SKRIPSI
Oleh :
ASTRI WIJAYATRI 0613010237/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
yang diajukan :
ASTRI WIJAYATRI 0613010237/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Tanggal : ………. NIP. 030.217.167
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
Disusun oleh :
ASTRI WIJAYATRI 0613010237/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 26 November 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji Utama Ketua
DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi
Sekretaris
Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks
Anggota
Dra. Ec. Erna Sulityowati, MM
Dekan Fakultas Ekonomi
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Auditing ... 12
2.2.1.1. Definisi Auditing ... 12
2.2.1.2. Jenis – Jenis Audit ... 13
2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor ... 15
2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 16
2.2.1.5. Standar Auditing ... 18
2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik... 19
2.2.2. Audit Judgment... 21
2.2.2.1. Konsep Audit Judgment... 21
Audit ... 25
2.2.2.4. Judgment Auditor Mengenai Keputusan Going Concern ... 26
2.2.3. Tekanan Ketaatan... 28
2.2.3.1. Konsep Tekanan Ketaatan ... 28
2.2.3.2. Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment... 29
2.2.4. Kompleksitas Tugas... 32
2.2.4.1. Konsep Kompleksitas Tugas... 32
2.2.4.2. Aspek Kompleksitas Tugas... 33
2.2.4.3. Klasifikasi Tugas Berdasarkan Tingkat Kompleksitasnya... 34
2.2.4.4. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment... 36
2.2.5. Keahlian Audit ... 37
2.2.5.1. Pengertian Keahlian Audit ... 37
2.2.5.2. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment ... 39
2.2.6. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment... 40
2.3. Kerangka Pikir ... 41
2.4. Hipotesis ... 42
3.1.2. Pengukuran Variabel... 44
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 46
3.2.1. Populasi... 46
3.2.2. Sampel... 47
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 48
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 48
3.4. Uji Kualitas Data ... 49
3.4.1. Uji Validitas ... 49
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 49
3.4.3. Uji Normalitas... 49
3.5. Asumsi Klasik... 50
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 52
3.6.1. Teknik Analisis ... 52
3.6.2. Uji Hipotesis ... 52
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 52
3.6.2.2. Uji Parsial... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 55
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 55
4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 56
4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 57
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 61
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 61
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 63
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 64
4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 65
4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 67
4.3.4. Uji Hipotesis ... 69
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 69
4.3.4.2. Uji Parsial ... 70
4.4. Pembahasan ... 72
4.4.1. Implikasi ... 72
4.4.2.Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 75
4.4.3.Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 76
4.4.4.Keterbatasan Penelitian... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 77
5.2. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel. 2.1 Hubungan Antara Materialitas Dan Jenis Opini ... 24
Tabel. 2.2 Tingkatan Dan Tanggung Jawab Staf Dalam KAP... 31
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tekanan Ketaatan (X1) ... 58
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompleksitas tugas (X2) ... 59
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X3) ... 60
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Audit Judgment (Y) ... 61
Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows. 62 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 63 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 64 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 65
Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 66
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 67
Tabel. 4.11 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 69
Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 69
Tabel. 4.13 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … .. 70
Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 42
ix Oleh :
ASTRI WIJAYATRI
Abstrak
Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang dan akan datang. Hogart (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgement sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi. Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi informasi. Informasi tersebut agar dapat diproses lebih lanjut secara efektif dan efisien. Selain itu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit, auditor dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang terdiri dari unsur pengalaman dan pengetahuan baik yang bersifat umum maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi, dan karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisa secara empiris sejauh mana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit terhadap audit judgement
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 30 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 30 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 27 item pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit judgement, teruji kebenarannya dan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh paling dominan terhadap audit judgement, teruji kebenarannya.
1 1.1 Latar Belakang
Untuk mempertanggungjawabkan aktivitas bisnis perusahaan yang
dikelolanya, pihak manajemen akan menerbitkan sebuah laporan keuangan
pada tiap akhir periode yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja
manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya organisasi. Laporan
keuangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan, terutama bagi
perusahaan yang menerbitkan saham-sahamnya secara luas di pasar modal
(go public), dimana penerbitan saham secara tidak langsung memberikan hak
kepada public untuk dapat mengetahui segala informasi yang berkaitan
dengan perusahaan tersebut.
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen digunakan
puhak-pihak yang berkepentingan, baik pemegang saham, investor, kreditor,
pemerintah serta pemegang kepentingan lainnya untuk membuat keputusan
ekonomi sehingga informasi yang ada di dalamnya harus relevan, handal, dan
bebas dari salah saji yang material. Oleh sebab itu, diperlukan jasa
penjaminan dari pihak ketiga yang independent untuk memberikan keyakinan
bahwa laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen bebas dari salah
saji yang material yang menyesatkan sehingga dapat dipercaya dan
diandalkan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bisnis.
