• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN DAN TANGGUNG JAWAB RUMAH MAKAN DALAM MEMASUKI GREEN ACCOUNTING (Studi Kasus Pada Rumah Makan di Salatiga dan Yogyakarta) KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN DAN TANGGUNG JAWAB RUMAH MAKAN DALAM MEMASUKI GREEN ACCOUNTING (Studi Kasus Pada Rumah Makan di Salatiga dan Yogyakarta) KERTAS KERJA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESIAPAN DAN TANGGUNG JAWAB RUMAH MAKAN

DALAM MEMASUKI GREEN ACCOUNTING

(Studi Kasus Pada Rumah Makan di Salatiga dan Yogyakarta)

Oleh :

YOSEFINE CHRISTIN WIJAYA NIM : 232011186

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)
(3)
(4)

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jalan Diponegoro 52 -60 Telp. (0298) 321212, 311881

Fax. (0298) 321433, 311881 Homepage : www.uksw.edu

Email : feb@uksw.edu

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

N a m a : YOSEFINE CHRISTIN WIJAYA N I M : 232011186

Program Studi : AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja:

Judul : Kesiapan dan Tanggung Jawab Rumah Makan Dalam Memasuki Green

Acconting

(Studi Kasus Pada Rumah Makan di Salatiga dan Yogyakarta) Pembimbing : Paskah Ika Nugroho,SE.,M.Si.,CMA

Tanggal di uji : 23 Januari 2015 adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 7 januari 2015

Yang memberi pernyataan

(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar

kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan

meluruskan jalanmu.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Pemerintah Indonesia segera merekrontruksi tatakelola ekonomi menuju Tatakelola Ekonmi Hijau yaitu dengan memperhatikan persoalan lingkungan hidup yang terjadi dalam usaha bisnis tidak terkecuali untuk tujuan perkembangan bisnis tersebut. Hal ini menyebabkan pelaporan keuangan juga akan dirubah kearah ramah lingkungan. Sebagai bagian integral dari subsistem tata kelola keuangan, sistem tata kelola akuntansi juga akan direformasikan menuju green accounting.

Penelitian ini dilakukan pada rumah makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta. Rumah makan merupakan salah satu usaha kecil menengah yang pada saat ini mempunyai pengaruh cukup besar bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah rumah makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta telah siap memasuki masa green accountingdan juga mengetahui tanggung jawab seperti apa yang dilakukan rumah makan dalam memasuki masa green accounting tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai strategi dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh manajemen rumah makan.

Terdapat berbagai faktor yang mendorong manajemen rumah makanuntuk melakukan strategi dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan rumah makan telah siap memasuki green accounting dan berbagai tanggung jawab yang dilakukan juga telah baik.

(8)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karuniaNya yang telah diberikan, sehingga penulisan skripsi dengan judul “KESIAPAN DAN TANGGUNG JAWAB RUMAH MAKAN DALAM MEMASUKI GREEN ACCOUNTING” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya peran, bimbingan serta doa dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada :

1. Tuhan Yesus, yang senantiasa memberikan pertolonganNya, mengaruniakan segala kelancaran kepada penulis sehingga anakMu mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

4. Gatot Sasongko, SE., MS., DR selaku dosen wali, Terima kasih untuk waktu dan nasehat yang diberikan kepada penulis baik selama perwalian.

5. Paskah Ika Nugroho,SE.,M.Si.,CMA selaku dosen pembimbing, Terima kasih selama memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan. Bravo FEB, Viva UKSW!!

7. Segenap karyawan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi.

8. Papah Mamah tercinta dan Mak tersayang. Terima kasih untuk segala sesuatunya yang terbaik yang telah diberikan, setiap doa yang dipanjatkan dan dukungan baik segi moril maupun materiil untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

vii

9. Oohku, Cristian Wijaya untuk kasih sayang yang berarti, setiap bantuan materiil dan perhatiannya yang telah diberikan. Terima kasih sudah menjadi Ooh terhebat di dalam hidupku.

10. Pendampingku, Samuel Satoto Adi Radyaskoro yang selalu memberikan motivasi dan dukungan yang positif untuk penulis. Terima kasih untuk cinta dan perhatiannya, doa serta semangat yang diberikan sangat berarti bagi penulis.

11. Sahabatku Debbie Dita Shevilla dan Sharah Novie Marcelina yang memberikan warna dikost, suka duka kita lalui bersama. Terimakasih untuk kebersamaan yang kita jalani selama ini. Semoga setiap impian yang kita inginkan dapat teraih!

12. Temanku Mellisa Tirtawidjaja, Fiona Laurensia, Elishabeth Karunia Dewi, Yohana Nancy Kristina, Olivia Dita Margareta, Lorentha, Suryana, Astrid Natali, Ifo Mawarni, Olivia Silvana yang selalu menyemangatiku dan selalu meluangkan waktu menemaniku. 13. Oh Dika, terima kasih telah menyediakan waktu untuk membantu dalam pembagian

kuesoner.

14. David Adechandra Ashedica Pesudo dan Lusy Amelia Sumual,SE, terima kasih untuk bantuan berupa saran dan banyak informasi yang diberikan kepada penulis.

15. Teman-teman seperjuangan, Akuntansi angkatan 2011 (E-Goal) yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk pertemanan dan setiap kerja sama yang terjalin selama ini.

16. Semua pihak yang telah sangat membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk sekecil apapun bantuan serta doa yang kalian berikan.

Penulis menyadari bahwasanya penyajian maupun pembahasan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi yang membaca ataupun pihak yang memerlukannya.

Salatiga, 7 Januari 2015

(10)

ABSTRACT

Environmental issue becomes more interesting to be discussed as the development of the business in this world. The importance of environmental preservation is the primary concern of all business doers including the micro businesses (UKM). Therefore, the Indonesian government is aiming that Indonesian economical system applies Green Economical Management. This type of management will give an influence on the accounting treatment which is called green accounting. As a consequence, it demands readiness and responsibility from the restaurants to apply the green accounting in their financial reports. There are a lot of tourists who often visit and stay in Salatiga and Yogyakarta. Thus, there are a large number of restaurants provided in both cities. The questions that arise from this fact are whether the restaurants in both cities are ready for applying the green accounting or not and whether their responsibility has been done well or not. The data collection in this study is based on the questionnaires results of the environmental orientation of the restaurants both internally and externally, organizational management and measuring their strategy of executing the responsibility in preserving the natural environment. The assessment is done based on the respondents’ judgment. The sampling technique in this study employs the purposive sampling technique for 30 respondents. The characteristic of the respondents used in this study is for those who have the authority in the decision making of things related to natural environment. The result of this study is that the restaurants are ready to be in the green accounting era and they have done their responsibility in a good way.

