• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Email : agus.ngugm.ac.id ABSTRAK - KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA DAN MENDONG - repository civitas UGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Email : agus.ngugm.ac.id ABSTRAK - KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA DAN MENDONG - repository civitas UGM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI PEMANFAATAN

LIMBAH SABUT KELAPA DAN MENDONG

Agus Ngadianto

1

, Farhan Aryo

2

, dan Galeh Primadani

3

Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Email :agus.ng@ugm.ac.id

ABSTRAK

Papan partikel merupakan salah satu produk papan tiruan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti kayu yang ketersediannya semakin terbatas. Optimalisasi bahan baku menjadi perhatian utama pada saat ini, terutama untuk tujuan efisiensi bahan baku. Penggunaan bahan-bahan dari serat alam, kayu-kayu berdiameter kecil, bahkan limbah perkebunan menjadi sangat potensial di Indonesia yang kaya akan sumber hayati. Papan partikel merupakan salah satu produk dari teknologi pengolahan kayu yang banyak menggunakan limbah perkebunan atau biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk biokomposit dari beberapa bahan baku limbah perkebunan dan pertanian seperti sabut kelapa dan mendong pada berbagai variasi lama waktu pengempaan dan lapisan bahan baku yang digunakan. Pembuatan papan partikel ini mengacu pada proses standar pembuatan papan partikel.Pengujian produk meliputi sifat fisika (kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, dan penyerapan air) dan sifat mekanika (kekuatan rekat internal, modulus patah, modulus elastisitas) berdasarkan standar Japanese Industrial Standard untuk papan partikel (JIS A 5908). Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel terbaik diperoleh dari perlakuan waktu kempa selama 10 menit dengan lapisan bahan 100% sabut kelapa dimana hanya nilai pengembangan tebal, modulus patah dan modulus elastisitas saja yang tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 dengan nilai kadar air sebesar 10,371%, kerapatan sebesar 0,591 g/cm³, pengembangan tebal sebesar 19,422%, penyerapan air sebesar 86,569%, keteguhan rekat internal sebesar 1,651 kgf/cm², modulus patah sebesar 65,660 kgf/cm², dan modulus elastisitas sebesar 5.080,634 kgf/cm².

Kata kunci :Papan partikel, Sabut kelapa, Mendong, Sifat fisika, Sifat mekanika

I. PENDAHULUAN

Teknologi pengolahan kayu dewasa ini semakin berkembang seiring dengan laju kebutuhan masyarakat dan ketersediaan kayu yang ada. Salah satu teknologi pengolahan kayu sebagai alternatif dari pemanfaatan kayu yang jumlahnya semakin terbatas ini adalah dengan pembuatan papan partikel. Papan partikel merupakan salah satu produk papan tiruan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti kayu yang ketersediannya semakin terbatas. Papan partikel merupakan salah satu produk papan tiruan yang sedang berkembang pesat dan banyak digunakan oleh masyarakat pengguna kayu. Sebagai salah satu produk komposit, papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kayu asalnya antara lain papan partikel bebas cacat seperti mata kayu pecah maupun retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatan papan partikel seragam, mempunyai sifat isotropis, serta sifat dan kualitasnya dapat diatur. Disamping semua kelebihan tersebut, papan partikel ternyata juga memiliki kekurangan seperti stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan linearnya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel ini sangat besar pengaruhnya pada pemakaian terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan [1].

Pada awalnya, kayu atau limbah kayu merupakan bahan utama dalam pembuatan papan partikel atau papan tiruan ini. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, pembuatan papan partikel ini berangsur-angsur telah bergeser menggunakan bahan berupa

