• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TRANSPORTASI TERNAK POTONG DART NUSA TENGGARA TIMUR DAN JAWA TIMUR KE JAKARTA ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI TRANSPORTASI TERNAK POTONG DART NUSA TENGGARA TIMUR DAN JAWA TIMUR KE JAKARTA ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA TIMUR KE JAKARTA

Tjeppy D. Soedjanal, Umar Bamualim2, Uum Umiyasih3 dan Armiadi Semalil Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan i, Jalan Raya Pajajaran, Bogor 16151

Sub Balai Penelitian Temak Grati2, Jalan Pahlawan, Pasuruan Sub Balai Penelitian Ternak Lili, P.O.Box 23, Kupang

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahu kehilangan berat badan dan analisis ekonomik dari sistem transportasi ternak potong (sapi dan kerbau) dari NTT dan Jawa Timur ke DKI Jakarta melalui perlakuan transportasi dengan kapal laut, kereta api dan truk. Jumlah ternak yang diamati dalam penelitian sebanyak 150 ekor ternak potong yang terdiri atas 130 ekor sapi dan 20 ekor kerbau, berasal dari 4 desa di NTT yaitu Kefa, Niki-Niki, Kapau dan Rote, serta 20 ekor sapi Madura dari Pamekasan, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesampainya ternak di tempat tujuan (DKI Jakarta), besarnya penyusutan rata-rata berat hidup ternak yang berasal dari NTT (melalui truk-kapal laut-truk) sebanyak 26,8 kg/ekor atau senilai Rp 76.380,-/ekor dan ternak yang berasal dari Jawa Timur (melalui truk) sebanyak 31,20 kg/ekor atau senilai Rp. 88.920,/ekor. Sedangkan imbalan ekonomik dari perdagangan temak potong ini menurut spesies dan asal temak, baik yang berasal dari keempat desa di NTT maupun dari satu tempat di Jawa Timur adalah: t) sapi asal Kefa Rp 72.536,/ekor) ; 2) sapi asal Niki-Niki (Rp 125.860,- /ekor); 3) sapi asal Kapau (Rp 103.290,-/ekor); dan 4) kerbau sat Rote (Rp 394.429,-/ekor) serta sapi Madura asal Pemekasan (Rp 91.339,-/ekor). Analisis "least squares" dengan menggunakan "binary variable" umuk daerah asal ternak menunjukkan bahwa kehilangan berat badan selama transportasi dipengaruhi secara nyata oleh berat awal ternak di lokasi semula dan ternak- ternak yang berasal dari Niki-Niki dan Kapau. Sedangkan umur ternak dan ternak yang berasal dari Kefa tidak secaranyataberpengaruh terhadap kehilangan berat badan. Namun demikian, koefisien determinasi dari model ini cukup rendah (28%) untuk mengartikan lebih jauh keterkaitan dari beberapa peubah yang digunakan dalam model.

STUDY ON BEEF CATTLE AND BUFFALO TRANSPORTATION FROM EAST

NUSATENGGARA AND EAST JAVA TO JAKARTA

ABSTRACT

A study on beef cattle transportation from EastNusa Tenggara and East Javato Jakartawas carried out to estimate bodyweight loss and its cost and returns to the business. One hundred and thirty head ofcattle and twenty head ofbuffaloes were transported from their origin in four villages in East Nusa Tenggara (Kefa, Niki- Niki, Kapau and Rote) using truck-ship-truck and twenty Madura cattle from East Java (Pamekasan) using truck to Jakarta . Average bodyweight loss duringtransportation was 26.8 kg or Rp 76,380.00 per head from East NusaTenggara and 31.2 kg or Rp 88,920 perhead fromEast Java. Returns per headto this transportation business were Rp394,429 forbuffalo from Rote, Rp 125,860 for cattle fromNiki-Niki, Rp 103,290 for cattle from Kapau, Rp 91,339 for Maduracattle from Pamekasan, and Rp 72,536 for cattle from Kefa. Least square analysis applying binary variables for the origin ofthe animals showed that bodyweightloss during transportation was significantly affected by their initial bodyweight at the origin and all animals from Niki-Niki, and Kapau while animals from Kefa and age ofanimal did not affect body weight loss significantly. However, the coefficient of determination was found to be reasonably low (28%) to further interpretthe model.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor telah men-dorong laju permintaan komoditas peternakan yang ter-golong komoditas superior, seperti daging, telur dan susu. Perkembangan populasi Trnak khususnya untuk pe-nyangga produksi daging dirasakan semakin lamban dibanding dengan laju permintaan daging yang dicer-minkan oleh tingkat pemotongan. Wilayah Indonesia bagian timur sampai saat ini masih memiliki peran utama dalam pemasokan ternak hidup (sapi dan kerbau) untuk produksi daging. Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah penghasil ternak tersebut yang secara terus menerus telah memasok ternak hidup untuk konsumsi kota-kota besar seperti Jakarta. Misalnya pada tahun 1988 saja DKI Jakarta telah menerima pe-masukan Trnak sebanyak 138 .000 ekor sapi dan 10.350 ekor kerbau (DitjenNak, 1990) dan angka tersebut meru-36

pakan angka tertinggi di antara propinsi-propinsi kon-sumen ternak lainnya. Demikian pula halnya dengan Propinsi Jawa Timur yang sejak lama dikenal sebagai propinsi pemasok Trnak potong di Pulau Jawa, baik berasal dari propinsi itu sendiri maupun sebagai wilayah transit bagi Trnak-ternak potong dari wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT).

