ANALISIS BANGKITAN DAN PEMILIHAN MODA
ANGKUTAN BARANG ANTAR KOTA
TESIS MAGISTER
Oleh
MISDAR PUTRA
NIM : 250 98 065
BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dr-- r.-!rd"e'Stafruddin, MSc . Ha 1 a id So rah i
ANALISIS BANGKITAN DAN PEMILIHAN MODA ANGKUTAN BARANG ANTAR KOTA
Oleh . MISDAR PUTRA
25098065 Pembimbing
Dr. Ir. Ade Sjafruddin, MSc Dr. Ir. Harun Al Rasyid Sorah Lubis, MSc
ABSTRAK
Permasalahan transportasi, termasuk transportasi barang perlu ditangani dengan baik dan dengan perencanaan yang matang. Apalagi untuk suatu kota besar yang penduduknya bahkan di beberapa kota di Indonesia telah lebih besar dari 2 juta jiwa.
Penelitian ini mencoba untuk melihat masalah bangkitan dan pemilihan moda angkutan barang antar kota, dalam hal ini antara kota Bandung dan Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dan variabel penentu serta memodelkan bangkitan dan pemilihan moda angkutan barang yang ada.
Untuk analisis pemodelan bangkitan berdasarkan data volume angkutan barang sebagai variabel tak bebas dan data sosio-ekonomi didalam wilayah studi sebagai variabel bebas. Unit area yang digunakan adalah sistem zona dengan data analisis merupakan data series tahunan. Kalibrasi model dengan teknik Regresi Linear Berganda.
Untuk analisis pemilihan moda berdasarkan data dari kuisoner ke perusahaan yang dipilih, terutama perusahaan tekstil, dengan teknik Stated Preference. Kendala utama dalam penelitian ini adalah tingkat pengembalian kuisoner yang relatif sangat kecil, sekitar 15 % saja dengan waktu yang cukup lama, hampir setahun. Selanjutnya untuk pemodelan pemilihan moda dilakukan analisis dengan pendekatan Regeresi Linear Berganda dan Maksimum Likelihood.
Akibat pengembalian kuisoner yang sangat kecil dan semuanya berasal dari perusahaan tekstil saja maka penelitian ini akhirnya lebih mencerminkankan bangkitan dan pemilihan moda untuk komoditi tekstil.
Hasil analisis penelitian ini memperlihatkan beberapa hal penting antara lain sebagai berikut
0 Untuk bangkitan dengan moda Kereta Api hanya mempunyai satu variabel bebas yaitu Jumlah Tenaga Kerja di didaerah studi
TiK _ -8,072 + 0,001 *TK. R ? = 0,329
0 Untuk bangkitan dengan moda Truk juga hanya mempunyai satu variabel bebas yaitu yaitu Jumlah Tenaga Kerja di didaerah studi
TI Txuc = -1.517,158 + 0,014 *TX RI=0,760
0 Untuk bangkitan Angkutan Tekstil Total juga mempunyai satu variabel bebas yaitu yaitu Jumlah Tena a Kerja di didaerah studi
Ti r" = -1.525,230 + 0,015*TK, R'= 0,737
Untuk model terbaik utilitas pemilihan moda diperoleh dengan pendekatan Regresi-2, nilai R 2 tertinggi = 0,3887.
U(x4 _ T,e) = 0,6548 - 0,5932 * AA - 0,0026 * BT - 0,1558 * TT
- 0,0818 * KP
0 Tingkat keamanan barang merupakan faktor yang paling signifikan mempengaruhi pemilihan moda.
TRIP GENERATION AND MODE CHOICE ANALYSIS OF FREIGHT INTER CITY TRANSPORTATION
_ by: .
MISDAR PUTRA 25098065
Advisor
Dr. Ir. Ade Sjafruddin, MSc Dr. Ir. Harun Al Rasyid Sorah Lubis, MSc
ABSTRACT
Transportation problem including freight one needs to be planned and well managed. These are specially in big cities, even in Indonesia there are many cities have more than two billions populations.
This research concerns on trip generation and mode choice on freight transportation problem in inter urban, in this case from Bandung to Jakarta. This research objective is identifying of characteristic, important variable and modeling of trip generation and mode choice of entire freight transport.
Analysis of trip generation modeling based on freight volume data as dependent variable and socio-economic in study area as independent variable. Applied unit is annual serial zone system analysis data while calibration model used Multiple Linear Regression.