limbah perkebunan dan pertanian atau biomassa yang ketersediaannya melimpah. beberapa limbah perkebunan dan pertanian yang sering dijumpai adalah limbah sabut kelapa dan mendong. Sabut kelapa merupakan hasil samping dan merupakan bagian terbesar dari buah kelapa yaitu sekitar 35% dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa pertahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya [2]. Sementara itu, mendong (Fimbristylis globulosa) adalah salah satu tumbuhan yang hidup dirawa dan dapat hidup dengan baik didaerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Tanaman jenis rumput ini biasanya tumbuh dengan panjang 70-100 cm. Tanaman ini dikenal sebagai bahan baku kerajinan seperti untuk membuat tikar, tas, sandal, peci, dan masih banyak yang lainnya. Namun hal ini tidak menjadikan masyarakat mengolah mendong menjadi barang dengan nulai jual tinggi. Mayoritas petani mendong masih menjual mendong mentah pada pengumpul atau bahkan pemanfataannya sudah berkurang untuk akibat adanya bahan plastik yang bisa menggantikan hampir semua peralatan atau benda yang terbuat dari bahan alami [3]. Oleh karena itu diperlukan suatu variasi pemanfaatan kedua bahan baku ini yang salah satunya untuk pembuatan papan partikel.

(2)

kadar air partikel dan perekatan partikel serta proses pembuatannya [4] Jenis perekat yang umum digunakan dalam pembuatannya adalah perekat sintetis berbasis formaldehida, salah satunya adalah urea formaldehida. Kelebihan perekat ini antara lain lebih murah, tidak berwarna dan dapat matang pada suhu kamar. Hal inilah yang menjadikan dasar pemilihan perekat sintetis lebih disukai dalam pembuatan papan partikel. Lama durasi waktu kempa pada pembuatan papan partikel merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan sifat papan partikel yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu dan waktu kempa maka kadar air papan partikel akan semakin rendah. Semakin lama waktu kempa maka berat jenis papan partikel akan semakin meningkat [5]. Selain itu, sifat papan partikel yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ukuran dan penyebaran partikel dalam lapisan bahan yang digunakan. Perlakuan kombinasi ketebalan lapisan face

dengan jenis penyusun yang berbeda berpengaruh nyata terhadap sifat papan partikel yang dihasilkan. Hasil terbaik diperoleh dari papan partikel satu lapis kayu nangka. Papan partikel tiga lapis terbaik diperoleh dari papan partikel dengan lapisan face kayu sengon dan lapisan core kayu nangka dengan nilai kerapatan 0,64 g/cm³, kadar air 6,17%, pengembangan tebal 212%, penyerapan air 212% [6].

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan berlignoselulosa yang potensial untuk dijadikan bahan baku papan partikel, seperti sabut kelapa dan mendong. Hal lain yang mendasari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan dari limbah perkebunan dan pertanian yang sampai saat ini pemanfaatannya belum optimal. Penelitian mengenai pembuatan papan partikel atau produk komposit dari sabut kelapa sudah ada namun jika dengan bahan baku mendong masih sangat sedikit.

C. METODEPENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sabut kelapayang diperoleh dari daerah Bantul dan mendong yang diperoleh dari daerah Sleman. Selain itu juga digunakan perekat epoxy untuk pengujian kekuatan rekat internal.Alat penelitian berupa gerinda untuk membuat partikel mendong, gunting untuk memotong sabut kelapa,saringan ukuran 60 mesh, termometer, timbangan analitik, oven pengering, desikator, forming box ukuran 25 x 25 cm, thickness bar, mesin kempa panas, kaliper, gergaji bundar, bak perendam dan alat uji mekanika Universal Testing Machine (UTM).

B. Pembuatan Papan Partikel

Papan partikel berbahan baku sabut kelapa dan mending dibuat dengan ukuran 25 cm x 25 cm dengan target kerapatan 0,7 g/cm3 serta ketebalan 0,7 cm.

Perekat yang digunakan adalah perekat urea formaldehida dengan konsentrasi 10% dari berat kering udara partikelnya. Papan partikel dibuat dengan kempa panas pada suhu 170oC. Variasi perlakuan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah waktu kempa selama 10 dan 15 menit dan variasi bahan yang digunakan yaitu 100% sabut kelapa, 100% mendong dan

50% sabut kelapa :50% mendong. Untuk setiap kombinasi perlakuan dibuat tiga papan partikel sebagai ulangan.

C. Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika

Pengujian sifat fisika dan mekanika papan partikel ini meliputi kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, penyerapan air, keteguhan rekat internal, dan keteguhan lengkung statik (MoE dan MoR) papan partikel. Standar pengujian yang digunakan adalah JIS A 5908-2003 tipe 8 [7].

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial, untuk masing-masing tahap penelitian. Uji statistik yang dilakukan berupa analisis keragaman dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Honestly Significant Difference(Tukey).

D. HASILDANPEMBAHASAN

A. Sifat Fisika Papan Partikel

TABEL 1. Sifat Fisika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong

Kombinas i papan

Sifat fisika papan partikel

MC

(3)

TABEL 2. Nilai Analisis Varians Sifat Fisika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong

Parameter

penelitian ini adalah kadar air, kerapatan, pengembangan tebal dan penyerapan air. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kadar air papan partikel berkisar antara 9,408% -11,233%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kisaran kadar air memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 [7] yaitu sebesar 5% - 13%. Hasil analisis varians pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor lapisan bahan memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 5% sedangkan faktor waktu kempa dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Faktor perlakuan waktu kempa menunjukkan bahwa waktu pengempaan 10 menit dan 15 menit tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan walaupun kecendrungan yang bisa dilihat adalah waktu pengempaan yang lebih lama dapat menurunkan nilai kadar air papan partikel. Hasil penelitian untuk faktor lapisan bahan menunjukkan bahwa kadar air papan partikel dari sabut kelapa lebih kecil dibandingkan kadar air papan partikel dari mendong, sedangkan papan partikel dari campuran kedua bahan tersebut memberikan nilai kadar air yang berada diantaranya. Hal ini diduga berasal dari komponen kimia yang terkandung pada masing-masing bahan baku. komponen kimia bahan berupa selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen kimia yang bersifat

Hidrofilik (menyukai air) dimana kandungan selulosa dan hemiselulosa lebih banyak terdapat pada mendong dibanding yang terdapat pada sabut kelapa. Hal ini diduga menyebabkan nilai kadar air papan partikel yang terbuat dari mendong memiliki nilai kadar air paling tinggi karena sifat hidrofilik komponen tersebut sehingga meningkatkan sifat higroskopis bahan.

Nilai kerapatan papan partikel pada penelitian ini berkisar antara 0,591– 0,729 g/cm3. Nilai kerapatan

papan partikel yang dihasilkan mendekati nilai target kerapatan yaitu 0,7 g/cm3, namun demikian seluruh

kerapatan papan yang diperoleh telah memenuhi Standar JIS A 5908-2003 tipe 8 [7]. Hasil analisis varians pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor waktu kempa memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 5%

sangat nyata pada taraf uji 1% terhadap nilai kerapatan papan partikel, sedngakan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Nilai kerapatan yang lebih tinggi diperoleh saat dikempa pada waktu yang lebih lama yaitu 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa lama waktu pengempaan selama 15 menit dapat meningkatkan kerapatan atau ikatan antar serat. Hasil penelitian yang sama menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel tanpa perekat dari kenaf core meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pengempaan panas dengan injeksi uap selama 7 hingga 20 menit. Waktu kempa yang semakin lama memberikan peluang antar partikel untuk saling kontak dengan baik dan menjadi lebih mampat [8].Faktor tunggal lapisan bahan menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel dari sabut kelapa lebih kecil dari kerapatan papan partikel dari mendong, sedangkan papan partikel dari campuran kedua bahan tersebut memberikan nilai kerapatan yang berada diantaranya. Hasil kerapatan aktuallebihrendahdariyangditujukarenapemulihan lapisanbahan sabut maupun mendongyangcukup besar [9]. Perbedaan geometridanjenispartikelbahan padapapanpartikeldalampenelitianinimempengaruhipro filkerapatan.Ukuran partikel mendong yang lebih kecil menyebabkan ikatan antar partikel semakin kuat dibanding ukuran sabut kelapa yang lebih panjang dan besar. Pada variasi lapisan,bagianmuka danbelakang

(facedanback)menggunakan bahan sabut kelapa dengan ukuran 3 cm yang lebih besar ukurannya sesuai dengan yang diterapkan dimana partikel mendong yang ukurannya lebih kecil diletakkan pada bagian inti sehingga nilai kerapatan papan partikel dari campuran sabut kelapa dan mendong lebih besar dibanding nilai kerapatan papan partikel yang berasal dari 100% sabut kelapa.