Jasa penjaminan yang umum digunakan untuk memperbaiki kualitas
merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan megevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan
(Mardisar dan Sari, 2007). Kriteria tertentu yang umum digunakan adalah
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dari hasil pemeriksaan audit inilah,
kemudian auditor memberikan kesimpulan mengenai kewajaran laporamn
keuangan dan menyampaikan kesimpulan tersebut kepada para pemegang
kepentingan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pihak luar perusahaan lebih mengandalkan laporan keuangan auditan untuk
membuat keputusan-keputusan bisnis yang penting karena dianggap
memberikan penilaian yang objektif dan bebas dari adanya berbagai konflik
kepentingan (conflict of interest). Sedangkan auditor menarik sebuah
kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan di dasarkan pada pekerjaan
audit yang telah dilakukannya. Judgement merupakan aktivitas pusat dalam
melaksanakan pekerjaan audit. Hal ini berarti ketetapan judgement yang
dihasilkan oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesimpulan akhir yang akan
dihasilkannya sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat
atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.
Apabila Arthur Andersen sebagai Kantor Akuntan Publik yang sudah
terhadap citra profesi akuntan publik dimata masyarakat dan pihak-pihak
lainnya. Untuk itu Auditor senantiasa dipacu untuk bertindak dengan
kemampuan profesionalisme yang tinggi (Jamilah, dkk, 2007)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009
hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha
kepada delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP).
Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu,
menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan
Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
Salah satu dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs.
Hans Burhanuddin Makarao. Yang bersangkutan dikenakan sanksi
pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi Standar
Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku
2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan
Auditor Independen. (www.antara.co.id)
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, seorang auditor setidaknya
harus memperhatikan tujuh elemen, yaitu proses yang sistematis,
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara objektif, asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat kesesuaian,
kriteria yang ditentukan, menyampaikan hasil-hasilnya, dan para pemakai
yang berkepentingan (Djaddang dan Parmono, 2002). Melalui ketujuh
akan digunakan untuk mendukung judgement yang diberikannya, dimana
bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam
membentuk judgement.
Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan
judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang dan akan
datang. Hogart (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgement
sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.
Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi, (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya) pilihan untuk
bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih lanjut.
Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi tersebut
berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi
oleh auditor sehubungan dengan judgement yang dibuatnya (Djaddang dan
Parmono, 2002). Temuan DeZoort dan Lord dalam Hartanto dan Kusuma
(2001) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang
memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya
profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial.
Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu
pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus
diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang
dihadapi oleh auditor. Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi
informasi. Informasi tersebut agar dapat diproses lebih lanjut secara efektif
yang diduga juga berpengaruh terhadap audit judgement yang dihasilkan oleh
auditor. Faktor tersebut adalah keahlian audit. Untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan audit, auditor dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang
terdiri dari unsur pengalaman dan pengetahuan. Libby (1995) dalam
Mayangsari (2003) mengatakan bahwa keahlian seseorang dapat diukur
dengan beberapa unsur yaitu antara lain kemampuan (ability), pengetahuan
(knowledge) dan pengalaman (experience)
Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum
maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi,
dan karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai
mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi
pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diurikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan masalah yaitu :
1. Apakah tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit
berpengaruh terhadap audit judgement ?.
2. Manakah dari variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui serta menganalisa secara empiris sejauh mana
pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit
terhadap audit judgement
2. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris manakah dari variabel
tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit yang
berpengaruh dominan terhadap audit judgement
1.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan
dapat mengambil manfaat antara lain :
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi
kepada para pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP) agar lebih
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi judgement yang
diambil auditor.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai upaya
untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya
ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang auditing, sehingga dapat
diketahui masalah-masalah yang dihadapi oleh KAP yang berhubungan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai
tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan
bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang
8 2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Mayangsari (2003)
Penelitian ini mengambil judul :
“Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat
Audit : Sebuah Kuasi Eksperimen“.
a. Perumusan Masalah
1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independent dengan auditor yang hanya memiliki satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki
kedua karakteristik tersebut ?
2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan pendapat anatara auditor yang ahli dan
auditor tidak ahli ?
b. Hipotesis
1) Auditor yang memiliki keahlian auditor dan independen akan
memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan
yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya
memliki salah satu karaktenstik atau sama sekali tidak memliki
2) Kualitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis
informasi auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis
informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih
banyak mengingat informasi typical
c. Kesimpulan
1) Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan
auditor yang hanya memiliki salah satu karakter sama sekali
tidak mempunyai karakter tersebut.
2) Bahwa yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah faktor
independensi. Auditor yang independen memberikan pendapat
yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen.
3) Auditor yang ahli dan non ahli mempunyai perbedaan dalam
memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapatkan
tekanan sosial maupun ekonomis dalam proses pemberian
pendapat. Namun, jika auditor ahli dan non ahli tersebut
mendapatkan tekanan sosial ataupun ekonomis dalam proses
pemberian pendapat, perbedaannya menjadi tidak signifikan.
4) Tidak berbeda secara statistikal signifikan antara pendapat
auditor ahli dan non ahli yang tidak independen
5) Adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi
yang digunakan.
