarganegaraan Laki-laki Wanita Jumlah

1. W N I 72.863 74.849 147.712

2. W N A 8 12 20

(35)

4.1.4. Kelurahan Titi Kuning

Kelurahan Titi Kuning merupakan wilayah yang termasuk dalam Kekecamatan Medan Johor yang luas wilayahnya ±4.630 Ha. Yang terdiri dari 13 Lingkungan. Untuk mengetahui jumlah penduduk masing-masing lingkungan dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Tabel 7 : Jumlah Penduduk di Kelurahan Titi Kuning

Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning LINGKUNGAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH RT/KK JUMLAH LAKI-LAKI JUMLAH PEREMPUAN Lingkungan I 1730 346 833 897 Lingkungan II 2172 425 1082 1090 Lingkungan III 1260 295 665 595 Lingkungan IV 1142 319 560 582 Lingkungan V 1321 225 600 630 Lingkungan VI 1410 235 725 685 Lingkungan VII 1607 403 786 821 Lingkungan VIII 1257 260 622 635 Lingkungan IX 1521 328 765 756 Lingkungan X 2327 386 895 1403 Lingkungan XI 1980 405 1036 944 Lingkungan XII 1140 184 512 599 Lingkungan XIII 1387 221 605 782 Lingkungan XIV 1453 337 839 614

(36)

Tabel 8 : Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Titi Kuning

Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning

LINGKUNGAN ISLAM KRISTEN KATOLIK BUDHA HINDU KONGHUCU

Lingkungan I 902 26 - 798 4 - Lingkungan II 1756 42 8 340 26 - Lingkungan III 177 22 - 1053 - 8 Lingkungan IV 135 60 12 924 17 - Lingkungan V 134 24 10 860 15 2 Lingkungan VI 725 53 - 632 - - Lingkungan VII 1083 11 37 470 6 - Lingkungan VIII 517 16 57 656 6 5 Lingkungan IX 725 115 125 55 5 1 Lingkungan X 1386 82 13 16 830 - Lingkungan XI 602 17 - 1361 - - Lingkungan XII 58 22 - 1056 4 - Lingkungan XIII 870 40 10 467 - - Lingkungan XIV 956 85 - 412 - -

(37)

Tabel 9 : Komposisi mata pencaharian penduduk di Kelurahan Titi Kuni

Sumber : Data penduduk kelurahan Titi Kuning

LINGKUNGAN Pegawai

negeri

Pegawai

swasta TNI/Polri Petani Nelayan pedagang pensiunan lainnya

Lingkungan I 4 260 - - - - 90 558 Lingkungan II 12 291 6 2 - 61 5 459 Lingkungan III - 575 - - - 5 1 219 Lingkungan IV 1 271 3 1 - 23 2 - Lingkungan V 5 201 1 - - 12 5 86 Lingkungan VI 20 42 - - - 67 7 1280 Lingkungan VII 9 227 2 - - 442 6 872 Lingkungan VIII 3 623 1 - - 17 - 155 Lingkungan IX 5 300 1 - - 30 6 47 Lingkungan X 12 872 4 - - 9 6 886 Lingkungan XI 7 75 2 - - 101 8 - Lingkungan XII 1 76 - - - 149 - - Lingkungan XIII 3 614 1 - - 43 6 191 Lingkungan XIV 5 227 2 - - 30 - 678

(38)

4.2. Sejarah Punk di Dunia

Kata punk berasal dari sebuah kepanjangan public united not kingdom artinya negara kesatuan anti penjajahan dengan kata lain punk itu bebas. Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London,Inggris. Komunitas Punk yang sudah berdiri pada tahun 1908 dan didirikan oleh Michael Bakkunin mempunyai nilai-nilai dasar: DO IT YOURSELF

dan SOLIDARITAS. Karena itu, komunitas Punk hidup mandiri tanpa sokongan atau bantuan orang lain. Dalam menghidupi diri sendiri dan komunitasnya, mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro. CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Mengenai solidaritas, komunitas Punk adalah yang paling utama. Mereka merasa sebagai keluarga besar yang ikatannya sangat kuat.

Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun , sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika , golongan punk dan skinhead (sub-budaya yang lahir di London, Inggris) seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang di awali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keungan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh plitik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir pera penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak-anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves (Kita bisa mengerjakan sendiri). Penilaian punk dalam

(39)

melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan, ekonomi, sosial.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer(ngelem) dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut

mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang

terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

4.2.1. Gaya Dan Hidup Ideologi

Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa:

“ manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni)”.

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyeleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

(40)

Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.

Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.

Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.

4.2.2. Punk Dan Anarkisme

Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi

(41)

mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik.

Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.

Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it your self / lakukan sendiri). Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.

Berdasarkan pengelompokan maka punk dapat dibagi menjadi 1) punk on the street,

2) punk of the street, dan 3) punk in the street atau punk from families of the street. Pengertian

(42)

memiliki hubungan dengan keluarga , punk dalam kategori ini anak punk yang tinggal bersama orang tuanya dan pulang kerumah setiap hari. Sedangkan punk of the street adalah anak punk yang meng habiskan seluruh atau sebagian besar waktunya dijalanan dan tidak memiliki hubungan atau memutuskan hubungan dengan keluarganya adan orangtuanya memilih untuk tidak pulang kerumah. Demikina pula punk in the street atau punk from

families of the street yakni anak-anak punk yang menghabiskan seluruh waktunya dijalan

yang berasal dari keluarga yang hidup dan tinggal dijalanan. Oleh karena itu, pengertian punk dalam penelitian ini adalah mencakup ketiga point yang telah dsebutkan diatas, dengan berbagai aktivitas yang beragam dijalan.

4.3. Sejarah Masuknya Punk di Indonesia

Punk mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970 an. Masuknya gaya hidup punk ke Indonesia diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran Punk ke Indonesia namun perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya.Punk di Indonesia pada awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan menunjukkan gaya hidup Punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai gaya hidupnya. Pada perkembangannya baik di negeri asalnya maupun di Indonesia, Komunitas Punk telah mempunyai suatu subkultur tersendiri yang diakui masyarakat dan terkadang dianggap menyimpang. Punk juga telah semakin populer dengan timbulnya Punk sebagai suatu Trend. Contohnya ialah dalam dunia Fashion gaya berpakaian Punk menjadi trend fashion masyarakat umum.

Punk sebagai bentuk subkultur seperti telah dijelaskan sebelumnya, tentu memiliki nilai-nilai yang bersifat bertentangan karena subkultur ini muncul sebagai bentuk counter culture dari sistem sosial budaya arus utama (mainstream). Yang dimaksud dengan arus utama (mainstream) adalah pola sosial yang dominan dan konvensional. Perbedaan ini dapat menimbulkan anggapan menyimpang dari masyarakat tentang subkultur punk.Dengan

(43)

demikian, Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris, yang menjadi wadah untuk mencurahkan kritik dan protes atas penguasa pada waktu itu. Punk memiliki ideologi sosialis yang bersifat bebas. Punk lebih dikenal melalui gaya busananya seperti potongan rambut Mohawk, jaket penuh dengan spike dan bedge, sepatu boots, jeans ketat, badan bertato, body piercing, dan hidup di jalan-jalan. Proses modernisasi di Indonesia menyebabkan kehadiran Punk sebagai gaya hidup baru, yang umumnya dianut oleh sebagian kaum muda.

Komunitas Punk di Indonesia merupakan komunitas Punk dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Penganut kultur punk di Indonesia mulai mengadopsi substansi Punk yang termasuk di dalamnya ideologi, etika DIY (Do It Yourself), pandangan politis, dan lain sebagainya. Salah satunya adalah gaya hidup positif Straigh Edge yang menolak konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan terlarang, dan perilaku seks bebas.

4.4. Hasil Penelitian

4.4.1. Keeksistensian Punk di Medan

Medan sebagai kota besar ketiga di Indonesia, pasti tidak lepas dari banyaknya aliran gaya hidup yang masuk ke dalamnya. Komunitas punk di Kota Medan muncul di awali dengan adanya komunitas underground. Komunitas underground merupakan komunitas dari band-band yang memiliki aliran musik rock. Di dalam hal ini musik punk merupakan bagian dari musik rock. Oleh karena itu sekumpulan orang yang menyukai musik punk merupakan bagian dari komunitas underground. Pada komunitas underground, penyuka musik punk disebut punker. Para punker yang merupakan pendahulu kota medan sering disebut pioneer. Pada awalnya poneer memiliki satu sekretariat dan sejak tahun 2001 sekretariat sudah tidak digunakan. Hal ini disebabkan karena jumlah para punker yang meningkat, sehingga membuat scene masing-masing.