Mengingat pentingnya posisi Propinsi Nusa Teng-gara Timur dan Jawa Timur dalam sistem pemasokan ternak khususnya ke wilayah DKI Jakarta, maka studi tentang penyelenggaraan pengangkutan ternak dari kedua lokasi tersebut ke DKI Jakarta merupakan suatu upaya yang diharapkan dapat memberikan masukan kepadapara praktisi, pengambil keputusan, maupun peneliti tentang efisiensi teknis- biologis maupun ekonomis dari proses transportasi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas transportasi ternak potong dari NTT dan Jawa Timur ke

(2)

DKI Jakarta dengan menggunakan kapal laut, kereta api dan truk dari berbagai tempat mulai dari desa asal ternak sampai holding ground di Bekasi. Adapun tujuan spesifik dari studi ini adalah: 1) untuk mengetahui tingkat kehi-langan berat badan ternak yang diperlakukan dalam sistem pengangkutan yang berlaku, berdasarkan asal ternak, kelompok berat, jenis kelamin dan spesies, 2) untuk mengetahui nilai ekonomis yang diakibatkan oleh kehi-langan berat badan maupun kematian selama perjalanan, serta imbalan ekonomis yang disebabkan oleh adanya perbedaan harga antara desa asal ternak dan Jakarta.

BAHAN DAN METODE

Studi ini dilakukan melalui observasi langsung dari ternak-ternak sapi/kerbau yang dikirim ke DKI Jakarta yang berasal dari Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Transportasi ternak dari wilayah Nusa Tenggara Timur melibatkan paling sedikit tigajenis angkutan seperti truk, kapal laut dan kereta api. Sedangkan bagi ternak yang berasal dari Jawa Timur hanya menggunakan sarana angkutan truk.

Untuk transportasi ternak potong yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, studi ini melibatkan sebanyak 150 ekor ternak potong yang terdiri dari 130 ekor sapi dan 20 ekor kerbau. Ternak tersebut antara lain berasal dari Kefa (60 ekor sapi), Niki-Niki (30 ekor sapi), Kapau (40 ekor sapi), dan Rote (20 ekor kerbau). Di desa- desa tersebut dilakukan penimbangan pertama berat hidup. Jarak desa-desa asal ternak ini ke tempat penampungan sementara atau Karantina di Kupang yaitu Kefa (196 km), Niki-Niki (135 km) dan Kapau (126 km). Selanjutnya di lokasi asal ternak-ternak tersebut ditampung selama 7 hari dikaran-tina hewan . Selama perjalanan kapal laut pemberian pakan dilakukan secara adlibitum sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dalam bentuk hijauan segar jenis King Grass serta rumput kering. Pemberian air minum dilakukan antarajam 10:00 dan jam 12:00 setiap hari secukupnya yang diperlukan oleh ternak.

Ternak sapi yang berasal dari Jawa Timur, yaitu sapi Madura, berjumlah 20 ekor yang berasal dari Pamekasan dimana jarak antara pengumpul dan pasar sekitar 6 km, sarana transpor yang digunakan adalah pick-up kapasitas 6 ekor. Selama perjalanan ditingkat pengumpul ini ternak diberi rumput,lapangan sekitar 10 kg, dedak padi 1 kg, tetes 0,2 kg per ekor dan air minum secukupnya. Seluruh ternak ditimbang sebagai berat badan awal sebelum trans-portasi ke Jakarta. Sedangkan untuk perja- lanan ke Jakarta digunakan truk dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 20 ekor dan selama perjalanan tidak diberikan makanan apapun. Perjalanan dari Pamekasan ke Jakarta ini ditempuh dengan menggunakan kendaraan truk sejauh 913 km. Seluruh ternak ditimbang kembali sesampainya di Jakarta.

Analisis deskriptif mengenai keragaan jumlah ter-nak, total berat dan nilai keseluruhan maupun per ekor ternak yang dikirim dari berbagai desa asal dilakukan untuk melihat perbandingan berbagai kriteria tersebut ber-dasarkan kelompok berat, spesies maupun asal ternak. Biaya karantina, biaya yang dikeluarkan selama perjala-nan, dan total biaya transportasi dari tempat asal sampai ke tujuan dirinci berdasarkanjenis biaya, satuan biaya dan total biaya serta perkiraan biaya per ekor, maupun per spesies dan asal ternak.

Prosedur serupajugs dilakukan dalam penghitungan kerugian yang diakibatkan baik dari segi fisik (berat badan) maupun ekonomi (nilai susut). Selanjutnya, ana lisis "least squares" sederhana dilakukan untuk mengeta-hui pengaruh dari berbagai peubah yang diamati seperti umur ternak, berat awal, dan asal ternak, terhadap be-sarnyapenyusutan beratbadan selamatransportasi. Model yang digunakan pada analisis ini melibatkan "binary vari-able" untuk melihat pengaruh lokasi asal ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini dilakukan analisis deskriptif mengenai keragaan jumlah ternak, total berat dan nilai keseluruhan maupun per ekor ternak yang dikirim dari berbagai desa asal dilakukan untuk melihat perbandingan berbagai kriteria tersebut berdasarkan kelompok berat, spesies maupun asal ternak.