(4)

baku mendongnya berukuran partikel kecil. Selain itu, komponen kimia yang terkandung pada masing-masing bahan baku juga diduga mempengaruhi nilai pengembangan tebal yang dihasilkan. komponen kimia bahan berupa selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen kimia yang bersifat Hidrofilik (menyukai air) dimana kandungan selulosa dan hemiselulosa lebih banyak terdapat pada mendong dibanding yang terdapat pada sabut kelapa. Hal ini diduga menyebabkan air yang masuk kedalam papan partikel yang terbuat dari mendong lebih besar dari yang lainnya sehingga meningkatkan sifat higroskopis bahan yang akhirnya juga meningkatkan nilai pengembangan tebal papan partikel.

Gambar 1. Grafik nilai uji HSD faktor lapisan bahan terhadap nilai pengembangan tebal papan

partikel (HSD = 12,932)

Nilai penyerapan air papan lebih dipengaruhi oleh struktur internal papan daripada sifat ikatan papannya [11]. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai penyerapan air papan partikelberkisar antara 84,910% - 127,667%. JIS A 5908-2003 tidak mensyaratkan besar penyerapan air yang memenuhi standar, namun hal ini perlu diketahui untuk menentukan penggunaan yang tepat dari papan partikel yang dihasilkan. Hasil analisis varians pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor waktu kempa memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 5% dan faktor lapisan bahan memberikan pengaruh yang sangat nyata pada taraf uji 1% terhadap nilai penyerapan air papan partikel, sedangkan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata. Nilai penyerapan air papan partikel menurun dengan pertambahan waktu pengempaan yang diberikan. Perlakuan waktu kempa yang lebih lama mencukupi untuk membentuk ikatan antar partikel yang memadai serta menutup rongga-rongga diantara partikel sehingga papan lebih sulit untuk menyerap air. Ikatan antar partikel yang makin kuat menyebabkan rongga atau pori diantara jalinan partikel pada papan partikel tidak banyak yang dapat diisi oleh air

Gambar 2. Grafik nilai uji HSD faktor lapisan bahan terhadap nilai penyerapan air papan partikel

(HSD = 24,796)

Gambar 2 menunjukkan bahwa penyerapan air papan partikel dari sabut kelapa lebih kecil dibandingkan nilai penyerapan air papan partikel dari mendong, sedangkan papan partikel dari campuran kedua bahan tersebut memberikan nilai penyerapan air yang berada diantaranya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan komponen kimia dari jenis bahan tersebut, misalnya kandungan selulola dan hemiselulosa yang bersifat hidrofilik (menyukai air). Oleh karena itu, karakteristik kimia bahan baku merupakan hal yang sangat penting. Persen penyerapan air papan partikel yang dihasilkan searah dengan pengembangan tebal dimana semakin kecil nilai penyerapan air maka semakin kecil pula nilai pengembangan papan partikel yang dihasilkan.

B. Sifat Mekanika Papan Partikel

TABEL 3. Sifat Mekanika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong

Kombinas i papan

Sifat fisika papan partikel

IB

(Kg/cm2)

MoR

(kgf/cm2)

MoE

(Kgf/cm2)

100% sabut

10 menit

1,651 65,660 5.080,634

100% sabut

15 menit

1,193 38,529 3.843,106

100% mendong 10 menit

0,354 30,068 7.375,607

100% mendong 15 menit

0,444 47,809 10.118,84 8

Campuran ,

10 Menit

0,417 47,263 4.325,704

Campuran ,

15 Menit

0,256 50,270 5.682,471

Keterangan : IB = Keteguhan rekat internal, MoR = modulus patah, MoE = Modulus Elastisitas

TABEL4. Nilai Analisis Varians Sifat Mekanika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong

Parameter

Papan Partikel

Waktu

Kempa

Lapisan

(5)

Keteguhan

Rekat

Internal

0,593ns 0,029*

0,788ns

Modulus

Patah

0,742ns 0,250ns

0,038*

Modulus

Elastisitas

0,294ns 0,003** 0,207ns

Sifat mekanika papan partikel yang diteliti pada penelitian ini adalah keteguhan rekat internal, modulus patah dan modulus elastisitas. Hasil pada Tabel 3 menunjukkan nilai keteguhan rekat internal papan berkisar antara 0,256 kg/cm2 – 1,651 kg/cm2. Nilai

keteguhan rekat internal ini hampir seluruhnya tidak memenuhi Standar JIS A 5908-2003 yaitu minimal 1,5 kg/cm2. Hasil analisis varians pada Tabel 4

menunjukkan bahwa hanya faktor lapisan bahan yang memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 5% sedangkan faktor perlakuan waktu kempa dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai keteguhan rekat internal papan partikel. Faktor perlakuan waktu kempa menunjukkan bahwa lama waktu pengempaan 10 menit dan 15 menit tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan walaupun kecendrungan yang bisa dilihat adalah waktu pengempaan yang lebih lama dapat menurunkan nilai keteguhan rekat internal papan partikel. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa kekuatan rekat internal papan partikel tertinggi diperoleh pada papan partikel dari sabut kelapa, selanjutnya dari mendong dan terakhir dari campuran kedua bahan tersebut. Nilai keteguhan rekat internal tersebut sangat rendah apabila dibandingkan dengan persyaratan minimal standar JIS A 5908 sebesar 1,5 kg/cm2. Rendahnya nilai keteguhan rekat ini

dimungkinkan karena ukuran partikel yang digunakan masih relatif besar sehingga menyebabkan terjalinnya ikatan antar partikel menjadi kurang kuat. Faktor lain yang kemungkinan berpengaruh adalah seperti keberadaan ekstraktif yang pada saat pengempaan panas berada pada permukaan partikel yang menghambat terbentuknya ikatan antar permukaan [6].

Gambar 3. Grafik nilai uji HSD faktor lapisan bahan terhadap nilai keteguhan rekat internal papan partikel

(HSD = 1,048)

Nilai modulus patah papan partikel berkisar antara 30,068 kgf/cm2– 65,660 kgf/cm2. Hasil inibelum dapat

memenuhi Standar JIS A 5908-2003 yaitu minimal 82,00 kgf/cm2. Hasil analisis varians (Tabel 4)

menunjukkan bahwainteraksi antara waktu kempa dan lapisan bahan memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 5% sdangkan faktor tunggal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap modulus patah papan

partikel.Perlakuan waktu kempa dapat menurunkan nilai modulus patah papan partikel. Hal ini disebabkan penambahan waktu kempapanas sampai titik plastisitas bahan mempunyai efek menurunkan kekuatan serat. Oleh sebab itu, pemanasan dengan pengempaan sekaligus akan membuat lapisan serat menjadi menurun kekuatannya bila titik plastisitas terlampaui [13]. Bila ini yang terjadi maka pemanasan menyebabkan komponen penyusun hemiselulosa dan penurunan ini berhubungan langsung dengan berkurangnya kekuatan papan partikel yang dihasilkan [14]. Dengan demikian dapat dipahami bila makin lama pengempaan panas maka makin rendah kekuatan papan partikel. Sebaliknya bila pemanasan belum mencapai titik plastisitas kayu atau material lignoselulosa maka efek pemanasan tidak begitu nyata. Pengaruh lapisan bahan menunjukkan bahwa makin besar ukuran bahan yang digunakan maka makin besar nilai modulus patah papan partikel yang dihasilkan. Pada penelitian ini, nilai modulus patah rata-rata terbesar diperoleh dari bahan baku sabut kelapa, sedangkan nilai modulus patah rata-rata terkecil diperoleh dari bahan baku mendong. Sementara itu, nilai modulus patah rata-rata dari campuran kedua bahan tersebut berada diantaranya.