2. Jamilah, dkk (2007)
Penelitian ini mengambil judul :
“ Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Dan Kompleksitas Tugas
a. Perumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh gender terhadap Judgment yang diambil
untuk Auditor ?
2) Bagaiamana pengaruh tekun ketaatan terhadap Judgment yang
diambil untuk auditor ?
3) Bagaimana pengaruh kompleksitas tugas terhadap Judgment
yang diambil untuk auditor ?
b. Hipotesis
1) Gender berpengaruh terhadap gender antara auditor pria dan
auditor wanita terhadap pengambilan Judgment
2) Tekan ketaatan berpengaruh terhadap Judgment yang diambil
untuk auditor
3) Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap Judgment yang
diambil untuk auditor
c. Kesimpulan
1) Tidak ada pengaruh perbedaan gender antara auditor pria dan
auditor wanita terhadap pengambilan Judgment
2) Dengan adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan
cenderung membuat Judgment yang kurang tepat
3) Bahwa pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi
auditor dalam pengambilan Judgment untuk menentukan
pendapat terhadap laporan hasil auditan.
3. Rapina (2007)
Penelitian ini mengambil judul :
“Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Terhadap
a. Perumusan masalah :
1) Apakah terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan
pengalaman ?
2) Apakah kompleksitas tugas dan pengalaman berpengaruh
terhadap ketaatan pada standar Auditing ?
b. Hipotesis
1) Terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan pengalaman
2) Kompleksitas tugas dan pengalaman berpengaruh terhadap
ketaatan pada standar auditing.
c. Kesimpulan
1) Terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan pengalaman
2) Kompleksitas tugas dan pengalaman akuntan publik secara
bersama-sama berpengaruh terhadap ketaatan standar auditing.
4. Setianingsih (2009)
Penelitian ini mengambil judul:
”Pangaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi
terhadap Opini Auditor”
a. Perumusan Masalah:
Apakah Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi
mempunyai pengaruh terhadap Opini Auditor ?
b. Hipotesis
Diduga Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi
berpengaruh terhadap Opini Auditor.
c. Kesimpulan
Terdapat pengaruh antara Keahlian Audit, Independensi, dan
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Definisi Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan public dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah
definisi yang berasal dari American Accounting Association Commite on
Basic Auditing Concept (Guy, et.al. 2002:5) yang mengemukakan definisi
auditing sebagai suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh
dan mengvaluasi bukti yang terkait mengenai tindakan atau kejadian
ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut
dengan criteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Menurut Mulyadi (2002:9) definisi auditing secara umum adalah
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
penyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan public, auditing adalah
pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
Sedangkan Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1997:1)
mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk
dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya
dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang
bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
criteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan auditing menurut Standar Profesioana Akuntan Publik
(IAI, 2001:110) dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan
oleh auditor independent adalah menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus
kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
2.2.1.2. Jenis-jenis Audit
Mulyadi (2002:30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanankan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :
1. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Audit)
Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independent
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini auditor independent
mengevaluasi kewajaran laporann keuangan yang disajikan oleh
manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya
apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang
dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan criteria tertentu.
Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang
berlaku umum seperti prinsip akutansi yang berterima umum. Hasil
audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis
berupa laporan audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai
informasi keuangan.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah
yang diaudit sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil audit kepatuhan
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat
kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional/Manajemen (Operasional Audit)
Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur
dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi,
efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa
rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih
2.2.1.3. Jenis-jenis Auditor
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1997:6), menyebutkan
empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu: akuntan publik,
auditor pemerintah, auditor pajak, dan auditor intern.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis auditor tersebut :
1. Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern / independent bekerja untuk kantor akuntan
publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit.
Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : Kreditur,
investor, calon kreditur, calon investor dan instasi pemerintah.
2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit
dimana tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan
wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang perpajakan yang
berlaku.
4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002:121) tahap audit atas laporan keuangan
meliputi :
1. Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan
audit dari klien.
Ada 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu :
1) Mengevaluasi intergritas manajemen
2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa
3) Menilai kompetensi untuk melakukan audit
4) Menilai independensi
5) Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
2. Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah
berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus
ditempuh yaitu :
1) Memahami bisnis dan industri klien
2) Melaksanakan prosedur analitik
3) Mempertimmangkan tingkat materialitas awal
4) Mempertimbangkan risiko bawaan
5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama
6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
7) Memahami pengendalian intern klien
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu :
1) Pengujian analitis (analytical Tests)
2) Pengujian Pengendalian (test of control)
3) Pengujian substantive (substantive test)
4. Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditro adalah
laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan
pendapat auditor.
2.2.1.5. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2001: 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
c. Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
3. Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yangjelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada 5 (lima) macam standar profesional yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu
pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002: 35), yaitu :
1. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis
Satandar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan perikatan audit.
2. Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang lebih rendah
dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(PSAR).
4. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik dalam penyediaan
jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga.
Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan
mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung
jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Umumnya pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk
kepentingan klien.
5. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional akuntan Publik dan Aturan Etika
Kopartemen akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.2. Audit Judgement
2.2.2.1. Konsep Audit Judgement
Dalam menghadapi suatu ketidakpastian, auditor dituntut untuk
bisa membuat suatu asumsi yang bisa digunakan untuk membuat suatu
judgement dan mengevaluasi judgement tersebut (Djaddang dan
Parmono, 2002). Dalam Jamilah dkk. (2007) mengartikan judgement
sebagai proses yang terus menerus dalam perolehan informasi, pilihan
untuk bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih
lanjut. Proses judgement tergantung pada kedatangan informasi sebagai
suatu proses yang berkembang.
Judgement seringkali sulit dibedakan dengan keputusan
(decision). Menurut Bonner (1999), istilah judgement mengacu pada
pembentukan suatu gagasan, pendapat, atau memperkirakan suatu objek,
peristiwa, status atau tipe lain dari suatu fenomena. Judgement cenderung
untuk mengambil format ramalan tentang masa depan atau evaluasi
mengenai kondisi saat ini. Lebih lanjut menurut Bonner (1999), untuk
istilah keputusan mengacu pada menyusun, memperbaiki pikiran
seseorang tentang isu yang ada mengambil suatu tindakan.
Pada umumnya, keputusan mengikuti judgement dan melibatkan
alternatif-alternatif tersebut. Pilihan dapat mempengaruhi oleh
faktor-faktor seperti resiko dan uang. Dengan kata lain, judgement
mencerminkan kepercayaan seseorang, sedangkan keputusan
mencerminkan kedua-duanya, yaitu kepercayaan dan pilihan.
Dalam melaksanakan pekerjaan audit, seorang auditor harus
mengumpulkan serta mngevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk
mendukung judgement yang diberikan (Djaddang dan Parmono, 2002).
Judgement-judgement tersebut kemudian digunakan dalam rangka untuk
menghasilkan opini akhir mengenai kewajaran laporan keuangan suatu
perusahaan yang akan dikeluarkan oleh auditor.
Sedangkan dari perspektif teknis, Mock et al. (1989) berpendapat
bahwa pada dasarnya terdapat tiga area utama dalam audit judgement,
yaitu philosophical, statistical, dan menthodological. Isu yang filosofis
melibatkan pertanyaan tentang introspeksi data dan sifat alami dari data
yang digunakan. Pertimbangan statistic meliputi berbagai masalah yang
berhubungan dengan pengukuran, sampling, desain dan kesimpulan yang
bersifat eksperimental. Yang terakhir, yaitu aspek metodologi
menekankan pada pengaruh yang ditimbulkan dari metode yang
digunakan dalam judgement process dan konsekuensinya pada nilai dari
hasil yang diperoleh.
Dari berbagai konsep diatas dapat disimpulkan bahwa audit
judgement memainkan peranan yang sangat penting dalam sebuah
pekerjaan audit. Hal ini karena proses audit yang berawal dari keputusan
penerimaan klien hingga pada penerbitan laporan audit membutuhkan
berbagai judgement profesional dari auditor, dimana judgement tersebut
2.2.2.2. Judgement Auditor mengenai Tingkat Materialitas
Konsep materialitas mangekui bahwa beberapa hal, baik secara
individual atau keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku UMUM DI
Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting (IAI,
2001: 312). Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam
menentukan jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam
suatu kondisi tertentu (Arens dkk., 2004:79).
Financial Accounting Standart Board (FASB) dalam Jusup
(2001:211) mendefinisikan materialitas sebagai: ”Besarnya suatu
penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari
keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan
yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi
berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut”.
Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (1)
keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan
klien), dan (2) informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan
mengandalkan pada laporan kauangan yang telah diaudit.
Dalam konsepnya, tingkat materialitas berpengaruh langsung
terhadap jenis opini yang diterbitkan (Arens dkk., 2004:81). Pada
berbagai tingkat materialitas tertentu yang diikuti dengan pengaruh yang
dapat ditimbulkannya terhadap keputusan yang dihasilkan oleh pengguna
laporan keuangan, jenis opini audit yang dikeluarkan auditor akan sangat
cukup sulit untuk memutuskan beberapa materialitas sebenarnya dalam
suatu situasi tertentu. Dalam SPAP SA Seksi 312 disebutkan bahwa
pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang
yang memiliki pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakkan
kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Berikut ini merupakan gambaran dari Hubungan antara
Materialitas dan Jenis opini, yang dapat dilihat pada tabel 2.1, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 2.1.Hubungan antara Materialitas dan Jenis Opini Tingkat
Materialitas
Pengaruhnya terhadap Keputusan
yang Dibuat oleh Pengguna Laporan Jenis Opini
Tidak Material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan
Wajar tanpa syarat Material Mempengaruhi keputusan pengguna
laporan hanya jika informasi yang salah saji tersebut dengan sangat penting bagi keputusan tertentu. Tetapi keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar
Wajar dengan pengecualian
Sangat Material Sebagian besar atau seluruh keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut
Tidak memberikan pendapat (disclaimer) atau pendapat tidak wajar (adverse) Sumber : Arens dkk. (2004)
Pertimbangan yang digunakan mengenai materialitas yang
digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan
mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif (IAI, 2001 : 312).