(11)

SARIPATI

Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas seiring dengan berkembangnya dunia usaha. Pentingnya pelestarian menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis termasuk UKM. Dengan alasan ini, pemerintah Indonesia mengarahkan sistem perekonomian Indonesia menuju Tata Kelola Ekonomi Hijau. Tata kelola saat ini juga memberikan dampak pada perlakuan akuntansi yang disebut akuntansi hijau. Hal ini menuntut adanya kesiapan dan tanggung jawab rumah makan untuk menerapkan akuntansi hijau dalam pelaporan keuangannya. Daerah Salatiga dan Yogyakarta merupakan tempat yang sangat sering dikunjungi bahkan menetap sehingga banyak sekali terdapat rumah makan yang terdapat di kedua kota ini. Dengan banyaknya rumah makan yang ada , apakah rumah makan di Salatiga dan Yogyakarta telah siap memasuki akuntansi hijau dan tanggung jawab yang dilakukan apakah sudah baik. Penelitian ini menggunakan data dari hasil pengisian kuesoner mengenai orientasi lingkungan hidup rumah makan secara internal, eksternal, mengukur strategi dan manajemen organisasi serta mengukur strategi sebagai upaya tanggung jawab atas lingkungan hidup. Penilaian dilakukan sesuai dengan pertimbangan dari responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 30 responden dengan teknik purposive sampling. Karakteristik responden yang diambil adalah mereka yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan keputusan khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Hasil dari penelitian ini adalah rumah makan telah siap memasuki masa akuntansi hijau dan tanggung jawab yang telah dilakukan baik.

(12)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan / Pengesahan ... iii

Halaman Motto ... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Abstract ... vii Saripati ... viii Daftar Isi ... ix Daftar Tabel ... x Daftar Lampiran ... xi I. PENDAHULUAN ... 1

II. KAJIAN PUSTAKA... 4

Akuntansi Hijau ... 4

Kesiapan dan Tanggung Jawab Memasuki Green Accounting ... 6

III. METODE PENELITIAN ... 9

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 13

Derksriptif Rumah Makan dan Responden ... 13

Orientasi Lingkungan Internal ... 14

Orientasi Lingkungan Eksternal ... 17

Strategi dan Manajemen Organisasi ... 23

Strategi Sebagai Upaya Tanggung Jawab ... 30

V. PENUTUP ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 34

Daftar Pustaka ... 35

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sampel Peeneitian ... 14

Tabel 2 Orientasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Hotel Secara Internal ... 15

Tabel 3 Orientasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Hotel Secara Eksternal ... 19

Tabel 4 Poses Manajemen Lingkungan Hidup ... 23

Tabel 5 Pengukuran Strategi dan Manajemen Organisasi ... 27

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 36 Lampiran 2. Hasil Data ... 39

(15)

1

PENDAHULUAN

Usaha Kecil Menengah pada saat ini mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia,karena dengan adanya UKM Indonesia dapat membuka berbagai macam lapangan pekerjaan dan pengangguran di Indonesia bisa berkurang, tetapi dengan maraknya Usaha Kecil Menengah Di Indonesia akan memakan banyak tempat yang akan digunakan untuk lahan usahanya dan akan banyak berpengaruh pada lingkungan sekitar.

Salah satu jenis Usaha Kecil Menengah adalah Rumah Makan. Rumah Makan ini bergerak di bidang jasa yaitu dengan memperdagangkan berbagai makanan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat sekitar,sehingga mereka tidak perlu repot-repot masak. Salatiga dan Yogyakarta merupakan kota yang sama-sama memiliki keunikan yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung bahkan menetap di kedua kota ini. Menurut Fandi ( http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapi-itulah-salatiga-604242.html) Salatiga dikenal dengan kota taman sari masyarakat lokalnya yang santun ramah sehingga menjadikan kota ini aman dan nyaman bagi orang- orang yang berkunjung ke Salatiga sedangkan dengan kota Yogyakarta disebut Culture Citykarena melihat berbagai tradisi Jawa yang melekat di kota ini dan masyarakatnya, seperti batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, istana kraton bahkan makanan khas yang disebut Gudeg(http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html). Sehingga kedua kota ini mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Winarta dan Kunto, 2013 menganggap dengan meningkatnya mobilitas penduduk menyebabkan tuntutan kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan semakin meningkat. Dengan

(16)

2

adanya Rumah Makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Namun Rumah Makan ini juga mempunyai pengaruh negatif yaitu kurangnya perhatian atas limbah yang dibuang. Limbah dari Rumah Makan cukup banyak, seperti sisa makanan yang tidak habis dimakan oleh konsumen bahkan sampah yang berasal dari sayuran yang tidak bisa termasak yang nantinya akan berdampak bagi lingkungan sekitar.

Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas seiring dengan berkembangnya bisnis usaha. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup (alam) telah menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis diberbagai sektor. Dewasa ini dunia perekonomian mulai merambat ke arah ramah lingkungan seperti yang dikenal dengan ekonomi hijau (green economy) pada umumnya dan akuntansi lingkungan atau akuntansi hijau (green accounting) pada khususnya (Sumual,2014).

Menurut Lako (2012) Pemerintah Indonesia segera merekonstruksi tatakelola ekonomi yang selama ini cenderung serakah dan tidak ramah lingkungan menuju Tatakelola Ekonomi Hijau (TEH). Tujuannya untuk memberikan arahan strategis, taktis, dan operasional kepada semua level organisasi pemerintah untuk menerapkan Tatakelola Ekonomi Hijau dalam desain kebijakan, strategi, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan ekonomi.Tatakelola Ekonomi Hijau juga berperan memberikan arahan strategis, taktis, dan operasional kepada stakeholder dalam mendesain kebijakan, strategi dan pengambilan keputusan. Para pelaku bisnis diharapkan dapat melakukan reformasi dan tranformasi korporasi mereka menjadi korporasi hijau (green corporation). Selain itu fungsi dan proses manajemen korporasi akan direformasi kearah manajemen hijau (green management) atau

(17)

3

tatakelola korporasi hijau (green corporate government). Pelaporan keuangan juga mesti direformasi kearah yang ramah lingkungan. Sebagai bagian integral dari subsistem tata kelola keuangan,sistem dan tata kelola akuntansi juga perlu direformasi menuju ke Akuntansi Hijau (green accounting). Namun pelaporan keuangan yang perlu direformasi menuju green accounting bukan hanya pelaporan dari perusahaan-perusahaan besar saja melainkan harus dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah termasuk rumah makan. Pada saat ini terdapat banyak anggapan bahwa pelaksanaan green accounting hanya diperuntunkan untuk perusahaan besar yang dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Padahal perusahaan kecil dan menengah pun bisa memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Apalagi bila perusahaan kecil dan menengah dalam jumlah yang banyak, tentu dampak-dampaknya akan terakumulasi dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu bukan hanya perusahaan besar saja yang harus menerapkan green accounting namun perusahaan kecil dan menengah seperti rumah makan juga harus menerapkan.

Green accounting adalah suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan laba atau rugi suatu entitas korporasi. Melainkan, juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people), dan lingkungan (planet).

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini ingin mengetahui mengenai kesiapan dan tanggung jawab UKM dalam memasuki green accounting. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kesiapan rumah makan di Kota

(18)

4

Salatiga dan Yogyakarta dalam memasukigreen accounting dan untuk mengetahui tanggung jawab Rumah Makan di KotaSalatiga dan Yogyakarta dalam memasukigreen accounting. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Rumah Makan di Kota Salatiga dan Yogyakartamengenai pentingnya tindakan terhadap lingkungan untuk mendukung berlangsungnya usaha dalam memasuki green accounting. Bagi peneliti dan para akademisi diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai green accountingserta mengetahui kesiapan dan tanggung jawab Rumah Makan dalam memasuki green accounting.

