• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN CAMPURAN (STUDI KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA) Agus Teresna Witaskara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN CAMPURAN (STUDI KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA) Agus Teresna Witaskara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN CAMPURAN

(STUDI KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA)

Agus Teresna Witaskara - 1310122026

ABSTRAK

This study was conducted to determine of normatively clarifies how the status and validity of mixed marriages without re-registration in Indonesia and explain how the jurisdiction of the district court decides mixed marriage divorce. This study are study case of mixed marriage divorce case in Singaraja district court in 2016. This study uses normatively analysis. The result of this study are based to article 56 of Law No.1 of 1974 concerning marriage that the status and validity of mixed marriages conducted abroad without re-registration in Indonesia is illegal and not legally enforceable in Indonesia. Based on legal fact it can be concluded that the district court authority of the Singaraja in deciding the case of mixed marriages divorce is authorized to adjudicate.

Keyword : mixed marriages, status and validity of mixed marriages, jurisdiction authority

PENDAHULUAN

Perkawinan campuran merupakan hal umum yang terjadi dikalangan masyarakat Indonesia.Perkawinan campuran antara warga Negara Indonesia dengan warga Negara asing banyak terjadi baik yang berlangsung di Indonesia maupun di luar negeri.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mengatur mengenai ketentuan perkawinan campuran serta syarat sahnya di Indonesia. Perkawinan campuran beda kewarganegaraan memiliki permasalahan yang sangat kompleks berkaitan dengan ketentuan hukumnya. Akibat hukum dari perkawinan campuran beda kewarganegaraan akan beragam mengingat ada unsur asing yakni kewarganegaraan asing.

Perselisihan pada pasangan perkawinan campuran beda kewarganegaraan yang berujung pada perceraian memerlukan perhatian tata hukum yang harus digunakan dalam penyelesaian perkara perceraiannya. Perceraian perkawinan campuran beda kewarganegaraan dapat dilakukan di Indoensia maupun di luar negeri bedasarkan asas hukumPasal 18 A.B ,bahwasegala bentuk peristiwa hukum

(2)

yang terdapat unsur asing didalamnya dilaksanakan menurut hukum dari tempat dilaksanakannya peristiwa hukum tersebut (locus regit actum).

Sebagai contoh kasus perceraian yang terjadi antara Ibu.Y “Penggugat” dengan Mr.X “Tergugat”.Yang mana Penggugat mengajukan kasus perceraian terhadap Tergugat tersebut diatas dan telah mendapatkan Keputusan dari Pengadilan Negeri Singaraja dengan No Putusan 449/Pdt.G/2015/PN.Sgr. yang berisikan bahwa Pengadilan Negeri Singaraja menolak gugatan penggugat seluruhnya.Penggugat berinisiatif untuk melakukatan Gugatan Perceraian kepada Tergugat dimana sesuai dengan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa apabila keadaan rumah tangga yang sudah tidak harmonis dan tidak ada kemungkkinan untuk dirukunkan kembali dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 huruf F, Penggugat pun melakukan Gugatan Perceraian di Pengadilan Negeri Singaraja. Dimana Penggugat dan Tergugat adalah berdomisili di Kabupaten Singaraja, Bali.

Berdasarkan penjabaran tersebut maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana Status dan Keabsahan Perkawinan Campuran yang dilakukan di luar negeri tanpa registrasi kembali di Indonesia?. (2) Bagaimana Kewenangan Pengadilan Negeri Singaraja untuk memutuskan perkara perceraian perkawinan campuran ?.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai status dan keabsahan perkawinan campuran di Indonesia, serta prosedur pengambilan keputusan perceraian perkawinan campuran di Pengadilan Negeri.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian perpustakaan yang merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para

(3)

sarjana.Penelitian ini berfokus pada study kasus perceraian perkawinan campuran yang terjadi di Pengadilan Negeri Singaraja tahun 2016. Sumber bahan hokum penelitian ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975;Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Data dikumpulakan dengan teknik kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Status dan Keabsahan Perkawinan Campuran yang dilakukan di luar negeri tanpa registrasi kembali di Indonesia

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 memberikan definisi tentang perkawinan campuran yang diatur dalam Pasal 57 Undang-Undang Perkawinan adalah : Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang- Undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo memberikan pengertian perkawinan internasional adalah suatu perkawinan yang mengandung unsur asing. Unsur asing tersebut bisa berupa seorang mempelai mempunyai kewarganegaraan yang berbeda dengan mempelai lainnya, atau kedua mempelai sama kewarganegaraannya tetapi perkawinannya dilangsungkan di negara lain atau gabungan kedua-duanya.1

Menurut pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, menyebutkan bahwa Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing telah dipenuhi.Syarat-syarat perkawinan yang

1 Purnadi Purbacaraka, Agus Brotosusilo.Sendi-Sendi Hukum Perdata International

(4)

harus dipenuhi oleh seorang WNI diluar Negeri sama dengan syarat perkawinan yang dilangsungkan di dalam negeri. Jika perkawinan tersebut dilangsungkan di Negara-negara yang menganut asas Hukum Perdata Indonesia sama dengan yang di anut Indonesia, misalkan beberapa Negara Eropa Kontinental, maka perkawinan tersebut sah bila memenuhi syarat-syarat materil yang berdasarkan hukum nasional masing-masing pihak, sedangkan formalitas dilangsungkan perkawinan mengikuti kaidah locus regit actum yaitu sesuai dengan ketentuan hukum dari tempat dilangsungkannya perkawinan tersebut.2Agar dapat dinyatakan sah, perkawinan campuran yang dilakukan di luar negeri harus didaftarkan untuk dicatat oleh pejabat yang berwenang, sesuai dengan aturan pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.Apabila perkawinan campuran yang dilakukan diluar negeri tidak diregistrasikan kembali di Indonesia maka status dan keabsahannya tidak diakui di Indonesia.