Analysis of mode choice modeling based on questionnaire distributed to selected companies, especially textile companies with using Stated Preference surveys. Major problems occuring on this research is low returning rate on feed backing data, it was about 15 % with long time consuming, almost a year. Furthermore, model -calibration used both Multiple Linear Regression and Maximum Likelihood analysis approaches. Because of low returning rate of questionnaire and mostly taken from similar textile companies in consequence the research finally reflects trip generation and mode choice of textile commodity only.
Some important findings of this research are as follow
0 Train trip generation model has only one independent variable, that is total labor of textile companies on area study, as follow.
- Ti KA = -8,072 + 0,001 *TK., R' = 0,329
0 Trip generation of textile transportation model by truck mode has one independent variable, labors of textile firms in study zone, as follow.
Ti TRUK = -1.517,158 + 0,014*TK.„ R' = 0,760
0 Trip generation of textile total transportation model has mode has one independent variable, labors of textile firms in study zone, as follow.
Ti rxT = -1.525,230 + 0,015 *TK, R' = 0,737
0 The representative utility model of mode choice is taken from Regression-2's approach, R' = 0,3887.
U(K,-TRI = 0,6548 - 0,5932 * AA - 0,0026 * BT - 0,1558 * TT - 0,0818 * KP
0 The safety factor is the most significant attribute influencing mode choice.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini selanjutnya akan dibuat kesimpulan hasil penting yang didapat setelah melakukan penelitian ini. Disamping itu dilengkapi dengan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan.
6.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan seluruh kegiatan penelitian ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain.
8a Masalah pengumpulan data, baik primer maupun sekunder, dalam penelitiam ini yang melibatkan banyak pihak ternyata sangat menyita biaya, waktu dan pemikiran. Terutama untuk data primer berupa kuisoner ke perusahaan yang terkait maka tingkat kuisoner yang kembali hanya sekitar 15 % saja.
CJ Untuk data bangkitan angkutan barang, dalam hal ini komoditi tekstil . yang menggunakan data series tahunan, karena tidak ada lagi' pihak berwenang yang mengontrol angkutan barang maka data yang diperoleh antara angkutan barang dengan Kereta Api dan Truk mempunyai satuan yang berbeda. Dengan menggunakan beberapa asumsi, setelah disamakan satuannya, maka komposisi angkutan barang adalah sekitar 10 % menggunakan moda Kereta Api clan 90 dengan moda Truk.
8a Model bangkitan angkutan tekstil yang dikembangkan adalah sebanyak 3 (tiga) jenis yaitu Model Bangkitan Dengan Moda KA, Model Bangkitan Dengan Moda Truk dan Model Bangkitan Angkutan Tekstil Total. Dari perbandingan nilai R', maka model
dengan Moda KA mempunyai nilai terendah sebesar 0,329 dan untuk Moda Truk sebesar 0,760 dan Bangkitan Tekstil Total sebesar 0,737. lC9 Untuk model bangkitan angkutan tekstil, data sosio-ekonomi yang
dipilih untuk digunakan sebagai variabel bebas model ternyata semuanya mempunyai nilai korelasi antara sesama variabel yang tinggi, dimana > 0,800. Data sosio-ekonomi yang dipilih dalam wilayah kabupaten dan kotamadya Bandung adalah jumlah penduduk, PDRB total, Perkapita penduduk, sumbangan industri pada PDRB, persentase sumbangan industri pada PDRB, jumlah perusahaan industri tekstil dan jumlah Tnaga industri tekstil.
Q Akibat saling mempengaruhi yang besar antara sesama variabel bebas tersebut maka alternatif fungsi dari jenis model yang dikembangkan menjadi sangat terbatas. Sehingga variabel yang semula diprediksi akan masuk dalam alternatif fungsi terpilih tidak tidak terjadi seperti variabel jumlah penduduk, PDRB misalnya. Akhirnya untuk semua model bangkitan tekstil diperoleh model terpilih yaitu hanya mempunyai satu variabel bebas yaitu Jumlah Tenaga Kerja.
C2 Secara umum, maka secara keseluruhan terlihat bahwa model bangkitan angkutan tekstil total mengikuti trend perilaku dari model bangkitan dengan moda Truk.
Hal cukup menarik adalah dalam penggambaran antara bangkitan angkutan tekstil yang terjadi berdasarkan data lapangan dan hasil pemodelan maka untuk model bangkitan dengan moda menghasilkan nilai yang sangat mendekati. Hal ini disebabkan karena fluktuasi ban gkitan dengan moda ini setiap tahunnya tidak begitu ekstrim, dibandingkan dengan model lainnya.