Kajian Pustaka

Dengan semakin memprihatinkannya berbagai masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan di tingkat global dan lokal, khususnya perubahan iklim, Kementrian Lingkungan Hidup mengupayakan untuk mengembangkan konsep ekonomi hijau sebagai konsep ekonomi untuk suatu dunia nyata, dunia kerja, kebutuhan manusia, material yang ada pada Bumi ini, dan bagaimana hal-hal tersebut dapat menjadi suatu jalinan keterkaitan yang harmonis.(Djajadiningrat,Yeni, Melia, 2014).

Ekonomi hijau merupakan suatu konsep ekonomi yang dapat menghasilkan keadilan sosial dan perbaikan kehidupan manusia yang lebih baik, secara signifikan dapat mengurangi risiko- risiko lingkungan dan kelangkaan sumber daya ekologis. Gerakan ekonomi hijau adalah munculnya gerakan global untuk mendorong tatakelola bisnis yang ramah lingkungan (green business governance) karena selama ini perilaku bisnis dinilai mengeksploitasi alam semesta dan menyengsarakan

(19)

5

masyarakat. Untuk mewujudkan tatakelola bisnis tersebut maka perusahaan atau korporasi mesti dihijaukan. Untuk menjadi korporasi hijau maka sistem dan proses bisnis, sumber daya manusia serta visi, misi, tujuan serta strategi perusahaan mesti dihijaukan terlebih dahulu. Begitu pula fungsi-fungsi dan proses manajemen perusahaan juga mesti dihijaukan (greening the management). Karena upaya-upaya untuk menjadi korporasi hijau (green company) secara langsung akan berdampak pada keuangan dan akuntansi perusahaan maka fungsi-fungsi keuangan dan akuntansi juga mesti dihijaukan (green finance dan green accounting) (Lako, 2012)

Green accounting adalah suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan laba atau rugi suatu entitas korporasi. Melainkan, juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people),dan lingkungan (planet). Fokus dari proses akuntansi hijau pada transaksi- transaksi atau peristiwa keuangan, sosial, lingkungan sehingga pelaporannya berisi informasi keuangan, sosial, lingkungan.Tujuan pelaporan tersebut agar para pemangku kepentingan dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen dan perusahaan dalam pengelolaan bisnis yang ramah lingkungan dan agar para stakeholder mengetahui dan menilai kinerja dan nilai korporasi serta resiko dan prospek suatu korporasi sebelum mengambil keputusan (Lako, 2012).

Keputusan yang diambil berdasarkan informasi akuntansi yang lengkap dan akurat dapat membantu keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan atau sasaran program pemerintah, yakni profit yang tinggi atau pelayanan masyarakat yang memuaskan dengan memberikan nilai tambah atau menekan berbagai biaya,

(20)

6

terutama biaya sosial yang biasa dilupakan dalam akuntansi konversional (Auliyah, 2009). Tantangan untuk beralih pada green acconting tidak mudah, karena akuntansi masih cenderung konservatif dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan lingkungan ekonomi dan bisnis yang cepat. Hal ini dikarenakan akuntansi cenderung hanya memfokuskan pada kebutuhan informasi dari stakeholder, sementara masyarakat dan lingkungan dianggap bukan stakeholder dominan karena tidak berkontribusi nyata bagi penciptaan kinerja dan nilai perusahaan. Akuntansi juga hanya memproses dan melaporkan informasi yang material dan bisa terukur nilainya. Informasi sosial dan lingkungan dianggap tidak material dan sulit diukur nilainya sehingga sulit dilaporkan dalam laporan akuntansi. Reformasi akuntansi perlu dilakukan terhadap kerangka konseptual akuntansi kearah green accounting (Lako, 2012).

Kesiapan dan Tanggung Jawab Memasuki Green Accounting

Sistem Manajemen Lingkungan/ Environmental Management System merupakan bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan pemeliharaan kebijakan lingkungan. Keuntungan menerapkan sistem manajemen lingkungan adalah perlindungan lingkungan. Dengan mengikuti persyaratan yang ada akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Perbaikan lingkungan yang berkesinambungan mempunyai kesamaan konsep dengan manajemen lingkungan total. Hal tersebut menyajikan konsep bahwa sistem selalu

(21)

7

bisa dikendalikan dan selalu ada cara yang lebih efektif dari segi biaya untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan lebih jauh selama ada indikator-indikator yang kreatif dalam perusahaan yang diperbolehkan menyatakan ide-ide mereka. Kebijakan lingkungan haruslah menyatakan bahwa perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama. Sekurang-kurangnya presiden dari perusahaan harus menandatangani karena hubungan mereka sangat penting. Tanpa menunjukan komitmen dari manajemen puncak ini, aparat perusahaan lainnya tidak akan peduli pada usaha pengelolaan lingkungan yang dilakukan. Disamping menandatangani kebijakan menunjukan dukungan dengan menyediakan dana yang cukup juga sangat penting. Bila kekurangan dana perusahaan, maka pengelolaan lingkungan akan terhenti. Dalam perencanaannya perusahaan dapat melaksanakan kegiatan produk dan jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan dan dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi pertimbangan dalam menetapkan tujuan dan sasaran. Tanggung jawab juga merupakan kunci sistem manajemen lingkungan yang telah ditentukan dan dikomunikasikan dengan baik ke personil yang relevan. (Dwiningtyastuti, 2009).

Tanggung jawab perusahaan merupakan kewajiban dan tanggungjawab untuk mengendalikan dan menanggulangi pencemaran yang diakibatkan industrinya. Setiap limbah hasil industri merupakan kewajiban industri untuk mengelola sehingga tidak mencemari lingkungan. Tanggungjawab lingkungan sosial perusahaan timbul sebagai respon atau tindakan proaktif yang dilakukan oleh perusahaan terhadap harapan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan (Musyarofah, 2013).

(22)

8

Dorongan yang diambil dapat meliputi:

a. Dorongan internal: efisiensi sumber daya dan fokus produktifitas, termasuk motivasi pegawai-pegawai, peningkatan kepastian hukum serta kemajuan pada organisasi dan dokumentasi internal, kemungkinan untuk mendeteksi dan meminimalisasi resiko-resiko lingkungan dan tanggung jawab serta mengurangi dampak lingkungan yang spesifik.

b. Dorongan eksternal: aksi-aksi untuk meningkatkan keramahan lingkungan untuk meningkatkan visibilitas ramah lingkungan dari perusahaan, terutama untuk pelanggan, saluran distribusi dan media diantara para pemangku kepentingan lainnya. Perbedaan dengan model yang berdasar pada sumber adalah kepentingan yang ditempatkan pada lingkungan akuntabilitas oleh pemangku kepentingan, yang telah menggerakkan komunikasi lingkungan dari sebuah sistem sukarela dan tidak teratur ke sebuah sistem dimana tidak hanya terdapat ekspektasi aksi- aksi tapi juga melaporkan dalam sebuah cara yang memastikan kredibilitas dan transparasi. (Bonilla-Priego et al,2011).