(44)

Scene merupakan tempat berkumpul bagi para punker, scene merupakan kelompok-kelompok kecil dari keseluruhan komunitas punk di kota Medan. Keberadaan komunitas anak punk Medan adalah salah satu bukti betapa banyaknya gaya hidup yang mulai berkembang di kota Medan. Tidak bisa dipungkiri memang keberadaan komunitas anak punk di Medan yang sudah sejak lama tumbuh. Mereka memiliki beberapa komunitas dengan berbagai nama tapi dengan tujuan yang sama yaitu menjunjung tinggi gaya hidup punk entah itu gaya berpakaian ataupun selera musik cadasnya.

Pada awalnya komunitas Punk di Kota Medan memiliki satu scene, yaitu di Jalan Abdullah Lubis. Sejalan dengan semakin bertambah jumlah Punk di Kota Medan, tempat berkumpulnya para punker tersebut semakin menyebar, seperti di pringgan, Dr. Mansyur, dan lainnya. Dari hasil observasi saat ini terdapat tujuh scene di Kota Medan, yaitu di simpang aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia Budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Scene dibentuk sebagai tempat berkumpul para punker pada masing-masing bagian di daerah Kota Medan. Scene juga dijadikan sebagai tempat bertemu dan berinteraksi antara punker di dalam scene maupun dengan punker yang berasal dari scene lain bahkan dari kota atau negeri lain.

Gaya berpakaian mereka yang identik dengan gaya urakan, sering kali membuat masyarakat resah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat yang tidak berguna dan hidupnya hanya untuk foya-foya saja. Padahal selain sisi negatif yang terlihat dari luar, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran dari mereka.Keberadaan anak punk Medan bisa dikatakan sudah memiliki umur yang tidak muda lagi. Perkembangan gaya hidup yang memiliki ciri khas tersendiri ini sudah sejak lama mulai menampakkan geliatnya.

Tercatat ada beberapa komunitas anak punk di Medan seperti Freedom Fighter Collective, Juanda Squad, Sutomo Crew, Padang Bulan Squad, Griya Squad, Ayahanda Crew, Aksara Squad, Titikuning Squad, Helvet Squad dan masih banyak yang lainnya dan belum menampakkan dirinya. Beberapa komunitas ini keberadaannya menyebar di seluruh

(45)

penjuru kota Medan. Rata-rata mereka memiliki markas tersendiri untuk berkumpul dan melakukan aktivitas lainnya.

Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” yang mempunyai kepedulian sosial.

Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di Titi Kuning kecamatan Medan Johor. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau.,Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan.

Saya mewawancarai seorang punker yang bernama Tulank lelaki berusia 30 tahun, Lahir di kota Kabanjahe. Tulank mengenal Punk pertama kali melalui seniornya ketika berada di bangku SMP. Kira-kira umur 14 tahun, pria asli bernama Persma Maha mulai jatuh

Gambar

Table 1 : Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor  NO  KELURAHAN  LUAS WIL
Tabel 2:Data Kependudukan Berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Johor  NO  SUKU  JUMLAH  %  1
Tabel 4 : Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Medan  Johor
Tabel 7 : Jumlah Penduduk di Kelurahan Titi Kuning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rearrange the jumbled words into good

Kelompok Kerja 3 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2017 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket

Karena tidak ada peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran, maka Panitia Pengadaan menyatakan bahwa lelang Pengadaan Pekerjaan Penataan dan Penyediaan Fasilitas

Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor anggal 30 Agustus 2017 dan Penetapan Pemenang (Pokja) ULPD Kementerian Keuangan Provinsi Kalimantan T. melalui Aplikasi

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, maka Penerima Kuasa mewakili dalam hal menyampaikan dokumen untuk pembuktian kualifikasi dan dokumen penawaran kami untuk paket kegiatan

( 3) Pem bat alan m at akuliah akibat ket idak cukupan peser t a dit et apkan oleh Ket ua Jur usan/ Pr ogr am St udi at as kesepakat an dengan peser t a m

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN

(1) Nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang, bis umum, tempat kegiatan usaha