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan
materialitas pada dua tingkatan, yaitu tingkat laporan keuangan dan
tingkat saldo rekening. Idealnya, menentukan pada awal audit jumlah
Penetapan ini tidak harus dikuantifikasikan, namun biasanya demikian
(Djaddang dan Parmono, 2002). Hal di atas pada umumnya disebut
pertimbangan awal mengenai materialitas karena menggunakan unsur
judgement profesional dan masih dapat berubah jika sepanjang audit yang
akan dilakukan ditemukan perkembangan baru (Arens dan Loebbecke,
1996 dalam Djaddang dan Parmono, 2002)
.
2.2.2.3. Judgement Auditor Mengenai Tingkat Resiko Audit
Dalam melaksanakan tugas audit, seorang auditor dihadapkan
pada resiko audit yang dihadapinya sehubungan dengan judgement yang
ditetapkannya (Djaddang dan Parmono, 2002). Dalam merencanakan
audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan
tingkat resiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam
keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit
yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material (IAI, 2001 : 312). Judgement auditor
mengenai resiko audit dan materialitas bersama dengan hal-hal lain,
diperlukan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup produser audit serta
dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
Risiko audit terdiri dari resiko bawaan (inherent risk), risiko
pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Cara yang
digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
pada pendekatan audit yang dilakukannya. Pada saat auditor menetapkan
risiko bawaan untuk suatu asersi yang berkaitan dengan saldo akun atau
golongan transaksi, ia mengevaluasi berbagai faktor yang memerlukan
judgement profesional. Dalam melakukan hal tersebut, auditor tidak
hanya mempertimbangkan faktor yang secara khusus berhubungan
dengan saldo akun atau golongan transaksi tersebut, tetapi juga
faktor-faktor lain yang terdapat dalam laporan keuangan keseluruhan, yang dapat
mempengaruhi resiko bawaan yang berhubungan dengan saldo akun atau
golongan transaksi itu (IAI, 2001 : 312).
Auditor juga menggunakan judgement profesional dalam
menetapkan resiko pengendalian untuk suatu asersi yang berhubungan
dengan suatu saldo akun atau golongan transaksi. Penetapan risiko
pengendalian didasarkan atas cukup atau tindaknya bukti audit yang
mendukung efektifitas pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi
salah saji asersi dalam laporan keuangan (IAI, 2001 : 312). Lebih lanjut,
dalam SPAP (2001) disebutkan bahwa khusus mengenai risiko
pengendalian, auditor harus memahami pengendalian intern dan
melaksanakan pengujian pengendalian yang sesuai. Namun diperlukan
judgement profesional untuk menafsirkan, menerapkan, atau memperluas
alat serupa yang berlaku umum tersebut agar sesuai dengan keadaan.
2.2.2.4. Judgement Auditor mengenai Keputusan Going Concern
Kegagalan dalam mendeteksi kemungkinan ketidakmampuan
menimbulkan social cost yang besar bagi auditor karena tingkat
kepercayaan manyarakat menjadi menurun. Statement of audit standars
(SAS) No. 59 yang dikeluarkan oleh American Institute of Certified
public accountans (1998), merupakan pernyataan dari badan regulasi
audit untuk merespon keputusan going concern (Yusnitasari dan
Setiawan, 2003).
SAS 59 menuntut auditor harus mempeertimbangakan apakah
terdapat keraguan yang substansial pada kemampuan entitas terus
berlanjut sebagai usaha yang going concern untuk periode waktu yang
layak pada setiap penugasan audit. Disebutkan oleh Tan (2002) dalam
Yusnitasari dan Setiawan (2003), secara umum SAS 59 membahas
tentang going concern, akan tetapi memberikan definisi operasional going
concern. Sedangkan keputusan going concern merupakan hal yang sulit,
sehingga keputusan ini harus diambil oleh auditor yang memiliki keahlian
yang memadai. Atau dengan kata lain keputusan auditor mengenai going
concern membutuhkan judgement auditor yang berpengalaman
(Yusnitasari dan Setiawan, 2003).
Auditor yang ahli diharapkan juga mempunyai pengetahuan bisnis
yang baik dan profesionalisme sehingga mampu membuat judgement
yang baik pada saat melakukan evaluasi terhadap kondisi going concern.
SAS 59 menuntut auditor untuk memperhatikan rencana, strategi, dan
kemampuan manajemen klien untuk mengatasi kesulitan keuangan dan
bisnis. Auditor juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam
juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam organisasi klien, dan
juga berkaitan dengan perusahaan, perusahaan lain dalam sektor industri
yang sama dan keadaan ekonomi secara umum. Auditor harus memonitor
semua. Kejadian yang mempengaruhi keadaan keuangan klien, bahkan
sebelum terdapat tingkat kesulitan yang signifikan pada keuangan klien.
Auditor harus memperhatikan semua faktor yang terkait dengan
entitas pada saat akan mengambil keputusan tentang going concern.