Hasil Penelitian Sebelumnya

Jurnal peneliti terdahulu dengan judul” Kesiapan Industri Perhotelan Dalam Memasuki Akuntansi Hijau” dilakukan olehSumual (2014). Peneliti tersebut menemukan bahwa,industri perhotelan telah siap memasuki perlakuan akuntansi hijau, walaupun pengelolaan lingkungan tersebut dilakukan tidak berdasarkan oleh inisiatif dari pihak manajemen tersebut melaikan terdapat berbagai faktor yang mendorong diantaranya menaati regulasi dan juga hanya untuk mengikuti tuntutan

(23)

9

pasar. Namun dengan adanya faktor-faktor yang mendorong tersebut membuat industri perhotelan dapat melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan cukup baik.

Metode Penelitian Objek penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada orang-orang yang bekerja dalam manajemen rumah makan di Kota Yogyakarta dan Kota Salatiga. Penelitian ini diambil di kedua Kota tersebut karena untuk membandingkan rumah makan di Kota besar dan Kota kecil. Rumah Makan yang berada di Kota Salatiga yaitu sebuah kota kecil yang dikenal dengan kota yang aman dan nyaman bagi orang-orang yang berkunjung ke Salatiga menetap sekalipun di kota ini. ( http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapi-itulah-salatiga-604242.html) dan Yogyakarta yaitu kota besar yang paling unik dan kota yang tidak pernah tidur karena kita dapat melihat berbagai tradisi Jawa yang melekat di kota ini dan masyarakatnya, seperti batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, bahkan makanan khas yang disebut Gudeg. Sehingga kota ini disebut Culture City. Di kota ini tersedia juga terdapat beberapa tempat yang dapat menarik perhatian masyarakat. ( http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html). Alasan lain penelitian ini diambil di kedua kota tersebut karena kedua kota ini sama-sama memiliki keunikan yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung bahkan menetap di kedua kota ini. Penelitian ini dikhususkan bagi pekerja yang mempunyai kedudukan sebagai manajemen rumah makan atau yang

(24)

10

mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan rumah makan di kota Salatiga dan Yogyakarta dengan pengambilan sampel sebanyak 30 responden dengan jumlah hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Sumual (2014) supaya penelitian ini lebih efektif karena penelitian ini juga diimbangi dengan adanya wawancara langsung kepada pihak manajemen. 30 responden terdiri dari 15 responden di Kota Yogyakarta sebagai perwakilan dari kota besar yang diambil pada daerah kawasan rumah makan yang memenuhi syarat UKM dan 15 responden di Kota Salatiga sebagai perwakilan kota kecil yang memenuhi syarat UKM. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2012). Karakteristik dari sampel pada penelitian ini adalah orang yang bekerja pada manajemen rumah makan dan mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan. Teknik sampling ini bertujuan untuk melihat kesiapan dan tanggung jawab manajemen rumah makan dalam memasuki green accounting.

Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data yang diperoleh dengan membagikan kuesoner yang mengandung pertanyaan seputar pemahaman tentangkesiapan dalam memasuki green accounting, serta tanggung jawab yang dilakukan dalam memasuki green accounting pada usahanya. Kuesoner ini dibagikan kepada UKM rumah makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta dalam bentuk terbuka dan positif. Bentuk skala pada kuesoner ini adalah skala likert’s. Skala likert’s digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan presepsi seseorang atau

(25)

11

kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2012). Kuesoner tersebut dibagikan kepada UKM rumah makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta dan wawancara kepada orang yang mempunyai wewenang dalam Rumah Makan agar mendapatkan informasi lebih lanjut.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Indikator kuesoner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al,2011 di Uni Eropa yang diteliti juga oleh Sumual,2014 pada industri perhotelan. Dalam penelitian Bonilla-Priego et al,2011 tersebut terdapat tiga indikator yaitu;

1. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan internal 2. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan ekternal 3. Indikator yang mengukur strategi dan manajemen organisasi. Indikator

untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi. Dalam penelitian Sumual (2014) pada indikator yang ketiga akan disertakan juga pertanyaan terpisah mengenai proses manajemen lingkungan.

4. Indikator yang digunakan untuk mengukur strategi rumah makan sebagai tanggung jawab atas lingkungan hidup.

Langkah analisis yang dilakukan adalah:

1. Langkah awal menentukan indikator variabel-variabel pertanyaan yang bersumber dari Bonilla-Priego et al,2011 dan Sumual,2014.

(26)

12

2. Indikator variabel-variabel pertanyaan yang sudah ditentukan disajikan kedalam kuesoner yang akan diisi oleh pihak manajemen rumah makan atau pihak yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan. 3. Tiap indikator variabel-variabel pertanyaan dijadikan sebagai tolak ukur

dalam menyusun pertanyan dan pernyataan. Jawaban setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa: a. Sangat Tidak Setuju

b. Tidak Setuju c. Netral

d. Setuju

e. Sangat Setuju

4. Skala pengukuran untuk untuk indikator orientasi internal, orientasi eksternal, strategi dan manajemen organisasi, dan strategi rumah makan sebagai tanggungjawab atas lingkungan hidup diberi angka 1 sampai 5 yang menunjukkan tingkatan masing-masing indikator. Deskripsi skala adalah sebagai berikut: Nilai “1” diberikan jika responden menjawab “sangat tidak setuju”, nilai “2” diberikan jika responden menjawab “tidak setuju”, nilai “3” diberikan jika responden menjawab “netral”, nilai “4” diberikan jika responden menjawab “setuju”, nilai “5” jika responden menjawab “sangat setuju”.

5. Hasil skoring tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi digunakan untuk membandingkan Kota Yogyakarta = perwakilan kota besar

(27)

13

6. Dari hasil temuan tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui kesiapan dan tanggung jawab rumah makan dalam memasuki green accounting. 7. Dalam mendapatkan informasi yang lebih detail dapat dilakukan

wawancara.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Kota Salatiga dan Yogyakarta adalah daerah pengambilan sampel dalam penelitian ini. Yogyakarta dikenal sebagai kota yang tidak pernah sepi. Segala bentuk hiburan telah disajikan seperti kesenian daerah, pertunjukan-pertunjukan, objek wisata. Sedangkan di Salatiga lebih menujukan kota yang sangat nyaman, sejuk, bebas dari hiruk pikuknya kota metropolitan. Hal ini menyebabkan kedua kota ini menjadi tempat sasaran masyarakat untuk bertempat tinggal.

Deskriptif Rumah Makan dan Responden

Sebanyak 30 responden telah melakukan pengisian kuesoner yang terdiri dari 15 responden di Kota Salatiga karena hanya 15 rumah makan yang memenuhi syarat UKM dan 15 responden di Kota Yogyakarta karena peneliti hanya mengambil daerah kawasan rumah makan saja. Dengan pembagian kuesoner yang seimbang di kedua kota ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam menilai kesiapan dan tanggung jawab rumah makan tanpa adanya ketimpangan. Sebanyak 20 responden yang bersedia untuk diwawancara.

(28)

14 TABEL 1 SAMPLE PENELITIAN DESKRIPTIF JUMLAH (ORANG) PROSENTASE JENIS KELAMIN PRIA 28 93,33% WANITA 2 6,67% TOTAL 30 100% UMUR (TAHUN) 20-29 5 16,67% 30-39 17 56,67% 40-49 8 26,67% ≥ 50 0 0% TOTAL 30 100%

Sumber: hasil olahan data November, 2014

Data kuesoner diambil sama besarnya yaitu Yogyakarta 50% dan Salatiga 50%. Dari 30 responden, apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, prosentase yang paling tinggi adalah pria, yaitu 93,33% dibandingkan yang berjenis kelamin wanita hanya sebesar 6,67%. Apabila dilihat dari umur responden yang berumur antara 20-29 tahun mempunyai prosentase sebesar 16,67%, umur 30-39 tahun mempunyai prosentase 56,67% (prosentase tertinggi), umur 40-49 tahun 26,67%. Sedangkan yang berumur lebih dari 50 tahun 0%.

