• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG

LARANGAN BERBURU DALAM RANGKA PERLINDUNGAN SATWA LIAR DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,

Menimbang : a. bahwa pelestarian Lingkungan Hidup serta pemeliharaan Ekosistem

adalah merupakan hal yang penting yang tidak boleh diabaikan, sesuai dengan falsafah TRI HITA KARANA yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam;

b. bahwa berburu Satwa Liar adalah merupakan tindakan yang tidak mendukung kelestarian Lingkungan Hidup dan Pemeliharaan Ekosistem dan karenanya dipandang perlu untuk melarang berburu dalam rangka perlindungan Satwa Liar diseluruh wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

c. bahwa untuk memenuhi maksud huruf b diatas dipandang perlu larangan berburu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655).

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2823);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3249 );

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

8. Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 27 April 1994 tentang Larangan Untuk Berburu Semua Jenis Burung;

9. Keputusan Gubernur kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penertiban Perburuan dan Perlindungan Satwa Liar Serta Pengaturan Pemanfaatan Penyu.

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

BADUNG TENTANG LARANGAN BERBURU DALAM RANGKA PERLINDUNGAN SATWA LIAR DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung;

d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Badung;

e. Hama ialah semua jazad ( Organisme) penggangu tanaman yang bisa dilihat dengan mata terbuka ( telanjang );

f. Alat Pemburuan adalah semua alat yang dapat digunakan untuk menangkap atau membunuh satwa;

g. Satwa adalah semua jenis Sumber Daya Alam Hewani yang hidup di darat dan atau air, dan / atau di Udara;

h. Satwa Liar adalah semua Binatang yang hidup didarat dan / atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang di pelihara oleh manusia;

i. Berburu adalah Suatu tindakan atau perbuatan manusia yang dilakukan dengan cara menangkap, melukai, membunuh Satwa Liar baik dengan menggunakan senjata api, senapan angin, binatang pemburu, maupun alat-alat buru lainnya.

(4)

Pasal 2

Pelestarian Lingkungan Hidup dan Ekosistemnya di Daerah merupakan tanggungjawab dan kewajiban Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

BAB II

AZAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Larangan Berburu Satwa Liar di Daerah berazaskan pelestarian kemampuan lingkungan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati khususnya Satwa Liar dengan Ekosistemnya secara serasi dan seimbang.

Pasal 4

Larangan berburu Satwa Liar di Daerah bertujuan :

a. Terpeliharanya Lingkungan Hidup yang serasi dan seimbang; b. Terlidungnya Satwa Liar yang belum diatur Undang-Undang;

BAB III

LARANGAN BERBURU SATWA LIAR

Pasal 5

(5)

(2) Pengecualian dari ayat (1) pasal ini dapat dilakukan dalam hal : a. Telah mendapat ijin dari kepala Daerah atau pejabat lain yang

ditunjuk;

b. Karena sesuatu sebab satwa yang tidak dilindungi oleh Undang-Undang membahayakan kehidupan manusia maka dalam hal ini maka diatur oleh Kepala Daerah berdasarkan pertimbangan dari instansi teknis yang terkait.

BAB IV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 6

(1) Barang siapa melangar ketentuan Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama – lamanya 3 ( tiga ) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh libu rupiah).

(2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran;

BAB V

KETENTUAN PENYIDIK

Pasal 7

(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak Pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung yang pengangkatannya ditetapkan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(2) Dalam melakukan tugas Penyidikan, Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai wewenang :

(6)

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadiaan dan melakukan pemeriksaan;

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB VI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

(7)

BAB VII

PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dalam Lembaran Daerah.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Ditetapkan di : Denpasar Pada tanggal : 21 Januari 1994

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TINGKAT II BADUNG K E T U A,

T.T.D T.T.D

( I KETUT GARGA ) ( I G.B. ALIT PUTRA )

Disahkan Oleh

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Dengan Keputusan

Tanggal 17 – 4 – 1995 Nomor 147 Tahun 1995

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Nomor : 26 Tanggal : 18 - 5 - 1995

Seri : C Nomor : 1

Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Badung

T.T.D

Drs. Ida Bagus Yudara Pidada

(8)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1994

TENTANG

LARANGAN BERBURU DALAM RANGKA PERLINDUNGAN SATWA LIAR DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

I. Umum

Upaya Pelestaria sumber daya alam hayati khususnya Satwa Liar dan Ekosistemnya adalah menjadi kewajiban dari setiap generasi. Tindakan yang tidak bertanggungjawab dan yang dapat menimbulkan kerusakan atau kepunahan salah satu sumber daya alam hayati khususnya Satwa Liar dan ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi, sedangkan pemulihannya pada keadaan semula memerlukan dana yang besar serta waktu yang cukup panjang.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka landasan hukum dalam upaya pelaestarian sumber daya alam hayati, khususnya Satwa Liar di dalam wilayah daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung adalah menjadi suatu hal yang perlu dan penting.

Menimbang hal tersebut diatas maka dipandang perlu untuk menetapkan larangan berburu dalam rangka perlindungan terhadap Satwa Liar di kabupaten Daerah Tingkat II Badung dengan Peraturan Daerah.

II. Pasal Demi Pasal

Pasal 1 : huruf a s/d i cukup jelas. Pasal 2 : Cukup Jelas.

Pasal 3 : Cukup Jelas. Pasal 4 : Cukup Jelas.

Pasal 5 : Ayat (1) Cukup Jelas

Ayat (2) huruf a Cukup Jelas

Ayat (3) huruf b : Karena suatu sebab satwa tersebut populasinya meningkat tajam melebihi dari daya dukung

(9)

kehidupan manusia sehingga dapat dipandang sebagai hama.

Pasal 6 : Cukup Jelas. Pasal 7 : Cukup Jelas. Pasal 8 : Cukup Jelas. Pasal 9 : Cukup Jelas.

Referensi

Dokumen terkait

(3) BP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c merupakan keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai

Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah- buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika.UGM Press.. Produce Handling, Packaging

Analisis kualitas vegetasi riparian terhadap keanekaragaman makroinvertebrata pada 3 stasiun dalam pengambilan sampel 3 kali ulangan, yang telah ditentukan yaitu stasiun 1

Untuk itu, upaya memberi apresiasi yang berarti dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, maka perhitungan kerugian atas hilangnya atau jatuhnya korban akibat kecelakaan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ekstrak metanol biji Tamarindus indica dapat memperbaiki kerusakan histopatologi ginjal tikus yang diinduksi aluminium

Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga 1.. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan.. Kab

Masih banyak lagi ahli lain yang memberikan batasan-batasan yang pada umumnya mengandung prinsip yang sama, seperti yang dapat kita lihat dari beberapa pengertian di atas yaitu