Gambar 4. Grafik pengaruh perlakuan waktu kempa dan lapisan bahan terhadap nilai mdulus patah papan

partikel (HSD = 36,814)

Hasil penelitian modulus elastisitas papan partikel disajikan pada Tabel 3 berkisar antara 3.843,106 kgf/cm2– 10.118,848 kgf/cm2. Hasil ini belum dapat

memenuhi Standar JIS A 5908-2003 yaitu sebesar 20.400 kgf/cm2. Hasil analisis varians pada Tabel 4

menunjukkan bahwa hanya faktor lapisan bahan yang memberikan pengaruh nyata pada taraf uji 1% sedangkan faktor perlakuan waktu kempa dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai modulus elastisitas papan partikel. Pada penelitian ini, faktor perlakuan waktu kempa menunjukkan bahwa lama waktu pengempaan 10 menit dan 15 menit tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan walaupun kecendrungan yang bisa dilihat adalah waktu pengempaan yang lebih lama dapat meningkatkan nilai modulus elastisitas papan partikel yang dihasilkan.Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa modulus elastisitas papan partikel tertinggi diperoleh pada papan partikel dari mendong, selanjutnya dari campuran bahan sabut dan mendong dan nilai modulus elastisitas terkecil diperoeh dari bahan sabut kelapa. Nilai modulus elastisitas tersebut sangat rendah apabila dibandingkan dengan persyaratan minimal standar JIS A 5908 sebesar 20.400 kgf/cm2.Semakin besar proporsi

(6)

besar proporsi ukuran sabut kelapa, nilai modulus elastisitas semakin berkurang. Modulus elastisitas merupakan sifat mekanis yang penting terkait dengan beban pelengkungan yang diterima oleh papan partikel tegak lurus dengan permukaannya. Dalam kaitannya dengan kekuatan lengkung tersebut, sifat-sifat lapisan

face akan menentukan kualitas papan. Halini ditentukan pula oleh ketebalan lapisan permukaannya. Oleh karena itu, ketebalan lapisan face ini sangat penting dalam pembuatan papan partikel. Kenaikan rasio ketebalan lapisan face terhadap ketebalan papanakan meningkatkan sifat fisik dan mekanis papan yang dibuat [15]. Meskipun begitu, jenis bahanbaku, bentuk dan ukuran partikel pada lapisan ini juga menentukan sifat papan.

Gambar 5. Grafik nilai uji HSD faktor lapisan bahan terhadap nilai modulus elastisitas papan partikel

(HSD = 0,0374)

E. KESIMPULAN

1. Interaksi antara waktu pengempaan dan lapisan bahan berpengaruh nyata hanya pada parameter nilai modulus patah papan partikel.

2. Faktor perlakuan waktu pengempaan berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan dan penyerapan air sedangkan parameter lainnya tidak memberikan pengaruh yang nyata.

3. Faktor lapisan bahan memberikan pengaruh sangat nyata pada nilai kerapatan, pengembangan tebal, penyerapan air dan modulus elastisitas. Sementara itu memberikan pengaruh nyata saja pada nilai kadar air dan keteguhan rekat internal.

4. Hasil papan partikel terbaik diperoleh dari perlakuan waktu kempa selama 10 menit dengan lapisan bahan 100% sabut kelapa dimana hanya nilai pengembangan tebal, modulus patah dan modulus elastisitas saja yang tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 dengan nilai kadar air sebesar 10,371%, kerapatan sebesar 0,591 g/cm³, pengembangan tebal sebesar 19,422%, penyerapan air sebesar 86,569%, keteguhan rekat internal sebesar 1,651 kgf/cm², modulus patah sebesar 65,660 kgf/cm², dan modulus elastisitas sebesar 5.080,634 kgf/cm².

F. DAFTARPUSTAKA

[1] Haygreen, J.G., J.L., Bowyer J.L. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

[2] Anonim. 2004. Pola Pembiayaan Industri Serat Sabut Kelapa. Bank Indonesia. www.bi.go.id. Diakses pada 18 Mei 2016.