Orientasi Lingkungan Internal

Secara umum rumah makan telah melakukan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang telah ada. Namun dengan adanya perubahan ekonomi menjadi ekonomi hijau yang lebih menekankan pada masalah pengelolaan lingkungan. Dengan adanya perubahan ini apakah rumah makan masih

(29)

15

melakukan pengelolaan lingkungan hanya berdasarkan dengan peraturan perundangan yang berlaku atau terdapat faktor- faktor lain.

TABEL 2

DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI INTERNAL LINGKUNGAN

YOGYAKARTA

No PERNYATAAN

HASIL 1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan

didefinisikan dengan mempertimbangkan kepatuhan hukum

4 2 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan

didefinisikan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

3.93 3 Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan

lingkungan hidup adalah untuk penghematan biaya 3.7

RATA- RATA 3.89

NILAI MAKSIMUN 4

NILAI MINIMUM 3.7

(30)

16

SALATIGA

No PERNYATAAN

HASIL 1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan

didefinisikan dengan mempertimbangkan kepatuhan hukum

3.73 2 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan

didefinisikan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

4.13 3 Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan

lingkungan hidup adalah untuk penghematan biaya 3.6

RATA- RATA 3.82

NILAI MAKSIMUN 4.13

NILAI MINIMUM 3.6

Sumber: hasil olahan data November, 2014

Berdasarkan data dari kedua kota yaitu Yogyakarta dan Salatiga dapat dikatakan bahwa orientasi lingkungan hidup secara internal di kota Yogyakarta dan Salatiga mempunyai rata-rata yang hampir sama yaitu 3.89 dan 3.82. Hal ini menunjukan bahwa dorongan internal sangat penting bagi rumah makan dalam melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup. Orientasi pengelolaan lingkungan hidup rumah makan secara internal yang di lakukan pertama kali oleh rumah makan di kota Yogyakarta pada dasarnya dilakukan untuk mematuhi hukum mengenai lingkungan yang ada dan untuk menghindari sanksi yang ditetapkan, selain itu mereka melakukan karena adanya kesadaran rumah makan akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup disekitar rumah makan dan juga motivasi utama mereka untuk menerapkan adanya pengelolaan lingkungan hidup untuk menghemat biaya yang dikeluarkan.

(31)

17

Sedangkan rumah makan di Kota Salatiga orientasi pengelolaan lingkungan hidup secara internal dilakukan berdasarkan kesadaran dari pihak rumah makan itu sendiri akan pentingnya pelestarian lingkungan dan juga sekaligus mematuhi hukum yang ada. Namun mereka juga menganggap bahwa pengelolaan lingkungan hidup dapat menghemat biaya yang mereka keluarkan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu responden yang bernama Refric Biwara “jawab” ketiga pernyataan yang ada sesungguhnya berkaitan satu sama lain karena pada dasarnya kami melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku namun kami juga mengingat bahwa adanya pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dipaksakan dan hanya mematuhi adanya hukum yang sudah ditetapkan tetapi semua itu juga harus berdasarkan dengan kesadaran diri sendiri untuk melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup sebagai bentuk peduli kita kepada lingkungan bukan hanya peduli untuk mencari keuntungan yang banyak. Dengan pengelolaan lingkungan hidup yang kita diterapkan dapat membantu rumah makan kita dalam menghemat pengeluaran biaya misalnya melakukan pendauran ulang untuk bahan- bahan yang dapat diolah kembali.

Orientasi Lingkungan Eksternal

Pengelolaan lingkungan hidup bukan saja dilakukan oleh manajemen rumah makan berdasarkan faktor internal saja, melainakan faktor-faktor eksternal juga dipertimbangkan karena faktor- faktor eksternal tidak kalah pentingnya dengan

(32)

18

faktor-faktor internal. Hal ini terjadi karena rumah makan tidak berhubungan dengan pihak- pihak dari dalam saja, seperti pemilik, manajer, karyawan namun juga harus berhubungan dengan pihak-pihak dari luar juga seperti para pemegang saham, pemberi pinjaman, maupun masyarakat. Dengan adanya pihak ketiga dapat memeberikan manfaat bagi rumah makan dalam bentuk masukanatau penilaian demi majunya usaha rumah makan tersebut.

(33)

19

TABEL 3

DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI EKSTERNAL LINGKUNGAN

YOGYAKARTA

Sumber: hasil olahan data November, 2014

No PERNYATAAN

HASIL 1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan pasar/pelanggan

3.33 2 Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

3.33 3 Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

3.6 4 Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup

sebagai suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

3.2 5 Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan

lingkungan hidup perusahaan

2.93 6 Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan

mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)

3.4

RATA- RATA 3.47

NILAI MAKSIMUM 3.6

(34)

20

SALATIGA

No PERNYATAAN

HASIL 1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan pasar/pelanggan

3.33 2 Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

3.33 3 Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

3.5 4 Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup

sebagai suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

3.73 5 Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan

lingkungan hidup perusahaan

3.73 6 Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan

mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)

3.47

RATA- RATA 3.5

NILAI MAKSIMUM 3.73

NILAI MINIMUM 3.33

Sumber: hasil olahan data November, 2014

Berdasarkan data dari Kota Yogyakarta dan Salatiga ditunjukkan bahwa orientasi lingkungan hidup secara eksternal mempunyai rata-rata yang hampir sama besarnya yaitu Kota Yogyakarta sebesar 3.47 dan Kota Salatiga 3.5. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan eksternal di kedua kota tersebut tidak kalah

(35)

21

pentingnya dengan dorongan secara internal. Orientasi lingkungan yang pertama kali dilakukan oleh rumah makan di Yogyakarta mensponsori / berkolaborasi dengan organisasi- organisasi yang bergerak dibidang konservasi lingkunganhidup. Melihat semakin banyaknya rumah makan yang di buka semakin banyak pula persaingan yang terjadi. Berdasarkan wawancara dengan salah satu responden di Yogyakarta yang bernama Starando Sopotanaza “jawab” kami sering melakukan kerja sama dengan pihak luar / pihak ketiga dengan mensponsori seminar-seminar yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan juga sering melakukan bersih- bersih lingkungan bersama warga dan para staff yang rutin kami lakukan sebulan sekali. Tidak hanya itu tujuan lingkungan hidup yang diatur oleh rumah makan diatur dengan mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok,dll) serta menanggapi tekanan pasar/pelanggan dan untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif. Namun bukan hanya itu mereka menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai salah satu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi). Hasil yang paling kecil dari data tersebut adalah pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang bernama Briandalu “jawab” pemasok tidak perlu dipaksa untuk mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup perusahaan karena menurut kami pemasok tidak perlu mempunyai akses cukup mereka mengerti apa yang dibutukan oleh rumah makan kami.