Biaya karantina, biaya yang dikeluarkan selama per-jalanan, dan total biaya transportasi dari tempat asal sam-pai ketujuan dirinci berdasarkanjenis biaya, satuan biaya dan total biaya serta perkiraan biaya per ekor, maupun per spesies dan asal ternak. D,;mikian juga halnya dengan penghitungan kerugian yang diakibatkan baik dari segi fisik (berat badan) maupun ekonomi (nilai susut). Selan-jutnya, analisis "least squares" sederhana dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai peubah yang diamati seperti umur ternak, berat awal, dan asal ternak, terhadap besarnya penyusutan berat badan selama transportasi.

Transportasi NTT-DKI Jakarta

Pada saat penimbangan pertama di pedesaan asal ternak NTT dilakukan juga pembayaran berdasarkan pengelompokkan berat badan seperti yang terdapat pada Tabel 1 . Harga ternak hidup berdasarkan berat badan tersebut meningkat sejalan dengan peningkatan berat badan, mulai dari Rp 1 .800/kg untuk ternak sapi beratnya sampai 250 kg atau kurang, sampai Rp 2 .200/kg untuk ternaksapi yang beratnya 375 kg ataulebih. Dibandingkan dengan harga yang berlaku bagi ternak-ternak tersebut di lokasi tujuan (Jakarta), yaitu sekitar Rp 2.850/kg, maka harga per kg berat hidup di pedesaan asal ternak ini jauh lebih rendah.

(3)

Biaya-biaya yang harus dikeluarkan mulai dari masuk karantina di Kupang, pengangkutan laut dari Ku-pang ke Surabaya dan biayapengawalan dari Surabaya ke Jakarta masing--masing disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.

TABEL 1 . JUMLAH TERNAK PENELITIAN MENURUT KELOM POK BERAT BADAN DAN HARGA PEMBELIAN DI

DESA ASAL TERNAK

38

TABEL 3. BIAYA SELAMA 7 HARI DI KARANTINA KUPANG (21 S/D 288 OKT 9l) UNTUK SELURUHTERNAK

(150 EKOR)

No. Jenis pengeluaran Total biaya (Rp) 1. 15 ton King grass 15 x Rp 40.000 600.000 2. 8 Tangki air (5000 I) 8 x Rp 12.500 100.000 3. Upah tenaga harian 20 x 7 x Rp 600 84.000 4. Uang makan 20 x 7 x Rp 1.000 140.000 Total biaya karantina (150 ekor) 924.000 Biaya karantina/ekor 6.160

Di Kupang para pedagang hewan terlebih dahulu mengajukan ijin masuk karantina dengan mengisi For-mulir E-12-A. Sedangkan sebelum keberangkatan para pedagang tersebut mengajukan permohonan pemeriksaan dengan mengisi Formuhr E-8. Sehari sebelum temak

di-TABEL 2. JUMLAH TERNAK, TOTAL BERAT HIDUP DAN NILAI PEMBELIAN DARI DAERAH ASAL TERNAK DI NTT

V=300-324, V=325-349, VI=350-374, VII= > 375 No. Asal/ Klpk') jenis berat temak temak Jumlah temak (ekor) Total berat (kg) 1 . Kefa - I 22 5.166 (Sapi) II 19 4.975 III 12 3.415 IV 3 911 V 4 1.343 VI 0 0 VII 0 0 Jumlah Kefa 60 15.810 2. Niki-Niki I 3 688 (sapi) II 3 795 III 5 1.445 IV 8 2.496 V 8 2.667 VI 1 370 VII 2 774 Jumlah Niki-2 30 9.235 3. Kapau I 6 1.385 (Sapi) II 4 1.053 III 10 2.821 IV 5 1.587 V 10 3.333 VI 5 1.796 VII 0 0 Jumlah Kapau 40 11.975 4. Rote I 0 0 (Kerbau) II 0 0 III 1 292 IV 0 0 V 1 345 VI 1 370 VII 15 6.347 lumlah Rote 18 7.354 Total 148 44.374

') Klpk berat: I = <250, II=250-274, III=275--299, ") Lihat Tabel 1.

No. Kelompok berat

(kg) (Rp/kg hidup)Harga Jumlah(ekor) l . < 250 1.800 31 2. 250-274 1.850 26 3. 275-299 1.900 28 4. 300-324 2.000 16 5. 325-349 2.050 23 6. 350-374 2.100 7 7. > 375 2.200 17 Rata-rata berat/ ekor Total") nilai (Rp) Nilai/ ekor (Rp) 234,8 9.298.800 422.673 261,8 9.203.750 484.408 284,6 6.488.500 540.708 303,7 1 .822.000 607.333 335,8 2.753.150 688.288 0 0 0 0 0 0 284,1 29.566.200 548.682 299,3 1 .238.400 412.800 265,0 1 .470.750 490.250 289,0 2.745.500 549.100 312,0 4.992.000 374.000 333,4 5.467.350 683.419 370,0 735.000 735.000 387,0 1 .702.800 851.400 312,2 18.351 .800 585.1388 230,8 2.493.000 415.500 263,3 1 .948.050 487.701 282,1 5.359.900 535.990 317,4 3.174.000 634.800 333,3 6.832.650 683.265 359,2 3.771 .600 754.320 0 0 0 297,7 23.579.200 585.263 0 0 0 0 0 0 292,0 554.800 554.800 0 0 0 345,0 707.250 707.250 370,0 777.000 777.000 423,1 13.963.400 930.893 357,5 16.002.450 742.486 312,9 87.499.650 615.392

(4)

naikkan ke kapal pengangkut, dilakukan kembali penim-bangan berikutnya. Kandang semi-permanen dibuat dalam kapal yang terbuat dari bambu dengan disain yang clapat memuclahkan pemberian makan clan minum bagi seluruh Tmak. Selain itu disain kandangharusjuga meng-akomodasikan kepentingan temak dalam hal kepadatan per satuan luas kandang.