Evaluasi kritis ini penting untuk memungkinkan auditor membuat
penilaian yang akurat tentang kemampuan klien mempertahankan
operasinya, sehingga memungkinkan pelaporan yang lebih akurat dan
tepat waktu terhadap komunitas hidup klien. Jika auditor mempunyai
kesimpulan terdapat keraguan yang substansial tentang kelangsungan
hidup suatu entitas, SAS 59 meminta auditor untuk mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan dan apakah pengungkapan
tentang going concern tersebut sudah mencukupi (Yusnitasari dan
Setiawan, 2003).
2.2.3. Tekanan Ketaatan
2.2.3.1. Konsep Tekanan Ketaatan
Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilemma etika
yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dalam
keadaan ini, klien dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang
dilakukan oleh auditor (Jamilah dkk., 2007). Klien dapat menekan auditor
auditor akan berbeda dalam situasi konflik karena memenuhi tuntutan
klien berarti melanggar standar (Jamilah dkk.,2007). Namun dengan tidak
memenuhi tuntutan klien, auditor mungkin mendapatkan sanksi dari klien
berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena judgement
profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran
moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir.
Dalam melakukan pemeriksaan, akuntan sering berhadapan
dengan keputusan hasilnya tidak cukup oleh kode etik maupun oleh
standar akuntansi yang diterima umum. Pertimbangan akuntan
profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan. Terdapat dua macam
konflik kepentingan, yaitu real conflict dan latent conflict (Jamilah, dkk
2007). Real conflict adalah konflik yang memiliki pengaruh pada masalah
judgement yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang
mempengaruhi judgement dimasa mendatang. Contoh konfik yang kedua
dapat terjadi pada auditor yang penghasilannya didominasi oleh suatu
klien yang besar.
2.2.3.2. Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgement
Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki
kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku
orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk legitimate
power. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa
menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung
Wahn (1993) dalam Hartanto dan Kusuma (2001) menyatakan
bahwa perilaku tidak etis dapat diakibatkan oleh struktur birokratis yang
menempatkan karyawan mendapat tekanan untuk melakukan tindakan
menyimpang dari standar etika. Struktur organisasi dari sebagian besar
KAP menciptakan suatu lingkungan yang membuat tekanan auditor.
Keputusan audit dibuat oleh anggota tim audit yang terstruktur secara
hierarki (Bamber, 1993 dalam Hartanto dan Kusuma, 2001).
Kenaikan peringkat pada suatu perusahaan dapat membawa
perubahan dalam peran organisasi dan potensial untuk mengubah
perspektif etika. Hubungan negatif terjadi antara tingkat perkembangan
moral dan kedudukan karyawan dalam perusahaan. Secara spesifik,
kapasitas perkembangan etika secara relatif, tinggi pada tingkat staf dan
rendah pada tingkat manajer dan partner (Pnemon, 1990) dalam Hartanto
dan Kusuma, 2001).
Diantara tekanan yang biasa dihadapi oleh akutan adalah suatu
lingkungan ”up or out” yang merupakan esensi dari birokrasi akutansi
(McNair (1991) dalam Hartanto dan Kusuma, 2001). Lingkungan ”up or
out” dalam kantor akuntan publik dan perbedaan dalam fokus profesional
dan peran menimbulkan pertanyaan apakah auditor akan mentaati
perintah atasan yang tidak sesuai dengan standar profesional dalam kantor
akuntan (Hartanto dan Kusuma, 2001). Potensi konflik timbul ketika
usaha auditor untuk melakukan tanggung jawab profesional berbenturan
dengan keinginan untuk mengikuti perintah atasan.
Ponemon (1992) dan Sweeney (1995) dalam Hartanto dan
moral auditor akan berubah seiring dengan perubahan posisi atau
kedudukannya dalam kantor akuntan publik. Semakin tinggi posisi
seorang auditor dalam kantor akuntan publik, maka auditor tersebut
cenderung memiliki tingkat pertimbangan moral semakin rendah.
Berikut ini merupakan Hubungan tingkatan dan tanggungjawab
Staf dalam KAP, yang dapat dilihat pada tabel 2.2, yaitu sebagai berikut
Tabel 2.2. Tingkatan dan Tanggung Jawab Staf dalam KAP
Level Staf Rata-rata
Pengalaman Jenis Tanggung Jawab
Auditor Pemula 0 – 2 tahun Melaksanakan sebagian besar detai-detail pekerjaan audit
Senior atau Auditor yang Memimpin Audit
2 – 5 tahun Mengkoordinasi dan bertanggung jawab atas audit di lapangan, termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan auditor pemula
Manajer 5 – 10 tahun Membantu auditor yang memimpin audit dalam merencanakan dan mengelola audit, mereview pekerjaan auditor penanggung jawab, serta menjaga hubungan dengan klien. Manajer dapat bertanggung jawab atas lebih dari satu perikatan pada saat yang bersamaan.