Orientasi lingkungan eksternal yang dilakukan pertama kali di Kota Salatiga mereka menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai suatu strategi

(36)

22

komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi). Mereka menganggap bahwa dengan adanya label kualiatas lingkungan dan sertifikasi dapat membuat masyarakat sekitar tertarik pada rumah makan tersebut, untuk mendukung pemasok juga harus mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup perusahaan. Rumah makan juga secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup. Mereka menganggap bahwa dengan mensponsori/ berkolaborasi dengan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup mereka dapat menarik pihak-pihak luar seperti pemasok, klien, dll karena tujuan lingkungan hidup yang diatur untuk mempertimbangan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll). Namun bukan hanya mempertimbankan pendapat dari pemangku kepentingan saja melainkan dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan hidup digunakan untuk menanggapi tekanan/ pelanggan dan untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif.

(37)

23

TABEL 4

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

YOGYAKARTA

No PERNYATAAN JAWAB 1 0 Total JAWABAN

1 Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk pengelolaan lingkungan hidup?

1 apabila ya 0 apabila tidak

14 1 15 0.93

2 Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah ada manajemen untuk lingkungan hidup?

4- jumlah tingkat manajemen max. 3 point min. 0 point *6 *0 *0 0.21 3 Apakah manajemen lingkungan hidup

merupakan bagian dalam manajemen Rumah Makan?

1 apabila ya 0 apabila tidak

13 2 15 0.87

4 Apakah pada Rumah Makan terdapat pengurus khusus lingkungan hidup?

1 apabila ya 0 apabila tidak

1 14 15 0.067

5 Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup? 1 jika dilakukan oleh manajemen rumah makan 14 1 15 0.93 0 apabila dilakukan oleh manajemen lingkungan hidup 6 Hal apa yang diputuskan

pertama kali? Pengelolaan lingkungan hidup atau anggaran? 1 apabila tujuan pengelolaan lingkungan hidup 0 apabila anggaran 7 8 15 0.46 RATA-RATA 0.63 NILAI MAKSIMUM 0.93 NILAI MINIMUM 0.067

(38)

24

SALATIGA

No PERNYATAAN JAWAB 1 0 Total JAWABAN 1 Apakah ada orang yang

bertanggung jawab untuk pengelolaan lingkungan hidup?

1 apabila ya 0 apabila tidak

9 6 15 0.6

2 Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah ada manajemen untuk lingkungan hidup?

4- jumlah tingkat manajemen max. 3 point min. 0 point *6 *0 *0 0.21 3 Apakah manajemen lingkungan hidup

merupakan bagian dalam manajemen Rumah Makan?

1 apabila ya 0 apabila tidak

14 1 15 0.93

4 Apakah pada Rumah Makan terdapat pengurus khusus lingkungan hidup?

1 apabila ya 0 apabila tidak

0 15 15 0

5 Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup? 1 jika dilakukan oleh manajemen rumah makan 15 0 15 1 0 apabila dilakukan oleh manajemen lingkungan hidup 6 Hal apa yang diputuskan

pertama kali? Pengelolaan lingkungan hidup atau anggaran? 1 apabila tujuan pengelolaan lingkungan hidup 0 apabila anggaran 3 12 15 0.2 RATA-RATA 0.49 NILAI MAKSIMUM 1 NILAI MINIMUM 0

(39)

25

Berdasarkan data dari kedua Kota yaitu Yogyakarta dan Salatiga dapat dilihat bahwa rata-rata proses manajemen lingkungan hidup di Kota Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Kota Salatiga walaupun tidak begitu jauh perbedaan yang didapat. Kota Yogyakarta mempunyai rata-rata sebesar 0.63 sedangkan Kota Salatiga mempunyai rata-rata sebesar 0.49. Proses manajemen rumah makan di Kota Yogyakarta pada dasarnya mereka hanya mempunyai 1 tingkat manajemen yang bertanggung jawab dalam segala yang terjadi dalam rumah makan termasuk pengelolaan lingkungan hidup walaupun terdapat 1 rumah makan yang sudah mempunyai tingkat manajemen khusus mengenai lingkungan hidup. Berdasarkan wawancara dengan rumah makan yang sudah mempunyai tingkat manajemen yang khusus mengenai lingkungan hidup ”jawab” kami memiliki manajemen khusus untuk mengatur mengenai pengelolaan lingkungan hidup karena kami merasa memang pengelolaan lingkungan hidup sangat dibutuhkan rumah makan kami. Oleh karena itu kami memutuskan untuk mempunyai manajemen khusus agar lebih spesifik dalam mengatur semua yang berurusan dengan lingkungan hidup. Dengan melihat bahwa banyak rumah makan yang masih mempunyai 1 tingkat manajemen, maka hampir semua rumah makan dalam mengambil keputusan yang akan dibuat pertama kali adalah anggaran karena mereka menganggap anggaranlah yang berpengaruh pada segala aktivitas perusahaan.

Proses manajemen rumah makan di Kota Salatiga hanya memiliki 1 tingkat manajemen yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada rumah makan termasuk lingkungan hidup karena menurut mereka dengan 1 manajer saja sudah cukup untuk menangani semua pekerjaan, sehingga pengambilan keputusan hanya

(40)

26

berdasarkan kepada manajemen rumah makan tersebut. Dengan adanya 1 tingkat manajemen yang ada maka keputusan pertama yang diambil oleh manajemen rumah makan adalah anggaran. Oleh karena itu manajemen rumah makan tidak memiliki manajemen khusus mengenai pengelolaan lingkungan hidup karena mereka harus mempertimbangkan biaya yang akan mereka keluarkan untuk meminimalkan pengeluaran-pengeluaran yang mereka anggap tidak penting. Mereka merasa dengan adanya manajemen yang khusus mengenai pengelolaan lingkungan hidup berarti manajemen rumah makan akan merekrut orang dan akan menambah pengeluaran untuk menggaji.

(41)

27

TABEL 5

ITEM UNTUK MENGUKUR STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI YOGYAKARTA

Sumber: hasil olahan data November, 2014

No PERNYATAAN HASIL

1 Kami melakukan proses manajemen lingkungan hidup

4.07 2 Kami melakukan pelatihan staff untuk lingkungan hidup

merupakan prioritas

3.4 3 Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan

hidup 3.9

4 Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses terhadap kebijakan lingkungan hidup

3.8 5 Kami menyediakan saluran untuk karyawan untuk

menyampaikan saran untuk pengelolaan lingkungan

hidup 4

6 Kami memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

3.67 7 Kami mampu memperkirakan biaya dan investasi yang

dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup

3.47

RATA-RATA 3.76

NILAI MAKSIMUM 4.07

(42)

28

SALATIGA

No PERNYATAAN HASIL

1 Kami melakukan proses manajemen lingkungan hidup

3.87 2 Kami melakukan pelatihan staff untuk lingkungan hidup

merupakan prioritas

3.6 3 Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan

hidup 3.9

4 Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses terhadap kebijakan lingkungan hidup