TABEL 4. BIAYA YANG DIKELUARKAN SELAMA PENG ANGKUTAN LAUT UNTUK SELURUH TERNAK (150 EKOR) DARI KUPANG KE SURABAYA No. Jenis pengeluaran

1 . 4 ton King grass (untuk di kapal) 4 x Rp 40.000 2. 6 ret/truk rumput kering 6 x Rp 25 .000 3 . 200 batang bambu untuk kandang 200 x Rp 300 4. 6 rol Tali plastik 6 x Rp. 3.000

Desa Asal Temak NusaTenggara Timur Penimbangan ke 1

Karantina/Teno Nusa Tenggara Timur Penimbangan ke 2

Transportasi Truk

Karantina ./randes Jawa Timur

Transportasi Kereta Api Stasiun Kereta Api

Cikarang/Jakarta

Transportasi Tmk Pasar Hewan Tambun Bekasi Penimbangan ke 3 Total biaya (Rp) 160.000 150.000 60.000 18.000

makan clan air minum, sebelum dinaikkan ke gerbong keretaapi untuk selanjutnya dibawa ke Jakarta. Perjalanan dengan kereta api mencapai Jakarta dilakukan selama 36 jam, selama perjalanan diberikan rumput clan jerami. Dari Jakarta temak tersebut diangkut ke Tambun, Bekasi seba-gai tujuan akhir darijalur transportasi ini . Di penampung-an temak Tambunjuga diberikpenampung-an makpenampung-anpenampung-an berupa rumput clan batang padi segar, kemudian baru diberi air minum. Selanjutnya Tmak-temak tersebut ditimbang. Hal ini di-lakukan sampai kira-kira selama dua hari, tergantung dari jumlah yang diminta atau dibeli oleh langganan atau pemotong temak. Secara ringkas perjalanan transportasi temak dari Kupang sampai ke Tambun dapat dilihat pada bagan transportasi pada Ilustrasi 1 .

TABEL 5. BIAYA PENGAWALAN TERNAK SELAMA PERJA LANAN DARI SURABAYA KE JAKARTA UNTUK

150 EKORTERNAK

Transportasi Tmk Pelabuhan Kupang Nusa Tenggara Timur

Kapal Laut Pelabuhan Surabaya Jawa Timur

Transportasi Truk

Jagal/Pemotong Hewan clan Pengecer Daging

Illustrasi 1 . Bagan Transportasi Temak Potong Dari NTT ke Jakarta.

3 9

5. 300 bh Tali leher 30O N Rp 100 30.000 6. 15 btl panto/B-Compl 15 x Rp 3.500 52.000 7. 15 btl Terramycin (5 cc/ekor) 15 x Rp 6.000 90.000

8. Upah tarik 150 ekor 150 x Rp 200 30.000 No. Jenis pengeluaran Total Biaya (Rp) 1 . Biaya Pengawal (Teno-Tambun) 5 x RP 45.000 225.000 Total 590.500 2. Uang makan Surabaya-Jakarta

Rp 2000/orang 4 x 5 x Rp 2.000 40.000 Biaya perjalanan laudekor 3.936

Total biaya pengawalan 265.000

Setibanya di Jawa Timur seluruh temak dimasukkan

(5)

TABEL 6. BIAYA TRANSPORTASI TERNAK DARI KUPANG JAKARTA BERDASARKAN ASAL TERNAK

(RP/EKOR)

Ternak sapi yang berasal darn Kefa sebanyak 60 ekor memiliki total berat 15.810 kg atau rata-rata 284 kg/ekor, dengan total nilai pembelian sebesar Rp 29.566.200 atau rata-rata Rp 548.682/ekor. Sapi yang berasal dari Niki-Niki berjumlah 30 ekor dengan total berat 9.235 kg atau rata-rata 312 kg/ekor dengan nilai pembelian total sebesar Rp 18.351.800 atau Rp 585.138/ekor. Selanjutnya sapi yang berasal dari Kapau berjumlah 40 ekor dengan total berat sebesar 11 .975 kg atau 298 kg/ekor dengan nilai pembelian total sebesar Rp 23 .579.200 atau Rp 585.263/ekor. Temakkerbauyang digunakan padapeneli-tian ini berasal dari Rote berjumlah 20 ekor, mengalami kematian 2 ekor sehingga tinggal 18 ekor dengan total berat 7.354 kg atau rata-rata 358 kg/ekor dengan nilai pembelian sebesar Rp 16.002.450 atau Rp 742.486/ekor. Dengan demikian total keseluruhan ternak dalam peneli-tian ini berjumlah 148 ekor (mencapai Jakarta) dari seba-nyak 150 ekor yang dibeli di desa asal dengan total berat 44.374 kg atau rata-rata 313 kg/ekor dengan nilai pembe-lian sebesar Rp 87.499.650 atau Rp 615.392/ekor (Tabel 2).