[3] Anonim. 2015. Pengembangan Tanaman Mendong Sebagai Bahan Baku Industri Kreatif

Nasional. Kmentrian Pertanian.

www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses pada 18 Mei 2016.

[4] Kollman, F.F.P., E.W Kwenzi, dan A.J. Stamm. 1975. Principles of Wood Science and Technology Vol II, Wood Based Materials. Springer Verlay Berlin Heidelberg. New York.

[5] Sudiryanto, Gun. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan Terhadap Fisik dan Mekanik Papan Partikel Kayu Sengon. Universitas Islam Nahdlatul Ulama. Jepara.

[6] Rofii. N.S., dan R. Widyorini. 2012. Pengaruh Proporsi Lapisan Dan Bahan Baku Terhadap Sifat Papan Partikel Lapis Tanpa Perekat. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. [7] Anonim. 2003. Japanese Industrial Standard Particleboards A 5908. Japanese Industrial Standard Association. Japan.

[8] Xu J., R. Sugiwara, R. Widyorini, G. Han, dan S. Kawai. 2004. Manufacture and Properties of Low Density Binderless Particleboard from Kenaf Core. J Wood Sci 50: 62-68.

[9] Prayitno, 2005b. Bamboo Stabilization. Kursus Teknologi Bambu. Pusat Penelitian Bambu PAU-Teknik UGM. Yogyakarta.

[10] Suryadi, F., 2008. Pengaruh Cara Pelaburan dan Jumlah Perekat Labur Terhadap Sifat-sifat Papan Partikel Limbah Serutan Bambu Petung (Skripsi). Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta

[11] Okuda N., K. Hori, and M. Sato. 2006. Chemical Changes of Kenaf Core Binderless Boards During Hot Pressing (I); Influence of The Pressing Temperature Condition. J Wood Sci 52: 244-248 [12] Yusliansyah, R., Maharani dan D.I. Fauzi. 2001.

Sifat Partikel dari Jenis Kayu Hutan Sekunder dan Hutan Tanaman dengan Perekat Melamin Formaldehida. Prosiding Seminar Nasional IV MAPEKI.

[13] Prayitno, 2007. Pengaruh Pemanasan Pada Sifat Perekatan Kayu Kelapa. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

[14] Prasetyo, Haris. 2008. Pengaruh Komposisi Lapisan Partikel dan Jumlah Perekat Urea Formaldehida Terhadap Sifat Papan Partikel Limbah Gergajian Kayu Kelapa (Cocos sp.).

Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak Diterbitkan).

Gambar

TABEL 1. Sifat Fisika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong
TABEL 2. Nilai Analisis Varians Sifat Fisika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong
TABEL 3. Sifat Mekanika Papan Partikel Dari Sabut Kelapa Dan Mendong
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah fungsi pinalti adalah suatu cara mudah untuk membatasi keadaan dari fungsi fitness ke wilayah yang memungkinkan dengan penggunaan sebuah hukuman bagi

Apakah elemen-elemen pada pasal 93 ayat 2 huruf (f) Undang-undang Ketenagakerjaan harus diputus terlebih dahulu sesuai kewenangan absolut Pengadilan Hubungan

Dalam bukunya berjudul Cognitive Capitalism, Boutang (2011) memberikan sebuah eksplikasi yang komprehensif tentang transisi dari kapitalisme industri (sistem ekonomi

Hardle [5] menyatakan bahwa pendekatan nonparametrik untuk mengestimasi kurva regresi mempunyai tujuan, yaitu memberikan metode yang baik untuk mengetahui hubungan di an- tara

Transformator yang baik untuk digunakan sebagai sensor tegangan adalah transformator yang memiliki sifat linieritas yang baik, artinya tegangan output dari

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER),

Selain itu, dalam model pembelajaran Reciprocal Teaching , siswa berperan sebagai guru untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Dalam islam juga dijelaskan

Dengan nilai rata-rata tiap semesternya tidak mencapai standar kriteria ketuntasan minimal 65, yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah khususnya pada mata pelajaran IPA