3.5 5 Kami menyediakan saluran untuk karyawan untuk

menyampaikan saran untuk pengelolaan lingkungan

hidup 3.47

6 Kami memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

3.47 7 Kami mampu memperkirakan biaya dan investasi yang

dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup

3.1

RATA-RATA 3.56

NILAI MAKSIMUM 3.87

NILAI MINIMUM 3.1

Sumber: hasil olahan data November, 2014

Berdasarkan data dari Kota Yogyakarta dan Salatiga dalam mengukur strategi dan manajemen organisasi, rata-rata Kota Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Salatiga. Hal ini ditunjukkan Kota Yogyakarta dengan rata-rata 3.76 sedangkan di Kota Salatiga 3.56. Strategi yang pertama di lakukan di Kota Yogyakarta adalah melakukan proses manajemen lingkungan hidup dan bukan hanya itu, pihak manajemen juga menyediakan saluran untuk karyawan agar dapat menyampaikan saran untuk pengelolaan lingkungan hidup. Dengan diawali semua karyawan dituntut untuk mengerti dahulu akan tujuan lingkungan hidup karena

(43)

29

apabila karyawan tidak mengerti mereka tidak akan mampu melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup. Bukan hanya mengerti saja, namun karyawan mempunyai akses terhadap kebijakan lingkungan hidup. Disisi lain rumah makan memiliki kontrol yang memungkinkan untuk mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan. Hasil yang paling kecil menunjukkan bahwa rumah makan di Kota Yogyakarta kurang mampu memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menurut wawancara dengan salah satu responden yang bernama Dewi Rahmawati “jawab” pengelolaan lingkungan hidup sedikit susah untuk diperkirakan biayanya karena tidak menentu.

Strategi di Kota Salatiga pertama kali semua karyawan harus mengerti dahulu akan tujuan lingkungan hidup yang diimbangi dengan melakukan proses manajemen lingkungan hidup. Rumah makan juga melakukan pelatihan staff yang berguna agar para staff bukan hanya mengerti akan lingkungan hidup melainkan menjalankan proses lingkungan hidup. Namun bukan hanya melakukan dan mengerti, karyawan juga mempunyai akses terhadap kebijakan lingkungan hidup yang salah satunya digunakan karyawan sebagai saluran untuk menyampaikan saran pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu pihak manajemen memiliki sistem kontrol yang memungkinkan manajemen mendapatkan informasi lingkungan hidup yang diperlukan. Hasil yang paling kecil yaitu mereka kesulitan memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Rumah makan di Kota Salatiga juga menganggap sangat kesulitan untuk memperkirakan biaya yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan hidup.

(44)

30

TABEL 6

DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR STRATEGI RUMAH MAKAN SEBAGAI UPAYA TANGGUNG JAWAB ATAS LINGKUNGAN HIDUP

YOGYAKARTA

NO PERNYATAAN HASIL

1 Kami melakukan kegiatan penanaman pohon 4.13 2

Kami mengajak penduduk sekitar untuk bersih-bersih

lingkungan 3.8

3 Kami mengimplementasikan 3R 4

4 Kami telah memisahkan sampah organik dan non organic 3.8 5

Kami mengolah kembali sampah organik dan non

organic 3

6

Kami bekerjasama dengan pihak luar dalam hal

pengelolahan lingkungan hidup 3.4

RATA-RATA 3.7

NILAI MAKSIMUM 4.13

NILAI MINIMUM 3

Sumber: hasil olahan data November, 2014

SALATIGA

NO PERNYATAAN HASIL

1 Kami melakukan kegiatan penanaman pohon 4.01 2

Kami mengajak penduduk sekitar untuk bersih-bersih

lingkungan 3.8

3 Kami mengimplementasikan 3R 4

4 Kami telah memisahkan sampah organik dan non organic 3.53 5

Kami mengolah kembali sampah organik dan non

organic 3

6

Kami bekerjasama dengan pihak luar dalam hal

pengelolahan lingkungan hidup 3.4

RATA-RATA 3.58

NILAI MAKSIMUM 4.01

NILAI MINIMUM 3

(45)

31

Berdasarkan tanggung jawab dari kedua kota yaitu Yogyakarta dan Salatiga menunjukkan bahwa rata-rata di Kota Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Kota Salatiga yaitu Kota Yogyakarta sebesar 3.7 dan Kota Salatiga sebesar 3.58. Hal ini ditunjukkan bahwa di Kota Yogyakarta memiliki tanggung jawab yang lebih baik daripada Kota Salatiga. Tanggung jawab di Yogyakarta dimulai dari melakukan penanaman pohon. Melihat keadaan bumi yang semakin memburuk, hutan-hutan yang semakin gundul, daerah perkotaan yang sangat padat dengan perumahan menyebabkan pepohonan hampir tidak ada, kendaraan yang semakin banyak yang menyebabkan polusi udara. Sehingga manajemen rumah makan mencanangkan adanya penanaman pohon bersama di daerah sekitar rumah makan bersama dengan semua staff. Selain melakukan penanaman pohon pihak rumah makan juga mencanangkan mengimplementasikan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di dalam rumah makan karena mereka menganggap dapat mengurangi bahan- bahan yang dapat merusak lingkungan. Mereka juga telah memisahkan sampah organik dan non organik. Pihak rumahmakan juga mengajak penduduk sekitar untuk bersih-bersih lingkungan sekitar rumah makan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan dapat berguna bagi pihak rumah makan untuk membangun kerja sama dengan pihak luar dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hasil yang paling kecil yaitu mengolah kembali sampah organik dan non organik. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden mengatakan bahwa kami belum mengetahui cara mengolah sampah organik dan non organik dengan baik. Andaikan kami mampu mengolah, kami juga bingung mau digunakan seperti apa hasil olahan tersebut. Oleh karena itu kami belum bisa mencapai tanggung jawab tersebut.

(46)

32

Tanggung jawab di Kota Salatiga yang pertama kali dilakukan adalah melakukan kegiatan penanaman pohon bersama warga dan para staff dan juga mengimplementasikan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengurangi adanya pencemaran lingkungan di dalam rumah makan. Pihak rumah makan juga sering untuk mengajak penduduk sekitar membersihkan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden yang bernama Wahyu Teguh S “jawab” kami sering melakukan bersih-bersih lingkungan setiap sebulan sekali yang dilakukan oleh para staff dsn warga karena dengan adanya kegiatan ini dapat juga menjalin hubungan baik antara pihak rumah makan dengan warga sekitar rumah makan. Kami juga telah memisahkan sampah organik dan non organik serta bekerjasama dengan pihak luar dalam hal pengelolaan lingkungan hidup untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang akan kami laksanakan. Hasil yang paling kecil yaitu mengolah kembali sampah organik dan non organik. Sama halnya rumah makan di Kota Yogyakarta, rumah makan di Kota Salatiga juga belum mengerti akan pengolahan kembali sampah organik dan sampah non organik. Mereka belum mengerti bagaiman mengolah sampah-sampah itu dengan baik.

(47)

33

PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisis data dan pembahasan, rumah makan di Yogyakarta dan Salatiga memiliki rata-rata yang hampir sama besarnya walaupun ada beberapa rata-rata yang menunjukkan lebih tinggi di Kota Yogyakarta. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa rumah makan di Kota Yogyakarta dan Salatiga telah siap memasuki green accounting serta terdapat berbagai tanggung jawab yang akan dilakukan oleh rumah makan seperti melakukan kegiatan penanaman pohon, bekerja sama dengan pihak luar dalam pengelolaan lingkungan hidup serta mengajak penduduk sekitar untuk bersih- bersih lingkungan, dan mengimplementasikan Reduce, Reuse,Recycle. Walaupun pengelolaan lingkungan hidup rumah makan Salatiga dan Yogyakarta yang dilakukan tidak semuanya berdasarkan kesadaran rumah makan itu sendiri sebagai bentuk peduli mereka terhadap lingkungan hidup . Namun ada beberapa faktor yang mendorong rumah makan melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup diantaranya mempertimbangkan kepatuhan hukum,mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll), menanggapi tekanan pasar serta untuk menghemat biaya yang di keluarkan. Dengan adanya faktor- faktor tersebut, menyebabkan rumah makan di Salatiga dan Yogyakarta melakukan tanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup yang cukup baik, sehingga rumah makan tersebut dapat dikatakan siap dalam memasuki green accounting.