Jenis pengeluaran selama transportasi antara lain 1) Retribusi di Kupang, 2) KUD di Kupang, 3) KIR di Kupang, 4) Transport lokal ke Kupang, 5) Karantina, 6) Perjalanan laut Kupang-Surabaya, 7) PEPEHANI, 8) Transportasi kereta api Surabaya-Jakarta, dan penyediaan 40

fasilitas di Holding Ground Bekasi, Jawa Barat. Dilihat dari daerah asal ternak maka perbedaan pengeluaran ter-sebut adalah Rp 77.887/ekor (Kefa), Rp 75 .887/ekor (Niki- Niki), Rp 76.387/ekor (Kapau) dan Rp 91.387/ekor untuk kerbau dari Rote (Tabel 6).

Penyusutan berat badan yang terjadi pada ternak yang berasal dari Kefa adalah 1 .092 kg atau 22,6 kg/ekor dengan nilai total Rp 2.062.000 atau Rp 44.194/ekor. Untuk ternak yang berasal dari Niki-Niki total penyu-sutannya adalah sebesar 952 kg atau 35,5 kg/ekor dengan nilai total Rp 1 .891 .550 atau Rp 71.341/ekor. Selanjutnya bagi ternak yang berasal dari Kapau mengalami penyusu-tan sebesar 1 .239 kg atau 30,8 kg/ekor dengan nilai total sebesar Rp 2.435.500 atau Rp 60.397/ekor. Ternakkerbau dari Rote mengalami penyusutan total sebesar 399 kg atau 18,1 kg/ekor dengan nilai total sebesar Rp 867.300 atau Rp 37:140/ekor. Secara keseluruhan, kehilangan berat badan ternak selama transportasi ini mencapai 3 .682 kg atau rata-rata 26,8 kg/ekor dengan nilai total sebesar Rp 7.256.350 atau rata-rata Rp 53.268/ekor (Tabe17).

Nilai ternak tersebut setibanya di Jakarta untuk yang berasal dari Kefa sebanyak 60 ekor adalah (15.810-1 .092)kgxRp 2.850=Rp 4(15.810-1 .946 .300 atau Rp 699.105/ekor. Untuk ternak yang berasal dari Niki-Niki sebanyak 30 ekor adalah (9.235-952)kgxRp 2.850=Rp 23.606.550 atauRp 786.885/ekor. Selanjutnya ternak sapi yang berasal dari Kapau sebanyak 40 ekor adalah (11 .975-1 .239)kg x Rp 2.850 = Rp 30 .597 .600 atau Rp 764.940/ekor, sedangkan untuk ternak kerbau yang berasal dari Rote sebanyak 18 ekor, setelah dikurangi kematian 2 ekor, adalah (7.354-399)kg x Rp 2.850 = Rp

19.821 .750 atau Rp 1 .101.208/ekor.

Selanjutnya dengan memperhitungkan biaya trans-port (BT) dan nilai pembelian (NP) maka imbalan eko-nomik dari perdagangan ternak ini adalah 1) untuk sapi yang berasal dari Kefa, NP = Rp 548.682/ekor, BT = Rp 77.887/ekor, diperoleh keuntungan Rp 72.536/ekor, 2) sapi asal Niki-Niki, NP = Rp 585.138/ekor, BT = Rp 75 .887/ekor, memberikan keuntungan sebesar Rp 125.860/ekor, 3) ternak sapi asal Kapau, NP = Rp 585.263/ekor, BT = Rp 76.387/ekor memberikan keun-tungan sebesar Rp 103.290/ekor, dan 4) ternakkerbau asal Rote, NP = Rp 615 .392/ekor, BT = Rp 91.387, memberi-kan keuntungan sebesar Rp 394.429/ekor.

Analisis "least squares" dengan menggunakan "bi-nary variable" untuk daerah asal ternak menunjukkan bahwa kehilangan beratbadan selamaperjalanan transpor tasi dipengaruhi secara nyata oleh berat awal ternak

ter-sebut di lokasi semula dan ternak-ternak yang berasal dari Niki-Niki dan Kupang. Sedangkan umur ternak danternak yang berasal dari Kefa tidak secara nyata berpengaruh terhadap kehilangan berat badan. Namun demikian, koe-fisien determinasi dari model ini cukup rendah (28%) untuk mengartikan lebih jauh keterkaitan dari beberapa peubah yang digunakan dalam model. Berikut inildalah koefisien regresi dari model yang mengkaji pengaruh

Rote

No. Jenis pengeluaran (Kerbau) (Sapi)Kefa Niki-2(Sapi) Kapau(Sapi) 1 . Retribusi daerah Kupang 5.000 5.000 5.000 5.000 2. KUD Kupang 5.000 5.000 5.000 5.000 3.KIR Kupang 300 300 300 300 4. Transportasi ke Kupang (truk) 15.000 9.000 7.000 7.500 5. Pemuatan pelabuhan, Kupang 500 500 500 500 6. Stasiun Karantina Pengeluaran 3.000 3.000 3.000 3.000 7. Jasa Karantina selama 7 hari 335 335 335 335 Pakan hijauan 4.000 4.000 4.000 4.000