Rekan Lebih dari
10 tahun
Mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam pembuatan keputusan audit yang penting. Rekan adalah pemilik perusahaan dan oleh sebab itu ia memiliki tanggung jawab mutlak dalam penyelenggaraan audit dan dalam melayani kliennya.
Sumber : Arens, dkk., (2004:41)
Penelitian DeZoort dan Lord (1994) dalam Hartanto dan Kusuma
(2001) memberikan indikasi tentang adanya kerentanan auditor pemula
terhadap tekanan ketaatan. Auditor pemula yang menerima perintah untuk
melakukan perilaku yang menyimpang dari audit maupun patner audit
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untk melakukan pelanggaran
norma atau standar professional bila dibandingkan dengan auditor pemula
juga ditemukan kemungkinan adanya pengaruh yang lebih besar dari
tekanan yang dilakukan oleh patner audit pada judgement daripada yang
datang dari manajer audit.
2.2.4. Kompleksitas Tugas
2.2.4.1. Konsep Kompleksitas Tugas
Kompleksitas berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari
bagian-bagian yang banyak yang terkait satu sama lain dengan struktur
yang tidak sederhana (Rapina, 2007). Kompleksitas tugas adalah bentuk
dari banyaknya tindakan berbeda yang harus menjalankan dan banyaknya
tanda atau isyarat yang harus diproses (Permadi, 2007). Gupta, Umanath,
dan Dirsmith (1999) dalam Rapina (2007) mendefinisikan kompleksitas
tugas mengacu pada teknologi tugas Perrow. Teknologi tugas
digambarkan dalam dua dimensi yaitu ketidakpastian dan interdependensi
tugas.
Ketidakpastian tugas terdiri dari atas dua komponen yaitu
variabilitas tugas dan kesulitan tugas. Variabilitas tugas mengacu pada
tingkat dimana anggota-anggota tim merasa tugas-tugas mereka menjadi
familiar atau tidak familiar, similar atau tidak similar dengan tugas lain,
rutin atau tidak rutin, sering atau tidak sering. Kesulitan tugas mengacu
pada kompleksitas dan kemampuan untuk dianalisis dan tingkat dimana
prosedur operasi standar telah dikembangkan.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas
jumlah dari tugas yang harus diperhatikan atau proses pemikiran yang
diperlukan. Selain itu, kekomplekan tugas juga mempunyai persamaan
dengan struktur tugas yang berkaitan dengan tingkat dari spesifikasi yang
harus dilakukan dalam tugas.
Kekompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena
auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda-beda. Penting bagi auditor untuk mengetahui cara memastikan
bahwa tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan secara memuaskan
(Rapina, 2007).
Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) terdapat tiga alasan
mengapa kompleksitas tugas perlu diperiksa pada situasi audit, yakni
sebagai berikut :
1. Kompleksitas tidak mungkin berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja auditor
2. Bantuan keputusan dan teknik pelatihan saat ini mungkin diperbaiki
jika peneliti memahami tugas audit yang berbeda-beda
3. Memahami kompleksitas tugas membantu manajemen KAP
menemukan kesesuaian antara tugas audit dengan staf audit.
2.2.4.2. Aspek Kompleksitas Tugas
Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) kekompleksan tugas
terdiri dari atas dua aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas
kesulitan tugas berhubungan dengan jumlah informasi tentang tugas
(information clarity). Sedangkan Wood (1988) dalam Madisar dan Sari
(2007) menyatakan bahwa kompleksitas tugas dapat dilihat dalam dua
aspek, yaitu :
1. Kompleksitas Komponen
Kompleksitas komponen mengacu pada jumlah informasi
yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap
semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap
yang harus dilakukan semakin banyak.
2. Kompleksitas Koordinatif
Kompleksitas koordinatif mengacu pada jumlah koordinasi
(hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap
semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan
dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan sebelum dan
sesudahnya.
2.2.4.3. Klasifikasi Tugas Berdasarkan Tingkat Kompleksitasnya
Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, tugas dapat diklasifikasikan
menjadi tugas yang kurang kompleks dan tugas yang sangat kompleks
(Rapina, 2007). Tugas yang kurang kompleks memiliki ciri-ciri :
1. Lebih sedikit bukti informasi
3. Kekonsistenan yang tinggi secara relatif antara bukti harapan dan
keputusan aktual
4. Tingkat ambiguity yang relatif rendah dalam konteks keputusan dan
hasil keputusan potensial yang sedikit
Sedangkan tugas yang sangat kompleks memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Lebih banyak bukti informasi
2. Sejumlah besar bukti tidak konsisten dengan kejadian yang sedang
diprediksi
3. Mengandung tingkat ambiguity yang relatif tinggi dan hasil keputusan
potensial yang banyak
Tugas yang kurang kompleks merupakan tugas yang berhubungan
dengan pengujian pengendalian, pengujian substantif serta mendata
kesalahan pencatatan laporan keuangan (listing financial statement
errors) (Mardisar dan Sari, 2007). Sedangkan contoh tugas dengan
kompleksitas tinggi adalah tugas analisis rasio keuangan. Tugas ini
membutuhkan sejumlah bukti input yang akan diproses, koordinasi
kompleksitas dan backward/forward reasioning untuk mengidentifikasi
hubungan dan interpendensi anatr rasio dan antara setiap rasio dengan
error laporan keuangan (Rapina, 2007).