(48)

34

Implikasi

Penelitian ini telah menunjukan bahwa rumah makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta telah siap memasuki green accountingserta tanggung jawab yang dilakukan sudah cukup baik. Namun dalam melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup perlu memiliki kesadaran yang harus benar- benar di bangun dari diri sendiri bukan dikarenakan faktor- faktor yang berasal dari luar, untuk lebih mendorong manajemen dalam menunjukan kesiapan dan tanggung jawab diperlukan sebuah divisi atau manajemen khusus yang mengurus mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah sulit ditemuinya manajemen rumah makan dan seringnya yang dijumpai oleh peneliti hanya karyawan yang tidak mau memberikan kuesoner kepada pihak manajemen. Sedikitnya artikel- artikel mengenai green accounting juga merupakan suatu kendala atas keberlangsungan penelitian ini.

Saran

Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat meneliti mengenai penyebab pengelolaan lingkungan hidup rumah makan yang disebabkan dari faktor internal dan eksternal sama besarnya. Apa yang seharusnya dilakukan oleh rumah makan agar terciptanya kesadaran yang penuh dari pihak internal dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup yang sangat bermanfaat bagi kelanjutan usaha.

(49)

35

Daftar Pustaka

Auliyah, Robiatul, 2009 ”Akuntansi Lingkungan dalam Wacana Good Governance “, Jurnal Informasi Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi

Bonilla-Priego Maria Jesus, Nejera Juan Jose, Font Xavier,2011, “Environmental Management Decision- Making In Certified Hotels”, Journal of Sustainable Tourism, Vol. 19, No. 3

Djajadiningrat,Surna.T.,Yeni Hendriani., Melia Famiola, 2014, “ Green Ekonomi”, Bandung: Rekayasa Sains.

Dwiningtyastuti, Imtan, 2009,“Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Di PT Sari Husada Unit 1 Yogyakarta”, Program D III, Universitas Sebelas Maret

Lako,Andreas.2012. AkuntansiHijau. Kontan, edisi 10-22 Juni

Sugiyono, 2012, “ Metode penelitian Pendidikan”, Bandung: Alfabeta

Sumual,Lucy Amelia, 2014, “ Kesiapan Industri Perhotelan Dalam Memasuki Akuntansi Hijau” Program Sarjana, Universitas Kristen Satya Wacana

Winanta, Randy Christian dan Yohanes Sondang Kunto, 2013” Pengaruh Kualitas Layanan Rumah Makan Bromo Asri Terhadap Kepuasan”, Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. 1, No.1

http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapi-itulah-salatiga-604242.html http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapi-itulah-salatiga-604242.html http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html

(50)

1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Anda dimohon untuk memberikan penilaian mengenai kesiapan dan tanggungjawab memasuki green accounting.

2. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda secara objektif dengan member tanda (√) pada salah satu kriteria untuk setiap pernyataan yang

menurut Anda paling tepat.

3. Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar- salah melainkan menunjukkan kesesuaian penilaian Anda terhadap isi setiap pernyataan. 4. Pilihan jawaban yang tersedia adalah:

STS = apabila Anda merasa Sangat Tidak Setuju TS = apabila Anda merasa Tidak Setuju N = apabila Anda merasa Netral S = apabila Anda merasa Setuju SS = apabila Anda merasa Sangat Setuju

5. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pertanyaan yang dilewatkan. 6. Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademis saja. Identitas dari Anda akan

dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti.

I. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI INTERNAL LINGKUNGAN

No PERNYATAAN STS TS N S SS

1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan mempertimbangkan kepatuhan hukum

2 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan

dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

3 Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan

(51)

2

II. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI EKSTERNAL LINGKUNGAN

No PERNYATAAN STS TS N S SS

1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan pasar/pelanggan

2 Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

3 Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

4 Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup

sebagai suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

5 Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan

hidup perusahaan

6 Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan

mempertimbangkan pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)

III. PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

No PERNYATAAN Jawab

1 Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk pengelolaan lingkungan hidup?

2 Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah ada manajemen

untuk lingkungan hidup?

3 Apakah manajemen lingkungan hidup merupakan bagian dalam

manajemen Rumah Makan?

4 Apakah pada Rumah Makan terdapat pengurus khusus lingkungan

hidup?

5 Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup? 6 Hal apa yang diputuskan pertama kali? Pengelolaan lingkungan hidup

atau anggaran?

(52)

3

IV. ITEM UNTUK MENGUKUR STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

No PERNYATAAN STS TS N S SS

1 Kami melakukan proses manajemen lingkungan hidup 2 Kami melakukan pelatihan staff untuk lingkungan hidup

merupakan prioritas

3 Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan hidup

4 Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses

terhadap kebijakan lingkungan hidup 5 Kami menyediakan saluran untuk karyawan untuk

menyampaikan saran untuk pengelolaan lingkungan hidup

6 Kami memiliki sistem kontrol yang memungkinkan

untuk mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

7 Kami mampu memperkirakan biaya dan investasi yang

dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup

V. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR STRATEGI RUMAH MAKAN SEBAGAI UPAYA TANGGUNG JAWAB ATAS LINGKUNGAN HIDUP

NO PERNYATAAN STS TS N S SS

1 Kami melakukan kegiatan penanaman pohon 2

Kami mengajak penduduk sekitar untuk

bersih-bersih lingkungan

3

Kami mengimplementasikan Reuse, Reduce,

Recycle

4

Kami telah memisahkan sampah organik dan

non organik

5

Kami mengolah kembali sampah organik dan

non organik

6

Kami bekerjasama dengan pihak luar dalam hal

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh penggunaan antibiotik diberikan secara tunggal (100%) dengan alih terapi terjadi pada sebanyak 4 dari 22 kasus ISK.Kasus yang rasional penggunaan

Mengubah beberapa ketentuan Lampiran Peraturan Bupati Sampang Nomor 26 Tahun 2011 tentang Standart Harga Satuan Biaya Operasional Penunjang Kegiatan Tahun Anggaran 2012

Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Akan tetapi metode tersebut belum mampu untuk meningkatkan keaktifan siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah alternatif lain

struktur komunitas kupu-kupu di hutan hujan tropis Bodogol memiliki indeks keanekaragaman spesies yang lebih tinggi pada ruang kanopi bercelah dibandingkan ruang pada

Dalam usaha pem belaan negara, peranan TNI sebagai alat pert ahanan negara sangat penting dan st rategis karena TNI m em iliki tugas unt uk m em pert ahankan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ubi jalar ungu dengan air memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap pH, total asam (%), total padatan terlarut ( o Brix),

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA GARETH EVANS (Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang –

Jumlah PKK pedesaan yang aktif kelompok penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi. Melakukan Kampanye promosi pangan beragam dan