Air minum 670 670 670 670 Tenaga harian 560 560 560 560 Makan petugas harian 935 935 935 935 8. Perjalanan Kupang-Surabaya Freightkapal 37.500 30.000 30.000 30.000 Rumput/hijauan 1 .070 1.070 1.070 1 .070 Rumput kering 1 .000 1.000 1.000 1 .000 Bambupenyekat 400 400 400 400 Tali plastik 120 120 120 120 Tali leher 200 200 200 200 Vitamin B-Complex 280 280 280 280 Terramycin 600 600 600 600 Upahtank 200 200 200 200 9. Ongkos kelancaran pelabuhan 1.000 1.000 1.000 1 .000 10.Pepehani 200 200 200 200 11 . Transport Perak-Tandes(tnrk) 1 .000 1.000 1.000 1 .000 Surabaya-Jakarta/Cikarang (K.A) 8.750 8.750 . 8.750 8.750 Mayapengawal 1.500 1.500 1.500 1.500 Biaya konsumsi pengawal 267 267 267 267 Cikarang-Tambun (trek). 1 .000 1.000 1 .000 1 .000 12. Rumput/jerami padi (Tambun) 1 .000 1.000 1 .000 1.000 Total biaya 91.387 77.887 75.887 76.387

(6)

dimana: LOSS = AGE =

Wo =

NK =

TABEL 7. TOTAL DAN RATA-RATA PENYUSUTAN BERAT (KG) SERTA TOTAL DAN RATA RATA NILAI YANG HILANG KARENA PENYUSUTAN (RP) DART TERNAK YANG

DIANGKUT DARI NTT KE JAKARTA.

umur, berat awal, dan lokasi asal ternak terhadap besarnya kehilangan berat badan.

LOSS=- 13,72 - 0,93 AGE + 0,13 Wo** + 7,84 NK* + 8,46 KU* (-1,55) (-0,66) (4,13) (2,39) (2,86)

berat badan yang susut karena transpor-tasi (kg),

umur ternak sapi (tahun),

berat badan awal ternak di daerah asal (kg),

"binary variable" untuk ternak yang

KU

*)Klpk berat: I=< 250, II=250-274, III=275-299, IV=300-324, V=325-349, VI=350-374, VII= >375 **) Lihat Tabel 1.

berasal dari Niki- Niki,

"binary variable" untuk ternak yang berasal dari Kapau, serta interception untuk mewakili koefisien ternak yang berasal dari Kefa (setelah satu "binary variable" yaitu untuk Kefa di "drop" untuk menghindari terjadinya "binary variable trap" atau singular matrix dalam analisis). Angka didalam kurung menunjukkan t-statistik, dan tanda asterisk (* dan **) masing- masing menunjukkan taraf nyata (p < 0.05 dan p < 0.01)). 4 1 No.Asal/ jenis temak Klpk*) berat temak Jumlah temak (ekor) Total smut (kg) Rata-2 Smut/ ekor (kg) Total**) nilai Smut (Rp) Nilai smut/ ekor (Rp) 1. Kefa(Sapi) III 22 282 12,8 507.600 23.400 19 329 17,3 608.650 32.005 III 12 251 20,9 476.900 39.710 IV 3 53 17,7 106.000 35.400 V 4 177 44,3 362.850 90.815 VI 0 0 0 0 0 VII 0 0 0 0 0 Jumlah Kefa 60 1 .092 22,6 2.062.000 44.194 2. Niki-Niki I 3 74 24,7 133.200 44.460 (Sapi) II 3 102 34,0 188.700 62.900 III 5 186 37,2 353.400 70.680 IV 8 225 28,1 450.000 56.200 V 8 215 26,9 440.750 55.145 VI 1 45 45,0 94.500 94.500 VII 2 105 52,5 231 .000 115.500 Jumlah Niki-2 30 952 35,5 1 .891 .550 71 .341 3.Kapau I 6 166 27,7 298.800 49.860 (Sapi) IIIII 4 108 27,0 199.800 49.950 10 303 30,3 575.700 57.570 IVV 5 126 25,2 252.000 50.400 t0 328 32,8 672.400 67.240 VI 5 208 41,6 436.800 87.360 VII 0 0 0 0 0 Jumlah Kapau 40 - 1 .239 30,8 2.435.500 60.397 4. Rote I 0 0 0 0 0 (Kerbau) II 0 0 0 0 0 III 1 24 24,0 45.600 45.600 IV 0 0 0 0 0 V 1 1 16 16,0 32.800 32.800 VI 1 9 9,0 18.900 18.900 VII 15 350 23,3 770.000 51 .260 Jumlah Rote 18 399 18,1 867.300 37.140 Total 148 3.682 26,8 7.256.350 53.268

(7)

Transportasi Jatim-DKI Jakarta

Ternak sapi Madura yang akan diangkut ke Jakarta kebanyakan berasal dari daerah Pamekasan di Pulau Madura. Seluruh ternak ditampung di kandang pedagang pengumpul dengan harga jual sekitar Rp 2.750/kg berat hidup. Sedangkan hargajual di Jakarta didasarkan kepada harga karkas sebesar Rp 7.000/kg dengan perhitungan beratkarkas yang dihasilkan sebesar 50% dari berat hidup pada saat sampai di Jakarta. Dengan demikian, perhi-tungan hargajual berdasarkan berat hidup di Jakarta dapat digunakan harga Rp 3 .500/kg.