2) Kewenangan Pengadilan Negeri Singaraja untuk memutuskan perkara perceraian perkawinan campuran

Kewenangan mengadili atau kompetensi yursidiksi pengadilan adalah untuk menentukan pengadilan mana yang berwenang memeriksa dan memutuskan suatu perkara, sehingga pengajuan perkara tersebut dapat diterima dan tidak ditolak dengan alasan pengadilan tidak berwenang mengadilinya. Dalil gugatan Penggugat disebutkan bahwa Penggugat dengan Tergugat telah melangsungkan perkawinan secara sah di Negara Denmark tepatnya di Odense Kommune pada tanggal 21 April 2005 sesuai dengan Kutipan Akta Perkawinan No : 19546/05 yang dikuatkan pula dengan surat keterangan Nomor 333/kons/VII/2015 dari Kantor Kedutaan Republik Indonesia di Konpehagen Denmark yang mana kutipan Akta dimaksud telah pula dilaporkan Perkawinannya pada Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng Nomor : 5108-KW-27072015-0054 pada tanggal 27 Juli 2015.

(5)

Data tersebut diatas bila diilustrasikan dengan perkara aquo didapat fakta bahwa Penggugat telah melakukan perkawinan campuran di Negara Denmark, dan perkawinan yang dilaksanakan tersebut sudah dilaporkan di Kedutaan Republik Indonesia di Konpehagen serta telah pula dicatatkan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng. Fakta tersebut menyatakan bahwa meskipun Penggugat melakukan perkawinan di luar negeri akan tetapi Penggugat masih merupakan warga Negara Indonesia dengan telah pula mencatatkan perkawinannya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng sehingga dapat dikatakan bahwa Penggugat tunduk dan patuh pada hukum Indonesia. Perkawinan Penggugat dengan Tergugat dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku maka, perkawinan tersebut sah menurut Hukum.

Menurut Pasal 142 Rbg yang berwenang mengadili suatu perkara perdata adalah Pengadilan Negeri (PN) yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal Tergugat (actor sequitur forum rei).Bila dicermati secara seksama dalil gugatan Penggugat ternyata gugatan diajukan di wilayah hukum dimana Tergugat bertempat tinggal yaitu di Jl.PAM, Banjar Dinas Kalibukbuk, Desa Kalibukbuk, Kecamatan dan Kabupaten Buleleng. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sudah secara tepat gugatan diajukan dimana Tergugat bertempat tinggal sedangkan tempat tinggal Tergugat berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Singaraja sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka kesimpulannya bahwa Pengadilan Negeri Singaraja berwenang untuk mengadili perkara qauo atau dengan kata lain berwenang memutuskan perkara gugatan cerai perkawinan campuran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penjabaran pembahasan diatas kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa status dan keabsahan perkawinan campuran yang dilakukan di luar

(6)

negeri tanpa registrasi kembali di Indonesia adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hokum di Indonesia.Kewenangan Pengadilan Negeri Singaraja dalam memutuskan kasus perceraian perkawinan campuran adalah berwenang mengadili.

Saran yang di anjurkan adalah bagi pelaku perkawinan campuran hendaknya meregistrasikan kembali perkawinannya di Indonesia agar memiliki kekuatan hokum di Indonesia.Sehingga akibat hokum dari perkawinan campuran yang dilakukan dapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kusari.1995.Perkawinan Sebagai Sebuah Perikatan.Rajawali Pers :Jakarta. Azyumardi Azra.1996. Demokrasi, HAM &Masyarakat Madani. Tim ICCE :Jakarta. Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja .1981.Hukum Perkawinan Menurut

Islam,Undang Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW. HidakaryaAgung

:Jakarta.

Bayu Seto Hardjowahono, (2006). Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Cet.4, PT. Citra AdityaBakti, Bandung.

Martiman Prodjomidjojo. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Cet,2.Karya Gemilang. hal.5. :Jakarta.

Purnadi Purbacaraka, Agus Brotosusilo.1997. Sendi-Sendi Hukum Perdata

International Suatu Orientasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada..Hlm 36.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Perpres No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratandan Tata Cara Pendaftaran Pendudukdan Pencatatan Sipil.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan

Dengan reflek secepat kilat, Frans, Angga, dan Eden langsung berpura-pura habis selesai berdoa agar tidak ketahuan oleh Bu Carol.. “Selamat siang, Anak-anak,” kata Bu

Kecamatan Tualang merupakan salah satu wilayah administratif Kabupaten Siak dan merupakan wilayah kemenangan pasangan Syamsuar- Alfedri dalam pemilihan kepala Daerah

Aplikasi pembelajaran TIK berbasis multimedia ini dirancang berdasarkan beberapa pertimbangan antar lain, pemakai ( user ) yaitu siswa sekolah dasar yang berpengaruh pada

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik kimia pupuk organik awal sebelum penambahan EM4 pada semua kelompok tani belum sesuai dengan standar Peraturan

Adapun pendapatan rumah tangga secara rata-rata adalah Rp.397,906.54/kapita/bulan.Beberapa model penguatan kelembagaan yang dapat dikembangkan berdasarkan potensi dan

Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi Experiential Marketing maka akan semakin tinggi Kepuasan Pelanggan, hasil penelitian Penelitian yang dilakukan oleh

Kaitan makna teori kebijakan tersebut dengan ketahanan pangan dari proyeksi prioritas pemerintah yang dituang dalam sebuah kebijakan yang implementatif dan