Kompleksitas tugas audit bervariasi antara tipe account balance,
ukuran balance, dan jumlah bukti yang tercakup dalam kumpulan data
termasuk kekonsistenan bukti tersebut (Rapina, 2007). Bonner (1994)
tahap yaitu input, pemrosesan, dan output. Pada tahap input dan
pemrosesan, kompleksitas tugas meningkat sejalan dengan peningkatan
sejumlah bukti.
2.2.4.4. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgement
Dalam audit, kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat
penting. Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit
berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan sehingga berkualitas
atau tidaknya hasil audit akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kerja seseorang
adalah tingkat kerumitan pekerjaan yang dihadapi (Mardisar dan Sari,
2007). Djaddang dan Parmono (2002) menyebutkan bahwa kompleksitas
tugas yang dihadapi oleh auditor akan menambah pengetahuan dan
pengalamannya.
Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) dalam
Mardisar dan Sari (2007), kompleksitas kerja dapat dijadikan sebagai alat
dalam meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. Dalam arti kata untuk
tingkat kerumitan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi usaha yang
dicurahkan oleh auditor. Cloyd (1997) dalam Mardisar dan Sari (2007)
mengungkapkan bahwa usaha dapat mempengaruhi kualitas hasil kerja
pada auditor yang menangani masalah perpajakan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Tan dan Kao (1999), Sanusi dan
Iskandar (2007), Bonner dan Spilker (2002) dalam Mardisar dan Sari
pekerjaan dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas yang dihadapi. Dalam
penelitiannya, Sanusi dan Iskandar (2007) menyimpulkan bahwa untuk
kompleksitas pekerjaan yang rendah, tingkat usaha yang tinggi dapat
meningkatkan kualitas kerja, tetapi untuk pekerjaan dengan tingkat
kompleksitas yang lebih tinggi, usaha yang tinggi tidak dapat
meningkatkan kualitas hasil kerja.
2.2.5. Keahlian Audit
2.2.5.1. Pengertian Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi
operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003)
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya
mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang
atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Hayes-Roth, et.al (1983)
mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang
suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari
lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Pengertian keahlian audit menurut Hiro Tagiman dalam
Setianingsih (2009) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam
menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan
dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti
kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang
umumnya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu
Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian teknis
dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar
seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal
lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan
keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang
auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan
pengalaman.
Sedangkan hasil penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari
(2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia
terdiri atas :
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989)
juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam
menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas
kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan Iarocque’s
(1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan
kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi keahlian
audit.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas
Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari
pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat
kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan
standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
2.2.5.2. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Audit Judgement
Trotter (1986) dalam artikel Choe dan Rice (1987)
mendefinisikan ahli sebagai porang dengan keterampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak
pernah membuat kesalahan (dikutip dari Mayangsari, 2003).
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses
pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu
penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses
pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan –
pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan
keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (dikutip
dari Mayangsari, 2003).
Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus
dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan :
1. Seorang ahli seharusnya cenderung untuk mengelompokkan variabel
– variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan
2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya
menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar
dari bias.
3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan
faktor – faktor dalam cara yang sama.
2.2.6. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Keahlian Audit terhadap Audit Judgement
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor yang
mendapatkan perintah yang tidak tepat baik itu dari atasan ataupun dari
klien cenderung akan berprilaku menyimpang dari stamdar profesional.
(Hartanto, 1999 dalam Jamilah, dkk). Chung dan Monroe (2001)
mengatakan bahwa interaksi antara gender dengan kompleksitas tugas
berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Maka hipotesis
pertama menunjukkan adanya hubungan yang saling tergantung pada
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgement (dikutip
dari Jamilah dkk, 2007).
Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi
faktor tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit. tekanan
ketaatan merupakan cerminan tekanan dari atasan dan klien yang dihadapi
oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan. Tekanan
ketaatan berkaitan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara
nilai-nilai yang bertentangan. Auditor secara umum dianggap termotivasi
oleh etika profesi dan standar pemerikasaan, maka auditor akan berada
dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam
pengambilan keputusan akhir. Sedangkan keahlian audit berkaitan dengan
struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan
judgement yang diambil terhadap suatu kasus tertentu.
Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa auditor harus mempunyai
keahlian agar dapat mengatasi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat
bertindak tepat dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang
tidak kompeten cenderung bergantung pada pandapat orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian
sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil
penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :
Premis 1 : Adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi
yang digunakan. (Mayangsari, 2003)
Premis 2 : Dengan adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan
cenderung membuat Judgment yang kurang tepat. (Jamilah dkk,
2007)
Premis 3 : Pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor
dalam pengambilan Judgment untuk menentukan pendapat
terhadap laporan hasil auditan. (Jamilah dkk, 2007)
Premis 4 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kompleksitas tugas dan