Untuk pemodelan pemilihan moda maka dengan keterbatasan data yang diperoleh maka model yang dikembangkan hanya satu jenis saja yaitu model gabungan (overall). Model ini adalah gabungan dari 4 (empat) pangsa pasar yang ada yaitu Kontainer Ekspor, Non Kontainer Ekspor, Kontainer Domestik clan Non Kontainer Domestik.
f Untuk memperoleh model terbaik dilakukan dengan 2 (dua) . pendekatan yaitu dengan metoda Regresi clan pendekatan dengan
prinsip Maksimum Likelihood. Akhimya model terbaik diperoleh dengan pendekatan Regresi-2 ynag memberikan nilai R 2 tertinggi yaitu sebesar 0,3887.
Hasil uji t-tes memperlihatkan bahwa seluruh atribut mempengaruhi utilitas pemilihan moda secara signifikan dimana seluruh nilai t-stat atribut > nilai t-kritis = 2,576.
Tingkat keamanan barang merupakan faktor yang paling signifikan mempengaruhi pemilihan moda yang diindikasikan dengan atribut Tingkat kepercayaan terhadap barang hilang/rusak mempunyai nilai 1-stat terbesar = 10,810 kemudian disusul secara berurutan dengan atribut Biaya Pengiriman = 6,523, atribut Waktu Pengiriman = 6,334 clan yang paling rendah atribut Akses ke Terminal Awa1= 4,061.
Hasil uji F-tes memperlihatkan bahwa seluruh atribut yang digunakan mempengaruhi utilitas pemilihan moda secara signifikan
dimana nilai nilai F-stat 58,9693 > F-kritis = 3,32.
Hasil uji valiclasi data internal menunjukkan jawaban responclen yang cukup konsisten terhadap pilihan atribut yang diprioritaskan dalam pemilihan moda.
d Sensitivitas model terhadap perubahan masing-masing atribut memperlihatkan
o Terhadap atribut Akses ke terminal awal maka peluang memilih moda Kereta Api jika selisih waktu (KA - Truk) < 1,0 jam. Jika selisih lebih .lama peluangnya akan memilih moda Truk.
o Terhadap atribut Biaya pengiriman maka peluang memilih moda Kereta Api jika selisih biaya (KA -Truk) < Rp 50.000. Jika selisih biaya lebih besar, peluangnya akan memilih moda Truk. o Terhadap atribut Waktu pengiriman maka peluang memilih
moda Kereta Api jika selisih waktu (KA -Truk ) < 3 jam. Jika selisih waktu lebih lama peluangnya akan memilih moda Truk. o Terhadap atribut Tingkat kepercayaan barang hilang/rusak maka
. peluang memilih moda Kereta Api jika selisih tingkat kerusakan barang (KA - Truk) < -11 %. Jika selisih lebih kecil peluangnya akan memilih moda Truk.
Untuk kondisi skenario perkembangan masa datang terlihat bahwa pada tahun 2005:
o Untuk bangkitan angkutan tekstil total terjadi peningkatan sebesar sekitar 1,89 kali dibandingkan dengan kuantitas angkitan pada tahun 1999.
o Untuk pemilihan moda, terjadi peningkatan peminat moda truk sekitar 10 %.
6.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan penelitian ini antara lain.
0 Untuk survei dan pengolahan data bangkitan angkutan barang sebaiknya memperhatikan jenis komoditinya, sehingga lebih spesifik hasil yang diperoleh.
0 Perlu penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk memilih variabel bebas yang lebih mewakili dan lebih masuk akal didalam model yang akan dikembangkan. Terutama juga disini terlihat bahwa variabel jumlah penduduk tidak masuk dalam model yang terpilih.
0 Untuk mengurangi nilai koefisien korelasi antara sesama varibel bebas untuk model bangkitan angkutan tekstil, perlu penelitian lebih lanjut tentang pemilihan variabel bebas yang dipilih serta metoda pengumpulan data yang lain dari cara time series, misal data bersifat
cross sectional.
0 Untuk model pemilihan moda secara umum memperoleh nilai R 1 yang relatif cukup kecil, 0,3887. Oleh sebab itu perlu pengembangan atribut lanjut yang lebih representative.
0 Perlu mengoptimalkan fungsi dari pilot survei sehinggga kekurangan suatu model dapat dicarikan jalan keluar secepatnya.