Untuk perjalanan truk ke Jakarta, kapasitas angkut-nya lebih besar lagi yaitu 20 ekor/truk dengan

biayatrans-portsekitar Rp 17.500/ekor sampai di Jakarta, termasuk

sewa truk, bensin, sopir den kernet, tanpa pemberian makanan apapun untuk ternak. Biaya lain yang dikeluarkan antara lain: biaya karantina di Kamal sebesar Rp 7.500/truk den uji petik total sebesar Rp 6.000/truk sepanjang perjalanan dimana masing-masing Rp 1 .000/truk dibayarkan di Bangkalan, Tuban, Semarang,

42

TABEL 8. PENYUSUTAN BERAT BADAN DANNILAI EKONOMINYA SAPI MADURA SELAMA TRANSPORTASI DARI JAWATIMURKE DKI JAKARTA.

Keterangan:') Nilai beret badan susut dari kelompok tersebut ") Sampel kelompok beret hanya 1 ekor

Brebes, Cirebon den Cikampek. Selanjutnya biaya lain yang harus dikeluarkan antara lain retribusi pasar Pamekasan sebesar Rp 20.000 atau Rp 1 .000/ekor, iuran Pepehani sebesarRp 40.000 atau Rp 2.000/ekor, den iuran anggota kelompok pedagang sapi "Amalia" sebesar Rp 5.000 atau Rp 250/ekor. Dengan demikian, untuk meng-angkut sebanyak 20 ekor sapi dari Pamekasan ke Jakarta perlu dikeluarkan biayaperjalanan sebesarRp 78.500/truk sebagai biaya distribusi ditambah biaya transport ternak Rp 17.500/ekor atau Rp 350.000 untuk seluruh ternak sebanyak 20 ekor, maka total pengeluaran transportasi adalah Rp 428.500/20 ekor atau Rp 21.425/ekor.

Selain biaya resmi tersebut, pengiriman ternak sapi Madura dari Pamekasan inijuga mengeluarkan biaya dis-tribusi sebesar Rp 90.000/truk, sehingga total biaya yang dikeluarkan menjadi Rp 518.500/20 ekor atau Rp 25.925/ekor. Selanjutnya kerugian/biaya yang harus dikeluarkan karena penyusutan berat, hilangnya kesem-patan penjualan berat badan yang hilang, dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk memperinci perbedaan nilai beli ternak di daerah asal Pamekasan, nilai berat badan yang

Kelompok No Awal Akhir

(Kg) Smut(Kg) (Kg)(*/o) Nilai(RP) 11 1 249,00 219,50 29,50 11,85 81.125 2 252,00 231,40 20,60 8,17 56.650 3 256,00 232,00 24,00 9,38 66.000 4 256,50 217,00 39,50 15,40 108,625 5 263,00 231,00 32,00 12,17 88.000 6 265,50 227,00 38,50 14,50 105,875 7 268,50 249,00 19,50 7,26 53.625 8 269,00 240,00 29,00 10,78 79.750 9 272,00 246,00 26,00 9,56 71,500 Rata-rata 261,28 232,49 28,79 10,00 711 .150 III 10 275,00 241,50 33,50 12,18 92.125 11 279,00 251,00 28,00 10,04 77.000 12 287,50 254,50 33,00 11,48 90.750 13 290,00 267,00 23,00 7,93 63.250 Rata-rata 282,88 253,50 29,38 10,41 323.125 IV 14 304,00 280,00 24,00 7,89 66.000 ** V 15 331,00 302,00 29,00 8,76 79.750 16 337,00 305,00 32,00 9,50 88.000 17 342,00 310,00 32,00 9,36 88.000 Rata-rata 336,60 305,60 31,00 9,21 255.750 * VI 18 355,00 325,00 30,00 8,45 82,500 19 366,00 324,00 42,00 11,48 115.500 Rata-rata 360,50 324,50 36,00 9,96 198.000 VII 20 391,00 353,00 38,00 9,72 104.500 **

(8)

hilang selama diperjalanan dan biaya yang harus dikeluarkan selama transportasi, dengan nilai jual temak di tujuan akhir Jakarta dapat dilihat pada Tabe19.

TABEL 9. NILAI JUAL, NILAI BELI DAN NILAI SUSUT SAPI MADURA YANG DIANGKUT DENGAN TRUK DARI

SURABAYA KE JAKARTA.

Keterangan: ') Lihat Tabel 8.

Tabel 9 menunjukkan bahwa usaha transportasi ter-nak sapi Madura dari Pamekasan ke DKI Jakarta mem-berikan selisih nilai antara pembelian di Pamekasan clan nilai Jualdi Jakarta sebesar Rp 2.345.275/20 ekor sapi atau rata-rata Rp 117.264/ekor. Dengan demikian kegiatan transportasi dari Jawa TimurkeJakarta tersebut memberi-kan keuntungan sebesar Rp 117.264 - Rp 25 .925 = Rp

91 .339/ekor.

KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa imbalan ekonomik dari perdagangan ternak yang berasal dari NTT (melalui truk-kapal laut-truk) dengan rata-rata susut sebanyak 26,8 kg/ekor dan Jawa Timur (melalui truk) dengan rata-rata susut 31,20 kg/ekor ke DKI Jakarta berturut-turut adalah 1) ternak kerbau asal Rote (NTT)

memberikankeuntungan sebesarRp 394.429/ekor, 2) sapi asal Niki-Niki (NTT) memberikan keuntungan sebesar Rp 125.860/ekor, 3) ternak sapi asal Kapau (NTT) memberi-kan keuntungan sebesar Rp 103.290/ekor, 4) sapi Madura asal Pamekasan (Jatim) memberikan keuntungan sebesar Rp 91 .339/ekor, dan 5) untuk sapi yang berasal dari Kefa (NTT) diperoleh keuntungan Rp 72 .536/ekor.

Analisis "least squares" dengan menggunakan " bi-nary variable " untuk daerah asal ternak menunjukkan bahwa kehilangan berat badan selama perjalanan trans portasi dipengaruhi secara nyata oleh berat awal ternak tersebut dilokasi semula dan ternak-ternak yang berasal dari Niki-Niki clan Kupang. Sedangkan umur ternak clan ternak yang berasal dari Kefa tidak secara nyata ber-pengaruh terhadap kehilangan berat badan. Namun demikian, koefisien determinasi dari model ini cukup rendah (28%) untuk mengartikan lebih jauh keterkaitan dari beberapa peubah yang digunakan dalam model.

DAFTAR PUSTAKA

Adoe, J.P., 1981, Sistem Pengangkutan Temak Sapi dan Kerbau Dalam Rangka Pengadaan Daging di DKI Jakarta, Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor.

Bamualim, A.M.,1977, BesamyaPenyusutan Dalam Pengangkutan dan Besamya Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Selama Ditampung di Holding Ground PT. Audini Sakti, Cibitung, Bekasi.

Direktorat Jenderal Petemakan, 1990. Buku Saku PetemakanDirektorat Bina Program, Direktorat Jenderal Petemakan, Deptan ., Jakarta. Lasmi, I., 1988, Analisis Transportasi Sapi Potong dari Daerah Tingkat

II Kabupaten Lamongan ke DKI Jakarta, Fakultas Petemakan, In-stitut Pertanian Bogor.

Phrdilan, G.P., 1989, Tatalaksana dan pembiayaan Pengapalan Sapi Potong dari Ujung Pandang ke DKI Jakarta, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.

Rantetana, M.H. dan T.A. Napitupulu, 1991 . "Perdagangan Ternak Regional Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Datang", Simposium Perencanaan Pembangunan Petemakan Di NTB, NTT dan Timor Timur, BiroPerencanaan Deptan-AIDAB, Mataram, 20-23 Januari. Kelompok

Berat Nilai Jual(Rp) (1) Nilai Beli (Rp) (2) Nilai Susut' (Rp) (3) Selisih (Rp) (1-2) II 7.323.400 6.440.500 711 .150 882.900 III 3.549.000 3.111 .625 323.125 437.375 IV 980.000 836.000 66.000 144.000 V 3.209.500 2.777.500 255.750 432.000 VI 2.271 .500 1.982.750 198.000 288.750 VII 1 .235.500 1.075.250 104.500 160.250 Jumlah 18.568.900 16.223.625 1 .659.900 2.345.275

Gambar

TABEL 3. BIAYA SELAMA 7 HARI DI KARANTINA KUPANG (21 S/D 288 OKT 9l) UNTUK SELURUHTERNAK
TABEL 5. BIAYA PENGAWALAN TERNAK SELAMA PERJA LANAN DARI SURABAYA KE JAKARTA UNTUK
TABEL 6. BIAYA TRANSPORTASI TERNAK DARI KUPANG JAKARTA BERDASARKAN ASAL TERNAK
TABEL 7. TOTAL DAN RATA-RATA PENYUSUTAN BERAT (KG) SERTA TOTAL DAN RATA RATA NILAI YANG HILANG KARENA PENYUSUTAN (RP) DART TERNAK YANG
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan Juara / Pemenang adalah atlet terakhir atau ke 4 (empat) yang memperoleh Waktu terbaik yang menginjak / melewati garis finish dengan sepatu roda dan tidak

“In het logo maakten we dan ook de verbinding tussen twee hoekige lijnen, afgeleid van de architectuur van het gebouw. De verrassende kruisingen verwijzen naar de vele

Pilih Working, untuk mengaktifkan panel Collection Tie Point, klik titik 14003 pada foto 14004, koordinat akan tertulis di tabel Collection Tie Point, selanjutnya pada

Menteri Koordinator (Menko) perekonomian Darmin Nasution memperkirakan peningkatan daya beli 40% masyarakat yang tergolong tingkat kesejahteraan terbawah terdongkrak oleh

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Sendangadi 1 maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang digunakan untuk menghitung laju inflasi di Indonesia. IHK adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga

Penelitian ini membahas mengenai minat muzakki membayar zakat di Desa Karangagung yang dipengaruhi variabel keimanan, pemahaman zakat, sosialisasi, pendidikan, pendapatan,

Dalam kaitan dengan proses pembelajaran melukis gaya Batuan, metode ceramah diaplikasikan hampir pada setiap awal pertemuan ketika para pembina/instruktur